Learning Issue Blok 9b
Learning Issue Blok 9b
04011181520015
BETA 2015
I. Learning Issue
A. Thalassemia
a) Pengertian
Menurut Setianingsih (2008), Talasemia merupakan penyakit genetik
yang menyebabkan gangguan sintesis rantai globin, komponen utama
molekul hemoglobin (Hb).
Talasemia adalah gangguan pembuatan hemoglobin yang diturunkan.
Pertama kali ditemukan secara bersamaan di Amerika Serikat dan Itali
antara 1925-1927. Kata Talasemia dimaksudkan untuk mengaitkan
penyakit tersebut dengan penduduk Mediterania, dalam bahasa Yunani
Thalasa berarti laut. (Permono, & Ugrasena, 2006)
b) Epidemiologi
Talasemia 0 ditemukan terutama di Asia Tenggara dan kepulauan
Mediterania, Talasemia + tersebar di Afrika, Mediterania, Timur Tengah,
India dan Asia Tenggara. Angka kariernya mencapai 40-80%. (Permono, &
Ugrasena, 2006)
Talasemia memiliki distribusi sama dengan Talasemia . Dengan
kekecualian di beberapa negara, frekuensinya rendah di Afrika, tinggi di
Mediterania dan bervariasi di Timur Tengah, India dan Asia Tenggara.
HbE yang merupakan varian Talasemia sangat banyak dijumpai di India,
Burma dan beberapa negara Asia Tenggara. Adanya interaksi HbE dan
Talasemia menyebabkan Talasemia HbE sangat tinggi di wilayah ini.
Tingginya frekuensi Talasemia mempengaruhi kekebalan HbE ini terhadap
malaria plasmodium falsiparum yang berat. Hal ini membuktikan penyakit
ini disebabkan oleh mutasi baru dan penyebarannya dipengaruhi oleh
seleksi lokal oleh malaria. Kenyataan bahwa mutasi tersebut berbeda di
setiap populasi, menunjukkan seleksi ini baru terjadi dalam beberapa ribu
tahun (Permono, & Ugrasena, 2006).
c) Etiologi
Talasemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang
diturunkan secara genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen
yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11
(Tamam, 2009).
d) Klasifikasi
Menurut Permono dan Ugrasena (2006), Talasemia adalah grup
kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen akibat pengurangan
produksi satu atau lebih rantau globin. Hal ini menyebabkan
ketidakseimbangan produksi rantai globin. Ada 3 tingkat klasifikasi
Talasemia. Secara klinis bisa dibagi menjadi 3 grup kerna ia memiliki
implikasi klinis diagnosis dan penatalaksanaan:
1. Talasemia mayor sangat tergantung kepada transfusi
2. Talasemia minor/ karier tanpa gejala
3. Talasemia intermedia
Talasemia juga bisa diklasifikasikan secara genetik menjadi -, -,
- atau Talasemia- sesuai dengan rantai globin yang berkurang
produksinya. Pada beberapa Talasemia sama sekali tidak terbentuk
h) Pemeriksaan Laboratorium
1) Talasemia
Pasien dengan gen dua globin- menderita anemia ringan, dengan nilai
hematokrit antara 28% sehingga 40%. MCV rendah yaitu antara 60-75 fL
dan hitung darah tepi selalunya normal. Hapusan darah tepi
menunjukkan abnormalitas yang ringan yaitu terdapat gambaran
mikrosit, hipokromia, target sel, dan acantocytes (sel yang mempunyai
bentuk yang irregular). Hitung retikulosit dan nilai besi dalam batas
normal. Hemoglobin electrophoresis menunjukkan tiada peningkatan
pada hemoglobin A2 atau F dan tiada hemoglobin H.
2) Hemoglobin H disease
Pasien ini menderita anemia hemolotik yang berat, dengan nilai
hematokrit antara 22% sehingga 32%. Nilai MCV yang rendah yaitu
antara 69-70 fL. Hapusan darah tepi menunjukkan abnormalitas dengan
hipokrom, mikrositosis, sel target dan poikilositosis. Hitung retikulosit
meningkat.
Hemoglobin
electrophoresis
menunjukkan
terdapat
hemoglobin H sebanyak 10-40% dari hemoglobin total.
3) Talasemia minor
Seperti pasien yang mempunyai Talasemia-, pasien dengan
talasemia- juga menderita anemia ringan. Nilai hematokrit antara 2840%. MCV sekitar 55-75 fL dan hitung sel darah merah normal. Hapus
darah tepi sedikit abnormal dengan terdapat gambaran hipokrom,
mikrositosis dan ada sel target. Bedanya dengan penderita Talasemia-,
pasien dengan Talasemia- dijumpai basophilic stippling. Hitung
retikulosit dalam batas normal atau nilainya sedikit meningkat.
Hemoglobin
electrophoresis
menunjukkan
terdapat
peningkatan
hemoglobin A yaitu 4-8% dan peningkatan hemoglobin F yaitu 1-5%.
4) Talasemia mayor
Pasien dengan Talasemia mayor menderita anemia yang berat
sehingga mengancam nyawa. Jika tidak ditransfusi, hematokrit akan jatuh
sehingga dibawah 10%. Hapusan darah tepi yang aneh menunjukkan
adanya poikilocytosis yang berat, hipokrom, mikrositosis, basophilic
stippling, dan ada nukleus pada sel darah merah. Hemoglobin A
menunjukkan nilai yang sedikit atau tiada. Hemoglobin yang banyak
adalah hemoglobin F (Linker, 1996).
B. Sistem Organ
Ada tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah dan sel
darah putih disebut jugakorpuskel.
Sel Darah Merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat.
45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di sumsum
tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah
sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun.
Dalam keadaan normal, sel darah merah atau eritrosit mempunyai
waktu hidup 120 hari didalam sirkulasi darah, Jika menjadi tua, sel
darah merah akan mudah sekali hancur atau robek sewaktu sel ini
melalui kapiler terutama sewaktu melalui limpa. penghancuran sel
darah merah bisa dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti :genetik,
kelainan membran, glikolisis, enzim, dan hemoglobinopati, sedangkan
faktot ekstrinsik : gangguan sistem imun, keracunan obat, infeksi
seperti akibat plasmodium Jika suatu penyakit menghancurkan sel
darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang
berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel
darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika
penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya, maka
akan terjadi anemia hemolitik.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi.
Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap
dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh,
hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbon
dioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikelpartikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua
dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati
menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian
diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah
merah yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh
diperbarui setiap empat bulan sekali.
Struktur sel darah merah pada penderita thalasaemia di tandai
dengan kondisi sel darah merah yang mudah rusak, yaitu 3-4 kali lebih
cepat dibandingkan sel darah merah normal, sebab umurnya lebih
pendek dari sel darah merah normal. Pada Studi hematologi terdapat
perubahan perubahan struktur pada sel darah merah penderita
thalasemia, diantaranya yaitu bentuk hipokromia, poikilositosis dan sel
target.
Hipokromia
Hipokromia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi hemoglobin
kurang dari normal sehingga sentral akromia melebar (>1/2 sel).
Pada hipokromia yang berat lingkaran tepinya sangat tipis disebut
dengan eritrosit berbentuk cincin (anulosit).
Poikilsitosin
Poikilsitosin adalah kondisi dimana suatu sel darah merah
memiliki bermacam-macam varian bentuk dan struktur yang
berbeda.
Sel Target
Sel Target adalah eritrosit berbentuk tipis atau ketebalan kurang
dari normal dengan bentuk seperti target ditengah.
sumsum tulang
Sumsum tulang membentuk lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangan sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma dan
Limpa adalah organ dalam perut yang terletak pada perut bagian kiri atas. Limpa
manusia berwarna merah kecoklatan. Organ limpa dapat diingat dengan rumus
1x3x5x7x9x11, yakni berukuran 1 x 3 x 5 inci (1 inci= 2,54 cm) , memiliki berat 7
oz (200 gram), dan terletak di antara sela iga kiri ke 9 dan 11.
Meskipun terletak di dalam rongga perut, limpa tidak berperan pada sistem
perncernaan makanan. Limpa adalah organ tubuh yang berfungsi menjalankan fungsi
peredaran darah dan sistem pertahanan tubuh. Fungsi limpa adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai tempat cadangan darah. Limpa mampu membendung
darah sehingga saat tubuh mengalami perdarahan berat, limpa akan
menyuplaikan darah tersebut;
2.
Menghancurkan sel darah merah yang sudah tua;
3.
Mengatur siklus zat besi yang merupakan komponen sel darah
merah;
4.
Tempat penyimpanan sel monosit yakni komponen sel darah putih
yang berfungsi penting dalam melawan kuman, bakteri, dan zat asing
yang masuk ke dalam tubuh.
Operasi pengangkatan limpa atau hilangnya fungsi limpa akibat suatu hal tidak
akan mengancam nyawa seseorang. Limpa bukan organ vital untuk kelangsungan
kehidupan. Namun peneliti pernah mengamati dampak hilangnya fungsi limpa pada
seseorang sebagai berikut:
1.
akibat
2.
3.
Terjadi peningkatan jumlah sel darah putih dan keping sel darah
hilangnya fungsi penyimpanan darah limpa;
Terjadi peningkatan kerentanan terhadap infeksi;
Tidak responnya beberapa jenis vaksin.
Analisis Masalah
Sistem organ apa yang terkait pada kasus ?
Bagaimana struktur dan fungsi organ yang terkait
Apa Penyebab dari thalasemia?
mengidentifikasi