Disusun Oleh :
TUTOR 5
SARITA SARASWATI
220110100004
TSAALITS MUHARROROH
220110100016
220110100028
NUR ASIYAH
220110100040
RIA OCTAVYANI
220110100052
SISCA DAMAYANTI
220110100064
WINA TRESNAWATI
220110100076
220110100088
220110100100
220110100112
FUJI LESTARI
220110100124
DHEA DEZHITA
220110100136
Chair
: Dhea Dhezita
12. Biasa, karena estrogen ditambah adanya pendapat dari tetangga dan melihat kondisi
suami yang beda, masih sehat dan gagah (Fuji)
13. - Gangguan rasa nyaman: nyeri (Fuji)
- Ansietas
- Gangguan pemenuhan kebutuhan seksual
- Gangguan pola tidur
- Resiko tinggi infeksi
14. - Life stye sehat
(Sarita)
- Kacang-kacangan, buah-buahan
- Mengurangi paparan zat karsinogenik
15. Klimakterium (masa pra menopause) (Wina)
16. Fisiologis, semua wanita mengalaminya, karena estrogen (Tsaalits)
17. LO
18. LO
1. Genetalia Eksternal
a. Mons Veneris
Disebut juga gunung venus, adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan
pada wanita dewasa ditutup oleh rambut kemaluan.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
di bagian bawah bertemu membentuk perineum.
Permukaan ini terdiri dari :
Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea(lemak).
Vagina merupakan suatu kanal yang dilapisi oleh membrane mukosa dan
terbentang dari depan ke belakang, dari vulva ke serviks sepanjang 7,5 sampai 10
cm. di sebelah anterior vagina adalah kandung kemih dan uretra, dan disebelah
posterior vagina terletak rectum. Dinding anterior dan posterior vagina normalnya
bersentuhan satu sama lain. Bagian atas vagina, forniks, mengelilingi serviks
(leher sempit dari uterus).
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina adalah :
Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
Alat hubungan seks
Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Tuba Fallopi
Tuba fallopi juga disebut tuba uterine atau oviduct, adalah jalur yang dibentuk
oleh otot-otot polos yang terbuka di salah satu sisi ke korpus uterus dan disisi lain
ke rongga peritoneum. Lubang yang mengarah ke rongga peritoneum memiliki
tonjolan-tonjolan mirip jari yang disebut fimbrie yang mengelilingi ovarium.
Tonjolan-tonjolan tersebut dilapisi oleh silia. Silia bergerak menyapu kea rah
tuba fallopi dan menarik ovum yang dikeluarkan oleh ovarium ke dalam tuba
fallopi.
Tuba fallopi terdiri atas:
1) pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus
2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya
3) pars ampullaris, bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat
konsepsi terjadi
4) infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan
mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur
untuk kemudian menyalurkan telur ke dalam tuba yang terbuka kea rah seperti
anemone (binatang laut).
Setelah berada di tuba fallopi, ovum berjalan singkat untuk masuk ke bagian
yang melebar yang disebut ampula. Pembuahan ovum oleh sperma biasanya
terjadi di ampula tuba fallopi. Dari ampula, ovum berjalan ke uterus dalam waktu
3-4 hari.
c. Uterus
Uterus merupakan organ muscular berentuk buah pir, membentuk panjang 7,5
cm dan lebar 5 cm pada bagian atasnya. Dindignya membentuk tebal sekitar 1,25
cm.
sekunder
dan
mempunyai
pengaruh
terhadap
psikologi
sel epitel yang oleh basil doderlein diubah menjadi asam laktat sehingga
menyebabkan pH vagina menjadi rendah.
Disamping itu estrogen mempunyai fungsi :
a) mempengaruhi hormone lain.
menekan produksi hormone FSH dan menyebabkan sekresi LH
merangsang pertumbuhan follikel didalam ovarium, sekalipun tidak ada
FSH.
b) menimbulkan proliferasi dari endometrium baik kelenjarnya maupun
stromanya.
c) mengubah uterus yang yang infantile menjadi matur.
d) merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas otot otot tuba fallopi.
e) servik uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir yang
bertambah banyak encer, alkalis dan aselluler dengan pH yang bertambah
sehingga mudah dilalui spermatozoa.
f) menyebabkan pertumbuhan sebagian lobuli alveoli dan saluran glandula
mamma.
Progesteron
Pada siklus menstruasi ovulatoir kadar progesterone mulai dapat
ditentukan pada hari ke 14, mencapai maksimum pada hari ke 16 dan tetap
bertambah
sampai
hari
ke
24
yang
kemudian
kadarnya
masa dimana menstruasi tidak lagi terjadi setiap bulan pada mereka yang berada pada usiausia menjelang menopause. Tahap ketiga adalah postmenopause yaitu masa setelah
perimenopause sampai senilis. Wanita pada umumnya menyebut fase klimakterium ini
sebagai menopause. Pengetahuan bahwa klimakterium adalah suatu proses dan bukan suatu
peristiwa adalah penting agar secara efektif dapat menangani permasalahan yang dihadapi
wanita dalam masa-masa ini (Gebbie, 2005 ; Kasdu , 2004 ; Llewellyn, 2001 ; Rayburn ,
2001).
Pada masa premenopause, hormon estrogen dan progesteron masih tinggi, tetapi
semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause. Keadaan ini
berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia seorang
wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan
adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel
telur tumbuh dan berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang berkembang
sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh
menjadi matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel
telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Oosit pada usia
menjelang 40 tahun, lebih sulit untuk menjadi matang, yang kemudian menjadi anovulasi dan
haid yang tidak teratur. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50
tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja
(Brooker, 2008 ; Goldfien, 2000 ; Kasdu, 2004 ; Rayburn , 2001).
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk
menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi
antara hipotalamus hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian
turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif
terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Sel-sel stroma ovarium berespon terhadap stimulasi
LH yang meningkat dengan memproduksi lebih banyak androstenedion tetapi hanya sejumlah
kecil estrogen. Dari kedua gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH.
Kadar FSH pada masa menopause adalah 30-40 mIu/ml. Rata-rata kecepatan produksi
estradiol turun menjadi 12 g/24 jam (44 nmol/24 jam). Laju produksi estron adalah 55
g/24 jam (202 nmol/24 jam). Dan kadar progesteron kira-kira merupakan 30% konsentrasi
yang terlihat pada wanita muda selama fase folikuler (Goldfien , 2000 ; Llewellyn, 2001 ;
Sarwono , 2002 ; Shimp dan Smith, 2000).
ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur
sehingga tidak memproduksi sel telur.
6. Merokok
Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini
dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.
7. Genetik
Menopause dikarenakan adanya Terapi Kanker seperti radiasi dan kemoterapi
8. Infeksi seperti TB, gondok
9. Menopause akibat Pembedahan seperti pembedahan karena endometriosis, kanker
ovarium, kanker rahim, polip.
C. Tanda dan gejala
1. Perubahan pola haid
a. Siklus menjadi pendek (2-7 hari) :
Siklus memanjang
Spotting
Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan dari
pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan mengalami perubahan dalam
siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh,
wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan
mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase
folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau
26 hari dan pada waktu terjadi perimenopause kejadian oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal
atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus
luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak
teratur.
Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan.
Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang disebabkan oleh
siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan
mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus
haid yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif
wanita tersebut selalu berdarah.
Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal selama
perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara siklus haid
bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium untuk menegakkan
diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor risiko yang lain untuk terjadinya
karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas.
Untuk kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila
ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat mengenai pola perdarahan.
Tanda awal dari perimenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid.
Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron.
Didapatkan sekitar 33% dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan
perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69% pada wanita perimenopause dan
postmenopause. Penelitian klinik pada wanita perimenopause menunjukkan bahwa
lebih kurang 90% wanita selama perimenopause mengalami ketidakteraturan haid;
hanya 10-12% dari wanita premenopause yang mengalami amenore mandadak.
Insiden kelainan organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat
perimenopause. Oleh karena siklus haid pada periode ini kemungkinan anovulatoar,
risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat unopposed estrogen menjadi
lebih tinggi.
2. Ketidakstabilan vasomotor
Hot flushes
Flushing adalah suatu episode akut timbulnya eritema dan sensasi rasa
panas pada wajah, telinga, dan leher, kadang dapat timbul pada dada bagian
atas dan daerah epigastrium. Keadaan ini timbul karena adanya peningkatan
aliran darah kulit yang bersifat sementara. Jenis fisiologis flushing yang paling
banyak ditemukan adalah flushing yang timbul pada wanita menopause,
disebut dengan menopausal atau klimakterik flushing atau lebih dikenal
dengan "Hot flash".
Kurang lebih 75% wanita mengalami flushing selama menjelang
menopause (klimakterik) atau setelah dilakukan oophorektomi dan merupakan
hot
zona
flushes.
Perubahan
termoregulasi
di
kadar
neurotransmiter
hipotalamus
dan
akan
menurunkan
pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun
dapat memicu mekanisme pelepasan panas.
Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat mempersempit
titik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme pengeluaran
Keringat malam
Gangguan tidur
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita
pada masa perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat
menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur
diantaranya :
-
Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius,
mengakibatkan
kelelahan,
insomnia,
depresi,
iritabilitas
dan
- Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain
yang dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan
gangguan emosional.
- Gangguan fisik seperti nyeri artritis, mengakibatkan kesulitan memulai
atau mempertahankan tidur.
- Nokturia yang mengakibatkan sering terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada perimenopause adalah
memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai benarbenar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit.
3. Gangguan psikologis/kognitive
Depresi
Irritabilitas
Perubahan mood
Seperti diketahui bahwa kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada
wanita dibandingkan pria. Risiko depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan
20-25% untuk wanita. Usia rata-rata terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja susunan
saraf pusat dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila timbul perubahan
pada hormon ini maka akan timbul keluhan psikis dan perubahan fungsi
kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke otak juga mempersulit konsentrasi
sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat berkurangnya hormon steroid seks
ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah
tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi
pada pria dan wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi
dengan terapi pemberian estrogen keluhan depresi dapat ditekan.
Oleh karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi
terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya aktivitas
serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim monoamin
oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan serotonin dan noradrenalin.
Berkurangnya jumlah estrogen akan berdampak pada berkurangnya jumlah
MAO dalam plasma. Pemberian serotonin-antagonis dapat mengurangi keluhan
depresi pada wanita pascamenopause.
buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama
pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.
b. Keinginan seksual yang berubah
Dennerstein dkk melaporkan dalam penelitian di Australia, meskipun
sebagian besar wanita tidak menunjukkan perubahan dalam sexual interest
selama menopause, sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7%
sexual interest-nya meningkat. Hanya 6% dari wanita yang mengalami
penurunan seksual tersebut mengatakan menopause sebagai alasan.
Penurunan ini mungkin disebabkan oleh faktor fisiologi yang membuat
hubungan seks menjadi sulit (seperti vaginal dryness, hot flashes,
inkontinensia urine) atau oleh faktor sosial dan lingkungan.
c. Gejala-gejala somatik
Sakit kepala
Pembesaran mammae dan nyeri
Palpitasi
Pusing
d. Gejala Urogenital
Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan
organ yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Reseptor estrogen
dan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina, kandung kemih, uretra, otot
dasar pelvis serta fasia endopelvis. Struktur tersebut memilki sebuah
persamaan kemampuan untuk mereaksi perubahan hormonal sebagaimana
pada kondisi menopause dan nifas.
Kekurangan estrogen akan mengakibatkan atrofi dan penipisan pada
sel mukosa uretra dan kandung kemih serta berkuranganya sirkulasi darah
ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini
akan menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis, sering berkemih dan
inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga
gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih
hebat, atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan atrofi
mukosa uretra.
Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi,
berkerut, sel epitelnya menipis sehingga mudah cedera. Kelenjar
iskemia serebral secara laten, dan perubahan pola tidur (misal : tidur yang
berhubungan dengan gangguan pernapasan, insomnia). (Chris Brooker, 2008)
E. Pemeriksaan diagnostik
a.
Indeks maturasi
Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks
pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan sel
pada batas atas dan sepertiga tengah dinding samping vagina menggunakan sikat.
Dibuat slide dan dilakukan pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian
persentase dari sel parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun
indeks maturasi berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen,
diagnosis tidak dapat membandingkan indeks maturasi dengan karakteristik siklus
haid.
b. pH vagina
Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,0-7,5) dimana
tidak ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya penurunan kadar estradiol
serum. Uji ini dilakukan secara langsung dengan kertas pH pada dinding lateral
vagina. Perubahan pH dapat diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi
vagina yang menyertai atropi.
c. Ketebalan kulit
Estrogen menstimulasi pertumbuhan epidermal dan promotes pembentukan
kolagen dan asam hialuronik sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah.
Selama klimakterik, berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis
menjadi tipis dan atropi.
d. Pengukuran FSH
Pengukuran
kadar
plasma
FSH
telah
dilakukan
untuk
mencoba
merangsang
ovarium
menghasilkan
estrogen
lebih
banyak.
e. Estradiol
Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early
perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause
terjaga sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan
sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari
kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti
halnya
FSH,
kadar
estradiol
mempunyai
variasi
yang
tinggi
selama
perimenopause.
f. Inhibin
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert
umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH.
Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium
senescence. Kadar inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A
tidak mengalami perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan
berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan
inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan
sejumlah folikel berkurang karena umur.
Rekomendasi program skrining untuk wanita usia 40 sampai 65 tahun setiap 1
sampai 3 tahun. (Bobak dkk, 2004)
g. Pemeriksaan fisik
- Tinggi dan berat badan
- Pemeriksaan payudara
- Pemeriksaan pelvis
- Pemeriksaan vulva
- Pemeriksaan rektum
h. Periksa tekanan darah
i. Pemeriksaan laboratorium/uji diagnostik
- Pap smear
- Mamogram
Massa payudara yang terlalu kecil untuk dideteksi oleh SADARI atau
oleh petugas kesehatan bisa dideteksi dengan mamografi, suatu pemeriksaan
sinar-X dengan dosis rendah. Mamografi dilakukan dengan mengambil dua
kali sinar-X pada setiap payudara, satu penyinaran dengan payudara ditekan
dari atas ke bawah dan penyinaran yang lain adalah payudara ditekan dari satu
sisi ke sisi lain untuk memperoleh gambaran jaringan payudara yang jelas.
Prosesur berlangsung sekitar 15 menit dan menyebabkan sedikit
gangguan rasa nyaman. Perawat harus membahas manfaat mamografi dengan
mengacaukan hasil.
Kolesterol darah total tidak puasa
Urinalisis
Stool guiac
Hgb/Hct
lebih banyak atau hanya sedikit (spotting). Bahkan sebagian wanita akan mengalami
haid yang tiba-tiba berhenti dan tidak haid lagi untuk selamanya.
Pendkes :
Bersikaplah tenang. Jika menemui perdarahan haid yang lebih banyak atau lama
perdarahan yang lebih lama atau juga pendarahan yang terjadi antara masa haid,
segeralah kunjungi dokter untuk mendapatkan tindak lanjut agar hal-hal yang
berbahaya dapat dihindari.
c) Masalah : Hot Flashes
Gejala dari Hot Flashes adalah sensasi rasa hangat sampai panas sekujur tubuh yang
terjadi secara mendadak terutama pada daerah dada, muka dan kepala sebagai akibat
dari melebarnya pembuluh darah. Gejala-gejala lain yang mengikutinya seperti
berkeringat, peningkatan jumlah nadi serta peningkatan detak jantung.
Pendkes :
Berusahalah untuk mengenali dan menghindari hal-hal pencetus hot flashes ini seperti
ruangan yang hangat, emosi, minuman panas, makanan tertentu, kopi, alkohol, rokok.
Gunakan baju yang sejuk, gunakan kipas angin serta tidur di ruangan yang sejuk.
Ketika hot flashes muncul, tariklah nafas yang dalam dan lambat untuk menenangkan
diri. Olah raga rutin dapat mengurangi stress atau dapat juga dengan meditasi, yoga
atau pijat.
d) Masalah : Perubahan Emosional
Banyak hal-hal yang melatarbelakangi hal ini. Hot flashes sering kejadiannya
berlangsung pada malam hari, yang menyebabkan wanita yang mengalaminya akan
mengalami kesulitan tidur. Kurangnya waktu tidur ini dapat menyebabkan keletihan
serta perubahan emosional seperti mudah marah. Perubahan hormonal juga ikut
berpengaruh. Selain itu, banyak peristiwa kehidupan yang terjadi pada masa ini yang
terjadi yang sedikit banyak juga berpengaruh, contohnya pertentangan dengan kaum
muda, takut menjadi tua, pernikahan anak, persiapan masa pensiun bagi yang bekerja
dan sebagainya.
Pendkes :
Ikutlah aktivitas yang menyenangkan. Perbanyak kawan bicara. Makanlah secara
teratur dan yang bergizi, kurangi lemak, alkohol dan kafein. Olah raga secara teratur.
Cobalah teknik mengurangi stress seperti nafas yang dalam, meditasi. Lakukan
aktivitas bagi diri Anda sendiri seperti pijat, manicure. Tidurlah yang cukup setiap
malam. Tertawalah sebanyak-banyaknya . Carilah pihak-pihak yang berkompeten
untuk membantu.
e) Masalah : Perubahan Vagina dan Inkontinensia
Pada masa ini vagina akan memendek serta menyempit. Dinding vagina menjadi tipis
dan kehilangan elastisitasnya. Gejala-gejala yang akan timbul seperti rasa panas,
gatal, pendarahan serta sakit pada saat bersenggama. Sedangan pada saluran kemih
akan timbul apa yang disebut inkontinensia, yang artinya pengeluaran urin secara
tidak sadar atau ngompol. Hal ini dapat berdampak pada lingkungan sosial serta
higienitas personal.
Pendkes :
Untuk perubahan pada vagina : Gunakan vaginal moisturizer untuk melembutkan
vagina. Gunakan lubrikan vagina yang bersifat larut air atau water-soluble untuk
melembabkan vagina. Lakukan Pap's smear serta pemeriksaan kebidanan lainnya
secara berkala.
Untuk inkontinesia : Atur jumlah minuman yang diminum secukupnya . Kurangi
kafein dan makanan yang asam karena akan mengiritasi kandung kemih. Jaga
kebersihan sehingga terbebas dari infeksi. Lakukan latihan otot dasar panggul (Kegel
Exercise). Kurangi berat badan.
f) Masalah : Perubahan Aktivitas Seksual
Pada usia tua aktivitas seksual akan berubah pada kedua belah pihak pasangan, baik
sang wanita maupun sang pria. Banyak faktor yang mendasarinya seperti, perubahan
usia, hormonal serta kejiwaan masing-masing pasangan. Perubahan-perubahan yang
terjadi meliputi berkurangnya respon seksual, aktivitas seksual yang menurun, hasrat
seksual yang berkurang, pasangan seksual yang menjadi disfungsional (misal difungsi
ereksi) dan sebagainya.
Pendkes :
Perpanjang masa foreplay, hal ini akan memperpanjang orgasme. Ubah kebiasaan
seksual, misal dengan melakukan hubungan senggama pada pagi hari saat tingkat
energi lebih tinggi. Lakukan pendekatan dengan pasangan sehingga hubungan yang
lebih baik dapat terbangun. Cobalah saling membantu dalam mengatasi masalah
seksual masing-masing pasangan.
g) Masalah : Bertambahnya berat badan
Bertambahnya berat badan akan muncul akibat bertambahnya lemak dan
berkurangnya massa otot tubuh. Selain itu detak jantung akan cenderung lebih cepat.
Hal ini dicetuskannya antara lain oleh faktor hot flashes seperti yang telah dijelaskan
di atas serta perubahan emosional. Sakit kepala pun akan ikut muncul pada wanita
yang rentan terhadap perubahan hormonal. Serta hal-hal yang lain yang mengikuti
dengan penurunan usia wanita tersebut.
Pendkes :
Mengkonsumsi makanan gizi seimbang dengan rendah kalori. Olah raga secara
teratur. Hindari pencetus stress. Lakukan hal-hal yang meredakan ketegangan.
Minumlah air yang cukup. Gunakan sun-block untuk mencegah kanker kulit. Bila
perlu konsumsi makanan tambahan.
h) Lakukan olahraga secara teratur dan terukur.
Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih
tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan
antioksidan yang berkeliaran di dalam tubuh.
Beberapa jenis olahraga yang bisa dilakukan pada saat menopause antara lain jalan
cepat, dan senam. Bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, dianjurkan untuk
melakukan senam aerobik dan senam osteoporosis.
i) Berpikir positif.
Wanita yang baru atau belum lama memasuki masa menopause biasanya akan
dirundung kegalauan dan kegelisahan. Mereka merasa sudah tidak cantik dan menarik
lagi, sehingga takut ditinggalkan suami dan sebagainya. Ketakutan semacam ini justru
akan makin memperburuk keadaan. Sebab pikiran negatif akan menimbulkan hal
yang negatif pula.
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Terapi sulih hormon (TSH)
TSH atau HRT (Hormon Replacement Terapy) merupakan pilihan untuk
mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause
dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu, TSH juga berguna
untuk menjaga berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan
vasomotor, vagina yang kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih.
Penggunaan TSH juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari
kehilangan hormon estrogen, seperti osteoporosis dan jantung koroner. Jadi,
tujuan pemberian TSH adalah sebagai suatu usaha untuk mengganti hormon yang
ada pada keadaan normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang
bertambah tua (Kasdu, 2002).
Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :
- Tekanan darah tidak boleh tinggi.
- Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.
- Besar uretus normal ( tidak ada mioma uterus ).
- Tidak ada varises di ekstremitas bawah.
- Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.
- Kelenjar tiroid normal.
- Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.
- Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu
dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam
Kontraindikasi :
- Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis.
- Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi.
- Riwayat ikterus dalam kehamilan.
- Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia
berat.
- Varises berat, tromboflebitis
Prinsip dasar pemberian Terapi Sulih Hormon :
- Wanita yang memiliki uterus, maka pemberian estrogen harus selalu
dikombinasikan dengan progesteron. Tujuan penambahan progesteron adalah
untuk mencegah kanker endometrium.
- Wanita tanpa uterus, maka cukup pemberian estrogen saja dan estrogen
diberikan secara kontinue (tanpa istirahat).
- Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan
haid, TSH diberikan secara sekuensial. Wanita paska menopause yang masih
ingin haid diberikan secara sekuensia, kecuali jika tidak terjadi haid diberikan
secara kontinyu.
- Jenis estrogen yang diberikan adalah estrogen dan progesteron alamiah.
- Pemberian selalu dimulai dengan dosis rendah.
- Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang
memiliki sifat androgenik.
Jenis Pemberian :
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron.
Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk
wanita yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan
progesteron untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi.
Estrogen diberikan setiap hari tanpa terputus.
b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.
Kontinue
Dosis
Estrogen konjugasi
Oral
0.3-0.4 mg
Oral
1-2 mg
17 estradiol
Transdermal
50-100 mg
Subkutan
25 mg
Estradiol valerate
Oral
1-2 mg
Estradiol
Oral
0,625-1,25 mg
Jenis
Sekuensial
Kontinyu
Progesteron
300 mg
100 mg
asetat (MPA)
10 mg
2,5-5 mg
Siproteon asetat
1 mg
1 mg
Didrogesteron
10-20 mg
10 mg
Normogestrol asetat
5-10 mg
2,5-5 mg
Medroksiprogesteron
- Vitamin B6 dalam dosis kurang dari 200 mg dapat meredakan beberapa gejala
yang menegangkan.
- Vitamin E efektif mengurangi rasa panas.
- Androgen digunakan bersama
wanita untuk
yang berfungsi untuk memenuhi zat zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral (Kasdu, 2002).
c. Fitoestrogen
Fito artinya tanaman sedangkan estrogen maksudnya memiliki struktur kimia dan
khasiat biologik seperti estrogen. Struktur kimia fitoestrogen sebagian besar bukan
steroid sedangkan estrogen umumnya adalah steroid.
Fitoestrogen terdiri dari :
a. Isoflavon (banyak ditemukan dalam kacang kedelai, kacang hitam, lentil, red
clover, chickpea, terutama kedelai dengan produk olahannya : susu, tofu, tempe,
tauco, kecap)
Khasiat: bisa mengatasi osteoporosis dan hot flush, serta mencegah kanker
payudara dan kandung kemih.
b. Coumestan (terdapat pada daun semanggi, kacang kedelai, kacang hijau, kecambah
kedelai, red clover)
Khasiat: efektif mencegah kanker bila dikombinasikan isoflavon.
c. lignan (Terdapat dalam: gandum, sayuran (buncis), buah-buahan (pepaya,
bengkuang), biji bunga matahari).
Khasiat: menurunkan kadar kolesterol dan kepekaan insulin, serta risiko kanker
payudara.
d. Kalsium
Kebutuhan 1200mg/hari
Dapat diperoleh pada: susu,keju,daun pepaya,bayam, teri, tahu, singkong, daun
melinjo,kedelai, apel, kangkung, kacang ijo dan pepaya,kacang tanah kupas, ikan segar,
beras giling, roti putih, ayam, dan daging sapi.
e. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang menentukan kesehatannya di masa yang akan mendatang.
Perubahan gaya hidup untuk pencegahan jantung koroner pada wanita, salah satu dgn
mengurangi atau kalau mungkin menghentikan merokok termasuk minum minuman
beralkohol.
Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah masalah makanan dan olahraga, pola
makanan yang baik, disesuaikan dengan kebutuhan gizi usia tersebut serta aktivitas.
f. Pemberian Konseling
Masalah utama yang dialami wanita pada masa klimakterium adalah faktor psikis,
wanita biasanya mempunyai rasa takut, gelisah, tegang, tidak percaya diri dan khawatir
bahwa dirinya tidak semenarik dan seprima dulu lagi. Alasan bahwa badan lemah dan
tidak bergairah hanyalah alasan untuk menutupi ketakutan dan kekhawatiran tersebut.
Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat perubahan tersebut dan biasanya
menghilang perlahan dan tidak mengakibatkan kematian. Namun tak jarang
mengakibatkan rasa tidak nyaman dan terkadang menyebabkan gangguan dalam aktivitas
sehari-hari.
Konseling yang diberikan pada wanita yang memasuki masa klimakterium meliputi
penjelasan dan pemahaman kesehatan reproduksi wanita yang mencakup perubahanperubahan fisik dan psikologis serta berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai
masa kehidupan wanita. Perubahan itu dimulai dari masa bayi, masa kanak-kanak,
pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masing-masing masa
mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawatan keadaan tubuhnya
dalam menghadapi masa tersebut. Perubahan-perubahan tersebut adalah hal yang wajar
dan pasti terjadi dalam siklus kehidupan wanita. Pada masa sekarang ini tanggung jawab
kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada istri, namun melibatkan peran
suami. Oleh karena itu maslah kesehatan reproduksi wanita sudah merupakan tanggung
jawab bersama antara suami dan istri.
PATOFISIOLOGI KLIMAKTERIUM
Usia lanjut
Menurun Fungsi Ovarium
Menurun kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan gonadotropin
Terganggunya interaksi antara hipotalamus hipofise
Kegagalan fungsi luteum
Turunnya fungsi steroid ovarium
Berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus
Peningkatan produksi FSH
Hiperseksi folikel
Menurunnya Jumlah folikel
Sedikitnya sel telur yang dilepaskan
Keluaran estrogen dan progesteron Menurun
Lapisan rahim berhenti menebal
Perdarahan menstruasi berhenti
Rahim & ovarium mengerut
Klimakterium
Stres psikologi
Pola koping tidak efektif
Ketidakberdayaan
progesteron sedikit
Insomnia
Informasi tetangga
Gangguan Pola Tidur
Ansietas
Disfungsi seksual
sakitan dibandingkan laki-laki yang selalu terlihat lebih sehat dan gagah.
Spiritual : 4) Kebutuhan Dasar
a. Pola makan
:b. Pola napas
:c. Pola eliminasi
:d. Aktivitas
:e. Pola tidur
: Sulit tidur
f. Pola seksual
: nyeri saat senggama, sering menolak ketika suami mengajak
berhubungan seksual
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : b. Kesadaran : c. Antropometri :
Etiologi
Usia lanjut
Menurunnya Fungsi Ovarium
Sedikitnya sel telur yang
dilepaskan
Estrogen dan progesteron menurun
Rahim dan Ovarium mengerut
Klimakterium
Estrogen dan progesteron menurun
Produksi Cairan Vagina Berkurang
Sakit Saat Senggama
Libido Seks Terganggu
Masalah
Disfungsi seksual
DO:
Merasa gejolak panas
sehingga
tidak
Disfungsi seksual
Usia lanjut
nyaman
dilepaskan
DS:
Pasien
menyatakan
sulit tidur
Gejolak
panas
sehingga
tidak
nyaman
Klimakterium
Perubahan pada organ reproduksi
dan tubuh
Stress Psikologis
Pola koping tidak efektif
Ketidakberdayaan
Cemas dan Gelisah, Hotflases
Perasaan tidak nyaman
3.
DO:
dan
tidak
memeperhatikan
Takut suami tidak
dilepaskan
Estrogen dan progesteron menurun
Rahim dan Ovarium mengerut
Klimakterium
tua
gejolak
berkurang
seksual
dan tubuh
Ansietas
Stress Psikologis
Pola koping tidak efektif
Ketidakberdayain
Cemas dan Gelisah
Kurang Pengetahuan Tentang
Proses Penuaan
Informasi Tetangga
Ansietas
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi seksual di tandai
dengan klien mengeluh nyeri saat senggama, klien sering menolak berhubungan suami
istri karena adanya nyeri.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, klien dapat menjalankan aktivitas
seksual alternatif yang memuaskan dengan kriteria : Nyeri hilang saat
berhubungan, klien tidak menolak bila diajak berhubungan suami istri.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, disfungsi seksual teratasi.
Intervensi
Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dan biasanya klien kesulitan untuk berbicara
beri kesempatan kepada klien untuk tentang subjek sensitive,
menggambarkan
masalahnya
dalam terciptanya
kata-kata sendiri
menentukan/mengetahui
dirasakan
klien
untuk
dengan
klien
pasien
apa
yang
dapat
yang
menjadi
kebutuhannya
informasi akan membantu klien memahami
situasinya sendiri
berbagi komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi
tapi dengan
penyesuaian
atau
masalah
dan
rasa
sakit
dan
iritasi,
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan produksi keringat yang berlebihan akibat hot
flash di tandai dengan klien mengeluh merasa panas dan sering berkeringat
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, keseimbangan istirahat dan aktivitas
klien optimal KH : Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk memudahkan
tidur, klien dapat tidur.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, kebutuhan istirahat/tidur klien
terpenuhi.
Intervensi
Rasional
1. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
yang terjadi
intervensi yang tepat
2. Kurangi kebisingan dan lampu saat Memberikan situasi yang kondusif untuk
tidur
tidur
3. Anjurkan klien untuk memakai pakaian Pakaian
yang menyerap keringat
4. Anjurkan
klien
untuk
yang
mengurangi
menyerap
keringat
ketidaknyamanan
akibat
keringat berlebih
menghindari Mengurangi rasa tidak nyaman
rasa
panas
dan
keringat
Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat ketakutan dengan cara Hubungan saling percaya mempermudah
pendekatan dan bina hubungan saling klien dalam megungkapkan perasaannya
percaya
2. Pertahankan lingkungan yang tenang Lingkungan yang nyaman dan aman dapat
dan aman serta menjauhkan benda- mencegah
terjadi
hal-hal
yang
tidak
benda berbahaya
diinginkan
3. Libatkan klien dan keluarga dalam Keterlibatan keluarga dapat meningkatkan
prosedur pelaksanaan dan perawatan
4. Ajarkan penggunaan relaksasi
meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Baziad, Ali.2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Pramihardjo
Brooker,Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21262/4/Chapter%20II.pdf
LAMPIRAN
Step 7
Definisi
Etiologi
GnRH
Factor penyerta :
- Penyakit (TB, Anemia)
(Nurasiyah)
- Gaya hidup (merokok)
- Aktivitas tinggi
- Social ekonomi : ekonomi rendah, cepat klimakterium
- Lingkungan
- Obesitas
- Jumlah klahiran
Alami fisiologi (sklerosis pembuluh darah) O2 dan nutrient yang
dibutuhkan ovarium
(Sisca)
Buatan (belum saatnya klimekterium tetapi terjadi ), co pengangkatan
Manifestasi klinis
Pra menopause
(Fuji)
(Sarita)
(Wina)
(Putri)
(Sisca)
Fase-fase klimakterium
1.
2.
3.
4.
(Febri)
Komplikasi
Jantung koroner
Osteoporosis
Arteriosklerosis
(Nurasiyah)
penyerapan kalsium di usus
sintesis protein penting untuk regulasi kalsium
(kamila)
Pemeriksaan diagnostic
Penatalaksanaan
Vit B.6
(Tsalis)
Vit.E hot flash
Terapi androgen
Estrogen alami kacang-kacangan, daun semanggi, gandum , sayur
Atasi nyeri krim hormon , jelly K-Y
(Kamila)
Atasi gatal krim hidrokortison / krim kortikosteroid
Pencegahan
Patofosiologi
(Sisca)
Pengkajian
(Kamila)
Askep
(Wina, Kamila, Fuji, Tsaalits)