Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Pengertian Eklampsia
Eklampsia adalah kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan atau koma. Sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia
dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya
terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
2.2 Epidemiologi
Insiden eklampsia telah menurun selama beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat terjadi
karena dalam batas tertentu eklampsia dapat dicegah melalui asuhan antenatal yang
adekuat. Di negara maju, insiden eklampsia mungkin sekitar 1 dalam 2000 kelahiran.
Pada National Vital Statistics Report, Ventura dkk., memperkirakan insiden di
Amerika Serikat pada tahun 1998 sebesar sekitar 1 dalam 3250. Menurut Royal
College of Obstetricians and Gynaecologist (2006) di UK, insiden eklampsia sekitar 1
dalam 2000 kelahiran. Sedangkan Akkawi,dkk (2009) melaporkan insiden sebesar 1
dalam 2500 di Dublin dan Zwart dkk.,(2008) melaporkan angka 1 dalam 1600 di
Belanda.
2.3 Gambaran klinik
Eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum
umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pada
penderita preeclampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau
tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan timbulnya

kejang. Preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagagi
impending eclampsia atau imminent eclampsia. Kejang pada eklampsia harus
dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain. Oleh karena itu, diagnosis
banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan otak, hipertensi,lesi
otak, kelainan metabolik, meningitis, epilepsi iatrogenik. Eklampsia selalu didahului
oleh preeclampsia. Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik. Tanda-tanda kejang
tonik ialah dengan dimulainya gerakan kejang berupa twitching dari otot-otot muka
khususnya sekitar mulut, yang beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot-otot
tubuh yang menegang, sehingga seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah
penderita wajah penderita mengalami distorsi, bola mata menonjol, kedua lengan
fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai dalam posisi inverse. Semua otot tubuh
saat ini dalam keadaan kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15-30 detik.
Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai
dengan terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai
pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan
kontraksi intermiten pada otot-otot muka dan otot-otot seluruh tubuh. Dari mulut
keluar liur berbusa dan kadang-kadang disertai bercak-bercak darah. Wajah tampak
membengkak karena kongesti dan pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik
perdarahan. Lama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian berangsur-angsur
kontraksi melemah dan akhirnya berhenti serta penderita jatuh ke dalam koma.

Pada waktu timbul kejang, tekanan darah dengan cepat meningkat. Demikian
juga suhu badan meningkat, yang mungkin oleh karena gangguan serebral. Penderita
mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atau anuria dan kadang-kadang
terjadi aspirasi bahan muntah.
Koma yang terjadi setelah kejang, berlangsung sangat bervariasi dan bila tidak
segera diberi obat-obat antikejang akan segera disusul dengan episode kejang
berikutnya. Stelah berakhirnya kejang, frekuensi pernapasan meningkat, dapat
mencapai 50 kali per menit akibat terjadinya hiperkardia atau hipoksia. Pada
beberapa kasus bahkan dapat menimbulkan sianosis. Penderita yang sadar kembali
dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.

Anda mungkin juga menyukai