PENDAHULUAN
Stroke merupakan maniefestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari
24 jam atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab lain selain
gangguan vascular.
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah
penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara
berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh
dunia. Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk.
Stroke bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit
jantung lainnya, merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama
: Tn. Mariyun
Umur
: 64 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Supir Truk
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
: Mulya Jaya
No. RM
: 287174
Datang ke-RSAY
: 9 April 2016
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis pada pasien dan alloanamnesis pada keluarga pasien
Keluhan Utama
Lemah anggota gerak bagian kiri
Keluhan Tambahan
Bicara pelo, mulut merot ke kanan
Lokasi
: Intraserebral
Onset
Kualitas
Kuantitas
Kronologis
Riwayat stroke sinistra pada 8 bulan yang lalu dan dirawat selama 4 hari,
kemudian diperbolehkan pulang dengan keadaan keluhan lemah anggota
gerak membaik.
Kesadaran
:compos mentis
Tanda vital
TD
: 150/100 mmHG
HR
: 86 x/m
RR
: 20 x/m
Temp
: 36,5 oC
B. Status Generalis
a. Kepala
Bentuk
: Normocephal
Simetris
: simetris
b. Mata
Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/c. Leher
Pulsasi a.carotis teraba, deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)
d. Thorax
Normochest
e. Jantung
Iktus kordis teraba di pertengahan axillaris anterior kiri sela iga 5,
bunyi jantung I-II regular,murmur (-) ,gallop (-)
f. Paru
Bunyi nafas vesikular, ronki -/-,wheezing -/g. Abdomen
Supel, datar,nyeri tekan (-) , bising usus (+), tidak teraba pembesaran
hepar dan lien
h. Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill time<2 detik, edema ()
C. Status Psikikus
-
Cara berpikir
: Realistis
Perasaan hati
: Normorhytm
Tingkah laku
: Normoaktif
Ingatan
: Baik
D. Status Neurologi
Kesadaran
Sikap tubuh
: Berbaring terlentang
Gerakan tambahan : -
: -/-
b. Laseque
: -/-
c. Kernig
: -/-
d. Brudzinsky I
: -/-
e. Brudzinsky II :-/NervusCranialis
a. Nervus I ( N. Olfactorius )
Daya penghidu
: normosmia/normosmia
b. Nervus II (N.Opticus)
Ketajaman penglihatan
: baik /baik
Lapang pandang
: baik/baik
Funduskopi
: tidak dilakukan
Ptosis
: -/-
Strabismus
: -/-
Nistagmus
:-/-
Eksoftalmus : -/-
Medial
: +/+
Atas lateral
: +/+
Atas medial
: +/+
Atas
:+/+
Bawah
: +/+
Lateral
: +/+
Pupil
-
Bentuk pupil
: bulat/bulat
Isokor/anisokor
: isokor, 2,5mm/2,mm
Posisi
: ditengah/ditengah
: +/+
d. Nervus V ( N.trigeminus )
Motorik
-
Menggigit
: baik
Sensorik
-
Rasa nyeri
: baik
Rasa raba
Refleks
-
Refleks kornea
: +/+
Pasif
-
: simetris
Kedipan mata
: simetris
Lipatan nasolabial
Aktif
-
Mengerutkan dahi
: simetris
Menutup mata
: simetris
Meringis
Menggembungkan pipi
: +/+
Tes rinne
: tidak dilakukan
Tes weber
: tidak dilakukan
Tes swabach
: tidak dilakukan
Arkus faring
: simetris
Posisi uvula
: ditengah
Menelan
: baik
Sikap bahu
: simetris
Mengangkat bahu
: simetris
Menjulurkan lidah
Atrofi lidah
: tidak ada
Artikulasi
: pelo
Tremor lidah
: tidak ada
Motorik
Motorik
Superior
Inferior
Gerak
+/+
+/+
Kekuatan
5/4
5/4
Tonus
N/N
N/N
Trofi
E/E
E/E
Reflek
Fisiologis
+/+
+/+
Reflek Patologis
-/-
-/+
(Babinski,
Chaddock)
Klonus
-/-
Sensibilitas
Bagian tubuh sebelah kiri terasa tebal
Koordinasi dan keseimbangan
Cara berjalan
: Miring ke kiri
Test romberg
: Normal
9
Oppenheim,
Disdiadokokinesis
: Negatif
Rebound phenomenon
: Negatif
Hasil
Hb(gr%)
15,4
HT(%)
44.0
Eritrosit(jt/mmk)
5,66
MCH(pq)
28.1
MCV(fL)
79.3
MCHC(g/dl)
35.4
Lekosit(rb/mmk)
12,56
Trombosit(rb/mmk)
216
GDS
342
2.5 Resume
10
Pasien laki-laki usia 64 tahun datang dengan kelemahan anggota gerak kiri, 1
hari SMRS. Pasien sulit berbicara dan mulut merot ke kanan. Keluahan yang
sama pernah dirasakan 8 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi
tidak terkontrol dan diabetes mellitus tidak terkontrol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hemiparesis sinistra spastic dan paresis N.
VII, XII sinistra tipe sentral, kemudian didapatkan hipertensi stage I. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan kadar gula darah meningkat.
2.6 Diagnosis
I. Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
: Intracerebral
Diagnosis Etiologis
II.
III.
2.7 Penatalaksanaan
1. Stroke Non Hemoragik
Dx
11
Tx
Mx
Ex
Tx
Mx
Ex
3. Hipertensi grade I
TD
: 150/100 mmHg,
Tx
Mx
Ex
12
Hasil
GDP
232
GDPP
352
Ureum (mg/dL)
20
Kreatinin (mg/dL)
1,01
5,3
143
Trigliserida (mg/dL)
50
HDL (mg/dL)
49
LDL (mg/dL)
84
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya
fungsi sistem saraf pusat fokal atau global yang berkembang cepat ( dalam
detik atau menit). Gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke
sekunder karena trauma maupun infeksi (Ginsber, 2007).
3.2 Klasifikasi
Stroke iskemik dapat dijumpai dalam 4 bentuk klinis:
1. Serangan Iskemia Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
14
karena
penyakit
pembuluh
halus
hipersensitif
dan
15
d. Stroke kriptogenik
Biasanya berupa oklusi mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa
penyebab yang jelas walaupun telah dilakukan pemeriksaan diagnostik
dan evaluasi klinis yang ekstensif (Mardjono, 2004).
16
dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan
faktor resiko yang dapat dimodifikasi (Feigin, 2006).
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Keturunan/ genetic
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
a. Kebiasaan hidup
1. Merokok
2. Unhealthy diet : lemak, garam berlebihan, asam urat, kolesterol,
low fruit diet
3. Alkoholik
4. Obat-obatan : narkoba (kokain), antikoaguilansia, antiplatelet, obat
kontrasepsi
b. Faktor fisiologis
1. Penyakit hipertensi
2. Penyakit jantung
3. Diabetes mellitus
4.
5.
Gangguan ginjal
6. Kegemukan (obesitas)
17
timbul iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup. Daerah ini adalah
iskemik penumbra. Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari
otak akan terjadi kerusakan (baik karena infark maupun perdarahan).
Neuron-neuron di daerah tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak
ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel
disekitarnya. Glutamat ini akan menempel pada membran sel neuron di
sekitar daerah primer yang terserang. Glutamat akan merusak membran sel
neuron dan membuka kanal kalsium (calcium channels). Kemudian
terjadilah influks kalsium yang mengakibatkan kematian sel. Sebelumnya,
sel yang mati ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan
membanjiri lagi neuron-neuron disekitarnya. Terjadilah lingkaran setan.
Neuron-neuron yang rusak juga akan melepaskan radikal bebas, yaitu
charged oxygen molecules (seperti nitric acida atau NO), yang akan
merombak molekul lemak didalam membran sel, sehingga membran sel
akan bocor dan terjadilah influks kalsium. Stroke iskemik menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan kematian sel.
19
Pembuluh darah
Trombus/embolus karena plak ateromatosa, fragmen, lemak, udara, bekuan darah
Oklusi
Perfusi jaringan cerebral
Iskemia
Hipoksia
Metabolisme anaerob
Asam laktat
Infark
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
20
faktor resiko stroke. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah
usia, jenis kelamin, ras, dan genetik. Sementara faktor resiko yang dapat
diubah adalah hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, riwayat TIA/
stroke sebelumnya, merokok, kolesterol tinggi dalam darah, dan obesitas
(Misbach, 2000).
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale), tanda vital.
Pemeriksaan neurologis dapat dilakukan untuk melihat apakah ada deficit
neurologis, tanda-tanda perdarahan, tanda-tanda peningkatan TIK, ataupun
tanda-tanda ransang meninges (Madiyono & Sudirman, 2003).
a) Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi gejala
stroke, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejala
seperti stroke, dan menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui
keberhasilan terapi. Komponen penting dalam pemeriksaan neurologi
mencakup pemeriksaan status mental dan tingkat kesadaran,
pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi
serebral, gait, dan refleks tendon profunda. Tengkorak dan tulang
belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun harus
dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan
dengan Bells palsy di mana pada Bells palsy biasanya ditemukan
pasien yang tidak mampu mengangkat alis atau mengerutkan dahinya
(Adam, 2005).
21
Sirkulasi terganggu
Sensomotorik
Hemiplegia
kontralateral
dominan),
tungkai)
(hemisfer non-dominan),
hemihipestesia
kontralateral.
Hemi-neglect
agnosia,
visuospasial,
defisit
apraksia,
disfagia
A.Serebri
media
(bagian atas)
A.Serebri
media
Hemiplegia
kontralateral
dominan), Hemi-negelect
tungkai)
(hemisfer non-dominan),
hemihipestesia
kontralateral.
hemianopsia, disfagia
(bagian bawah)
Hemiparese
tidak
ada
kontralateral,
gangguan
Afasia
transkortikal
dominan),
sensoris
sensoris
(hemisfer
visual
dan
neglect
Hemiplegia
kontralateral
Afasia
transkortikal
(hemisfer
lengan)
hemiestesia
kontralateral
22
(umumnya
dominan),
dominan),
perubahan
ringan)
urin
dan
alvi
Sindrom Sirkulasi Posterior
A.Basilaris (total)
Kuadriplegia,
sensoris
umumnya normal
Gangguan
kesadaran
menyebabkan
diplopia,
disartria,
disfagia,
disfonia,
gangguan emosi
A.Serebri posterior
Hemiplegia
sementara,
Gangguan
chorea
prosopagnosia, aleksia
pada
tangan,
lapang
23
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium standar biasanya di gunakan untuk menentukan
etiologi yang mencakup urinalisis, darah lengkap, kimia darah, dan
serologi. Pemeriksaan yang sering dilakukan untuk menentukan etiologi
yaitu pemeriksaan kadar gula darah, dan pemeriksaan lipid untuk melihat
faktor risiko :
1.
Gula darah
2.
Profil lipid
CT scan
Penggunaan CT-Scan adalah untuk mendapatkan etiologi dari stroke
yang terjadi. Pada stroke non-hemoragik, ditemukan gambaran lesi
hipodens dalam parenkim otak. Sedangkan dengan pemeriksaan MRI
menunjukkan area hipointens.
setiap kasus. Alat ini kurang peka dibandingkan dengan CT scan dalam
mendeteksi perdarahan intrakranium ringan.
Siriraj Hospital Score (Poungvarin, 1991)
Siriraj Score = (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x
tekanan darah diastolik) (3 x atheroma) 12.
-
Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
3.6 Penatalaksanaan
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:
1. Fase Akut (hari ke 0 14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron yang
menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang
menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak. tindakan dan
obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap
cukup, tidak justru berkurang. Karena itu dipelihara fungsi optimal:
Respirasi
Jantung
EKG
Tekanan darah
dipertahankan
pada
tingkat
25
optimal,
Gula darah
Balans cairan
ini
perlu
diwaspadai
terjadinya
perdarahan
Aspirin
Obat
ini
menghambat
sklooksigenase,
dengan
cara
samapi
dikombinasikan
1.300
dengan
mg/hari.
Obat
dipiridamol.
ini
sering
Aspirin
harus
27
Rehabilitasi
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45
tahun, maka yang paing penting pada masa ini adalah upaya
membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita, fisik dan mental,
dengan fisioterapi, terapi wicara, dan psikoterapi.
28
Terapi preventif
Tujuannya untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan
baru sroke, dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari
faktor-faktor resiko stroke seperti:
Pengobatan hipertensi
Berolahraga teratur
b. Klasifikasi
29
hipoglikemia,
hipokalsemia,
dan
dapat
juga
Infeksi.
3.8 Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
31
32
dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara
dua denyutan.Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan
sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 %
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na 10 dan Ca
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan
sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
33
BAB III
PEMBAHASAN
Dilaporkan pada kasus seorang laki-laki usia 64 tahun yang datang dengan
keluhan teradapat kelemahan anggota gerak kiri yang terjadi sejak SMRS disertai
denga keluhan sulit bicara dan mulut merot ke kanan. Didahului oleh kelemahan
anggota gerak kiri secara tiba-tiba, pasien tidak pingsan, tidak ada mual, muntah,
kejang dan terdapat riwayat menderita darah tinggi tidak terkontrol dan kencing
manis tidak terkontrol. Pada pemeriksaan didapatkan GCS= E 4M6V5 dengan
paresis nervus VII sinistra sentral, paresis nervus XII sinistra sentral dan
Hemiparesis sinistra spastik. Pada pemerikasaan refleks fisiologis didapatkan
hiperrefleks pada refleks bisep dan trisep serta hiperrefleks pada refleks patela
sinistra.
Diagnosis awal Stroke non hemoragik disertai Hipertensi grade II. Diagnosis
stroke non hemoragik ditegakkan melalui pemeriksaan Skore Stroke Siriraj(skor =
-2) dan CT Scan kepala saat masuk rumah sakit. Hasil CT Scan kepala didapatkan
gambaran infarctcapsula interna dextra. Penyakit pemberat pada pasien ini adalah
adanya riwayat hipertensi tidak terkontrol dan kenicng manis tidak terkontrol.
Terapi yang didapatkan oleh pasien selama perawatan adalah dengan Elevasi
kepala 300, Oksigen 3 liter/menit, RL 20 tetes/mnt, Injeksi Silostazol (iv), Inj.
Citicholin 2 x 500 mg (iv), Ranitidin Injeksi 2 x 50 mg (iv), injeksi Apsilet 1x1,
dan. Diabetes mellitus diterapi dengan Metformin 500 mg sedangkan untuk darah
tinggi diterapi dengan Amlodipin 1x10 mg
Pada hari kedua perawatan gula darah pasien normal setelah dilakukan
pemeriksaan, dan pemberian metformin dihentikan.
34
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke non hemoragik merupakan gejala klinik yang timbul akibat adanya
gangguan vaskular. Gejala ini terjadi tiba-tiba dan berlangsung 24 jam atau lebih
pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang
menyebabkan cacat atau kematian.Stroke iskemik sering diklasifikasi berdasarkan
etiologinya yaitu trombotik dan embolik. Penegakan diagnosa dilakukan dengan
cra anamnesis yang mengarah dan pemeriksaan fisik menyeluruh. Pemeriksaan
yang menjadi gold standard untuk mendiagnosis strokeiskemik adalah CT-scan
yang berguna untuk membedakan antara stroke iskemik dengan stroke hemoragik.
Bila tidak dapat dilakukan CT-scan maka dapat dilakukan sistem skoring untuk
mengarahkan diagnosis.
Pemberian terapi diberikan setelah diagnosa stroke dapat ditegakkan untuk
mencegah perburukan penyakit. Prinsip pengobatan stroke yaitu perbaikan perfusi
otak, memperbaiki edema otak dan untuk pemberian neuroprotektif.
35