Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HYDROCHEPHALUS

A. Definisi
Hidrosefalus adalah kelebihan air dalam kubah tengkorak, atau
jumlah

CSF

dalam

rongga

serebrospinal

yang

berlebihan

dapat

meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan saraf (Price &


Wilson, 2006)
Hidrosefalus

merupakan

keadaan

patologis

otak

yang

mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis tanpa atau pernah


dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya cairan serebrospinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan
dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan-jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung
yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat
berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang-ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010)
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak
dalam kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayi
dilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan

a.

(Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak
yang

diakibatkan

oleh

gangguan

absorbsi

CSS

(Cairan

b.

Serebrospinal)
Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairan

a.

CSS mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)


3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih
bisa keluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.

b.

Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatan


aliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang

a.

menghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).


4. Proses Penyakit
Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yang
mengenai

b.

otak

dan

jaringan

sekitarnya

termasuk

selaput

pembungkus otak (meninges).


Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan
otak atau athrophy (Anonim, 2003).

B. Anatomi fisiologi
Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu bangunanbangunan dimana CSS berada.
Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis
1. Ventrikel lateralis
Ada dua , terletak didalam hemispheril telencaphalon. Kedua ventrikel
lateralis berhubungan dengan ventrikel III (ventrikel tertius) melalui
foramen interventrikularis (monro)
2. Ventrikel III (ventrikel tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh
thalamus dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus. Recessus
pinealis ke arah kaudal, ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV
melalui suatu lubang kecil yaitu aquaductus sylvii (aquaductus
cerebri)
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus )
Membentuk ruang berbrntuk kubah diatas fossa rhomboidea antara
cerebllum dan medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis
pada kedua sisi, masing-masing recessus berakhir pada foramen
luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medullare
anterior terdapat apertura mediana magendle.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spenalis
Saluran central korda spenalis : saluran kecil yang memanjang
sepanjang korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas , melanjut
kedalam medula oblongata, dimana ia membuka kedalam ventrikel IV.

Ruang subarakhnoidal
Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan
plamater Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari
dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan
hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di
bentuk oleh PPA;
a. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
b. Parenchym otak
c. Arachnoid
Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari
tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir
dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam
ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV.
Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine
dan cisterna prepontis.
Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna.
Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke
cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial
dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis
di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

C. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan
tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi
dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat
pada bayi dan anak ialah:
1. Kelainan kongenital. disebabkan gangguan perkembangan janin dalam
rahim,atau infeksi intrauterine meliputi :
a. Stenosis akuaduktus sylvii.
b. Anomali pembuluh darah.
c. Spino bifida dan kranium bifidi.
d. Sindrom Dandy-walker.
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak)
sehingga terjadi obliterasi ruang subarakhnoid, misalnya meningitis.
Infeksi lain yang menyebabkan hidrosefalus yaitu: TORCH, Kista-kista
parasit, Lues kongenital.
3. Trauma.
4

Seperti pada pembedahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak


dapat menyebabkan fibrosis epto meningen pada daerah basal otak,
disamping organisasi darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya
sumbatan yang mengganggu aliran CSS.
4. Neoplasma.
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang
dapat terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain: Tumor
ventrikel III, Tumor fossa posterior, Pailloma pleksus khoroideus,
Leukemia, limfoma.
5. Degeneratif.
Histositosis X, inkontinentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6. Gangguan vaskuler:
a. Dilatasi sinus dural.
b. Trombosis sinus venosus.
c. Malformasi V. Galeni.
d. Ekstaksi A. Basilaris
e. Arterio venosus malformasi.
D. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang
disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likour yang meningkat
yang menyebabkan hipotrofi otak. Hidrosefalus pada bayi didapatkan
gambaran
1. Pembesaran kepala.
2. Sutura melebar
3. Mata kearah bawah (sunset phenomena)
4. Nistagamus horizontal
5. Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata lingkar kepala
Lahir
Umur 3 bulan
Umur 6 bulan
Umur 9 bulan
Umur 12 bulan
Umur 18 bulan

35 cm
41 cm
44 cm
46 cm
47 cm
48,5 cm

6. Tekanan intrakranial meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala,


oedema papil.

7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan penipisan tulang


supraorbital.
8. Gangguan keasadaran, kejang.
9. Gangguan sensorik.
10. Penurunan kemampuan berpikir.
Hidrosefalus pada dewasa gejalanya antara lain sakit kepala, kesadaran
menurun, kejang, kelemahan saraf, inkontinensia urin (sulit menahan
buang air kecil), mencong mulut, nyeri kepala diikuti gejala muntah, dan
gangguan penglihatan. Bahkan bila hidrosefalus dewasa tidak segera
diatasi bisa sampai menyebabkan kebutaan. Bila pasien hidrosefalus
sudah buta tidak bisa mengembalikan penglihatannya lagi dan bila
kesadaran penderita hidrosefalus menurun bisa meninggal (Eko Prasetyo,
2004).

E. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksiluka, nefritis, meningitis,
ventrikulitis, dan abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis, adses abdomen, perporasi organ dalam
rongga abdomen, fistula, hernia, dan ileus.
6. Kematian
F. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis.Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehinggawalaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak
mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tibatiba/ akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan.

Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak
kecilsutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik
pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara
dominan (dominan Frontal blow).
Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada
foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium.
Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala:
Kenailkan ICP sebelum ventrikel cerebral menjadi sangat membesar.
Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 8 jam dan
ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma
normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika
route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi.
Pathway hidrosefalus

G. Pemeriksaan penunjang
1. Aloamnanesis/ amnanesis.
Amnanesis perlu dilakukan untuk menentukan hidrosefalus
kongenital atau akuisita. Bayi yang lahir prematur atau posterm dan
merupakan kelahiran anak yang keberapa adalah penting sebagai faktor
resiko. Adanya riwayat cedera kepala sehingga menimbulkan hematom,
subdural atau perdarahan subarakhnoid yang dapat mengakibatkan
terjadinya hidrosefalus.
Demikian juga riwayat peradangan otak sebelumnya. Riwayat
keluarga perlu dilacak, riwayat gangguan perkembangan, aktivitas,
perkembangan mental, kecerdasan serta riwayat nyeri kepala, muntahmuntah, gangguan visus dan adanya bangkitan kejang.
2. Pemeriksaan fisik.
Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi kepala
terhadap badan, anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak
biasanya dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan
kesadaran, rewel, sukar makan atau muntah-muntah.

Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak


menutup, sutura melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala
yang tipis, adanya tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign
dengan dahi yang lebar. Pada pemeriksan auskultasi kemungkinan akan
terdengarnya bising daerah posterior oleh karena malformasi V. Galeni.
Pertumbuhan kepala yang cepat mengakibatkan muka terlihat lebih kecil
dan tampak kurus.
3. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan terhadap komposisi cairan serebrospinal dapat
sebagai petunjuk penyebab hidrosefalus, seperti peningkatan kadar
protein yang amat sangat terdapat pada papiloma pleksus khoroideuis,
setelah infeksi susunan saraf pusat, atau perdarahan susunan saraf pusat
atau perdarahan saraf sentral. Penurunan kadar glukosa dalam cairan
serebrospinal terdapat pada invasi meninggal oleh tumor, seperti
leukemia, medula blastama dan dengan pemeriksaan sitologis cairan
serebrospinal dapat diketahui adanya sel-sel tumor. Meningkatnya kadar
hidroksi doleaseti kasid pada cairan serebrospinal didapat pada obstruksi
hidrosefalus. Pemeriksaan serologis darah dalam upaya menemukan
adanya infeksi yang disebabkan oleh TORCH.
4. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan foto polos kepala, pelebaran fontanela, serta
pelebaran sutura. Kemungkinan ditemukannya pula keadaan-keadaan lain
seperti adanya kalsifikasi periventrikuler sebagai tanda adanya infeksi
cytomegalo inclusion dioase, kalsifikasi bilateral menunjukkan adanya
infeksi tokso plasmosis. Pemeriksaan ultrasonografi, dapat memberikan
gambaran adanya pelebaran sistem ventrikel yang lebih jelas lagi pada
bayi, dan untuk diagnosis kelainan selama masih dalam kandungan.
Pemeriksaan CT-Scan menunjukkan adanya pelebaran ventrikel.
Disamping

itu

juga

dapat

untuk

mempelajari

sirkulasi

cairan

serebrospinal yaitu dengan menyuntikkan kontras radio opak ke dalam


sisterna magna kemudian perjalan kontras diikuti dengan CT-Scan
sehingga akan jelas adanya obstruksi terhdap cairan serebrospinal.

Pemeriksaan pneumoensefalografi, berguna untuk memantau


dilatasi ventrikel dan ruang subarakhnoid. Apabila sudut korpus kolosum
kurang dari 120 menunjukkan hidrosefalus komunikan, bila lebih dari
120 mungkin hidrosefalus obstruksi.
H. Penataleksanaan
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan
penyuluhan genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari
perkawinan antar keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan
dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi.
Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada
umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid
dengan dosis 25 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan
menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya
kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan pada kasus didapat dapat sembuh spontan
40 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan
tempat absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus.
Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga
cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalah memberikan
pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus
disiapkan (misalnya : kateter shunt obat-obatan darah) yang biasanya
membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan

dilakukan

untuk

mengalirkan

cairan

serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga


peritoneum

yaitu

pintasan

10

ventrikuloatrial

atau

ventrikuloperitonial.Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus,


yang tidak menimbulkan reaksi radang atau penolakan, sehingga dapat
ditinggalkan di dalam tubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 4050%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi
evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari
pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin
A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau
perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan
perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah
endoskopik.
3. Operasi pemasangan pintas ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor
dengan kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih
adalah rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain
rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt
yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan
intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

11

I. Masalah keperawatan dan data pendukung


1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan
ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku, Apakah pernah
terjatuh dengan kepala terbentur.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
-Anak dapat melihat keatas atau tidak.
-Pembesaran kepala.
-Dahi menonjol dan mengkilat, serta pembuluh dara terlihat jelas
b. Palpasi
-Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior
sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang

12

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa

melihat keatas.
- Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
a. Didapatkan data data sebagai berikut :
Peningkatan sistole tekanan darah.
Penurunan nadi / Bradicardia.
Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
a. Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan
lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi
-

terang )
Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi

Crakedpot (Mercewens Sign


Opthalmoscopy : Edema Pupil.
CT Scan Memperlihatkan (non invasive) type hidrocephalus

dengan nalisisi komputer.Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra


cranial.

J. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif: serebral b.d peningkatan tekanan
intrakranial, hipervolemia.
2. Kerusakan intregritas kulit b.d penurunan mobilitas fisik, defisiensi
sirkulasi.
3. Resiko defisit volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia
4. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit, perawatan,
komplikasi b.d kurang informasi.
N
0
1

Dx keperawatan

Perencanaan
Intervensi

Tujuan
Perfusi jaringan Setelah
tidak

dilakukan Kaji

efektif: tindakan keperawatan neurologis

serebral
peningkatan

status
yang

b.d selama 3 x 24 jam berhubungan dengan


diharapkan

perfusi tanda-tanda

13

Rasional

tekanan

jaringan

serebral peningkatan tekana

intrakranial,

efektif dengan kriteria intrakranial,

hipervolemia.

hasil:

terutama GCS.

Terpeliharanya status

Monitor tandatanda vital:TD, nadi,

neurologis.
Tanda vital stabil.

respirasi,

suhu,

minimal

tiap

15

menit

sampai

keadaan

pasien

stabil.

Monitor tingkat
kesadaran,

sikap

reflek,

fungsi

motorik,

sensorik

tiap 1-2 jam.

Naikkan kepala
dengan
450,

sudut

tanpa

15-

bantal

(tidak hiperekstensi
atau

fleksi)

dan

posisi netral (posisi


kepala

sampai

lumbal ada dalam


garis lurus).

Anjurkan anak
dan orang tua untuk
mengurangi aktivitas
yang

dapat

menaikkan tekanan
intrakranial
intraabdominal,

14

atau

misal: mengejan saat


BAB, menarik nafas,
membalikkan badan,
batuk.

Monitor tanda
kenaikan

tekanan

intrakranial,
misalnya: iritabilitas,
tangis, sakit kepala,
2

Kerusakan

mual
Tissue Integrity : Skin Monitor

intregritas kulit and


b.d

Mucous fontanella

penurunan Membranes

sirkulasi.

yang

Ubah posisi

Integritas kulit tiap


baik

jam,

perubahan

posisi

elastisitas, kepala tiap 1 jam.

temperatur,

hidrasi,

Gunakan lotion

pigmentasi)

bisa pertimbangkan

dipertahankan
(sensasi,

mayor

tiap 4 jam.

mobilitas fisik, Kriteria Hasil :


defisiensi

kondisi

atau

minyak

Tidak ada lindungi


luka/lesi pada kulit

dan
posisi

daerah kepala dari

Perfusi jaringan penekanan.


baik

Letakkan

Menunjukkan kepala pada bantal


pemahaman

dalam karet atau gunakan

proses perbaikan kulit water bed jika perlu.


dan
terjadinya

mencegah

cedera penggantian

berulang

Gunakan
tenun

dari

Mampu yang lembut.

15

alat
bahan

melindungi kulit dan


mempertahankan

Stimuli daerah
kepala

setiap

kelembaban kulit dan perubahan posisi.


perawatan alami

Pertahankan
nutrisi

sesuai

program terapi.

Memandikan
pasien dengan sabun

3.

Resiko

defisit

Setelah

dan air hangat


dilakukan
Monitor intake

volume tindakan

output makanan dan

cairan b.d mual, keperawatan:


muntah,
anoreksia

cairan.

Ukur dan
Hidrasi adekuat.
Turgor kulit baik.
observasi
tanda
Membran mukosa
vital.
lembab.

Catat jumlah,
Tanda vital normal.
frekuensi
dan
karakter muntah.

Timbang BB
tiap hari.

Kaji tanda-

Kurang

Setelah

tanda dehidrasi.
dilakukan Jelaskan
semua

pengetahuan

tindakan

prosedur

orang

tua keperawatan,

dan

pengobatan,

tentang

keluarga mampu:

penyakit,

perawatan,

pengertian

kehadiran

perawat

Ungkapkan diperlukan bila ada


rencana informasi oleh team

komplikasi b.d perawatan. Menerima kesehatan lain untuk


kurang

kenyataan

informasi.

anaknya.

terhadap memperkuat
penjelasan.

16

Demonstrasikan Beri dorongan pada


perawatan

yang orang

diperlukan.

tua

untuk

mengekspresikan

Mengetahui tanda perasaan


infeksi

dan

dan harapan

dan

peningkatan tekanan partisipasi


intrakranial.

dalam

perawatan

anaknya

Menjelaskan dengan
pengobatan
diberikan,

yang yang
minum menyenangkan.

obat sesuai rencana


dan

mengerti

perasaan

Bantu orang tua

efek untuk

samping.

dapat

menerima kenyataan
tentang
dan

perubahan

perkembangan

anaknya.
Yakinkan orang tua
bahwa

anak

membutuhkan kasih
sayang

dan

keamanan.

Demonstrasikan
perawatan

yang

diperlukan
(bagaimana
mengecek

fungsi

shunt, posisi anak),


berikan kesempatan
untuk mengulang.

Beri penjelasan
tentang pengobatan.

17

Daftar pustaka
Price, S.A. 2005. Patofisiologi Konsep Klimik Prose-proses Penyakit Bag. II.
EGC, Jakarta.

Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition.


Mosby.

18

NANDA.

2005-2006.

Nursing

Diagnosis:

Deffinition

&

Classification.

Philadhelphia.

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J.


Neurol, 2000 ; 247 : 5-14.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika.

Price,Sylvia

Anderson.

2005.

Patofisiologi;Konsep

klinis

proses-proses

penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mo

19

20

Anda mungkin juga menyukai