Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN KLIMAKTERIUM


Diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Sistem Reproduksi I

Disusun Oleh :
TUTOR 5
SARITA SARASWATI

220110100004

TSAALITS MUHARROROH

220110100016

TRI AYU LESTARI

220110100028

NUR ASIYAH

220110100040

RIA OCTAVYANI

220110100052

SISCA DAMAYANTI

220110100064

WINA TRESNAWATI

220110100076

KAMILA AZIZAH RABIULA

220110100088

FEBRIANI RATNA AYU

220110100100

PUTRI AYU PRIMA DEWI

220110100112

FUJI LESTARI

220110100124

DHEA DEZHITA

220110100136

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013

Chair

: Dhea Dhezita

Scriber meja : Ria Octavyani


Scriber papan : Kamila Aziza Rabiula
Kasus 2
Ny. N 49th pekerjaan IRT datang ke poli kebidanan dengan keluhan menstruasinya
tidah teratur tiap bulannya. TD: 130/80 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 37,2 C klien
mengatakan sering timbul gatal pada vagina dan nyeri pada waktu senggama, klien
mengatakan akhir-akhir ini sering merasa ada gejolak panas sehingga sering berkeringat
banyak yang membuatnya merasa tidak nyaman dan sulit untuk tidur.
Klien mengatakan kalau perasaannya akhir-akhir ini mudah tersinggung, gelisah,
lekas marah. Padahal ia merupakan ibu yang biasanya sabar. Apalagi setelah anaknya yang
cuma satu-satunya menikah dan pindah rumah ia merasa anaknya mulai tidak peduli padanya.
Anaknya hanya memperhatikan istri dan cucunya. Anaknya mulai jarang berkunjung
kerumah, kalau ditelepon sering tidak diangkat. Pasien sering merasa tidak diperhatikan oleh
suaminya yang usianya sama seperti dirinya, suaminya lebih memperhatikan mobil barunya
dari pada pasien. Pasien mengatakan pada keadaannya sekarang ia jd takut kalau suaminya
tidak menyukainya, apa lagi ia juga sering menolak untuk berhubungan suami istri karena
adanya nyeri.
Pasien mengatakan bahwa menurut tetangga kalau seumuran pasien kehidupan sexnya
berakhir, dimana sudah tidak ada gairah lagi. Ia jadi semakin cemas memikirkan hal tersebut,
apa lagi tetangganya juga mengatakan bahwa semakin lama wanita akan semakin menua akan
mengalami sakit-sakitan disbanding laki-laki di usia yang sama, dimana laki-laki akan selalu
terlihat lebih sehat dan gagah.
Step 1
Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa penyebab timbulnya gatal dan nyeri saat senggama ? (Tsaalits)


Penyebab gelisah, mudah tersinggung, lekas marah? (Ayu)
Tahap perkembangan reproduksi wanita dari usia ke usia? (Putri)
Penyebab gejolak panas dan keringat banyak? (Nurasiyah)
Penkes tentang isu-isu dari tetangga kepada klien? (Ria)
Apakah setiap wanita mengalami fase ini? Kenapa? (Wina)
Cara meminimalisir gejala-gejala? (Sisca)

8. Apakah isu dari tetangganya benar? (Sarita)


9. Kenapa wanita semakin lama semakin sakit-sakitan? Apakah ada faktor hormon?
(Febri)
10. Siklus haid pada usia 49th? (Ayu)
11. Penkes pada pasangan yang menginjak usia 49th? (Putri)
12. Klien lekas marah apakah ada pengaruh hormon terhadap psikis? (Ria) Kekanakkanakan karena hormon? (Kamila)
13. Diagnose keperawatan prioritas untuk kasus ini? (Nurasiyah)
14. Pencegahan dini untuk gejala-gejala? (Wina)
15. Diagnose medis? (Sarita)
16. Kondisi klien sekarang apakah patologis atau fisiologis? Kenapa? (Febri)
17. Peran perawat? (Sisca)
18. Penatalaksanaannya? karena ini alami terjadi pada wanita (Kamila)
19. Peran keluarga dalam membantu pasien melewati fase ini (Fuji)
20. Peran perawat terhadap klien yang merasa tidak diperjatikan oleh keluarga? (Dhea)
21. Peran orang tua terhadap anak yang sudah menikah ? Sejauh mana? (Tsaalits)
22. Hormon yang membedakan wanita dengan pria pada usia ini? mengapa suami lebih
sehat? (Putri)
23. Perkembangan reproduksi laki-laki (Tsaalits)
24. Faktor stress menjadi faktor prnyakit atau komplikasi penyakit? (Wina)
Step 3
1. Pre menopause produksi lendir berkurang, yang berfungsi untuk melumasi vagina
sehingga menyebabkan nyeri saat senggama. (Fuji)
Penurunan hormone estrogen (Putri)
Lender sebagai barier fisik mudah terjadi infeksi vagina (Sisca)
2. LO
3. 12-13th : menarche
(Wina)
13-17th : menstruasi belum teratur
17th
: menstruasi sudah teratur (kematangan ovum)
24-30th : masa subur wanita untuk hamil dan melahirkan
49-50th : pra menopause
4. Karena adanya cemas, berkeringat karena factor eksternal, emosional metabolisme
(Sarita)
5. LO
6. Ya, karena terjadinya estrogen , tetapi waktunya kapan tergantung factor eksternal
dan internal (Nurasiyah)
7. Distraksi, alihkan perhatian dengan kegiatan lain (Fuji)
8. LO
9. LO
10. 49th masa akan menopause, estrogen (Sisca)
Rangsangan hipofisis masih normal tetapi terjadi resistensi terganggu kematangan
ovarium haid tidak lancar
Pembentukan sel telur terganggu tidak teratur (Putri)
11. Penjelasan fungsi reproduksi (Ayu)
Pengarahan hubungan sex agar tidak terjadi gejala-gejala

12. Biasa, karena estrogen ditambah adanya pendapat dari tetangga dan melihat kondisi
suami yang beda, masih sehat dan gagah (Fuji)
13. - Gangguan rasa nyaman: nyeri (Fuji)
- Ansietas
- Gangguan pemenuhan kebutuhan seksual
- Gangguan pola tidur
- Resiko tinggi infeksi
14. - Life stye sehat
(Sarita)
- Kacang-kacangan, buah-buahan
- Mengurangi paparan zat karsinogenik
15. Klimakterium (masa pra menopause) (Wina)
16. Fisiologis, semua wanita mengalaminya, karena estrogen (Tsaalits)
17. LO
18. LO

ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA

1. Genetalia Eksternal
a. Mons Veneris
Disebut juga gunung venus, adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan
pada wanita dewasa ditutup oleh rambut kemaluan.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
di bagian bawah bertemu membentuk perineum.
Permukaan ini terdiri dari :
Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea(lemak).

Bagian dalam : tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar


sebasea (lemak).
c. Labia Minora
Adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua
bibir kecil bertemu dan membentuk di atas klitoris preputium klitoridis, dan di
bawah klitoris frenulum klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare
ini pada wanita yang belum pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu;
pada wanita yang pernah melahirkan kelihatan tebal dan tak rata. Kulit yang
meliputi bibir kecil mengandung banyak grandula sebasea (kelenjar-kelenjar
lemak) dan juga ujung-ujung urat saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot
polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
d. Klitoris
Merupakan lipatan di bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitif. Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh prepotium klitoridis,
dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang
menggantungkan klitoridis ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang
dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, hingga amat sensitif.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh: kedua bibir kecil,
bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil. Pada
vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran kelenjar bartholini, dua
lubang saluran kelenjar skene.
f. Kelenjar Bartholi
Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina, kerena dapat mengeluarkan
lendir. Pengeluaran lendir meningkat berhubungan seks.
g. Himen (selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah
robek. Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang
dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila hymen tertutup menimbulkan
gejala klinik setelah mendapat menstruasi. Setelah persalinan sisanya disebut
karunkule himenalis, atau kurunkule mirtiformis.
2. Organ-organ reproduktif Internal
a. Vagina

Vagina merupakan suatu kanal yang dilapisi oleh membrane mukosa dan
terbentang dari depan ke belakang, dari vulva ke serviks sepanjang 7,5 sampai 10
cm. di sebelah anterior vagina adalah kandung kemih dan uretra, dan disebelah
posterior vagina terletak rectum. Dinding anterior dan posterior vagina normalnya
bersentuhan satu sama lain. Bagian atas vagina, forniks, mengelilingi serviks
(leher sempit dari uterus).
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina adalah :
Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
Alat hubungan seks
Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Tuba Fallopi
Tuba fallopi juga disebut tuba uterine atau oviduct, adalah jalur yang dibentuk
oleh otot-otot polos yang terbuka di salah satu sisi ke korpus uterus dan disisi lain
ke rongga peritoneum. Lubang yang mengarah ke rongga peritoneum memiliki
tonjolan-tonjolan mirip jari yang disebut fimbrie yang mengelilingi ovarium.
Tonjolan-tonjolan tersebut dilapisi oleh silia. Silia bergerak menyapu kea rah
tuba fallopi dan menarik ovum yang dikeluarkan oleh ovarium ke dalam tuba
fallopi.
Tuba fallopi terdiri atas:
1) pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus
2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya
3) pars ampullaris, bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat
konsepsi terjadi
4) infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan
mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur
untuk kemudian menyalurkan telur ke dalam tuba yang terbuka kea rah seperti
anemone (binatang laut).
Setelah berada di tuba fallopi, ovum berjalan singkat untuk masuk ke bagian
yang melebar yang disebut ampula. Pembuahan ovum oleh sperma biasanya
terjadi di ampula tuba fallopi. Dari ampula, ovum berjalan ke uterus dalam waktu
3-4 hari.
c. Uterus
Uterus merupakan organ muscular berentuk buah pir, membentuk panjang 7,5
cm dan lebar 5 cm pada bagian atasnya. Dindignya membentuk tebal sekitar 1,25
cm.

Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan : peritoneum, lapisan otot, endometrium.


1) Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar, menutupi bagian luar uterus, merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf,
meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
2) Lapisan Otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a) Lapisan luar
Seperti kap melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum.
b) Lapisan dalam
Brasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum.
c) Lapisan Tengah
Terletak di antara kedua lapisan tersebut, membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka 8
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan
demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Selaput lendir kavum uteri (endometrium)
Pada endometrium terdapat lubang kecil, yang merupakan muara dari keenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat
konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga
memungkinkan terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk
silindris, dan bersifat mengeluarkan cairan secara terus menerus, sehingga
dapat membasahi vagina.
d. Ovarium
Ovarium terletak dibelakang ligamentum latum, di belakang dan dibawah tuba
fallopi. Ovarium adalah badan oval yang mempunyai panjang 3 c. pada saat lahir
ovarium mengandung ratusan sel-sel telur yang sangat kecil dan ova. Ovarium dan
tuba fallopi disebut adneksa.
Ovarium membentuk tiga macam hormon steroid, yaitu :
Estrogen
Estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri ciri
kelamin

sekunder

dan

mempunyai

pengaruh

terhadap

psikologi

perkembangan kewanitaan. Efek utama estrogen adalah pertumbuhan alat


genital wanita dan kelenjar mamma. Vulva dan vagina berkembang di
bawah pengaruh estrogen ; hormone ini mempengaruhi jaringan epitel,
otot polos, dan merangsang pembuluh darah alat alat tersebut. Estrogen
juga menyebabkan proliferasi epitel vagina , penimbunan glikogen dalam

sel epitel yang oleh basil doderlein diubah menjadi asam laktat sehingga
menyebabkan pH vagina menjadi rendah.
Disamping itu estrogen mempunyai fungsi :
a) mempengaruhi hormone lain.
menekan produksi hormone FSH dan menyebabkan sekresi LH
merangsang pertumbuhan follikel didalam ovarium, sekalipun tidak ada
FSH.
b) menimbulkan proliferasi dari endometrium baik kelenjarnya maupun
stromanya.
c) mengubah uterus yang yang infantile menjadi matur.
d) merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas otot otot tuba fallopi.
e) servik uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir yang
bertambah banyak encer, alkalis dan aselluler dengan pH yang bertambah
sehingga mudah dilalui spermatozoa.
f) menyebabkan pertumbuhan sebagian lobuli alveoli dan saluran glandula
mamma.
Progesteron
Pada siklus menstruasi ovulatoir kadar progesterone mulai dapat
ditentukan pada hari ke 14, mencapai maksimum pada hari ke 16 dan tetap
bertambah

sampai

hari

ke

24

yang

kemudian

kadarnya

menurun. Progesteron serum mencapai maksimum lebih dari 10 ng/ml kira


kira 1 minggu setelah ovulasi. Kadar progesterone yang bertambah dari
kurang 1 ng/ml menjadi lebih besar 5 ng/ml menunjukkan adanya ovulasi.
Sumber progesterone :
1) Korpus luteum
2) Plasenta
3) Adrenal
Fungsi Progesterone :
1) Menyiapkan endometrium untuk implantasi blastokist. Endometrium
yang sudah dipengaruhi estrogen karena pengaruh progesterone
berubah menjadi desidua dengan timbunan glikogen yang makin
bertambah yang sangat penting sebagai bahan makanan dan menunjang
ovum.
2) Mencegah kontraksi otot otot polos terutama uterus dan mencegah
kontraktilitas uterus secara spontan karena pengaruh oksitosin.
3) Servik uteri menjadi kenyal, ostium uteri tertutup disertai dengan lendir
yang kental, sedikit, lekat, seluler dan banyak mengandung lekosit
sehingga sukar dilalui spermatozoa.
4) Mempengaruhi tuba fallopi.
a) Glikogen dan vitamin C tertimbun banyak didalam mukosa tuba
b) Peristaltik menjadi lemah

5) Bersifat termogen, yaitu menaikkan suhu basal.


6) Merangsang pertumbuhan asini dan lobuli glandula mamma pada fase
luteal, sedang estrogen mempengaruhi epitel saluran.
7) Merangsang natriuresis dan sebaliknya menambah produksi aldosteron.
8) Merangsang pusat pernafasan sehingga respirasi bertambah.
9) Mungkin menambah sekresi LH.
10) Tidak menekan produksi FSH dan tidak berkhasiat dalam
menghilangkan gejala gejala vasomotor pada masa menopause.
Androgen
Androgen dapat dibentuk oleh ovarium, terutama dalam sel sel stroma ;
androgen utamanya adalah androstenedion dengan daya androgen yang
lemah tetapi dapat diubah diperifer menjadi testosterone yang bersifat
androgen kuat. Peranan androgen pada wanita belum diketahui dengan
pasti. Kelenjar adrenal membentuk juga androgen pada wanita dan pria.
MEKANISME DAN FISIOLOGI KLIMAKTERIUM
Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika sorang wanita memasuki usia 40
tahun. Pada waktu lahir, seorang wanita memiliki jumlah folikel sebanyak 750.000 buah
dan jumlah ini akan terus berkurang seiring berjalannya usia hingga akhirnya tinggal
beberapa ribu buah saja ketika mengalami menopause. Semakin bertambah usia, khususnya
ketika memasuki masa perimenopause, folikel-folikel itu akan mengalami peningkatan
resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam siklus ovarium berhenti secara perlahan
lahan. Pada wanita diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus haid yang
anovulatoar.
Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan penurunan peroduksi
estrogen dan peningkatan kadar hormon gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini
disebabkan rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan balik negatif dalam poros
hipotalamus dan hipofisis. Walaupun secara endrokinologi terjadi perubahan hormonal,
namun tidak ada kriteria khusus pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal atau
akhir dari masa transisi menopause.
Masa klimakterium memiliki tiga tahap, tahap pertama adalah premenopause yaitu
masa sebelum berlangsungnya perimenopause, sejak fungsi reproduktif mulai menurun,
sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Tahap kedua adalah perimenopause
yaitu periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun
sesudah menopause. Kusumawardhani (2006) mendefinisikan bahwa perimenopause adalah

masa dimana menstruasi tidak lagi terjadi setiap bulan pada mereka yang berada pada usiausia menjelang menopause. Tahap ketiga adalah postmenopause yaitu masa setelah
perimenopause sampai senilis. Wanita pada umumnya menyebut fase klimakterium ini
sebagai menopause. Pengetahuan bahwa klimakterium adalah suatu proses dan bukan suatu
peristiwa adalah penting agar secara efektif dapat menangani permasalahan yang dihadapi
wanita dalam masa-masa ini (Gebbie, 2005 ; Kasdu , 2004 ; Llewellyn, 2001 ; Rayburn ,
2001).
Pada masa premenopause, hormon estrogen dan progesteron masih tinggi, tetapi
semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause. Keadaan ini
berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia seorang
wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan
adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel
telur tumbuh dan berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang berkembang
sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh
menjadi matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel
telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Oosit pada usia
menjelang 40 tahun, lebih sulit untuk menjadi matang, yang kemudian menjadi anovulasi dan
haid yang tidak teratur. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50
tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja
(Brooker, 2008 ; Goldfien, 2000 ; Kasdu, 2004 ; Rayburn , 2001).
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk
menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi
antara hipotalamus hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian
turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif
terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Sel-sel stroma ovarium berespon terhadap stimulasi
LH yang meningkat dengan memproduksi lebih banyak androstenedion tetapi hanya sejumlah
kecil estrogen. Dari kedua gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH.
Kadar FSH pada masa menopause adalah 30-40 mIu/ml. Rata-rata kecepatan produksi
estradiol turun menjadi 12 g/24 jam (44 nmol/24 jam). Laju produksi estron adalah 55
g/24 jam (202 nmol/24 jam). Dan kadar progesteron kira-kira merupakan 30% konsentrasi
yang terlihat pada wanita muda selama fase folikuler (Goldfien , 2000 ; Llewellyn, 2001 ;
Sarwono , 2002 ; Shimp dan Smith, 2000).

KONSEP KLINIS KLIMAKTERIUM


A. Definisi
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase
usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun
endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003, hal 1)
Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause.
(Baziad, 2003, hal 1)
Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode
reproduktif ke periode non reproduktif. (Kasdu, 2002, hal 2 )
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai
awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40 65 tahun.
B. Etiologi
Menurut Kasdu (2002) beberapa faktor yang mempengaruhi menopause yaitu:
1. Usia saat haid pertama sekali
Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama
ia memasuki masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada
usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopase lebih dini.
2. Faktor Psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan
psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa
menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja.
3. Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita
melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi
wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh.
4. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki
usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan
memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses
penuaan tubuh.
5. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang
menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal

ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur
sehingga tidak memproduksi sel telur.
6. Merokok
Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini
dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.
7. Genetik
Menopause dikarenakan adanya Terapi Kanker seperti radiasi dan kemoterapi
8. Infeksi seperti TB, gondok
9. Menopause akibat Pembedahan seperti pembedahan karena endometriosis, kanker
ovarium, kanker rahim, polip.
C. Tanda dan gejala
1. Perubahan pola haid
a. Siklus menjadi pendek (2-7 hari) :

Siklus memanjang

Haid tak teratur

b. Perubahan bentuk perdarahan

Mula-mula banyak (akibat siklus anovulatoar) kemudian menjadi


sedikit

Spotting

Perdarahan yang banyak, lama atau perdarahan intermenstrual

Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan dari
pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan mengalami perubahan dalam
siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh,
wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan
mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase
folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau
26 hari dan pada waktu terjadi perimenopause kejadian oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal
atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus
luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak
teratur.
Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan.
Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang disebabkan oleh
siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan
mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus

haid yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif
wanita tersebut selalu berdarah.
Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal selama
perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara siklus haid
bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium untuk menegakkan
diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor risiko yang lain untuk terjadinya
karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas.
Untuk kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila
ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat mengenai pola perdarahan.
Tanda awal dari perimenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid.
Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron.
Didapatkan sekitar 33% dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan
perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69% pada wanita perimenopause dan
postmenopause. Penelitian klinik pada wanita perimenopause menunjukkan bahwa
lebih kurang 90% wanita selama perimenopause mengalami ketidakteraturan haid;
hanya 10-12% dari wanita premenopause yang mengalami amenore mandadak.
Insiden kelainan organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat
perimenopause. Oleh karena siklus haid pada periode ini kemungkinan anovulatoar,
risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat unopposed estrogen menjadi
lebih tinggi.
2. Ketidakstabilan vasomotor

Hot flushes
Flushing adalah suatu episode akut timbulnya eritema dan sensasi rasa

panas pada wajah, telinga, dan leher, kadang dapat timbul pada dada bagian
atas dan daerah epigastrium. Keadaan ini timbul karena adanya peningkatan
aliran darah kulit yang bersifat sementara. Jenis fisiologis flushing yang paling
banyak ditemukan adalah flushing yang timbul pada wanita menopause,
disebut dengan menopausal atau klimakterik flushing atau lebih dikenal
dengan "Hot flash".
Kurang lebih 75% wanita mengalami flushing selama menjelang
menopause (klimakterik) atau setelah dilakukan oophorektomi dan merupakan

keluhan yang dianggap paling mengganggu. Timbul rasa panas yang


mendadak pada wajah, leher, disertai rasa tidak nyaman dan berkeringat.
Keadaan ini umumnya berlangsung selama 3 sampai 5 menit, walaupun
intensitas dan durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita. Pada beberapa orang
keluhan ini bisa disertai oleh gejala palpitasi, rasa berdenyut pada kepala dan
leher, nyeri kepala, kadang mual, dan ansietas. Perubahan fisilologis yang
dapat terlihat adalah peningkatan temperatur tubuh, denyut nadi dan nafas.
Hot flash juga bisa diprovokasi oleh minuman panas, alkohol, stress
emosional dan kegiatan fisik yang berlebihan. Meskipun demikian, dapat
timbul setiap saat tanpa didahului oleh suatu keadaan tertentu dan dapat juga
menimbulkan gangguan tidur.
Pada dasarnya penyebab hot flash masih belum diketahui, tapi data yang
berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa keluhan
vasomotor dihasilkan karena adanya defek fungsi pada pusat termoregulasi di
hipotalamus. Pada area preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang
merupakan termoregulator yang mengatur pengeluaran keringat dan
vasodilatasi yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas tubuh.
Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya menopause
alami atau pasca ooforektomi, maka diperkirakan mekanisme yang
mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan berhubungan dengan
berkurangnya jumlah estrogen di ovarium maupun meningkatnya sekresi
gonadrotropin oleh pituitari. Selain itu, besar kemungkinan keluhan ini timbul
karena interaksi antara hormon estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada
masa perimenopause. Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar
estrogen tinggi, rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor
muncul sebagai akibat reaksi withdrawl estrogen.
Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap munculnya hot
flushes, namun masih terdapat faktor lain yang diperkirakan terlibat dalam
patofisiologi
mempersempit

hot
zona

flushes.

Perubahan

termoregulasi

di

kadar

neurotransmiter

hipotalamus

dan

akan

menurunkan

pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun
dapat memicu mekanisme pelepasan panas.
Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat mempersempit
titik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme pengeluaran

panas tubuh yang berhubungan dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui,


estrogen mengatur reseptor adrenergik pada banyak jaringan. Pada saat
menopause, terjadi penurunan kadar estrogen dan resptor 2 adrenergik di
hipotalamus. Penurunan reseptor 2 adrenergik presinaps akan memicu
peningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya akan menyebabkan gejala
vasomotor. Selain itu, penurunan 2 adrenergik reseptor presinaps juga akan
memicu peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaran
panas yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil.
Pada beberapa wanita berhubungan dengan adanya pelepasan dari
Luteinizing hormon (LH), kemungkinan akibat dari rendahnya kadar estrogen
yang beredar sehingga terjadi kegagalan dari mekanisme feedback.
Flushing bisa timbul juga setelah dilakukan hipofisektomi. Dugaan lain
adalah karena adanya mekanisme yang berhubungan dengan penurunan kadar
katekolamin hipotalamus dan kegagalan dari pusat termoregulator yang bekerja
melalui neuron yang dipengaruhi oleh LH.

Keringat malam

Gangguan tidur
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita
pada masa perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat
menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur
diantaranya :
-

Susah untuk jatuh tidur

Terbangun tengah malam dan sukar untuk kembali tidur

Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius,

mengakibatkan

kelelahan,

insomnia,

depresi,

iritabilitas

dan

ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Harus dapat dibedakan apakah


gangguan tidur tersebut skunder akibat hot flushes malam hari,
berhubungan dengan depresi atau timbul karena faktor lain, seperti:
- Gangguan hipotalamus; hampir selalu menyebabkan tidur yang
terlambat.
- Kebiasaan sehari-hari seperti tidur sebentar atau jadwal tidur yang tidak
teratur, sehingga menyebabkan gangguan tidur tengah malam.

- Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain
yang dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan
gangguan emosional.
- Gangguan fisik seperti nyeri artritis, mengakibatkan kesulitan memulai
atau mempertahankan tidur.
- Nokturia yang mengakibatkan sering terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada perimenopause adalah
memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai benarbenar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit.
3. Gangguan psikologis/kognitive

Depresi

Irritabilitas

Perubahan mood

Kurang konsentrasi, pelupa.

Seperti diketahui bahwa kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada
wanita dibandingkan pria. Risiko depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan
20-25% untuk wanita. Usia rata-rata terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja susunan
saraf pusat dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila timbul perubahan
pada hormon ini maka akan timbul keluhan psikis dan perubahan fungsi
kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke otak juga mempersulit konsentrasi
sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat berkurangnya hormon steroid seks
ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah
tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi
pada pria dan wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi
dengan terapi pemberian estrogen keluhan depresi dapat ditekan.
Oleh karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi
terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya aktivitas
serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim monoamin
oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan serotonin dan noradrenalin.
Berkurangnya jumlah estrogen akan berdampak pada berkurangnya jumlah
MAO dalam plasma. Pemberian serotonin-antagonis dapat mengurangi keluhan
depresi pada wanita pascamenopause.

Masa transisi menopause memiliki permasalahan sosiokultural yang kompleks


sebagaimana perunahan hormonal yang terjadi. Faktor psikososial dapat
mempengruhi gejala perubahan mood dan kognitif.
Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium sangat berkhasiat,
dimana sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal.
Perubahan level estrogen dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh
neurotransmiter SSP seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin dan serotonin
yang kesemuanya diketahui sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah laku
dan kesadaran.
Selama perimenopause, fluktuasi hormon terutama fluktuasi estrogen dapat
mengubah level neurotransmiter di SSP yang dapat mempengaruhi tidur, daya
ingat dan mood.
4. Gangguan seksual

Kejadian gangguan seksual pada wanita perimenopause bervariasi dan


meningkat dengan bertambahnya umur.

Gejala-gejala berupa; berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido,


dispareuni dan vaginismus
Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar estrogen menurun,

frekuensi gangguan seksual dilaporkan meningkat. Kejadian gangguan ini


cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini antara lain : berkurangnya lubrikasi
vagina, menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus. Perubahan ini harus
dijelaskan karena banyak dari para wanita tidak mengetahui adanya pengaruh
hormonal. Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa perubahan-perubahan
tersebut merupakan bagian normal pada masa transisi perimenopause.
a. Kekeringan vagina (vaginal dryness)
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang
elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga
menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat
kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit.
Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi

buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama
pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.
b. Keinginan seksual yang berubah
Dennerstein dkk melaporkan dalam penelitian di Australia, meskipun
sebagian besar wanita tidak menunjukkan perubahan dalam sexual interest
selama menopause, sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7%
sexual interest-nya meningkat. Hanya 6% dari wanita yang mengalami
penurunan seksual tersebut mengatakan menopause sebagai alasan.
Penurunan ini mungkin disebabkan oleh faktor fisiologi yang membuat
hubungan seks menjadi sulit (seperti vaginal dryness, hot flashes,
inkontinensia urine) atau oleh faktor sosial dan lingkungan.
c. Gejala-gejala somatik
Sakit kepala
Pembesaran mammae dan nyeri
Palpitasi
Pusing
d. Gejala Urogenital
Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan
organ yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Reseptor estrogen
dan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina, kandung kemih, uretra, otot
dasar pelvis serta fasia endopelvis. Struktur tersebut memilki sebuah
persamaan kemampuan untuk mereaksi perubahan hormonal sebagaimana
pada kondisi menopause dan nifas.
Kekurangan estrogen akan mengakibatkan atrofi dan penipisan pada
sel mukosa uretra dan kandung kemih serta berkuranganya sirkulasi darah
ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini
akan menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis, sering berkemih dan
inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga
gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih
hebat, atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan atrofi
mukosa uretra.
Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi,
berkerut, sel epitelnya menipis sehingga mudah cedera. Kelenjar

endoservikal mengalami atrofi sehingga lendir serviks yang diproduksi


berkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen vagina akan kehilangan
kolagen, jaringan lemak dan kemampuan untuk menahan cairan.dinding
vagina menyusut, rugae menjadi mendatar, dan akan nampak merah muda
pucat. Permukaan epitel vagina menipis hingga beberapa lapis sel sehingga
mengurangi rasio sel permukaan dan sel basal. Pada akhirnya, vagina
menjadi lebih rapuh, kering dan mudah berdarah dengan trauma minimal.
Pembuluh darah di vagina menyempit sehingga seiring berjalannya waktu
vagina akan terus menegang dan kehilangan fleksibilitasnya.
Saat seorang wanita memasuki usia perimenopause, pH vagina akan
meningkat karena menurunnya estrogen, dan akan terus meningkat pada
masa post menopause sehingga mangakibatkan mudahnya terjadi infeksi
oleh bakteri trikomonas, kandida albikan, stafilo dan streptokokus, serta
bakteri coli bahkan gonokokus. Adanya hormon estrogen akan membuat pH
vagina menjadi asam sehingga memicu sintesis Nitrit oksid (NO) yang
memiliki sifat antibakteri dan hanya dapat diproduksi bilamana pH vagina
kurang dari 4,5. Selain bersifat bakterisid, NO di vagina juga bersifat
radikal bebas bagi sel-sel tumor dan kanker. Akibat perubahan ini, maka
terjadi kekeringan vagina, iritasi, dispareuni, dan rekurensi infeksi saluran
kemih.
D. Komplikasi
Kekurangan estrogen yang terus terjadi dapat menyebabkan efek jangka panjang, yaitu:
a. Atrofi vagina dan mukosa uretra
Menyebabkan penurunan keasaman vagina, yang meningkatkan resiko infeksi,
kekeringan vagina dan dispareunia, serta gejala perkemihan, seperti desakan untuk
berkemih, sering berkemih dan sistitis.
b. Prolaps uterovagina
Menyebabkan atrofi dan perubahan otot dasar panggul dan ligamen penopangnya.
c. Osteoporosis, penurunan masa tulang menyebabkan wanita lebih rentan mengalami
fraktur.
d. Penyakit kardiovaskular, terdapat peningkatan insidens penyakit jantung koroner dan
stroke secara bermakna pada wanita setelah mengalami menopause.
e. Perubahan rambut dan kulit, dan atrofi payudara.
f. Defek kognitif, dimensia, dan cedera sistem saraf pusat
Mekanisme yang diajukan meliputi disregulasi berbagai neurotransmiter, penurunan
faktor pertumbuhan neuron, penurunan aliran darah otak, peningkatan kejadian

iskemia serebral secara laten, dan perubahan pola tidur (misal : tidur yang
berhubungan dengan gangguan pernapasan, insomnia). (Chris Brooker, 2008)
E. Pemeriksaan diagnostik
a.

Indeks maturasi
Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks
pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan sel
pada batas atas dan sepertiga tengah dinding samping vagina menggunakan sikat.
Dibuat slide dan dilakukan pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian
persentase dari sel parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun
indeks maturasi berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen,
diagnosis tidak dapat membandingkan indeks maturasi dengan karakteristik siklus
haid.

b. pH vagina
Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,0-7,5) dimana
tidak ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya penurunan kadar estradiol
serum. Uji ini dilakukan secara langsung dengan kertas pH pada dinding lateral
vagina. Perubahan pH dapat diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi
vagina yang menyertai atropi.
c. Ketebalan kulit
Estrogen menstimulasi pertumbuhan epidermal dan promotes pembentukan
kolagen dan asam hialuronik sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah.
Selama klimakterik, berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis
menjadi tipis dan atropi.
d. Pengukuran FSH
Pengukuran

kadar

plasma

FSH

telah

dilakukan

untuk

mencoba

mengidentifikasi wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang


tinggi menunjukkan telah terjadi menopause yang terjadi pada ovarium. Ketika
ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi FSH dari kelenjar pituitari
(produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan produksi FSH untuk
mencoba

merangsang

ovarium

menghasilkan

estrogen

lebih

banyak.

Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti meragukan nilai klinik dari


pengukuran FSH pada wanita perimenopause dimana kadar FSH berfluktuasi
considerably setiap bulan yang tergantung pada adanya ovulasi.

e. Estradiol
Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early
perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause
terjaga sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan
sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari
kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti
halnya

FSH,

kadar

estradiol

mempunyai

variasi

yang

tinggi

selama

perimenopause.
f. Inhibin
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert
umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH.
Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium
senescence. Kadar inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A
tidak mengalami perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan
berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan
inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan
sejumlah folikel berkurang karena umur.
Rekomendasi program skrining untuk wanita usia 40 sampai 65 tahun setiap 1
sampai 3 tahun. (Bobak dkk, 2004)
g. Pemeriksaan fisik
- Tinggi dan berat badan
- Pemeriksaan payudara
- Pemeriksaan pelvis
- Pemeriksaan vulva
- Pemeriksaan rektum
h. Periksa tekanan darah
i. Pemeriksaan laboratorium/uji diagnostik
- Pap smear
- Mamogram
Massa payudara yang terlalu kecil untuk dideteksi oleh SADARI atau
oleh petugas kesehatan bisa dideteksi dengan mamografi, suatu pemeriksaan
sinar-X dengan dosis rendah. Mamografi dilakukan dengan mengambil dua
kali sinar-X pada setiap payudara, satu penyinaran dengan payudara ditekan
dari atas ke bawah dan penyinaran yang lain adalah payudara ditekan dari satu
sisi ke sisi lain untuk memperoleh gambaran jaringan payudara yang jelas.
Prosesur berlangsung sekitar 15 menit dan menyebabkan sedikit
gangguan rasa nyaman. Perawat harus membahas manfaat mamografi dengan

wanita tersebut (ketenangan pikiran dan deteksi dini), menjelaskan prosedur


kepadanya, dan menjelaskan persiapan pemeriksaan: pada hari pemeriksaan ia
harus mengenakan pakain yang bagian atasnya dapat dibuka dengan mudah, ia
harus mandi, tetapi tidak menggunakan deodoran atau krim, salep atau bedak
badan pada area payudara atau dibawah lengan, dan ia harus menghindari
pengobatan lain atau minuman, seperti kopi, asupan kafein selama seminggu
menjelang pemeriksaan karena kafein memperbesar pembuluh darah dan dapat
-

mengacaukan hasil.
Kolesterol darah total tidak puasa
Urinalisis
Stool guiac
Hgb/Hct

Rekomendasi sesuai kebutuhan wanita setengah baya yang beresiko


1. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan kulit
- Pemeriksaan rongga mulut
2. Pemeriksaan laboratorium/uji diagnostik
- Tes tuberkulin
- VDRL
- Pemeriksaan klamida
- Kultur gonorea
- Pemeriksaan HIV
- Elektrokardiogram
- Biopsi endometrium
- Skrining densitas tulang
- Pemeriksaan prostoskopik
- Glukosa plasma puasa
F. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan yang bisa diberikan kepada para ibu menopause diantaranya
a) Masalah : Penurunan Kesuburan
Ini berkaitan dengan kualitas dari sel telur yang dihasilkan oleh tubuh seorang wanita.
Proses ini dimulai sekitar usia 35 sampai 38, sekitar 10 sampai 15 tahun sebelum
menopause terjadi.
Pendkes :
Aturlah kehamilan. Semakin tua saat mengandung, semakin besar resiko melahirkan
bayi dengan ketidaknormalan genetik. Tetap gunakan alat kontrasepsi. Tidak berarti
dengan penurunan kesuburan, ibu terlindung dari kehamilan.
b) Masalah : Perubahan Siklus Haid
Perubahan yang terjadi sangat bervariasi antar individu. Ada yang jarak antar
siklusnya memendek, ada yang memanjang, ada pula pendarahan yang terjadi menjadi

lebih banyak atau hanya sedikit (spotting). Bahkan sebagian wanita akan mengalami
haid yang tiba-tiba berhenti dan tidak haid lagi untuk selamanya.
Pendkes :
Bersikaplah tenang. Jika menemui perdarahan haid yang lebih banyak atau lama
perdarahan yang lebih lama atau juga pendarahan yang terjadi antara masa haid,
segeralah kunjungi dokter untuk mendapatkan tindak lanjut agar hal-hal yang
berbahaya dapat dihindari.
c) Masalah : Hot Flashes
Gejala dari Hot Flashes adalah sensasi rasa hangat sampai panas sekujur tubuh yang
terjadi secara mendadak terutama pada daerah dada, muka dan kepala sebagai akibat
dari melebarnya pembuluh darah. Gejala-gejala lain yang mengikutinya seperti
berkeringat, peningkatan jumlah nadi serta peningkatan detak jantung.
Pendkes :
Berusahalah untuk mengenali dan menghindari hal-hal pencetus hot flashes ini seperti
ruangan yang hangat, emosi, minuman panas, makanan tertentu, kopi, alkohol, rokok.
Gunakan baju yang sejuk, gunakan kipas angin serta tidur di ruangan yang sejuk.
Ketika hot flashes muncul, tariklah nafas yang dalam dan lambat untuk menenangkan
diri. Olah raga rutin dapat mengurangi stress atau dapat juga dengan meditasi, yoga
atau pijat.
d) Masalah : Perubahan Emosional
Banyak hal-hal yang melatarbelakangi hal ini. Hot flashes sering kejadiannya
berlangsung pada malam hari, yang menyebabkan wanita yang mengalaminya akan
mengalami kesulitan tidur. Kurangnya waktu tidur ini dapat menyebabkan keletihan
serta perubahan emosional seperti mudah marah. Perubahan hormonal juga ikut
berpengaruh. Selain itu, banyak peristiwa kehidupan yang terjadi pada masa ini yang
terjadi yang sedikit banyak juga berpengaruh, contohnya pertentangan dengan kaum
muda, takut menjadi tua, pernikahan anak, persiapan masa pensiun bagi yang bekerja
dan sebagainya.
Pendkes :
Ikutlah aktivitas yang menyenangkan. Perbanyak kawan bicara. Makanlah secara
teratur dan yang bergizi, kurangi lemak, alkohol dan kafein. Olah raga secara teratur.
Cobalah teknik mengurangi stress seperti nafas yang dalam, meditasi. Lakukan
aktivitas bagi diri Anda sendiri seperti pijat, manicure. Tidurlah yang cukup setiap
malam. Tertawalah sebanyak-banyaknya . Carilah pihak-pihak yang berkompeten
untuk membantu.
e) Masalah : Perubahan Vagina dan Inkontinensia
Pada masa ini vagina akan memendek serta menyempit. Dinding vagina menjadi tipis
dan kehilangan elastisitasnya. Gejala-gejala yang akan timbul seperti rasa panas,

gatal, pendarahan serta sakit pada saat bersenggama. Sedangan pada saluran kemih
akan timbul apa yang disebut inkontinensia, yang artinya pengeluaran urin secara
tidak sadar atau ngompol. Hal ini dapat berdampak pada lingkungan sosial serta
higienitas personal.
Pendkes :
Untuk perubahan pada vagina : Gunakan vaginal moisturizer untuk melembutkan
vagina. Gunakan lubrikan vagina yang bersifat larut air atau water-soluble untuk
melembabkan vagina. Lakukan Pap's smear serta pemeriksaan kebidanan lainnya
secara berkala.
Untuk inkontinesia : Atur jumlah minuman yang diminum secukupnya . Kurangi
kafein dan makanan yang asam karena akan mengiritasi kandung kemih. Jaga
kebersihan sehingga terbebas dari infeksi. Lakukan latihan otot dasar panggul (Kegel
Exercise). Kurangi berat badan.
f) Masalah : Perubahan Aktivitas Seksual
Pada usia tua aktivitas seksual akan berubah pada kedua belah pihak pasangan, baik
sang wanita maupun sang pria. Banyak faktor yang mendasarinya seperti, perubahan
usia, hormonal serta kejiwaan masing-masing pasangan. Perubahan-perubahan yang
terjadi meliputi berkurangnya respon seksual, aktivitas seksual yang menurun, hasrat
seksual yang berkurang, pasangan seksual yang menjadi disfungsional (misal difungsi
ereksi) dan sebagainya.
Pendkes :
Perpanjang masa foreplay, hal ini akan memperpanjang orgasme. Ubah kebiasaan
seksual, misal dengan melakukan hubungan senggama pada pagi hari saat tingkat
energi lebih tinggi. Lakukan pendekatan dengan pasangan sehingga hubungan yang
lebih baik dapat terbangun. Cobalah saling membantu dalam mengatasi masalah
seksual masing-masing pasangan.
g) Masalah : Bertambahnya berat badan
Bertambahnya berat badan akan muncul akibat bertambahnya lemak dan
berkurangnya massa otot tubuh. Selain itu detak jantung akan cenderung lebih cepat.
Hal ini dicetuskannya antara lain oleh faktor hot flashes seperti yang telah dijelaskan
di atas serta perubahan emosional. Sakit kepala pun akan ikut muncul pada wanita
yang rentan terhadap perubahan hormonal. Serta hal-hal yang lain yang mengikuti
dengan penurunan usia wanita tersebut.
Pendkes :
Mengkonsumsi makanan gizi seimbang dengan rendah kalori. Olah raga secara
teratur. Hindari pencetus stress. Lakukan hal-hal yang meredakan ketegangan.

Minumlah air yang cukup. Gunakan sun-block untuk mencegah kanker kulit. Bila
perlu konsumsi makanan tambahan.
h) Lakukan olahraga secara teratur dan terukur.
Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih
tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan
antioksidan yang berkeliaran di dalam tubuh.
Beberapa jenis olahraga yang bisa dilakukan pada saat menopause antara lain jalan
cepat, dan senam. Bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, dianjurkan untuk
melakukan senam aerobik dan senam osteoporosis.
i) Berpikir positif.
Wanita yang baru atau belum lama memasuki masa menopause biasanya akan
dirundung kegalauan dan kegelisahan. Mereka merasa sudah tidak cantik dan menarik
lagi, sehingga takut ditinggalkan suami dan sebagainya. Ketakutan semacam ini justru
akan makin memperburuk keadaan. Sebab pikiran negatif akan menimbulkan hal
yang negatif pula.
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Terapi sulih hormon (TSH)
TSH atau HRT (Hormon Replacement Terapy) merupakan pilihan untuk
mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause
dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu, TSH juga berguna
untuk menjaga berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan
vasomotor, vagina yang kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih.
Penggunaan TSH juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari
kehilangan hormon estrogen, seperti osteoporosis dan jantung koroner. Jadi,
tujuan pemberian TSH adalah sebagai suatu usaha untuk mengganti hormon yang
ada pada keadaan normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang
bertambah tua (Kasdu, 2002).
Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :
- Tekanan darah tidak boleh tinggi.
- Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.
- Besar uretus normal ( tidak ada mioma uterus ).
- Tidak ada varises di ekstremitas bawah.
- Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.
- Kelenjar tiroid normal.

- Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.
- Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu
dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam
Kontraindikasi :
- Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis.
- Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi.
- Riwayat ikterus dalam kehamilan.
- Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia
berat.
- Varises berat, tromboflebitis
Prinsip dasar pemberian Terapi Sulih Hormon :
- Wanita yang memiliki uterus, maka pemberian estrogen harus selalu
dikombinasikan dengan progesteron. Tujuan penambahan progesteron adalah
untuk mencegah kanker endometrium.
- Wanita tanpa uterus, maka cukup pemberian estrogen saja dan estrogen
diberikan secara kontinue (tanpa istirahat).
- Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan
haid, TSH diberikan secara sekuensial. Wanita paska menopause yang masih
ingin haid diberikan secara sekuensia, kecuali jika tidak terjadi haid diberikan
secara kontinyu.
- Jenis estrogen yang diberikan adalah estrogen dan progesteron alamiah.
- Pemberian selalu dimulai dengan dosis rendah.
- Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang
memiliki sifat androgenik.
Jenis Pemberian :
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron.
Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk
wanita yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan
progesteron untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi.
Estrogen diberikan setiap hari tanpa terputus.
b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.

Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan progesteron


diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-14 hari) setiap siklus
dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia endometrium. Lebih sesuai
diberikan pada perempuan pada usia pra atau perimenopause yang masih
menginginkan siklus haid.
Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa terputus.
Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan pertama dapat saja
terjadi perdarahan bercak. Rejimen ini tepat diberikan pada perempuan
pascamenopause.
Cara pemberian TSH :
Oral
Transdermal
Semprot hidung
Implan (susuk)
Pervaginam (krem vagina)
Sublingual
Dosis:
Jenis

Kontinue

Dosis

Estrogen konjugasi

Oral

0.3-0.4 mg

Oral

1-2 mg

17 estradiol

Transdermal

50-100 mg

Subkutan

25 mg

Estradiol valerate

Oral

1-2 mg

Estradiol

Oral

0,625-1,25 mg

Tabel 1. Dosis Anjuran Sulih Estrogen

Jenis

Sekuensial

Kontinyu

Progesteron

300 mg

100 mg

asetat (MPA)

10 mg

2,5-5 mg

Siproteon asetat

1 mg

1 mg

Didrogesteron

10-20 mg

10 mg

Normogestrol asetat

5-10 mg

2,5-5 mg

Medroksiprogesteron

Tabel 2. Dosis Anjuran Sulih Progesteron


Lama Penggunaan :
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai
berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon
sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsurangsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal
tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan
terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa
tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.
Efek Samping :
- Meningkatkan resiko kanker payudara
- Meningkatkan resiko penyakit tromboemboli
- Peningkatan berat badan
- Meningkatkan frekuensi dan derajat sakit kepala pada pasien migrain
- Perdarahan
b. Pengobatan Alternatif

- Vitamin B6 dalam dosis kurang dari 200 mg dapat meredakan beberapa gejala
yang menegangkan.
- Vitamin E efektif mengurangi rasa panas.
- Androgen digunakan bersama

estrogen pada beberapa

wanita untuk

meningkatkan libido, mengurangi nyeri payudara, dan mengurangi migrain.


2. Non Farmakologi
a. Olahraga
Olahraga akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan seseorang, biasanya ini juga
membawa dampak positif, seperti :
- Menguatkan tulang
- Meningkatkan kebugaran
- Menstabilkan berat badan
- Mengurangi keluhan menopause
- Mengurangi stres akibat menopause
Olahraga bagi wanita yang mengalami menopause tentu saja berbeda dengan wanita
yang masih dalam usia reproduktif karena biasanya beberapa organ tubuhnya sudah tidak
berfungsi sempurna, selain itu beberapa penyakit sudah dideritanya.
Tujuan olahraga bagi wanita menopause adalah selain menjaga kebugaran juga untuk
mengurangi atau mengobati penyakit.
Jenis-jenis olahraga yang bisa dilakukan untuk wanita usia menopause yaitu jalan
cepat, senam, dan berenang.
Gerakan yang dilarang:
Melompat
Membungkuk dengan punggung ke depan seperti gerakan mengambil sesuatu di lantai
Menggerakkan kaki ke samping atau ke depan melawan beban
b. Nutrisi (Diet)
Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan proses perbaikan
(remodelling) diri lagi, misalnya masa tulang tidak melakukan pembentukan kembali.
Selain itu, semakin tua aktivitas gerak yang dilakukan juga tidak sekuat dulu sehingga
kalori yang dikeluarkan juga berkurang sehingga kalori yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh juga menurun dengan demikian, asupan makanan yang dibutuhkan
juga berkurang. Sehingga setiap orang tetap membutuhkan makanan bergizi seimbang

yang berfungsi untuk memenuhi zat zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral (Kasdu, 2002).
c. Fitoestrogen
Fito artinya tanaman sedangkan estrogen maksudnya memiliki struktur kimia dan
khasiat biologik seperti estrogen. Struktur kimia fitoestrogen sebagian besar bukan
steroid sedangkan estrogen umumnya adalah steroid.
Fitoestrogen terdiri dari :
a. Isoflavon (banyak ditemukan dalam kacang kedelai, kacang hitam, lentil, red
clover, chickpea, terutama kedelai dengan produk olahannya : susu, tofu, tempe,
tauco, kecap)
Khasiat: bisa mengatasi osteoporosis dan hot flush, serta mencegah kanker
payudara dan kandung kemih.
b. Coumestan (terdapat pada daun semanggi, kacang kedelai, kacang hijau, kecambah
kedelai, red clover)
Khasiat: efektif mencegah kanker bila dikombinasikan isoflavon.
c. lignan (Terdapat dalam: gandum, sayuran (buncis), buah-buahan (pepaya,
bengkuang), biji bunga matahari).
Khasiat: menurunkan kadar kolesterol dan kepekaan insulin, serta risiko kanker
payudara.
d. Kalsium
Kebutuhan 1200mg/hari
Dapat diperoleh pada: susu,keju,daun pepaya,bayam, teri, tahu, singkong, daun
melinjo,kedelai, apel, kangkung, kacang ijo dan pepaya,kacang tanah kupas, ikan segar,
beras giling, roti putih, ayam, dan daging sapi.
e. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang menentukan kesehatannya di masa yang akan mendatang.
Perubahan gaya hidup untuk pencegahan jantung koroner pada wanita, salah satu dgn
mengurangi atau kalau mungkin menghentikan merokok termasuk minum minuman
beralkohol.
Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah masalah makanan dan olahraga, pola
makanan yang baik, disesuaikan dengan kebutuhan gizi usia tersebut serta aktivitas.
f. Pemberian Konseling

Masalah utama yang dialami wanita pada masa klimakterium adalah faktor psikis,
wanita biasanya mempunyai rasa takut, gelisah, tegang, tidak percaya diri dan khawatir
bahwa dirinya tidak semenarik dan seprima dulu lagi. Alasan bahwa badan lemah dan
tidak bergairah hanyalah alasan untuk menutupi ketakutan dan kekhawatiran tersebut.
Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat perubahan tersebut dan biasanya
menghilang perlahan dan tidak mengakibatkan kematian. Namun tak jarang
mengakibatkan rasa tidak nyaman dan terkadang menyebabkan gangguan dalam aktivitas
sehari-hari.
Konseling yang diberikan pada wanita yang memasuki masa klimakterium meliputi
penjelasan dan pemahaman kesehatan reproduksi wanita yang mencakup perubahanperubahan fisik dan psikologis serta berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai
masa kehidupan wanita. Perubahan itu dimulai dari masa bayi, masa kanak-kanak,
pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masing-masing masa
mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawatan keadaan tubuhnya
dalam menghadapi masa tersebut. Perubahan-perubahan tersebut adalah hal yang wajar
dan pasti terjadi dalam siklus kehidupan wanita. Pada masa sekarang ini tanggung jawab
kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada istri, namun melibatkan peran
suami. Oleh karena itu maslah kesehatan reproduksi wanita sudah merupakan tanggung
jawab bersama antara suami dan istri.

PATOFISIOLOGI KLIMAKTERIUM
Usia lanjut
Menurun Fungsi Ovarium
Menurun kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan gonadotropin
Terganggunya interaksi antara hipotalamus hipofise
Kegagalan fungsi luteum
Turunnya fungsi steroid ovarium
Berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus
Peningkatan produksi FSH
Hiperseksi folikel
Menurunnya Jumlah folikel
Sedikitnya sel telur yang dilepaskan
Keluaran estrogen dan progesteron Menurun
Lapisan rahim berhenti menebal
Perdarahan menstruasi berhenti
Rahim & ovarium mengerut
Klimakterium
Stres psikologi
Pola koping tidak efektif

Keluaran estrogen dan

Ketidakberdayaan

progesteron sedikit

Cemas dan gelisah


Berkeringat banyak

Kurang pengetahuan tentang


proses penuaan

Insomnia

Produksi cairan vagina


berkurang
Sakit saat bersenggama

Informasi tetangga
Gangguan Pola Tidur

Libido seks terganggu


Kurang percaya diri

Ansietas
Disfungsi seksual

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KLIMAKTERIUM


A. Pengkajian
1) Identitas Klien
a. Nama
: Ny. N
b. Umur
: 49 Tahun
c. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
d. Jenis Kelamin
: Perempuan
e. Diagnosa Medis : Klimakterium
2) Keluhan Utama :
Klien mengeluh menstruasi tidak teratur
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Timbul gatal pada vagina, nyeri saat bersenggama, sering merasa gejolak panas
sehingga berkeringat sehingga tidak nyaman dan sulit tidur, mudah tersinggung,
b.
c.
d.
e.
f.

gelisah, dan lekas marah.


Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat Lingkungan : Riwayat pengobatan : Riwayat Bio Psiko Sosial Spirutual
Biologis : Psikologis : Mudah tersinggung, gelisah, dan lekas marah padahal biasanya sabar
apalagi setelah anaknya menikah dan pindah sehingga merasa anaknya tidak lagi
peduli dengan dia dan anaknya lebih memikirkan istri dan anaknya, jarang ke
rumah, telpon tidak di anggap. Sudah merasa suami tidak memperhatikannya lagi
suami lebih memperhatikan mobil. Klien jadi takut jika suami tidak menyukai dia
lagi apalagi dia sering menolak berhubungan suami istri karena nyeri.
Sosial
: Mendengar dari tetangga dengan pertambahan usia kehidupan seksual
berakhir dimana tidak ada gairah lagi, tetangga juga mengatakan akan mulai sakit-

sakitan dibandingkan laki-laki yang selalu terlihat lebih sehat dan gagah.
Spiritual : 4) Kebutuhan Dasar
a. Pola makan
:b. Pola napas
:c. Pola eliminasi
:d. Aktivitas
:e. Pola tidur
: Sulit tidur
f. Pola seksual
: nyeri saat senggama, sering menolak ketika suami mengajak
berhubungan seksual
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : b. Kesadaran : c. Antropometri :

- BB : - TB : d. TTV (Tanda-Tanda Vital)


RR
: 20 x/mt
TD
: 130/80 mmHg
HR
: 88 x/mt
S
: 37,2oC
e. Pemeriksaan Persistem
Sistem Respirasi : Sistem Reproduksi : menstruasi tidak teratur, nyeri saat senggama, gatal pada
vagina
Sistem Kardiovaskular : Sistem Neurobehaviour : Sistem Imun dan Hematologi : Sistem Integumen : terasa gatal pada vagina
f. Pemeriksaan Fokus
Inspeksi
: Palpasi
: Perkusi
: Auskultasi
:6) Pemeriksaan yang dilakukan : 7) Terapi yang di berikan : B. Analisa Data
No
Data
1. DO:
Nyeri saat senggama
Gatal pada vagina
DS:
Sering menolak saat
di ajak berhubungan
seksual
Nyeri saat senggama

Etiologi
Usia lanjut
Menurunnya Fungsi Ovarium
Sedikitnya sel telur yang
dilepaskan
Estrogen dan progesteron menurun
Rahim dan Ovarium mengerut
Klimakterium
Estrogen dan progesteron menurun
Produksi Cairan Vagina Berkurang
Sakit Saat Senggama
Libido Seks Terganggu

Masalah
Disfungsi seksual

Tidak terpenuhi kebutuhan seksual


2.

DO:
Merasa gejolak panas
sehingga

tidak

Disfungsi seksual
Usia lanjut

Gangguan pola tidur

Menurunnya Fungsi Ovarium


Sedikitnya sel telur yang

nyaman

dilepaskan
DS:
Pasien

menyatakan

Estrogen dan progesteron menurun


Rahim dan Ovarium mengerut

sulit tidur
Gejolak

panas

sehingga

tidak

nyaman

Klimakterium
Perubahan pada organ reproduksi
dan tubuh
Stress Psikologis
Pola koping tidak efektif
Ketidakberdayaan
Cemas dan Gelisah, Hotflases
Perasaan tidak nyaman

3.

Gangguan pola tidur


Usia lanjut

DO:

Menurunnya Fungsi Ovarium


DS:
Gelisah
Merasa
suami

Sedikitnya sel telur yang


anak
sudah

dan
tidak

memeperhatikan
Takut suami tidak

dilepaskan
Estrogen dan progesteron menurun
Rahim dan Ovarium mengerut

menyukai nya lagi


Mendengar
dari

Klimakterium

tetangga jika semakin

Perubahan pada organ reproduksi

tua

gejolak

berkurang

seksual

dan tubuh

Ansietas

Stress Psikologis
Pola koping tidak efektif
Ketidakberdayain
Cemas dan Gelisah
Kurang Pengetahuan Tentang
Proses Penuaan
Informasi Tetangga
Ansietas

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1.

Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi seksual di tandai
dengan klien mengeluh nyeri saat senggama, klien sering menolak berhubungan suami
istri karena adanya nyeri.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, klien dapat menjalankan aktivitas
seksual alternatif yang memuaskan dengan kriteria : Nyeri hilang saat
berhubungan, klien tidak menolak bila diajak berhubungan suami istri.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, disfungsi seksual teratasi.
Intervensi
Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dan biasanya klien kesulitan untuk berbicara
beri kesempatan kepada klien untuk tentang subjek sensitive,
menggambarkan

masalahnya

dalam terciptanya

kata-kata sendiri

rasa saling percaya

menentukan/mengetahui
dirasakan

2. Beri informasi tentang kondisi individu


3. Anjurkan

klien

untuk

dengan

klien

pasien

apa
yang

dapat
yang

menjadi

kebutuhannya
informasi akan membantu klien memahami

situasinya sendiri
berbagi komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi

pikiran/masalah dengan pasangan/orang area


dekat
4. Diskusikan

tapi dengan

penyesuaian

atau

masalah

dan

meningkatkan diskusi dan resolusi


tentang mengurangi kekeringan vagina yang dapat

penggunaan cara/teknik khusus saat menimbulkan

rasa

sakit

dan

iritasi,

berhubungan (misalnya: penggunaan sehingga meningkatkan kenyamanan dalam


minyak vagina)
berhubungan
5. Kolaborasi :
memulihkan atrofi genetalia, kekeringan
- Dengan dokter : Beri obat sesuai
vagina, uretra
indikasi (Estrogen pengganti)
mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
- Dengan konselor/ahli seksualitas
untuk meningkatkan kepuasan hasil

2.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan produksi keringat yang berlebihan akibat hot
flash di tandai dengan klien mengeluh merasa panas dan sering berkeringat

Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, keseimbangan istirahat dan aktivitas
klien optimal KH : Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk memudahkan
tidur, klien dapat tidur.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, kebutuhan istirahat/tidur klien
terpenuhi.
Intervensi
Rasional
1. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
yang terjadi
intervensi yang tepat
2. Kurangi kebisingan dan lampu saat Memberikan situasi yang kondusif untuk
tidur
tidur
3. Anjurkan klien untuk memakai pakaian Pakaian
yang menyerap keringat
4. Anjurkan

klien

untuk

yang

mengurangi

menyerap

keringat

ketidaknyamanan

akibat

keringat berlebih
menghindari Mengurangi rasa tidak nyaman

makanan berbumbu, pedas, dan gorenggorengan, alkohol


5. Anjurkan klien untuk

menghindari Menghindari trigger yang mencetuskan hot

beraktivitas di cuaca yang panas


flash
6. Anjurkan klien untuk mencuci muka Mengurangi

rasa

panas

dan

keringat

saat hot flashes terjadi


berlebih
7. Kolaborasi : Berikan sedatif sesuai Dapat membantu klien tidur/istirahat
dengan indikasi
3.

Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perjalanan proses penyakit di


tandai dengan klien mengeluh merasa cemas memikirkan keadaannya.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, cemas yang dirasakan klien
hilang/berkurang dengan kriteira klien merasa rileks, dapat menerima dirinya apa
adanya.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, ansietas tidak lagi dirasakan oleh klien.

Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat ketakutan dengan cara Hubungan saling percaya mempermudah
pendekatan dan bina hubungan saling klien dalam megungkapkan perasaannya
percaya
2. Pertahankan lingkungan yang tenang Lingkungan yang nyaman dan aman dapat
dan aman serta menjauhkan benda- mencegah

terjadi

hal-hal

yang

tidak

benda berbahaya
diinginkan
3. Libatkan klien dan keluarga dalam Keterlibatan keluarga dapat meningkatkan
prosedur pelaksanaan dan perawatan
4. Ajarkan penggunaan relaksasi

kerja sama klien dan penyesuaian positif


terhadap keadaannya
Teknik relaksasi dapat

meningkatkan

perasaan kontrol klien terhadap tubuhnya


pada keadaan stress
5. Beritahu tentang penyakit klien dan Membantu klien dalam kegaitan mandiri
tindakan yang akan dilakukan secara
sederhana

DAFTAR PUSTAKA
Baziad, Ali.2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Pramihardjo
Brooker,Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21262/4/Chapter%20II.pdf

LAMPIRAN
Step 7
Definisi

Pra menopause (fase peralihan) pasca menopause 40-65th (Ayu)


2-8th sebelum menopause, 1th setelah menopause (Sarita)
Reproduksi senium, karena degenerative ovarium (Putri)
estrogen , gonadotripin (Wina)

Etiologi

Fisiologis tubuh usia lanjut fungsi ovarium folikel estrogen,

GnRH
Factor penyerta :
- Penyakit (TB, Anemia)
(Nurasiyah)
- Gaya hidup (merokok)
- Aktivitas tinggi
- Social ekonomi : ekonomi rendah, cepat klimakterium
- Lingkungan
- Obesitas
- Jumlah klahiran
Alami fisiologi (sklerosis pembuluh darah) O2 dan nutrient yang

dibutuhkan ovarium
(Sisca)
Buatan (belum saatnya klimekterium tetapi terjadi ), co pengangkatan

ovarium, kemoterapi, radioterapi


Gizi
Diabetic terkait gen
(Nurasiyah)
Fungsi genetic

Manifestasi klinis

Tidak mendapat haid (Ria)


Hot flush
Jantung berdebar-debar
Sakit kepala
Vertigo
Cemas
Depresi
Insomnia
Cepat lupa
Sulit konsentrasi

Pra menopause

Haid tidak teratur


Neurovegetatif
Gangguan psikis

(Fuji)

Gangguan organic (osteoporosis )

Hot flash sensasi panas kemerahan , tiba-tiba keringat tidak nyaman


(Febri)
Kulit vagina menipis, pertumbuhan rambut pada wajah
Tidak dapat menahan berkemih kontinensia urin, ISK
Gg. Mata kaji air mata kering, gatal

(Sarita)
(Wina)

(Putri)

Cemas depresi (gigi mudah copot)


Gg. Dihipotalamus (preoptik media) pengaturan keringat dam suhu
(Tsaalits)
Kekeringan vagina estrogen stimulus kekelenjar bartolini
lubrikasi nyeri

(Sisca)

Fase-fase klimakterium
1.
2.
3.
4.

Pra menopause (4-5th sebelum menopause)


Menopause (50th)
Pasca menopause
Oovaropause kehilangan seluruh fungsi hormonnya

(Febri)

Komplikasi

Jantung koroner
Osteoporosis
Arteriosklerosis

Osteoblast ada reseptor estrogen


(Sisca)
Gg. Vaskuler
LDL, HDH mudah ateriosklerosis terjadi jantung koroner

(Nurasiyah)
penyerapan kalsium di usus
sintesis protein penting untuk regulasi kalsium

(kamila)

Pemeriksaan diagnostic

Colonoscopy : kelainan di liang senggama (Wina)


USG : kelainan pada abdomen
Pas smear : deteksi kanker rahim
(Ayu )
Sinar x-ray : tulang vertebra dan panggul
(Febri)
Kadar FSH dan estrogen
(Nurasiyah)
Scrining densitas tulang
(Putri)
Fisik : TB bias berkurang
Kulit , mulut, rectum, darah, dan fisura

Penatalaksanaan

Olah raga : senam, jalan cepat, berenag


(Ayu)
Diet : gizi seimbang
Life style : pola makan
Pemberian estrogen : Oral : resiko ke lambung dan masuk ke hati yang
memicu rennin (Putri)
Topikal : oleskan di vagina sedikit yang menyerap ke pembuluh darah
Transdermal : tempelkan di kulit

Vit B.6
(Tsalis)
Vit.E hot flash
Terapi androgen
Estrogen alami kacang-kacangan, daun semanggi, gandum , sayur
Atasi nyeri krim hormon , jelly K-Y
(Kamila)
Atasi gatal krim hidrokortison / krim kortikosteroid

Pencegahan

Atur makanan cukup, vit A,B,C,D,E


(Dea)
Kadar gula rendah
Kalsium
Papsmear nutrisi
Tidur cukup
Olah raga teratur
Banyak mengkonsumsi air putih
(Febri)

Patofosiologi
(Sisca)
Pengkajian
(Kamila)
Askep
(Wina, Kamila, Fuji, Tsaalits)

Anda mungkin juga menyukai