Contoh Moderasi
Contoh Moderasi
BAB IV
METODE PENELITIAN
103
mengutarakan kondisi yang dihadapi dalam bekerja, dan diberikan daftar
pertanyaan panduan,tetapi mereka bebasmengadaptasikannya.Untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan hasil diskusi diverifikasi guna untuk
menentukan indikator-indikator setiap variabel dan melengkapi hasil analisis dan
pembahasan hasil penelitian.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari Sulawesi Tenggara, dengan
pertimbangan. Pertama, Kota Kendari pusat perusahaan pengekspor bidang
perikanan di Sulawesi Tenggara. Kedua, mudah dalam pelaksanaan mengingat
bahwa sebaran lokasi tidak terlalu luas, sehingga kendala bisa dieliminer baik
dari tinjauan pengorganisasian tenaga peneliti, waktu, maupun biaya.Ketiga,
peneliti cukup mengenal daerah penelitian sehingga memudahkan dalam
mengakses informasi.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja wanita padabagian
operasional yang bekerja pada industri perikanan di Sulawesi Tenggara. Jumlah
tenaga kerja wanita pada sepuluh perusahaan sebanyak 817 orang dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
104
Tabel 4.1.Nama Perusahaan, Jenis Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja
No
Nama Perusahaan
Jenis Usaha(ekspor)
Penangkapan,Pengolahan,
Jumlah Tenaga
Kerja Wanita (Org)
45
219
cold storage
3
76
97
73
123
44
CV. Andika
25
Fa. Sanu
27
10
88
817
4.3.2. Sampel
Penelitian ini hanya dilakukan terhadap kelompok sampel. Besarnya sampel
penelitian ini seperti dikemukakan Arikunto (2002) bahwa apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya lebih besar dapat
diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%. Sampel dalam penelitian ini
ditetapkan sebanyak 25% dari populasi, yang merupakan batas tertinggi yang
ditetapkan (Arikunto, 2002). Sehingga dari 817 populasi, jumlah sampel yang
harus di survey sebanyak 204 orang (25% x 817). Metode pengambilan
sampel menggunakan metodeproporsional random samplingdengan
formulasi sebagai berikut (Nazir, 1999):
Ni
ni = ------------ n
N
105
Dimana :
ni = Jumlah sub sampel dari sub populasi
Ni = Jumlah populasi dari sub populasi ke i
N = Jumlah seluruh populasi
n
Nama Perusahaan
Jumlah Populasi
Tenaga Kerja Wanita
(Org)
45
Jumlah Sampel
Tenaga Kerja Wanita
(Org)
11
219
55
76
19
97
24
73
18
123
31
44
11
CV. Andika
25
Fa. Sanu
27
10
88
22
Total
817
204
106
Data primer, yaitu Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari responden(tenaga kerja wanita) melalui pengisian kuesioner
yang disebarkan,dan wawancara.
b.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan pencacatan langsung dari
dokumen, laporan yang telah dibuat oleh perusahaan yang menjadi subyek
penelitian. Jenis data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara
lain berupa data-data tentang sejarah Pelabuhan Perikanan Samudra dan
perkembangannya, data perkembangan produksi, fasilitas pelabuhan,
frekuensi kunjungan kapal, jumlah tenaga kerja serta beberapa data yang
berkaitan dengan kebutuhan penelitian ini.
107
b. Kuesioner,yakni suatu daftar pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sesuai
dengan tujuan yang ingi dicapai.Selanjutnya diajukan kepada masing-masing
responden. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun berdasarkan variabelvariabel inti dalam penelitian ini, sehingga dalam pengisian kuesioner
responden mudah memahaminya.
c. Focus Group Dissicusion, yakni teknik pengumpulan data dengan melakukan
diskusi kelompok mereka diberikan cakupan topik untuk didiskusikan, dan
mereka bebas untuk mengutarakan kondisi yang dihadapi dalam bekerja.
4.5. Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka metode analisis data adalah analisis
kuantitatif, secara teknis dilakukan analisis Uji Validitas dan Reliabilitasdata:
4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
4.5.1.1. Uji Validitas
Ketepatan indikator dalam mengukur konstruk dapat ditelusuri melalui analisis
validitas konstruk yang digunakan dalam penelitian. Validitas konstruk adalah
bentuk validitas yang dapat mengetahui konstruk apa yang diukur oleh skala
tertentu (Solimun, 2002). Melalui validitas konstruk dapat diketahui sesuai
tidaknya indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk yang dimaksudkan
oleh peneliti. Validitas konstruk dapat dilihat melalui validitas konvergen dan
validitas diskriminan (Hair et al. 1995; Solimun, 2002). Indikator dapat dikatakan
valid, apabila memiliki hasil uji validitas unidimensional Goodness of Fit Index
(GFI) lebih besar dari 0,90(Hair et al. 1995). Uji validitas dilakukan agar skala
yang digunakan dalam penelitian tidak memiliki dua konstruk yang mengukur hal
yang berbeda, maka korelasi antar konstruk harus < 0,90. Jika korelasi antar
konstruk mencapai 0,90 atau lebih akan terjadi multikolinieritas antar konstruk.
4.5.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan pada indikator (item atau observable variable atau
108
criterion) yang mengukur (faktor atau variabel atau prediktor). Hal ini dilakukan
karena variabel tidak diukur secara langsung, tetapi diukur melalui indikator dari
setiap konstruk. Dengan melihat nilai Construct Reliability (pn) menyatakan
besarnya kemampuan indikator untuk menjelaskan konstruk yang diukurnya.
Indikator dapat dikatakan reliabel, apabila memiliki hasil uji Construct Reliability
(pn) lebih besar dari 0,70 (Hair et al. 1995). Semakin rendah Construct Reliability
berarti indikator yang bersangkutan makin tidak baik menjelaskan konstruk yang
seharusnya diukur. Dengan kata lain nilai Construct Reliability menyatakan
keterandalan (reliabilitas) kemampuan mengukur (menjelaskan variabel terhadap
konstruknya.
Pada studi disertasi ini, dilakukan pengujian instrumen menggunakan 30 sampel
ujicoba.Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan Korelasi
Pearson dan Koefisien Alpha Cronbach, hasilnya secara lengkap disajikan pada
Lampiran 2. Seperti telah dikemukakan di bab terdahulu bahwa instrumen
penelitian disebut valid jika nilai korelasi Product Moment Pearson r 0,30 dan
reliabel jika nilai Alpha Cronbach 0,60.
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen untuk masing-masing variabel
dapat disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Variabel
Indikator
Korelasi r
Stres Kerja (X)
X.1
0.718
X.2
0.702
X.3
0.667
X.4
0.587
Locus of Control (M1)
M1.1
0.674
M1.2
0.714
M1.3
0.755
M1.4
0.733
Dukungan Sosial (M2)
M2.1
0.708
M2.2
0.725
M3.3
0.769
M4.4
0.739
Produktivitas Kerja (Y)
Y.1
0.652
Y.2
0.785
Y.3
0.644
Y.4
0.656
Alpha
0.889
0.687
0.696
0.688
109
Y.5
Y.6
0.698
0.472
Sumber : Lampiran 2
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen pada Tabel 4.3 menunjukkan
bahwa seluruh variabel di atas adalah valid karena nilai korelasi di atas 0,3, dan
reliabel karena nilai Alpha Cronbach di atas 0,6.
4.5.3. Asumsi-asumsi dalam Penggunaan SEM
1. Ukuran sampel
Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan ini adalah minimum
berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi
untuk setiap estimasi parameter yaitu 5 x jumlah indikator.
2. Normalitas dan Linearitas
Data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi
sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan SEM. Normalitas
diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode
statistik. Uji normalitas perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data
tunggal maupun normalitas multivariat dimana beberapa variabel digunakan
sekaligus dalam analisis akhir. Uji linearitas dapat dilakukan dengan
mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan
dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas.
3. Outlier
Uji data outlier ada dua cara:
a. Mendeteksi terhadap univariate outlier dengan mengamati Z score. Bila
data memiliki nilai Z score 3,0 berarti ada nilai outlier.
110
b. Bila dites terhadap multivariate outlier dengan menggunakan jarak
Mahalanobis pada tingat P < 0,001; jarak Mahalanobis itu dievaluasi
dengan menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar variabel yang
digunakan dalam penelitian. Bila kasus mempunyai jarak Mahalanobis
lebih besar dari nilai Chi-Square pada tingkat signifikan 0,001 maka tidak
terjadi multivariate outlier.
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan
pengolahan data yang dianalisis dengan menggunakan pemodelan SEM
menurut Solimun (2002) adalah sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan model di dalam SEM :
Semua hubungan berbentuk linear, untuk memeriksanya dapat dilakukan
dengan membuat scatter plot (diagram pencar).
Model bersifat aditif, hal ini berkaitan dengan teori dan konsep yang
digunakan sebagai landasan pengembangan model hipotetik. Jadi secara
konseptual dan teoritis tidak terjadi hubungan yang bersifat multiplikatif atau
rasional antar variabel exogen (non-multikolinearitas).
b. Berkaitan dengan pendugaan parameter dan pengujian hipotesis
dalam
SEM :
Antara unit pengamatan bersifat saling bebas (independence data). Hal ini
dapat ditempuh dengan pengambilan sampel secara random/acak.
Data diperoleh secara lengkap.
Data tidak mengandung outliers. Pemeriksaan hal ini dapat dilakukan
dengan diagram kotak garis (box plot), dimana jika terdapat data/titik di luar
pagar mengindikasikan bahwa data tersebut adalah outlier. Pendekatan
111
lain dengan cara membandingkan standar deviasi dengan mean, jika SD >
mean maka terdapat outlier.
Untuk pendugaan parameter dengan metode kemungkinan/probabilitas,
ukuran
sampel
minimum
adalah
100.
Kemudian
menggunakan
112
ketergantungan yang saling terhubung secara bersamaan (Hair et al. 1998).
Structural Equation Modeling (SEM) merupakan pendekatan terintegrasi antara
analisa faktor, model struktural, dan analisa jalur (path analysis) (Solimun, 2002).
Pada penelitian ini spesifik menggunakan Moderated Structural Equation
Modeling (SEM) yaitu dapat menguji secara bersama-sama model struktural:
hubungan antara konstruk (yaitu variabel laten/variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator atau proksi untuk
mengukurnya) independen dan dependen dengan menggunakan variabel
moderasi, model measurement hubungan (nilai loading) antara indikator
dengan konstruk (Ghozali, 2005). Moderated Structural Equation Modeling
(SEM) memiliki dua tujuan utama dalam analisisnya: (1) untuk menentukan
apakah model plausible (masuk akal) atau fit, (2) menguji berbagai hipotesis
yang telah dibangun sebelumnya, khususnya membangun hubungan mengenai
variabel moderasi (Ghozali, 2005).
Dalam penelitian ini Structural Equation Modeling (SEM) digunakan
untuk menguji model yang dibentuk berdasarkan teori seperti yang diuraikan pada
bab 2, yakni Teori stres kerja, locus of control, dukungan sosial, dan
produktivitas kerja. Pengolahan Structural Equation Modeling (SEM)
menggunakan program AMOS 6. Structural Equation Modeling (SEM) dapat
menggunakan dua macam input data yakni: correlation matrix dan covariance
matrix. Untuk meneliti hubungan cenderung kepada correlation matrix
sedangkan untuk meneliti pengaruh lebih cenderung kepada covariance
matrix. Structural Equation Modeling (SEM) memiliki tiga bagian utama dalam
analisis yaitu: Measurement model, Construction of Path Diagram, dan Structural
Model.
113
Secara singkat tiga bagian utama dalam analisis Structural Equation
Modeling (SEM) antara lain Joreskog dan Sorbom (1996): (a) Measurement
model, yakni tahapan yang menunjukan bagaimana variabel laten atau
konstruk yang telah dihipotesiskan tergantung kepada, atau diindikasikan oleh
variabel observasi. Tahap ini juga menjelaskan reliabilitas dan validitas variabel
indikator. (b) Construction of Path Diagram, merupakan diagram jalur (Path
Diagram) merupakan diagram yang menjelaskan hubungan-hubungan diantara
variabel dalam model, selanjutnya dijadikan dasar dalam penelitian ini. (c)
Structural Model, tahapan ini menunjukan hubungan-hubungan kausal diantara
variabel laten, menjelaskan variabel kausal dan mengukur varians yang
terjelaskan dan tak terjelaskan.
Untuk membuat pemodelan perlu dilakukan langkah-langkah. Menurut
Hair (dalam Ghozali, 2005), ada tujuh langkah yang harus dilakukan apabila
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) sebagai berikut :
114
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Kawasan Industri Perikanan di SulawesiTenggara
Kawasan industri perikanan Kendari terletak di Kelurahan Puday,
Kecamatan Abeli, Kota Kendari
koordinatsecara geografis pada 03 58' 48" Lintang Selatan dan 122 34' 17" Bujur
Timur. Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari merupakan basis utama
perikanan laut di Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya dan kawasan Timur
Indonesia pada umumnya. Daerah tangkapan ikan (fishing ground) mencakup
Laut Flores dan Selat Makassar, Laut Banda, Laut Arafura dan Laut
Maluku.Daerah tersebut kaya dengan beragam jenis ikan, baik pelagis maupun
demersal.Disamping itu daerah tersebut sangat kaya dengan berbagai jenis
Mollusca seperti Octopuses (Gurita) dan Sotong yang telah menjadi salah satu
komoditas andalan ekspor hasil perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pembangunan Kawasan Industri Perikanan Sulawesi Tenggara
dimulai
pada tahun 1984. Pembangunan diawali dengan pembebasan tanah rakyat dan
dilanjutkan dengan tahap kontruksi. Studi kelayakan Kawasan Industri Perikanan
ini dilakukan oleh Tim Asian Development Bank bekerja sama dengan Direktorat
Jenderal Perikanan Departemen Pertanian Republik Indonesia. Setelah enam
tahun proses pembangunan maka pada tahun 1990 PPS mulai beroperasi
setelah diresmikan oleh Presiden Rl., H.M. Soeharto, pada tanggal 10
September 1990.
Dalam usaha peningkatan peran sektor perikanan terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional, maka dilakukan usaha optimalisasi pasar dalam negeri dan
115
peningkatan ekspor hasil perikanan melalui diversifikasi pasar.Kebijakan strategis
nasional ditetapkan melalui revitalisasi sektor kelautan dan perikanan yang
diarahkan kepada upaya pembangunan dan pengembangan industri perikanan
yang tangguh, mandiri dan berkelanjutan, perluasan penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan nelayan, peningkatan konsumsi ikan dalam negeri.
Kebijakan
diversifikasi
pasar
dimaksudkan
dalam
rangka
peningkatan
b.
c.
d.
116
e.
f.
g.
h.
i.
Pelaksanaan kesyahbandaran;
j.
k.
l.
117
produksi disebabkan oleh hasil tangkap yang tidak menentu karena faktor
cuaca.Sementara itu variasi harga disebabkan karena keragaman harga yang
ditetapkan oleh importir.Hasil produksi ikan sebagian besar diekspor keluar
negeri dengan tujuan utamanya Negara Jepang, hal ini dapat dilihat pada Tabel
5.3.
Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari mempunyai beberapa fasilitas
dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari
N0.
Fasilitas
Tahun
Pembangunan
1986-2006
Volume/Luas
Lahan
Dermaga
1990-2006
Kavling Industri
1986-2006
4
5
6
7
Gedung TPI
Rambu Navigasi
Instalasi Air
Instalasi BBM
Instalasi Listrik
1990
1990
1990-2009
1990
40,55 Ha
- (6,0 m) 130 x 10 m
- (2,5 m) 260 x 10 m
Dimanfaatkan 11,81 Ha
Belum dimanfaatkan
12,07 Ha
600 m
2 unit
700 KL
1000 KL
- Genset
1990
1993
2 x 250 KVA
1.110 KVA
- PLN
9
Crene
1991
10
Forklift
1994
11
Bengkel
1990
12
Tempat Penjemuran Ikan
2005
13
Gedung Hanggar
2006-2008
14
Cold Storage
1991-2007
15
Freezer
1991-2007
16
Docking Kapal
1996
17
Ice Container
2007
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009
2 unit
1 unit
150 m2
200 m2
635 m2
1.970 Ton
84 Ton
s/d 600 GT
8,9 Ton
Jenis
Kegiatan
Pendaratan
ikan (Ton)
Sasaran
2007
Realisasi
12.000
33.198
276,65
Sasaran
2008
Realisasi
13.500
14.303
105,95
118
2
Kunjungan
15.000
21.984
146,56
kapal (Kali)
3
Penyaluran
30.000
43.576
145,25
Es (Ton)
4
Penyaluran
air
bersih 225.000
180.405
80,18
(KL)
5
Penyaluran
22.000
15.772
71,69
BBM (KL)
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)
15.000
22.297
148,65
30.000
54.799
182,66
225.000
206.550
91,80
25.000
26.070
104,28
2000
18.424,0
6.002
110.580.848,0
2001
18.021,9
9.385
169.135.531,5
52.95
2002
19.329,9
12.431
240.289.986,9
42.07
2003
11.829,7
8.187
96.849.753,9
-59.69
2004
7.359,8
10.277
75.636.664,6
-21.90
2005
9.395,1
6.597
61.979.474,7
-18.06
20.60
313.54
-54.80
34,34
2006
2007
2008
Harga Rata-Rata
Per Kg (Rp)
9.789,9
7.635
33.198,1
9.311
14.302,8
9.769
Rata-rata Nilai Produksi
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)
Nilai Produksi
(Rp. 000)
Perkembangan
Nilai Produksi
(%)
-
Tahun
74.745.886,5
309.107.509,1
139.724.053,2
142,005,523.16
Total
11.688
8.64
9.222
119
2003
1.329
891
846
2004
2.483
1.148
2.454
2005
5.053
2.546
6.277
2006
8.939
4.07
6.583
2007
9.443
4.297
4.54
2008
8.878
4.794
5.463
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)
250
223
285
363
490
380
3.244
227
4.585
2.912
3.214
2.782
6.56
6.535
18.746
22.867
21.984
22.297
motor
kunjungan
tempel,
kapal
yang
yang
ada
cenderung
meningkat.Peningkatan
menyebabkan
jumlah
produksi
frekuensi
mengalami
peningkatan.
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari menyalurkan logistik berupa Air,
Bahan Bakar Minyak (BBM), dan Es kepada kapal-kapal nelayan.Jumlah dan
jenis logistik yang disalurkan oleh PPS Kendari dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Penyaluran Logistik Tahun 2000-2008
Jumlah dan Jenis Logistik
Tahun
Air (KL)
BBM (KL)
2000
164.422,1
14.607,2
2001
197.463,9
18.700,5
2002
207.783,8
13.758,1
2003
179.319,7
24,624,3
2004
142.093,7
17.986,2
2005
144.780,0
17.074,0
2006
141.201,0
17.577,4
2007
180.405,0
15.772,1
2008
206.549,5
26.069,5
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)
Es (Ton)
24.049,3
23.660,5
25.184,6
25.949,7
21.064,4
39.228,2
42.185,3
43.576,1
54.799,1
jenis
perusahaan.Perusahaan
tersebut
bergerak
dalam
120
Tahun
Pelabuhan
2000
72
1.952
2001
70
2.110
2002
70
1.808
2003
69
1.929
2004
72
1.020
2005
72
1.060
2006
72
1.629
2007
73
2.078
2008
73
2.031
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)
297
538
996
250
42
107
1.824
1.762
1.362
Total
2.321
2.718
2.874
2.248
1.134
1.239
3.525
3.913
3.466
Persentase (%)
18,63
42,66
28,92
12,75
100,00
121
5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Distribusi responden berdasarkan status perkawinanan dapat dilihat pada
Tabel 5.8.Merujuk pada Tabel 5.8.tampak bahwa sebagian besar responden
(65,20% ) berstatus menikah sedangkan sisanya sebanyak
6,37% berstatus
janda dan 28,43% belum menikah. Status perkawinan akan mempengaruhi pola
pikir dan perilaku seseorang dalam bekerja. Bagi tenaga kerja yang berstatus
menikah biasanya akan bekerja lebih sungguh-sungguh dibandingkan dengan
tenaga kerja yang berstatus tidak/belum menikah. Tenaga kerja yang berstatus
menikah memandang pekerjaan sebagai sumber pendapatan untuk mencukupi
kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu tenaga kerja yang sudah menikah
cenderung akan lebih berhati-hati dalam menghadapi dan menyikapi setiap
permasalahan yang muncul dalam pekerjaannya.
Tabel 5.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status
Jumlah Tenaga Kerja
Perkawinan
Wanita (Orang)
1
Belum Menikah
58
2
Menikah
133
3
Janda
13
Jumlah
204
Sumber: Data Primer 2009(diolah)
No.
Persentase (%)
28,43
65,20
6,37
100,00
122
masa kerjanya antara 5 6 tahun sebanyak 16,67% (34 orang) dan responden
dengan masa kerja lebih dari 7 tahun sebanyak 12,74% (26 orang). Masa kerja
menentukan tingkat keterampilan seseorang. Semakin lama seseorang bekerja
dalam satu bidang, maka akan semakin terampil mengatasi masalah-masalah rutin
yang dihadapi dalam pekerjaanya. Sehingga seseorang yang memiliki masa kerja
yang lama dengan keterampilan yang tinggi cenderung semakin matang sehingga
berpeluang memiliki stres kerja yang rendah.
Tabel 5.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
No.
Persentase (%)
(Tahun)
Wanita (Orang)
1
12
58
28,43
2
34
86
42,16
56
34
16,67
>7
26
12,74
Jumlah
204
100,00
jawab
suami
dan
istri
baik
secara
ekonomi
maupun
Persentase (%)
36,27
42,65
17,65
3,43
100,00
123
antara 1-2 orang. Responden yang memiliki jumlah anggota keluarga antara 3
4 orang sebanyak 42,55% atau 87 orang. Sedangkan responden yang
mempunyai jumlah anggota keluarga antara 5 6 orang sebanyak 17,65%
atau 36 orang. Sementara itu responden dengan jumlah anggota keluarga di
atas 7 orang sebanyak 3,43% atau 7 orang. Semakin banyak jumlah anggota
keluarga yang menjadi tanggungan maka semakin tinggi beban keluarga
sehingga semakin tinggi peluang seseorang mengalami tekanan yang akan
berdampak pada stres kerja.
5.2.5. Motivasi Responden untuk Bekerja
Motivasi responden untuk berkerja berkaitan dengan pihak-pihak yang
mendorong
responden
untuk
bekerja.Pihak-pihak
yang
mendorong
124
Tabel 5.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Motivasi Untuk Bekerja
No.
Motivasi Untuk
Bekerja
Persentase (%)
28
13,73
Kemauan Sendiri
14
6,86
3
4
Kemauan suami
Desakan ekonomi
Jumlah
53
109
204
26,97
53,43
100,00
Prosentase Jawaban
Rata-
125
STS
TS
SS
rata
12,3
41,2
42,2
1,5
2,9
3,60
10,8
36,8
47,1
3,9
1,5
3,54
6,9
47,5
42,2
2,9
0,5
3,61
14,2
41,2
32,8
6,9
4,9
3,55
126
indikator memiliki lima bobot jawaban yang berbeda dengan rentang skor 1
sampai 5.
Jawaban responden terhadap setiap indikator variabel Locus of Control
(M1) dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13.Deskripsi Variabel Locus of Control (M1)
Indikator
STS
Prosentase Jawaban
TS
N
S
SS
Ratarata
67.6
23.5
4.13
71.6
18.1
4.06
66.2
20.6
4.07
64.7
30.4
4.25
4.13
127
5.3.3 Deskripsi Variabel Dukungan Sosial (M2)
Dukungan sosial merupakan hubungan kerja antar sesama karyawan atau
antar karyawan dengan atasan yang akan memberikan pengaruh pada
kepercayaan dan taraf pemberian dukungan untuk secara bersama-sama
menyelesaikan masalah dalam organisasi. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur konstruk Dukungan sosial (M2) terdiri dari empat indikator, yaitu
Kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan (M2.1), Bantuan
rekan kerja untuk menyelesaikan pekerjaan (M2.2), Nasehat keluarga tentang
masalah pekerjaan (M2.3), dan Lingkungan tempat tinggal mendukung sebagai
pekerja (M2.4). Tiap indikator memiliki lima bobot jawaban yang berbeda dengan
rentang skor 1 sampai 5. Jawaban responden terhadap setiap indikator variabel
Dukungan sosial (M2) dapat dilihat pada Tabel 5.14.
STS
Prosentase Jawaban
TS
N
S
SS
Ratarata
0.0
0.5
8.3
64.2
27.0
4.18
0.0
2.5
8.3
56.9
32.4
4.19
0.0
1.0
12.7
62.3
24.0
4.09
0.5
2.9
11.3
66.2
19.1
4.00
4,12
128
atau antara karyawan dengan atasan memberikan pengaruh positif terhadap
kepercayaan dan taraf pemberian dukungan untuk secara bersama-sama
menyelesaikan masalah dalam organisasi. Hal ini dapat diketahui dengan nilai
rata-rata semua indikator mencapai 4,12. Artinya bahwa sebagian besar
responden
setuju
bahwa
perusahaan
memberikan
perhatian
terhadap
Prosentase Jawaban
Rata-
129
STS TS
N
Hasil kerja (Y.1)
0.0
1.5
8.3
Kualitas kerja (Y.2)
0.0
0.5
11.8
Inisiatif merespon perubahan
0.0
2.5
17.2
peraturan (Y.3)
Kemampuan adaptasi (Y.4)
0.5
0.5
6.9
Kecepatan kerja dan ketelitian
0.0
3.4
9.3
(Y.5)
Tanggung jawab (Y.6)
1.0
2.0
9.3
Variabel Produktivitas Kerja (Y)
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 3)
S
69.6
65.2
SS
20.6
22.5
rata
4.09
4.10
64.7
15.7
3.94
71.1
21.1
4.12
61.3
26.0
4.10
66.7
21.1
4.05
4,07
130
kasus ini titik observasi adalah nomor kuisioner dari responden. Pemeriksaan
terhadap outlier multivariat dilakukan menggunakan kriteria mahalanobis pada
tingkatp<0.001. Mahalanobis distance dievaluasi menggunakan 2 pada derajat
bebas sebesar banyaknya parameter yang digunakan yaitu=106dimana dari
tabel statistik diperoleh 2 = 156.74. Kaidah pengambilan keputusan, jika Md dari
titik obeservasi >156.74maka dikatakan bahwa titik observasi itu adalah outlier,
sedangkan jika Md dari titik observasi <156.74 maka dikatakan bahwa titik
observasi itu bukan suatu outlier.
Dari Tabel Mahalanobis distance (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa titik
observasi yang paling jauh adalah titik ke 167 dengan nilai Md=89.893. Jika
dibandingkan dengan nilai 2 = 156.74maka nilai Md titik ke-167<156.74, maka
disimpulkanbahwa seluruh data bukan merupakan outlier, sehingga asumsi tidak
terjadinya outlier pada data dapat dipenuhi.
5.4.1.3 Uji Linieritas
Pengujian asumsi linieritas dilakukan dengan metode Curve Fit, dihitung
dengan bantuan software SPSS. Hasil uji linieritas disajikan pada Lampiran 4.
Jika nilai Sig. model Linier < 0.05 maka asumsi linieritas terpenuhi, atau jika
seluruh model yang mungkin nonsignifikan (Sig > 0.05)
Tabel 5.16.Hasil Pengujian Asumsi Linieritas
Hubungan Antar Variabel
Keterangan
Keputusan
Linier
Linier
Linier
131
Dari Tabel 5.16 tampak bahwa semua pengaruh menghasilkan model
linier yang signifikan untuk hubungan pertama hingga ketigasehingga asumsi
linieritas terpenuhi.
5.4.2. Factor Loading
Confirmatory Factor Analysis digunakan untuk meneliti variabel-variabel
yang mendefinisikan sebuah konstruk yang tidak dapat diukur secara langsung.
Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi makna atas tabel
yang
diberikan
pada
variabel-variabel
laten
atau
konstruk
lain
yang
Factor Loading
0.540
0.661
0.603
0.436
132
Berdasarkan Tabel 5.17 dapat diketahui bahwa indikator yang paling kuat
merefleksikan variabel stres kerja adalah beban kerja (X.2), dengan nilai Factor
Loading
0,603disusul berturut-turut
oleh indikator konflik peran (X.1) dan Pasokan bahan baku yang tidak tepat
waktu (X.4) dengan Factor Loading
Factor Loading
0.512
133
Dapat menentukan apa yang terjadi pada diri,
dimanapun bekerja (M1.2)
Dengan kerja keras, mendapatkan
yang
diinginkan (M1.3)
Dengan bekerja dapat menambah kepercayaan
diri (M1.4)
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)
0.513
0.504
0.590
pengendalian
diri.
Semakin
tinggi
kemampuan
seseorang
134
indikator-indikator dari variabel dukungan sosial (M2) dapat dilihat pada Tabel
5.19.
Tabel 5.19. Hasil Pengujian Indikator Pengukur Variabel Dukungan Sosial (M2)
Indikator
Kepedulian perusahaan dengan kesejahteraan
karyawan (M2.1)
Bantuan rekan kerja untuk menyelesaikan
pekerjaan (M2.2)
Nasehat keluarga tentang masalah pekerjaan
(M2.3)
Lingkungan tempat tinggal mendukung sebagai
pekerja (M2.4)
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)
Factor Loading
0.536
0.483
0.529
0.545
Factor Loading
135
Hasil kerja (Y.1)
0.500
0.476
0.472
0.476
0.417
0.395
0.05
Diharapkan kecil
0.000
Keterangan
Model Kurang Baik
2.241
RMSEA
0.08
0.078
Model Baik
GFI
0.90
0.637
136
AGFI
0.90
0.605
TLI
0.95
0.475
CFI
0.95
0.497
Standardize
CR
137
Stres Kerja (X) ke Produktivitas
-0.270
kerja (Y)
Locus of Control (M1) ke
0.417
Produktivitas kerja (Y)
Dukungan
Sosial
(M2)
ke
0.348
Produktivitas kerja (Y)
Interaksi Stres kerja (X) dengan
Locus
of
Control
(M1)
ke
-0.204
Produktivitas kerja (Y)
Interaksi Stres kerja (X) dengan
Dukungan Sosial (M2) ke
-0.548
Produktivitas kerja (Y)
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)
Keterangan: Tanda * menyatakan signifikan pada taraf 5%
-2.583
0.010*
3.341
0.000*
2.914
0.004*
-2.322
0.020*
-4.723
0.000*
Dari Gambar 5.1 dan Tabel 5.22 terlihat keseluruhan 5 jalur signifikan.
Stres kerja (X) berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerja (Y).Demikian
pula locus of control (M1) dan dukungan sosial (M2) berpengaruh positif
terhadap produktivitas kerja (Y).Terlihat pula bahwa terdapat efek moderasi yang
negatif (memperkuat) locus of control (M1) dan dukungan sosial (M2) terhadap
pengaruh stres kerja (X) terhadap produktivitas kerja (Y).
5.4.2.2 Pengujian Hipotesis
138
Dari hasil pengujian instrumen variabel pada Gambar 5.1, maka
diperoleh hasil pengujian hipotesis pengaruh langsung sebagai berikut.
Hipotesis Pertama. Dengan tingkat stres kerja yang rendah dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja wanita pada industri perikanan di
Sulawesi Tenggara.Hipotesis pertama ini menguji signifikansi parameter 1
(pengaruh antara stres kerja terhadap produktivitas kerja) pada persamaan
model struktural.
Hasil analisis SEM pada koefisien jalur pengaruh langsung variabel stres
kerja terhadap produktivitas kerja diperoleh nilai standardize (parameter 1)
sebesar -0.270 dengan Critical Ratio (CR) sebesar -2,583 dengan nilai P sebesar
0.010. Karena nilai CR > 1.96 dan nilai P < 0.05, maka hipotesis pertama
diterima.
Berdasarkan atas koefisien jalur pengaruh langsung bertanda negatif
(-0.270) mengindikasikan pengaruh langsung stres kerja terhadap produktivitas
kerja adalah negatif. Artinya semakin tinggi stres kerja akan menyebabkan
semakin rendah produktivitas kerja.
Hipotesis Kedua. Locus of control sebagai variabel moderasi dapat
memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas tenaga kerja wanita
pada industri perikanan di Sulawesi Tenggara. Hipotesis kedua ini menguji
signifikansi parameter 2 (pengaruh locus of control terhadap produktivitas kerja)
dan parameter 4 (pengaruh interaksilocus of control dan stres kerja terhadap
produktivitas kerja) pada persamaan model struktural.
Hasil analisis SEM pada koefisien jalur pengaruh langsung variabel locus
of control terhadap produktivitas kerja diperoleh nilai standardize (parameter 2)
sebesar 0.417 dengan Critical Ratio (CR) 3.341 dan nilai P sebesar 0.000.
139
Koefisien
jalur
pengaruh
langsung
memiliki
bertanda
positif
(0.417)
140
Hipotesis Ketiga. Dukungan sosial sebagai variabel moderasi dapat
memperkuat pengaruh stres terhadap produktivitas tenaga kerja wanita pada
industri perikanan di Sulawesi Tenggara. Hipotesis ketiga ini menguji signifikansi
parameter 3 (pengaruh
parameter 4 (pengaruh
Koefisien
jalur
pengaruh
langsung
bertanda
positif
(0.348)
141
Berdasarkan hasil di atas, kedua parameter yaitu 3 dan 5 adalah
signifikan, sehingga dukungan sosial dinyatakan sebagai quasi moderator atau
moderator semu. Artinya variabel dukungan sosial, selain sebagai variabel
moderator yang memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja,
di sisi lain variabel dukungan sosial berpengaruh secara langsung terhadap
produktivitas kerja. Dengan demikian semakin tinggi dukungan sosial, akan
semakin memperkuat pengaruh tingginya stres kerja yang akan mengakibatkan
rendahnya produktivitas kerja. Dengan demikian hipotesis ketiga penelitian ini
diterima.
142
yang cenderung
143
stres yaitu pasokan bahan baku yang tidak tepat waktu. Indikator ini berbeda
dengan penelitian yang lain. Peneliti terdahulu tidak memasukkan pasokan
bahan baku yang tidak tepat waktu sebagai indikator stres. Padahal dalam
industri perikanan yang berorientasi ekspor, perusahaan dituntut untuk
memenuhi target kuota.Dengan demikian walaupun indikator pasokan bahan
baku yang tidak tepat waktu Loading faktor relatif rendah, namun di atas batas
kritis (0,3), sehingga untuk kasus industri perikanan yang berorientasi ekspor
perlu mempertimbangkan pasokan bahan baku yang tidak tepat waktu sebagai
indikator stres.
Temuan ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja wanita pada industri
perikanan dalam bekerja dibayangi oleh beban kerja dan konflik peran
merupakan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, baik tanggung jawab
sebagai
istri
maupun
sebagai
ibu.
Berdasarkan
deskripsi
responden
Kenyataan ini
144
baik, dapat menentukan apa yang terjadi pada diri dimanapun bekerja, dengan
kerja keras mendapatkan yang diinginkan, dengan bekerja dapat menambah
kepercayaan diri. Keempat indikator tersebut merupakan indikator yang valid
dalam mengukur locus of control (Tabel 5.18),Factor Loading
indikator dengan
diri (M1.4) adalah yang tertinggi sejalan dengan analisis deskriptif (Tabel 5.13)
yang menemukan sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa mereka
mampu melakukan penyesuaian dimanapun mereka bekerja.Artinya bahwa
ketika seseorang mampu melakukan adaptasi maka hal itu terjadi karena
kemampuannya dalam mengendalikan diri.
Temuan ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja wanita pada industri
perikanan dalam bekerja memiliki kemampuan beradaptasi disebabkan karena
sebagian besar responden telah memasuki usia yang dapat dikategorikan
matang yakni antara 2645 tahun atau sebesar (71,58%). Selain itu kemampuan
pengendalian diri yang tercermin dalam kemampuan beradaptasi disebabkan
karena sebagian besar responden berstatus menikah (71,57%). Karakteristik
seseorang yang sudah menikah dengan usia perkawinan yang matang akan
memiliki sikap tenggang rasa yang tinggi, sehingga mereka akan mampu
beradaptasi dengan pekerjaan yang dibebankan.
145
Dilain pihak jika diamati berdasarkan motivasi yang mendorong tenaga
kerja wanita bekerja menunjukkan bahwa alasan ekonomi adalah cukup tinggi.
Hal ini berarti ketika
yaitu
suami
sangat
mendukung
istri
bekerja.
Kenyataan
ini
menunjukkan bahwa peran suami sangat penting dalam mendorong istri untuk
bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, sehingga suami selalu memberikan
solusi ketika istri dihadapkan dengan masalah pekerjaan.
Temuan penelitian ini sejalan dengan jawaban responden yang sebagian
besar menyatakan bahwa mereka mendapat dukungan berupa nasehat dari
keluarga ketika mereka menghadapi masalah pekerjaan (Tabel 5.14).Fakta ini
sejalan dengan karakteristik responden yang sebagian besar berstatus
menikah.Dengan demikian peran suami sudah sepantasnya mendukung
memecahkan masalah yang dihadapi istri di tempat kerja.Dengan dukungan
146
suami dalam memberikan ide-ide untuk menyelesaikan masalah yang muncul di
tempat kerja dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
147
jawab.
Indikator
tersebut
semuanya
valid
dalam
mengukur
pekerjaan adalah yang tertinggi sejalan dengan analisis deskripsi (Tabel 5.15)
bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju mereka memiliki
kemampuan adaptasi, kecepatan dan ketelitian, kualitas kerja yang baik untuk
menyelesaikan pekerjaan. Temuan ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja
wanita pada industri perikanan dalam bekerja memiliki tanggung jawab yang
tinggi disebabkan mereka memiliki tanggungan yang relatif banyak. Apabila
mereka lalai dalam bekerja berpeluang mendapat sangsi dan akan merugikan
kehidupan ekonomi keluarga.
5.6. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan ini dihasilkan dari hasil pengujian hipotesis, sebagai upaya
untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Hasil analisis dari pengujian
hipotesis dijabarkan sebagai berikut:
5.6.1. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Hasil analisis SEM pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja
148
menunjukkan nilai koefisien negatif signifikan. Koefisien jalur bertanda negatif
menunjukkan hubungan arah yang berlawanan antara stres kerja dengan
produktivitas kerja (Tabel 5.22). Semakin tinggi stres kerja akan mengakibatkan
semakin rendah produktivitas tenaga kerja wanita. Stres sebagai kondisi yang
tegang baik secara fisik maupun secara mental pada seseorang ketika
menghadapi suatu peristiwa atau situasi tertentu (Davis dan Mattheu,
1995).Stres kerja adalah sebuah keadaan yang dapat dialami setiap orang dalam
hubungannya dengan pekerjaan bisa tinggi atau rendah, dapat berpengaruh
pada berbagai macam faktor salah satunya terhadap produktivitas kerja.
Mengacu pada definisi
emosional
yang
dialami
seseorang
yang
sedang
ukuran
self-asesstment
dengan
menggunakan
rentang
persentase capaian produksi selama jangka waktu tertentu, sementara stres itu
149
diukur dengan menggunakan kesehatan psikologi (psychological well-being)
yang mencakup sifat mudah marah, sulit berkonsentarsi dan adanya perasaan
ingin marah dengan orang lain. Hasil penelitiannya menemukan bahwa
kesehatan psikologi lebih menentukan dari pada kesehatan fisik.Hal ini
menegaskan bahwa dengan menggunakan ukuran yang berbeda, stres
berpengaruh negatif terhadap produktivitas.
Penelitian Rathore (2009) menemukan bahwa stres menentukan
peningkatan atau penurunan produktivitas seorang pekerja. Para manajer yang
mengalami stres pada level rendah hingga tinggi mampu meningkatkan
produktivitasnya. Sementara itu ketika stres melampaui batas optimal, maka
stres menurunkan produktivitas kerja. Hal itu terjadi oleh karena stres pada level
yang tinggi merusak kesehatan mental dan fisik sehingga menurunkan semangat
kerja dan kualitas pengambilan keputusan. Temuan penelitian ini membuktikan
bahwa stres pada level operasional relatif identik dengan stres pada level
manajer. Artinya bahwa stres pada level yang medium mampu meningkatkan
produktivitas, namun ketika stres melampau batas tertentu, maka produktivitas
akan menurun. Temuan penelitian ini mendukung pendekatan kognitif (Halkos
dan Bousinakis, 2010) yang menyataan bahwa stres terjadi ketika seseorang
tidak mampu atau percaya bahwa dirinya tidak mampu memenuhi tuntutan
situasi tertentu. Situasi yang dimaksud disini dapat berupa tuntutan hasil kerja
yang di tetapkan oleh perusahaan. Ketika seorang karyawan perusahaan
membebani karyawan tidak sesuai dengan kondisinya maka karyawan akan
mengalami stres dan sebaliknya ketika perusahaan memperhatikan kondisi
karyawan, maka kondisi psikologi karyawan akan stabil. Stabilitas mental ini akan
menciptakan kreatifitas dan semangat yang pada gilirannya akan meningkatkan
150
hasil kerja karyawan. Perlu ditambahkan pula bahwa temuan penelitian ini
mendukung pernyataan Karosek (dalam Halkos dan Bousinakis, 2010) yang
mengembangkan model teoritik yang menyebabkan terjadinya stres. Karosek
menyatakan bahwa stres akan terjadi sebagai akumulasi antara pekerjaan yang
mempengaruhi diri karyawan yang tidak didukung oleh kemampuan inisiatif dan
adanya ketergantungan dan keterbatasan pengendalian terhadap pekerjaan
serta hubungan sosial dengan atasan, rekan kerja dan bawahan yang kurang
haromonis. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa stres kerja berkaitan
dengan behavioral factor (Robbins, 2006).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Chambell (2003), Friedman
(2000) yang menyatakan bahwa konflik disebabkan adanya pertentangan antara
tugas-tugas yang harus dilakukan dan antara tanggung jawab yang dimiliki,
namun tugas yang harus dilakukan menurut pandangannya bukan merupakan
bagian dari pekerjaannya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Rahim (1996), Friedman (2000). Hasil penelitian Chandraiah
(2003) menjelaskan hubungan familier dan komunikasi yang inten antar pekerja,
supervisor maupun kolega lain akan dapat menurunkan tingkat stres secara
signifikan. Selye (1985) membedakan antara distress yang destruktif, dan
eustress, sebagai kekuatan yang positif.Stres diperlukan untuk menghasilkan
prestasi yang tinggi.Lazarus dan Folkman (1986) mengkaji fenomena stres
secara mendalam, menemukan bahwa stres terjadi manakala terdapat
ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian yang sangat berarti antara persepsi
individu terhadap suatu tuntutan yang dihadapinya dan kemampuannya
mengatasi tuntutan tersebut.Peran konflik adalah suatu kesenjangan antara
jumlah informasi yang dimiliki seseorang dengan yang dibutuhkan untuk dapat
151
melaksanakan perannya dengan tepat Thatcher et al. (2002). Stres kerja
berhubungan kuat dengan mental dan psikis, sebagai akibat dari problem dalam
organisasi. Stres menghalangi fungsi individu di tempat kerja, memilikipengaruh
negatif,
seperti:
menurunkan
menurunkan
ketertarikan
efisiensi,
dalam
menurunkan
bekerja
kapasitas
dan
kerja,
menurunkan
152
terhadap produktivitas kerja,(2)locus of control sebagai moderasi pengaruh stres
kerja terhadap produktivitas kerja.
Hasil analisis SEM menunjukkan pengaruh signifikan dan positif locus
of control terhadap produktivitas kerja. Artinya semakin tinggi locus of
controlakan semakin tinggi pula produktivitas kerja. Hasil analisis deskripsi pada
Tabel 5.18 menunjukkan bahwa dengan bekerja dapat menambah kepercayaan
diri (M1.4) merupakan indikator utama dalam merefleksikan variabel locus of
control. Hal ini terlihat dari nilai Factor Loading sebesar 0,590 yang lebih tinggi
dari indikator lainnya. Keadaan ini mengambarkan Locus of control (LoC)
merupakan karakteristik personal yang menjelaskan tingkat kepercayaan yang
dimiliki individu mengenai sumber penentu hidup dan kehidupan mereka
(Gibson, 2004; Kreitner dan kinicki (2003). Hal ini sebagian besar dialami tenaga
kerja yang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi, sehingga tenaga
kerja secara internal LoC adalah orang yang percaya bahwa apa yang terjadi
terhadap hidup dan kehidupan mereka tergantung pada usaha dan keahlian
sendiri, secara eksternal adalah orang yang percaya bahwa apa yang terjadi
disebabkan oleh nasib, keberuntungan atau kekuatan lain diluar dirinya (Cook,
1977; Robbins, 2006).
Temuan penelitian ini mendukung Social Learning Theory yang
dikemukakan oleh Rotter (1966) yang menyatakan bahwa locus of control
merujuk
pada
derajat
kendali
individu
dalam
menentukan
outcome
153
menemukan adanya hubungan bahwa antara stres dan strain dimoderasi oleh
locus of control. Dengan kata lain, locus of control berinteraksi dengan stres
seperti hubungan yang ada pada stres dan strain yang secara signifikan. Hasil
penelitian Akhmad
dan
Rani
(2003)
menemukan
pengaruh variabel
moderator locus of control terhadap stres kerja (role ambiguity, role conflicts,
workloads, job insecurity, lack of autonomy) terhadap tingkat kepuasan kerja
dan gejala gangguan psikologis (depresi, kegelisahan, gangguan kognisi dan
emosional) tenaga perawat, dijelaskan bahwa LoC tenaga perawat yang
diinteraksikan dengan stres kerja (interaction terms) memiliki kecenderungan
internals secara signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja. Demikian penelitian
Bernardi (1997) yang memoderasi hubungan stres dengan kinerja dengan locus
of controlberpengaruh signifikan. Fenomena ini tidak terlepas dari adanya buffer
effects yang berasal dari beberapa variabel pemoderat yang mempengaruhi
hubungan antara stres dan produktivitas serta akibatnya menjadi lebih lemah
atau kuat untuk beberapa individu lain (Robbins, 2006).
Hasil wawancara dengan tenaga kerja diperoleh informasi
bahwa
154
155
terbaik mutunya, karena dalam jangka waktu tertentu kemudian selalu dapat
diciptakan produk baru yang lebih baik mutunya. Produktivitas mengandung arti
keinginan dan usaha setiap individu untuk selalu meningkatkan mutu kehidupan
dan mengutamakan bekerja dengan mengacu kepada unsur efisiensi dan
efektivitas. Produktivitas ditinjau dari sikap mental, berarti bahwa selalu berpikir
untuk meraih kemajuan melalui peningkatan kuantitas dan kualitas kerja serta
menghemat penggunaan sumber-sumber dan waktu.Sikap seseorang terhadap
tugas pekerjaan sangat mempengaruhi kinerjanya. Dengan demikian sikap yang
positif, maka seseorang akan selalu berusaha mencapai hasil yang maksimal
dengan memperhitungkan kualitas hasil, menghargai pekerjaan, prestasi, waktu,
hasil jerih payah, kesederhanaan, kreatif dan inovatif, efisien, mutu, sifat rajin
dan kesepadanan,
(Timpe, 1992; Putti, 1989). Hasil penelitian ini bahwa tenaga kerja wanita yang
bekerja pada industri perikanan yang berorientasi ekspor dituntut mempunyai
tanggungjawab atas pekerjaan untuk menghasilkan kualitas kerja yang sesuai
dengan keinginan perusahaan. Seperti yang dikatakan (H) salah seorang tenaga
kerja wanita sebagai berikut :
Perusahaan memberikan target dan tanggungjawab pekerjaan yang
besar dalam menyelesaikan pekerjaan, kendala dan resiko yang dihadapi
dalam melakukan pekerjaan karena berhubungan langsung dengan
pekerja. Kita perlu menyesuaikan terhadap lingkungan kerja, teman kerja
sehingga dapat menentukan diri sendiri apa yang menjadi tanggungjawab
dalam pekerjaan. (wawancara, September 2009)
Dari hasil wawancara di atas menekankan pentingnya karyawan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Beberapa penelitian yang telah
membandingkan antara Internals dan externals menunjukkan secara konsisten
156
bahwa individu yang mempunyai kecenderungan internal lebih puas dengan
pekerjaannya, lebih mungkin menduduki posisi manajerial, lebih sesuai dengan
gaya manajemen partisipasif, berusaha mempengaruhi perilaku orang lain,
mempunyai tingkat absensi yang lebih rendah, dan jarang mengalami berbagai
gangguan kesehatan daripada pekerja yang merasa dirinya dikendalikan secara
eksternal (Rahim, 1996; Gibson et al. 2004; Robbins, 2006). Hasil wawancara
yang dilakukan dengan (SR) menyatakan bahwa:
Pada perusahaan ini (jepang) dengan tanggungjawab yang besar diberikan
perusahaan maka kita perlu membuat perencanaan dalam menyelesaikan
pekerjaan dan mempunyai kepercayaan diri bahwa kita bisa
menyelesaikan pekerjaan. (wawancara, September 2009)
Setiap individu yang ditempatkan pada kondisi-kondisi lingkungan yang
sama mungkin menunjukkan tanggapan psikologis, fisik dan perilaku yang
sangat berbeda. Oleh karena itu, stres kerja mempengaruhi seseorang dengan
berbagai cara yang berbeda dan dengan akibat yang bermacam-macam
tergantung pada kondisi individu yang bersangkutan serta sumber potensi stres
(stressor) tertentu yang di evaluasi, yang mungkin menjadi penyebab stres kerja
bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain.
Temuan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzi
(2008) mengemukakan locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja,
hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan metode Model Persamaan
Struktural pendekatan PLS menghasilkan koefisien jalur sebesar 0,443 dengan
p=0,00 sehingga diputuskan signifikan, namun pengaruh serentak antara stres
dan locus of control tidak signifikan hal
Sosial
Memoderasi
PengaruhStres
KerjaTerhadap
157
Produktivitas Kerja
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis variabel dukungan sosial
merupakan variabel quasi moderator atau moderator semu antara stres kerja
terhadap produktivitas kerja. Hal ini mengindikasikan variabel dukungan sosial,
selain sebagai variabel moderator yang memperkuat pengaruh antara stres kerja
terhadap produktivitas kerja, di sisi lain variabel dukungan sosial berpengaruh
secara langsung terhadap produktivitas kerja. Artinya semakin tinggi dukungan
sosial, semakin memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja,
dan
juga
secara
kerja.Pembahasan
sosial.Yang
langsung
berikut
pertama,
semakin
memaparkan
dukungan
sosial
dua
meningkatkan
fungsi
berpengaruh
produktivitas
variabel
dukungan
langsung
terhadap
Hal ini
bahwa dukungan
sosial dari tempat kerja dan keluarga memoderasi hubungan antara tekanan
keluarga dengan kepuasan kerja. Karyawan yang memiliki dukungan sosial
(meliputi dukungan dari keluarga, rekan kerja maupun atasan/supervisor) yang
tinggi karyawan tersebut tidak mudah mengalami stres.Dari hasil analisis model
struktural dalam SEM diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif dukungan sosial terhadap produktivitas kerja. Artinya semakin tinggi
dukungan sosial, semakin tinggi pula produktivitas kerja.Dapat dilihat pada Tabel
5.19 (loading factor), menyatakan bahwa indikator M2.4 (lingkungan tempat
158
tinggal mendukung sebagai pekerja) memiliki nilai tertinggi 0,545, merupakan
indikator utama dalam merefleksikan variabel dukungan sosial. Hal ini
disebabkan karena karyawan tersebut mampu mereduksi beban/tekanan yang
diterima sehinga karyawan yang memiliki dukungan sosial tinggi akan
mengelolah stres kerja yang dihadapi dengan baik dan memandang stres
dengan cara yang berbeda sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap
karyawan. Penelitian Murtiningrum (2006),Dukungan sosial dari keluarga
merupakan sebagai sikap penuh perhatian, kerja sama dalam menyelesaikan
urusan rumah tangga serta dapat memberikan dukungan moral ataupun
emosional terhadap pekerjaan. Dukungan sosial dari rekan kerja mampu
membantu seorang karyawan mendapatkan feedback yang positif atas
pekerjaannya sehingga karyawan tersebut lebih tahan terhadap stres kerja yang
dihadapi pada pekerjaannya. Temuan ini sesuai dengan pendapat House dan
Wells, (1978) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu transaksi
interpersonal yang melibatkan affirmation (bantuan) dalam bentuk dukungan
emosi, dukungan penilaian, dukungan informasi, dan dukungan
rekan kerja,
atasan, dan pasangan hidup yang diterima individu dalam menunjang kelancaran
organisasi.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil analisis SEM diperoleh bahwa
terdapat interaksi yang signifikan, dukungan sosial antara stres kerja terhadap
produktivitas kerja. Artinya dengan tingkat stres kerja yang rendah dapat
meningkatkan produktivitas kerja, dengan diterapkannya dukungan sosial
sebagai pemoderasi antara stres kerja terhadap produktivitas kerja memperkuat
atau dengan penerapan dukungan sosial tingkat stres kerja semakin rendah
sehingga produktivitas kerja meningkat. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
159
hasil penelitian Raeda (2004)
ambiguitas
peran,
kelebihan
beban
kerja
dan
kekurangan
160
cukup baik(wawancara, September 2009).
Dukungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal yang sangat dirasakan
membantu para pekerja dalam menjalankan pekerjaan, disamping itu dukungan
rekan kerja. Sementara itu (S) mengatakan bahwa:
Kita kerja banyak suku yang ada, yang paling banyak dari selatan, jadi
ada kelompok-kelompok kerja yang membantu dalam pekerjaan.
(wawancara, September 2009).
Hubungan sosial yang menunjang (supportive) dengan rekan kerja,
atasan, dan bawahan dalam pekerjaan, tidak akan menimbulkan tekanantekanan antar pribadi yang berhubungan dengan persaingan. Kedekatan
kelompok,
kepercayaan
berhubungan
dengan
antarpribadi
penurunan
stres
kerja
dengan
atasan,
seseorang
dan
meningkatkan produktivitas kerja. Perilaku yang kurang baik dari atasan akan
juga menimbulkan stres bagi pekerja, bahkan penilaian kinerja yang kaku dan
dengan pengawasan yang ketat dapat dirasakan sebagai sumber dari stres.
Sumber stres kerja yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal
atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu
macam penyebab stres saja tetapi dari beberapa penyebab stres.Sebagian
besar dari waktu individu untuk bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan
mempunyai
pengaruh
yang
besar
terhadap
kesehatan
dalam
dukungan
dari
lingkungan
pekerjaan
maupun
lingkungan
161
keluarga.Banyak kasus menunjukkan bahwa, seseorang yang mengalami stres
kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari
keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga
ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik
pimpinan maupun bawahan) akancenderung lebih mudah terkena stres.
Sehingga dapat disimpulkan apabila seorang atasan mampu mengambil
keputusan secara adil dan bijaksana maka dapat mereduksi tingkat stres
karyawan yang terjadi di tempat kerja.
Temuan penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fauzi (2008) mengemukakan dukungan sosialtidak bersifat memperlemah
pengaruh stres kerja terhadap kinerja wartawan,hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan
metode
Model
Persamaan
Struktural
pendekatan
PLS
162
tersebut secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
atau
penurunan
produktivitas
tenaga
kerja.Temuan
ini
163
2.
produktivitas
kerja
untuk
perbaikan
manajemen
selanjutnya.
2.