Anda di halaman 1dari 62

102

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat eksplanasi (explanatory research) yaitu penelitian
yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta
hubungan dan pengaruh antar variabel yang lain (Sugiono, 2000).Metode dalam
penelitian ini adalah metode penelitian survey, metode penelitian survey ini
dilakukan untuk mendapatkan data opini individu responden (Jogiyanto,2008),
dengan menggunakan instrumen kuesioner, serta dilakukan pengujian hipotesis
yang diajukan.
Jenis rancangan penelitian eksplanatory dipilih karena dalam penelitian ini
akan diuji hubungan dan pengaruh variabel stres kerja terhadap produktivitas
tenaga kerja wanita yang dimoderasi locus of control, dan dukungan sosial
dengan menggunakan data empirik. Metode survey digunakan, mengingat
penelitian ini juga akan membuat gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar variabel yang diteliti, melalui
pengujian hipotesis.
Penelitian ini secara khusus akan mengkaji fenomena-fenomena dan hasil studi
empiris yang berkaitan dengan stres tenaga kerja. Untuk mendapat gambaran
dan penjelasanmendalam mengenai fenomena dan hasil studi empiris yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian ini, dilakukan penelitian kuantitatif.
Untuk menunjang pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini, dilakukan
pendekatan diskusi kelompok terarahFocus Group Discussion (FGD),yaitu
mereka diberikan cakupan topik untuk didiskusikan, dan mereka bebas untuk

103
mengutarakan kondisi yang dihadapi dalam bekerja, dan diberikan daftar
pertanyaan panduan,tetapi mereka bebasmengadaptasikannya.Untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan hasil diskusi diverifikasi guna untuk
menentukan indikator-indikator setiap variabel dan melengkapi hasil analisis dan
pembahasan hasil penelitian.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari Sulawesi Tenggara, dengan
pertimbangan. Pertama, Kota Kendari pusat perusahaan pengekspor bidang
perikanan di Sulawesi Tenggara. Kedua, mudah dalam pelaksanaan mengingat
bahwa sebaran lokasi tidak terlalu luas, sehingga kendala bisa dieliminer baik
dari tinjauan pengorganisasian tenaga peneliti, waktu, maupun biaya.Ketiga,
peneliti cukup mengenal daerah penelitian sehingga memudahkan dalam
mengakses informasi.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja wanita padabagian
operasional yang bekerja pada industri perikanan di Sulawesi Tenggara. Jumlah
tenaga kerja wanita pada sepuluh perusahaan sebanyak 817 orang dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :

104
Tabel 4.1.Nama Perusahaan, Jenis Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja
No

Nama Perusahaan

Jenis Usaha(ekspor)

PT. Biota Indo Persada

Pengolahan, cold storage

PT. Sultra Tuna Samudra

Penangkapan,Pengolahan,

Jumlah Tenaga
Kerja Wanita (Org)
45
219

cold storage
3

PT. Yanagi Histalaraya

Pengolahan, cold storage

76

PT. Kamal Cahaya Putra

Pengolahan, cold storage

97

PT. Nusantara Fishery

Pengolahan, cold storage

73

PT. Kelola Mina Laut

Pengolahan, cold storage

123

CV.Ome trading Coy

Pengolahan, cold storage

44

CV. Andika

Pengolahan, cold storage

25

Fa. Sanu

Pengolahan, cold storage

27

10

CV. Hidayah Samudra


Total

Pengolahan, cold storage

88
817

Sumber : Kantor Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari, Tahun 2009

4.3.2. Sampel
Penelitian ini hanya dilakukan terhadap kelompok sampel. Besarnya sampel
penelitian ini seperti dikemukakan Arikunto (2002) bahwa apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya lebih besar dapat
diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%. Sampel dalam penelitian ini
ditetapkan sebanyak 25% dari populasi, yang merupakan batas tertinggi yang
ditetapkan (Arikunto, 2002). Sehingga dari 817 populasi, jumlah sampel yang
harus di survey sebanyak 204 orang (25% x 817). Metode pengambilan
sampel menggunakan metodeproporsional random samplingdengan
formulasi sebagai berikut (Nazir, 1999):
Ni
ni = ------------ n
N

105

Dimana :
ni = Jumlah sub sampel dari sub populasi
Ni = Jumlah populasi dari sub populasi ke i
N = Jumlah seluruh populasi
n

= Jumlah sampel dari seluruh populasi


Untuk lebih jelasnya pendistribusian jumlah sampel dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :


Tabel 4.2.Nama Perusahaan, Jumlah Populasi dan Jumlah Sampel
No

Nama Perusahaan

PT. Biota Indo Persada

PT. Sultra Tuna Samudra

Jumlah Populasi
Tenaga Kerja Wanita
(Org)
45

Jumlah Sampel
Tenaga Kerja Wanita
(Org)
11

219

55

PT. Yanagi Histalaraya

76

19

PT. Kamal Cahaya Putra

97

24

PT. Nusantara Fishery

73

18

PT. Kelola Mina Laut

123

31

CV.Ome trading Coy

44

11

CV. Andika

25

Fa. Sanu

27

10

CV. Hidayah Samudra

88

22

Total

817

204

Sumber : Kantor Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari, Tahun 2009 (di


olah)
Kreteria sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kerja wanita yang
bekerja tetap pada 10 perusahaan perikanan di Kota Kendari dan telah bekerja
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan minimal berpendidikan SMA sederajat,
diharapkan mereka sudah mengenal dengan baik seluk-beluk pekerjaan.

106

4.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data


4.4.1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Penjelasan kedua sumber tersebut adalah :
a.

Data primer, yaitu Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari responden(tenaga kerja wanita) melalui pengisian kuesioner
yang disebarkan,dan wawancara.

b.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan pencacatan langsung dari
dokumen, laporan yang telah dibuat oleh perusahaan yang menjadi subyek
penelitian. Jenis data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara
lain berupa data-data tentang sejarah Pelabuhan Perikanan Samudra dan
perkembangannya, data perkembangan produksi, fasilitas pelabuhan,
frekuensi kunjungan kapal, jumlah tenaga kerja serta beberapa data yang
berkaitan dengan kebutuhan penelitian ini.

4.4.2. Metode Pengumpulan Data


Ada beberapa cara atau metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian. Khusus dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang
digunakan antara lain :
a. Wawancara yakni teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara
langsung dengan responden yaitu tenaga kerja wanita. Teknik ini dilakukan
untuk memperoleh informasi-informasi data yang bersifat teknis dan pribadi
sekaligus mendukung data yang belum didapat melalui kuesioner.

107
b. Kuesioner,yakni suatu daftar pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sesuai
dengan tujuan yang ingi dicapai.Selanjutnya diajukan kepada masing-masing
responden. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun berdasarkan variabelvariabel inti dalam penelitian ini, sehingga dalam pengisian kuesioner
responden mudah memahaminya.
c. Focus Group Dissicusion, yakni teknik pengumpulan data dengan melakukan
diskusi kelompok mereka diberikan cakupan topik untuk didiskusikan, dan
mereka bebas untuk mengutarakan kondisi yang dihadapi dalam bekerja.
4.5. Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka metode analisis data adalah analisis
kuantitatif, secara teknis dilakukan analisis Uji Validitas dan Reliabilitasdata:
4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
4.5.1.1. Uji Validitas
Ketepatan indikator dalam mengukur konstruk dapat ditelusuri melalui analisis
validitas konstruk yang digunakan dalam penelitian. Validitas konstruk adalah
bentuk validitas yang dapat mengetahui konstruk apa yang diukur oleh skala
tertentu (Solimun, 2002). Melalui validitas konstruk dapat diketahui sesuai
tidaknya indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk yang dimaksudkan
oleh peneliti. Validitas konstruk dapat dilihat melalui validitas konvergen dan
validitas diskriminan (Hair et al. 1995; Solimun, 2002). Indikator dapat dikatakan
valid, apabila memiliki hasil uji validitas unidimensional Goodness of Fit Index
(GFI) lebih besar dari 0,90(Hair et al. 1995). Uji validitas dilakukan agar skala
yang digunakan dalam penelitian tidak memiliki dua konstruk yang mengukur hal
yang berbeda, maka korelasi antar konstruk harus < 0,90. Jika korelasi antar
konstruk mencapai 0,90 atau lebih akan terjadi multikolinieritas antar konstruk.
4.5.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan pada indikator (item atau observable variable atau

108
criterion) yang mengukur (faktor atau variabel atau prediktor). Hal ini dilakukan
karena variabel tidak diukur secara langsung, tetapi diukur melalui indikator dari
setiap konstruk. Dengan melihat nilai Construct Reliability (pn) menyatakan
besarnya kemampuan indikator untuk menjelaskan konstruk yang diukurnya.
Indikator dapat dikatakan reliabel, apabila memiliki hasil uji Construct Reliability
(pn) lebih besar dari 0,70 (Hair et al. 1995). Semakin rendah Construct Reliability
berarti indikator yang bersangkutan makin tidak baik menjelaskan konstruk yang
seharusnya diukur. Dengan kata lain nilai Construct Reliability menyatakan
keterandalan (reliabilitas) kemampuan mengukur (menjelaskan variabel terhadap
konstruknya.
Pada studi disertasi ini, dilakukan pengujian instrumen menggunakan 30 sampel
ujicoba.Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan Korelasi
Pearson dan Koefisien Alpha Cronbach, hasilnya secara lengkap disajikan pada
Lampiran 2. Seperti telah dikemukakan di bab terdahulu bahwa instrumen
penelitian disebut valid jika nilai korelasi Product Moment Pearson r 0,30 dan
reliabel jika nilai Alpha Cronbach 0,60.
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen untuk masing-masing variabel
dapat disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Variabel
Indikator
Korelasi r
Stres Kerja (X)
X.1
0.718
X.2
0.702
X.3
0.667
X.4
0.587
Locus of Control (M1)
M1.1
0.674
M1.2
0.714
M1.3
0.755
M1.4
0.733
Dukungan Sosial (M2)
M2.1
0.708
M2.2
0.725
M3.3
0.769
M4.4
0.739
Produktivitas Kerja (Y)
Y.1
0.652
Y.2
0.785
Y.3
0.644
Y.4
0.656

Alpha
0.889

0.687

0.696

0.688

109
Y.5
Y.6

0.698
0.472

Sumber : Lampiran 2
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen pada Tabel 4.3 menunjukkan
bahwa seluruh variabel di atas adalah valid karena nilai korelasi di atas 0,3, dan
reliabel karena nilai Alpha Cronbach di atas 0,6.
4.5.3. Asumsi-asumsi dalam Penggunaan SEM
1. Ukuran sampel
Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan ini adalah minimum
berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi
untuk setiap estimasi parameter yaitu 5 x jumlah indikator.
2. Normalitas dan Linearitas
Data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi
sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan SEM. Normalitas
diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode
statistik. Uji normalitas perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data
tunggal maupun normalitas multivariat dimana beberapa variabel digunakan
sekaligus dalam analisis akhir. Uji linearitas dapat dilakukan dengan
mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan
dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas.
3. Outlier
Uji data outlier ada dua cara:
a. Mendeteksi terhadap univariate outlier dengan mengamati Z score. Bila
data memiliki nilai Z score 3,0 berarti ada nilai outlier.

110
b. Bila dites terhadap multivariate outlier dengan menggunakan jarak
Mahalanobis pada tingat P < 0,001; jarak Mahalanobis itu dievaluasi
dengan menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar variabel yang
digunakan dalam penelitian. Bila kasus mempunyai jarak Mahalanobis
lebih besar dari nilai Chi-Square pada tingkat signifikan 0,001 maka tidak
terjadi multivariate outlier.
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan
pengolahan data yang dianalisis dengan menggunakan pemodelan SEM
menurut Solimun (2002) adalah sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan model di dalam SEM :
Semua hubungan berbentuk linear, untuk memeriksanya dapat dilakukan
dengan membuat scatter plot (diagram pencar).
Model bersifat aditif, hal ini berkaitan dengan teori dan konsep yang
digunakan sebagai landasan pengembangan model hipotetik. Jadi secara
konseptual dan teoritis tidak terjadi hubungan yang bersifat multiplikatif atau
rasional antar variabel exogen (non-multikolinearitas).
b. Berkaitan dengan pendugaan parameter dan pengujian hipotesis

dalam

SEM :
Antara unit pengamatan bersifat saling bebas (independence data). Hal ini
dapat ditempuh dengan pengambilan sampel secara random/acak.
Data diperoleh secara lengkap.
Data tidak mengandung outliers. Pemeriksaan hal ini dapat dilakukan
dengan diagram kotak garis (box plot), dimana jika terdapat data/titik di luar
pagar mengindikasikan bahwa data tersebut adalah outlier. Pendekatan

111
lain dengan cara membandingkan standar deviasi dengan mean, jika SD >
mean maka terdapat outlier.
Untuk pendugaan parameter dengan metode kemungkinan/probabilitas,
ukuran

sampel

minimum

adalah

100.

Kemudian

menggunakan

perbandingan 5 observasi untuk setiap estimasi parameter/indikator.


Karena itu bila mengembangkan model dengan 20 parameter, maka
mininum sampel yang harus digunakan adalah sebanyak 5 x 20 parameter
= 100 sampel (Ferdinand, 2005).
Data yang akan dianalisis (variabel laten) menyebar normal atau memenuhi
asumsi normalitas. Dengan sampel yang besar (100), asumsi ini tidak
terlalu kritis, landasannya adalah Central Limit Theorm yaitu bilamana n
(sampel size) besar, maka statistik dari sampel tersebut akan mendekati
distribusi normal, walaupun populasinya tidak berdistribusi normal.
4.5.4. Teknik Analisis
Untuk menganalisis data, pencapain tujuan penelitian serta pengujian hipotesis
yang diajukan, maka data yang diperoleh selanjutnya akan diolah sesuai dengan
kebutuhan analisis. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
Pada penelitian ini dilakukan kajian hubungan kausal antara variabel stres kerja
terhadap produktivitas tenaga kerja wanita dengan di moderating variabel locus
of control dan dukungan sosial, pada industri perikanan di Sulawesi Tenggara.
Pendekatan analisis kuantitatif menggunakan teknik analisis statistik Structural
Equation Modeling (SEM), alat analisis Structural Equation Modeling (SEM)
merupakan multivariate technique yang menggabungkan aspek-aspek dalam
multiple regression dan factor analysis untuk mengestimasi beberapa hubungan

112
ketergantungan yang saling terhubung secara bersamaan (Hair et al. 1998).
Structural Equation Modeling (SEM) merupakan pendekatan terintegrasi antara
analisa faktor, model struktural, dan analisa jalur (path analysis) (Solimun, 2002).
Pada penelitian ini spesifik menggunakan Moderated Structural Equation
Modeling (SEM) yaitu dapat menguji secara bersama-sama model struktural:
hubungan antara konstruk (yaitu variabel laten/variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator atau proksi untuk
mengukurnya) independen dan dependen dengan menggunakan variabel
moderasi, model measurement hubungan (nilai loading) antara indikator
dengan konstruk (Ghozali, 2005). Moderated Structural Equation Modeling
(SEM) memiliki dua tujuan utama dalam analisisnya: (1) untuk menentukan
apakah model plausible (masuk akal) atau fit, (2) menguji berbagai hipotesis
yang telah dibangun sebelumnya, khususnya membangun hubungan mengenai
variabel moderasi (Ghozali, 2005).
Dalam penelitian ini Structural Equation Modeling (SEM) digunakan
untuk menguji model yang dibentuk berdasarkan teori seperti yang diuraikan pada
bab 2, yakni Teori stres kerja, locus of control, dukungan sosial, dan
produktivitas kerja. Pengolahan Structural Equation Modeling (SEM)
menggunakan program AMOS 6. Structural Equation Modeling (SEM) dapat
menggunakan dua macam input data yakni: correlation matrix dan covariance
matrix. Untuk meneliti hubungan cenderung kepada correlation matrix
sedangkan untuk meneliti pengaruh lebih cenderung kepada covariance
matrix. Structural Equation Modeling (SEM) memiliki tiga bagian utama dalam
analisis yaitu: Measurement model, Construction of Path Diagram, dan Structural
Model.

113
Secara singkat tiga bagian utama dalam analisis Structural Equation
Modeling (SEM) antara lain Joreskog dan Sorbom (1996): (a) Measurement
model, yakni tahapan yang menunjukan bagaimana variabel laten atau
konstruk yang telah dihipotesiskan tergantung kepada, atau diindikasikan oleh
variabel observasi. Tahap ini juga menjelaskan reliabilitas dan validitas variabel
indikator. (b) Construction of Path Diagram, merupakan diagram jalur (Path
Diagram) merupakan diagram yang menjelaskan hubungan-hubungan diantara
variabel dalam model, selanjutnya dijadikan dasar dalam penelitian ini. (c)
Structural Model, tahapan ini menunjukan hubungan-hubungan kausal diantara
variabel laten, menjelaskan variabel kausal dan mengukur varians yang
terjelaskan dan tak terjelaskan.
Untuk membuat pemodelan perlu dilakukan langkah-langkah. Menurut
Hair (dalam Ghozali, 2005), ada tujuh langkah yang harus dilakukan apabila
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) sebagai berikut :

Langkah Pertama: Pengembangan Model berdasar Teoritis

Langkah Kedua: Menyusun path diagram untuk menyatakan


hubungan kausalitas.

Langkah Ketiga: Menterjemahkan ke dalam persamaan struktural


dan spesifikasi model pengukuran.

Langkah Keempat: Memilih jenis input dan estimasi model yang


diusulkan.

Langkah Kelima: Menilai identifikasi model struktural.

Langkah Keenam: Menilai Kreteria Goodness-of-Fit

Langkah Ketujuh: Interpretasi dan modifikasi model.

114

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Kawasan Industri Perikanan di SulawesiTenggara
Kawasan industri perikanan Kendari terletak di Kelurahan Puday,
Kecamatan Abeli, Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara dengan posisi

koordinatsecara geografis pada 03 58' 48" Lintang Selatan dan 122 34' 17" Bujur
Timur. Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari merupakan basis utama
perikanan laut di Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya dan kawasan Timur
Indonesia pada umumnya. Daerah tangkapan ikan (fishing ground) mencakup
Laut Flores dan Selat Makassar, Laut Banda, Laut Arafura dan Laut
Maluku.Daerah tersebut kaya dengan beragam jenis ikan, baik pelagis maupun
demersal.Disamping itu daerah tersebut sangat kaya dengan berbagai jenis
Mollusca seperti Octopuses (Gurita) dan Sotong yang telah menjadi salah satu
komoditas andalan ekspor hasil perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pembangunan Kawasan Industri Perikanan Sulawesi Tenggara

dimulai

pada tahun 1984. Pembangunan diawali dengan pembebasan tanah rakyat dan
dilanjutkan dengan tahap kontruksi. Studi kelayakan Kawasan Industri Perikanan
ini dilakukan oleh Tim Asian Development Bank bekerja sama dengan Direktorat
Jenderal Perikanan Departemen Pertanian Republik Indonesia. Setelah enam
tahun proses pembangunan maka pada tahun 1990 PPS mulai beroperasi
setelah diresmikan oleh Presiden Rl., H.M. Soeharto, pada tanggal 10
September 1990.
Dalam usaha peningkatan peran sektor perikanan terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional, maka dilakukan usaha optimalisasi pasar dalam negeri dan

115
peningkatan ekspor hasil perikanan melalui diversifikasi pasar.Kebijakan strategis
nasional ditetapkan melalui revitalisasi sektor kelautan dan perikanan yang
diarahkan kepada upaya pembangunan dan pengembangan industri perikanan
yang tangguh, mandiri dan berkelanjutan, perluasan penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan nelayan, peningkatan konsumsi ikan dalam negeri.
Kebijakan

diversifikasi

pasar

dimaksudkan

dalam

rangka

peningkatan

penerimaan devisa negara. Optimalisasi pasar dalam negeri dan diversifikasi


pasar ekspor diharapkan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi
nasional.
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari memberikan manfaat yang
cukup tinggi, seperti: penyediaan fasilitas produksi beserta pemasaran hasil
perikanan tangkap di wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan
termasuk pelestariannya,pelayanan kesyahbandaran, mendukung kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dan pra produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran.
Tugas pokok PPS Kendari berkaitan dengan produksi dan pemasaran hasil
perikanan tangkap dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
kelestariannya yang berkelanjutan. Fungsi PPS Kendari secara tegas dinyatakan
dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 16/MEN/2006, yang
menyatakan bahwa Pelabuhan Perikanan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a.

Pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas


perikanan;

b.

Pelayanan bongkar muat kapal perikanan;

c.

Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;

d.

Pemasaran dan distribusi ikan;

116
e.

Pengumpulan data tangkap dan hasil perikanan;

f.

Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan;

g.

Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;

h.

Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan;

i.

Pelaksanaan kesyahbandaran;

j.

Pelaksanaan fungsi karantina ikan;

k.

Publikasi hasil riset kelautan dan perikanan;

l.

Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari;

m. Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban/K3),


kebakaran dan pencemaran.
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari dilengkapi dengan berbagai
fasilitas antara lain: lahan, dermaga, gedung tempat penampungan ikan, instalasi
air, instalasi bahan bakar minyak, instalasi listrik, bengkel, tempat penjemuran
ikan, cold storage freezer, docking kapal dan ice container. Jenis dan fasilitas
PPS Kendari secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tingkat operasional PPS Kendari merupakan gambaran dari tingkat
pendayagunaan sarana yang disediakan baik secara langsung maupun tidak
langsung.Tabel 5.2.mengungkapkan tingkat pencapaian operasional selama 2
(dua) tahun. Berdasarkan Tabel 5.2. menunjukkan bahwa realisasi pencapaian
operasional PPS Kendari tahun 2007-2008 mengalami peningkatan yang cukup
besar.
Perkembangan nilai produksi ikan PPS Kendari tahun 2000 hingga tahun
2008 mengalami fluktuasi, dengan perkembangan rata-rata sebesar 34,34% dan
nilai produksi rata-rata mencapai Rp.142.005.523,16. Fluktuasi nilai produksi
selain disebabkan oleh variasi produksi juga karena fluktuasi harga ikan.Variasi

117
produksi disebabkan oleh hasil tangkap yang tidak menentu karena faktor
cuaca.Sementara itu variasi harga disebabkan karena keragaman harga yang
ditetapkan oleh importir.Hasil produksi ikan sebagian besar diekspor keluar
negeri dengan tujuan utamanya Negara Jepang, hal ini dapat dilihat pada Tabel
5.3.
Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari mempunyai beberapa fasilitas
dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari
N0.

Fasilitas

Tahun
Pembangunan
1986-2006

Volume/Luas

Lahan

Dermaga

1990-2006

Kavling Industri

1986-2006

4
5
6
7

Gedung TPI
Rambu Navigasi
Instalasi Air
Instalasi BBM
Instalasi Listrik

1990
1990
1990-2009
1990

40,55 Ha
- (6,0 m) 130 x 10 m
- (2,5 m) 260 x 10 m
Dimanfaatkan 11,81 Ha
Belum dimanfaatkan
12,07 Ha
600 m
2 unit
700 KL
1000 KL

- Genset

1990
1993

2 x 250 KVA
1.110 KVA

- PLN
9
Crene
1991
10
Forklift
1994
11
Bengkel
1990
12
Tempat Penjemuran Ikan
2005
13
Gedung Hanggar
2006-2008
14
Cold Storage
1991-2007
15
Freezer
1991-2007
16
Docking Kapal
1996
17
Ice Container
2007
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009

2 unit
1 unit
150 m2
200 m2
635 m2
1.970 Ton
84 Ton
s/d 600 GT
8,9 Ton

Tabel 5.2. Pencapaian Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari


Tahun 2007-2008
No
1

Jenis
Kegiatan
Pendaratan
ikan (Ton)

Sasaran

2007
Realisasi

12.000

33.198

276,65

Sasaran

2008
Realisasi

13.500

14.303

105,95

118
2

Kunjungan
15.000
21.984
146,56
kapal (Kali)
3
Penyaluran
30.000
43.576
145,25
Es (Ton)
4
Penyaluran
air
bersih 225.000
180.405
80,18
(KL)
5
Penyaluran
22.000
15.772
71,69
BBM (KL)
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)

15.000

22.297

148,65

30.000

54.799

182,66

225.000

206.550

91,80

25.000

26.070

104,28

Tabel 5.3. Perkembangan Produksi Ikan Pelabuhan Perikanan Samudera


Kendari Tahun 2000-2008
Produksi
(Ton)

2000

18.424,0

6.002

110.580.848,0

2001

18.021,9

9.385

169.135.531,5

52.95

2002

19.329,9

12.431

240.289.986,9

42.07

2003

11.829,7

8.187

96.849.753,9

-59.69

2004

7.359,8

10.277

75.636.664,6

-21.90

2005

9.395,1

6.597

61.979.474,7

-18.06
20.60
313.54
-54.80
34,34

2006
2007
2008

Harga Rata-Rata
Per Kg (Rp)

9.789,9
7.635
33.198,1
9.311
14.302,8
9.769
Rata-rata Nilai Produksi
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)

Nilai Produksi
(Rp. 000)

Perkembangan
Nilai Produksi
(%)
-

Tahun

74.745.886,5
309.107.509,1
139.724.053,2
142,005,523.16

Produksi ikan yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca tercermin dalam


frekuensi kunjungan kapal yang bersandar di PPS Kendari. Frekuensi kunjungan
kapal selama tahun 2000 hingga tahun 2008 di PPS Kendari dapat dilihat pada
Tabel 5.4. Berdasarkan Tabel 5.4. tampak bahwa armada terbesar yang
bersandar di PPS Kendari adalah motor tempel.

Tabel 5.4. Frekuensi Kunjungan Kapal Tahun 2000-2008


Tahun
2000
2001
2002

Frekuensi kunjungan Kapal Ikan (kali)


Kapal Motor
Motor
<10 GT 10-30 GT 30-200 GT >200 GT Tempel
2.263
1.424
1.002
157
6.842
1.357
575
1.113
177
5.418
1.161
900
1.222
201
5.738

Total
11.688
8.64
9.222

119
2003
1.329
891
846
2004
2.483
1.148
2.454
2005
5.053
2.546
6.277
2006
8.939
4.07
6.583
2007
9.443
4.297
4.54
2008
8.878
4.794
5.463
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)

250
223
285
363
490
380

3.244
227
4.585
2.912
3.214
2.782

6.56
6.535
18.746
22.867
21.984
22.297

Perkembangan frekuensi kunjungan kapal pada Pelabuhan Perikanan


Kendari dari tahun 2000-2008 mengalami fluktuasi baik kapal motor maupun
kapal

motor

kunjungan

tempel,

kapal

yang

yang
ada

cenderung

meningkat.Peningkatan

menyebabkan

jumlah

produksi

frekuensi
mengalami

peningkatan.
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari menyalurkan logistik berupa Air,
Bahan Bakar Minyak (BBM), dan Es kepada kapal-kapal nelayan.Jumlah dan
jenis logistik yang disalurkan oleh PPS Kendari dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Penyaluran Logistik Tahun 2000-2008
Jumlah dan Jenis Logistik
Tahun
Air (KL)
BBM (KL)
2000
164.422,1
14.607,2
2001
197.463,9
18.700,5
2002
207.783,8
13.758,1
2003
179.319,7
24,624,3
2004
142.093,7
17.986,2
2005
144.780,0
17.074,0
2006
141.201,0
17.577,4
2007
180.405,0
15.772,1
2008
206.549,5
26.069,5
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)

Es (Ton)
24.049,3
23.660,5
25.184,6
25.949,7
21.064,4
39.228,2
42.185,3
43.576,1
54.799,1

Dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari terdapat


beberapa

jenis

perusahaan.Perusahaan

tersebut

bergerak

dalam

operasimengolah ikan dan perusahaan yang memasok kebutuhan logistik seperti


es.Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam kawasan PPS Kendari selama
tahun 2000 hingga tahun 2008 dapat dilihat Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2000-2008

120

Tahun

Pelabuhan

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)


Perusahaan
Lain-lain

2000
72
1.952
2001
70
2.110
2002
70
1.808
2003
69
1.929
2004
72
1.020
2005
72
1.060
2006
72
1.629
2007
73
2.078
2008
73
2.031
Sumber : Kantor PPS Kendari, 2009 (diolah)

297
538
996
250
42
107
1.824
1.762
1.362

Total
2.321
2.718
2.874
2.248
1.134
1.239
3.525
3.913
3.466

5.2. Karakteristik Responden


Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini, meliputi: umur,
status perkawinan, masa kerja, jumlah anggota rumah tangga, dan motivasi.
5.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 204 responden
tenaga kerja wanita pada industri perikanan Kendari, diketahui bahwa umur
responden bervariasi.Distribusi umur responden dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Kelompok Umur
Jumlah Tenaga Kerja
No.
(Tahun)
wanita (Orang)
1.
18 25
38
2.
26 35
87
3.
36 45
59
4.
46 55
19
Jumlah
204
Sumber : Data primer 2009 (diolah)

Persentase (%)
18,63
42,66
28,92
12,75
100,00

Tabel 5.7 mengungkapkan bahwa terdapat sebanyak 18,63 persen (38


orang) responden berumur antara 18 25 tahun; 42,66% (87 orang) berumur
antara 26 - 35 tahun; 28,92% (59 orang) berumur antara 36 45 tahun; 12,75
persen (19 orang) berumur antara 46 55 tahun. Berdasarkan distribusi
kelompok umurmenunjukkan bahwa mayoritas
kelompok umur 26 - 35 tahun.

responden berada pada

121
5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Distribusi responden berdasarkan status perkawinanan dapat dilihat pada
Tabel 5.8.Merujuk pada Tabel 5.8.tampak bahwa sebagian besar responden
(65,20% ) berstatus menikah sedangkan sisanya sebanyak

6,37% berstatus

janda dan 28,43% belum menikah. Status perkawinan akan mempengaruhi pola
pikir dan perilaku seseorang dalam bekerja. Bagi tenaga kerja yang berstatus
menikah biasanya akan bekerja lebih sungguh-sungguh dibandingkan dengan
tenaga kerja yang berstatus tidak/belum menikah. Tenaga kerja yang berstatus
menikah memandang pekerjaan sebagai sumber pendapatan untuk mencukupi
kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu tenaga kerja yang sudah menikah
cenderung akan lebih berhati-hati dalam menghadapi dan menyikapi setiap
permasalahan yang muncul dalam pekerjaannya.
Tabel 5.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status
Jumlah Tenaga Kerja
Perkawinan
Wanita (Orang)
1
Belum Menikah
58
2
Menikah
133
3
Janda
13
Jumlah
204
Sumber: Data Primer 2009(diolah)
No.

Persentase (%)
28,43
65,20
6,37
100,00

5.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja


Masa kerja diartikan sebagai lamanya seseorang mengabdikan dirinya
dalam profesi yang digelutinya tanpa mempersoalkan apakah masa kerja itu
terputus-putus atau tidak.Distribusi responden berdasarkan masa kerja dapat
dilihat pada Tabel 5.9. Berdasarkan Tabel 5.9 tampak bahwa sebagian besar
(42,16% atau 86 orang) masa kerja responden tenaga kerja wanita pada industri
perikanan Kendari antara 3-4 tahun. Sedangkan jumlah responden yang masa
kerjanya antara 1 2 tahun sebanyak 28,43% (58 orang). Jumlah responden yang

122
masa kerjanya antara 5 6 tahun sebanyak 16,67% (34 orang) dan responden
dengan masa kerja lebih dari 7 tahun sebanyak 12,74% (26 orang). Masa kerja
menentukan tingkat keterampilan seseorang. Semakin lama seseorang bekerja
dalam satu bidang, maka akan semakin terampil mengatasi masalah-masalah rutin
yang dihadapi dalam pekerjaanya. Sehingga seseorang yang memiliki masa kerja
yang lama dengan keterampilan yang tinggi cenderung semakin matang sehingga
berpeluang memiliki stres kerja yang rendah.
Tabel 5.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
No.
Persentase (%)
(Tahun)
Wanita (Orang)
1
12
58
28,43
2

34

86

42,16

56

34

16,67

>7

26

12,74

Jumlah

204

100,00

Sumber : Data primer 2009 (diolah)


5.2.4. Jumlah Anggota Keluarga
Anggota keluarga dalam penelitian ini mencakup orang yang menjadi
tanggungan

jawab

suami

dan

istri

baik

secara

ekonomi

maupun

sosial.Distribusi jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada Tabel


5.10.
Tabel 5.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Anggota
Jumlah Tenaga Kerja
Keluarga (jiwa)
Wanita (Orang)
1
1- 2
74
2
34
87
3
56
36
4
>7
7
Jumlah
204
Sumber : Data primer 2009 (diolah)
No.

Persentase (%)
36,27
42,65
17,65
3,43
100,00

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari responden sebanyak 204 orang,


terdapat 36,27 persen atau 74 orang mempunyai jumlah anggota keluarga

123
antara 1-2 orang. Responden yang memiliki jumlah anggota keluarga antara 3
4 orang sebanyak 42,55% atau 87 orang. Sedangkan responden yang
mempunyai jumlah anggota keluarga antara 5 6 orang sebanyak 17,65%
atau 36 orang. Sementara itu responden dengan jumlah anggota keluarga di
atas 7 orang sebanyak 3,43% atau 7 orang. Semakin banyak jumlah anggota
keluarga yang menjadi tanggungan maka semakin tinggi beban keluarga
sehingga semakin tinggi peluang seseorang mengalami tekanan yang akan
berdampak pada stres kerja.
5.2.5. Motivasi Responden untuk Bekerja
Motivasi responden untuk berkerja berkaitan dengan pihak-pihak yang
mendorong

responden

untuk

bekerja.Pihak-pihak

yang

mendorong

responden untuk bekerja adalah orang tua dan suami.Sedangkan alasan


responden bekerja ditekankan pada desakan ekonomi.Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 204 responden, menunjukkan bahwa
sebagian besar responden (53,43% atau 109 orang) menyatakan bahwa
mereka bekerja karena desakan ekonomi.Sementara itu hanya 6,86% atau 14
orang yang menyatakan bahwa mereka bekerja karena kemauan sendiri. Hal
ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja wanita yang bekerja pada industri
perikanan Kendari lebih disebabkan oleh kesulitan ekonomi dari pada motivasi
aktualisasi diri.Peran orang tua dan suami dalam memotivasi tenaga kerja
wanita untuk bekerja pada industri perikanan Kendari cukup dominan. Jumlah
responden yang menyatakan bahwa mereka bekerja karena kemauan sendiri
sebanyak 6,86% atau 14 orang, sedangkan mereka bekerja karena desakan
ekonomi sebanyak 53,43% atau 109 orang. Distribusi responden berdasarkan
motivasi bekerja dapat dilihat pada Tabel 5.11.

124
Tabel 5.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Motivasi Untuk Bekerja
No.

Motivasi Untuk
Bekerja

Jumlah Tenaga Kerja


Wanita (Orang)

Persentase (%)

Kemauan orang tua

28

13,73

Kemauan Sendiri

14

6,86

3
4

Kemauan suami
Desakan ekonomi
Jumlah

53
109
204

26,97
53,43
100,00

Sumber : Data primer 2009 (diolah)

5.3. Deskripsi Variabel Penelitian


Analisis deskriptif mengungkapkan penjelasan tentang jawaban responden
baik dalam persentase maupun nilai rata-rata (mean) terhadap masing-masing
indikator untuk setiap variabel.Jawaban responden atas semua indikator
disajikan pada Lampiran 3. Variabel yang dideskripsikan meliputi variabelstres
kerja (X), locus of Control(M1), dukungan sosial (M2), dan produktivitas kerja
(Y). Uraian deskripsi masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut:
5.3.1. Deskripsi Variabel Stres Kerja (X)
Stres kerja menunjukkan tekanan yang dialami individu yang disebabkan
oleh kondisi atau situasi tertentu yang terjadi dilingkungan kerja dan lingkungan
tempat tinggal.Instrumen yang digunakan untuk mengukur konstruk Stres Kerja
(X) terdiri dari empat indikator, yaitu: konflik peran (X.1), beban kerja (X.2),
kelompok kerja (X.3), dan pasokan bahan baku yang tidak tepat waktu (X.4).
Variabel stres menggunakan unfavorable question dan tiap indikator memiliki
lima bobot jawaban yang berbeda dengan rentang skor 5 sampai 1.
Jawaban responden terhadap pertanyaan setiap indikator untuk variabel
stres kerja dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12.Deskripsi Variabel Stres Kerja (X)
Indikator

Prosentase Jawaban

Rata-

125
STS

TS

SS

rata

Konflik peran (X.1)

12,3

41,2

42,2

1,5

2,9

3,60

Beban kerja (X.2)

10,8

36,8

47,1

3,9

1,5

3,54

Kelompok kerja (X.3)

6,9

47,5

42,2

2,9

0,5

3,61

Pasokan bahan baku yang


tidak tepat waktu (X.4)

14,2

41,2

32,8

6,9

4,9

3,55

Variabel Stres Kerja (X)


3,58
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 3)
Keterangan: STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, N = Netral, S =
Setuju, SS = Sangat Setuju
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari 204 orang yang
menjadi responden,secara umum menyatakan bahwa mereka berada dalam
kondisi tekanan yang cukup. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata ke-empat indikator
ditersebut mencapai 3,58. Angka ini bermakna bahwa peran ganda yang melekat
pada pekerja, kondisi fisik untuk mendukung beban kerja, dukungan kelompok
kerja dalam menyelesaikan pekerjaan dan kecukupan waktu istirahat karena
pasokan bahan baku yang sering terlambat secara umum cukup menekan
psikologi tenaga kerja wanita.
5.3.2.Deskripsi Variabel Locus of Control (M1)
Locus of control merupakan derajat keyakinan individu bahwa mereka
mampu mengontrol kejadian-kejadian dalam kehidupannya (internal locus of
control) atau keyakinan individu bahwa lingkunganlah yang mengontrol eventevent dalam kehidupan (eksternal locus of control).Instrumen yang digunakan
untuk mengukur konstruk Locus of Control (M1) terdiri dari empat indikator,
yaitu:Perencanaan mampu membuat seseorang melakukan pekerjaan dengan
baik (M1.1), Dapat menentukan apa yang terjadi pada diri, dimanapun bekerja
(M1.2), Dengan kerja keras seseorang akan mendapatkan yang diinginkan
(M1.3), dan Dengan bekerja dapat menambah kepercayaan diri (M1.4). Setiap

126
indikator memiliki lima bobot jawaban yang berbeda dengan rentang skor 1
sampai 5.
Jawaban responden terhadap setiap indikator variabel Locus of Control
(M1) dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13.Deskripsi Variabel Locus of Control (M1)
Indikator

STS

Prosentase Jawaban
TS
N
S
SS

Dengan perencanaan, setiap


pekerjaan
dapat
dilakukan 0.0
1.5
7.4
dengan baik (M1.1)
Dapat menentukan apa yang
terjadi pada diri, dimanapun 0.0
2.0
8.3
bekerja (M1.2)
Dengan
kerja
keras,
mendapatkan yang diinginkan 0.0
1.0 12.3
(M1.3)
Dengan
bekerja
dapat
menambah kepercayaan diri 0.0
0.0
4.9
(M1.4)
Variabel Locus of Control (M1)

Ratarata

67.6

23.5

4.13

71.6

18.1

4.06

66.2

20.6

4.07

64.7

30.4

4.25
4.13

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 3)


Keterangan: STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, N = Netral, S =
Setuju, SS = Sangat Setuju
Tabel 5.13 mengungkapkan bahwa Locus of control responden secara
umum berada dalam kondisi yang positif. Hal ini diketahui dengan nilai rata-rata
keempat indikator tersebut mencapai 4,13. Hal ini mengindikasikan bahwa
tenaga kerja wanita mampu mengontrol peristiwa yang terjadi dalam dirinya dan
mereka juga yakin dalam menghadapi peristiwa yang terjadi dilingkungannya.
Secara spesifik, sebagian besar responden setuju bahwa perencaan mampu
membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Mereka juga
mampu melakukan penyesuaian diri ketika mereka ditempatkan pada bagian
yang berbeda. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa bekerja keras merupakan
sarana untuk mencapai hasil yang maksimal karena bekerja akan menambah
kepercayaan diri mereka.

127
5.3.3 Deskripsi Variabel Dukungan Sosial (M2)
Dukungan sosial merupakan hubungan kerja antar sesama karyawan atau
antar karyawan dengan atasan yang akan memberikan pengaruh pada
kepercayaan dan taraf pemberian dukungan untuk secara bersama-sama
menyelesaikan masalah dalam organisasi. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur konstruk Dukungan sosial (M2) terdiri dari empat indikator, yaitu
Kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan (M2.1), Bantuan
rekan kerja untuk menyelesaikan pekerjaan (M2.2), Nasehat keluarga tentang
masalah pekerjaan (M2.3), dan Lingkungan tempat tinggal mendukung sebagai
pekerja (M2.4). Tiap indikator memiliki lima bobot jawaban yang berbeda dengan
rentang skor 1 sampai 5. Jawaban responden terhadap setiap indikator variabel
Dukungan sosial (M2) dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Deskripsi Variabel Dukungan Sosial (M2)


Indikator

STS

Kepedulian perusahaan dengan


kesejahteraan karyawan (M2.1)
Bantuan rekan kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan (M2.2)
Nasehat
keluarga
tentang
masalah pekerjaan (M2.3)
Lingkungan
tempat
tinggal
mendukung
sebagai
pekerja
(M2.4)

Prosentase Jawaban
TS
N
S
SS

Ratarata

0.0

0.5

8.3

64.2

27.0

4.18

0.0

2.5

8.3

56.9

32.4

4.19

0.0

1.0

12.7

62.3

24.0

4.09

0.5

2.9

11.3

66.2

19.1

4.00

Variabel Dukungan Sosial (M2)

4,12

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 3)


Berdasarkan Tabel 5.14dapat diketahui bahwa dari 204 responden
sebagian besar menyatakan bahwa hubungan kerja antar sesama karyawan

128
atau antara karyawan dengan atasan memberikan pengaruh positif terhadap
kepercayaan dan taraf pemberian dukungan untuk secara bersama-sama
menyelesaikan masalah dalam organisasi. Hal ini dapat diketahui dengan nilai
rata-rata semua indikator mencapai 4,12. Artinya bahwa sebagian besar
responden

setuju

bahwa

perusahaan

memberikan

perhatian

terhadap

kesejahteraan, terdapat hubungan yang harmonis antar rekan kerja, keluarga


dan lingkungan memandang positif terhadap keputusan wanita untuk bekerja.
5.3.4 Deskripsi Variabel Produktivitas Kerja (Y)
Produktivitas kerja merupakan penyelesaian suatu pekerjaan dengan cara
yang sebaik mungkin yang menjadi kreteria pencapaian hasil oleh seorang
karyawan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur konstruk Produktivitas
Kerja (Y) terdiri dari enam indikator, yaitu hasil kerja (Y.1), kualitas kerja (Y.2),
inisiatif merespon perubahan peraturan (Y.3), kemampuan adaptasi (Y.4),
kecepatan kerja dan ketelitian (Y.5), dan tanggung jawab (Y.6). Tiap indikator
memiliki lima bobot jawaban yang berbeda dengan rentang skor 1 sampai 5.
Jawaban terhadap setiap indikator untuk variabel Produktivitas Kerja (Y)
dapat dilihat pada Tabel 5.16. Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa
produktivitas kerja tenaga kerja wanita secara umum baik. Hal ini dapat diketahui
bahwa rata-rata jawaban responden untuk semua indikator variabel produktivitas
kerja mencapai 4,07. Artinya bahwa tenaga kerja wanita mampu memberikan
hasil kerja yang sesuai dengan harapan perusahaan, dengan kualitas yang baik
dan selalu merespon peraturan secara bijak. Mereka mampu beradaptasi
dengan baik karena mereka bekerja dengan teliti disertai tanggung jawab yang
tinggi.
Tabel 5.15. Deskripsi Variabel Produktivitas Kerja (Y)
Indikator

Prosentase Jawaban

Rata-

129
STS TS
N
Hasil kerja (Y.1)
0.0
1.5
8.3
Kualitas kerja (Y.2)
0.0
0.5
11.8
Inisiatif merespon perubahan
0.0
2.5
17.2
peraturan (Y.3)
Kemampuan adaptasi (Y.4)
0.5
0.5
6.9
Kecepatan kerja dan ketelitian
0.0
3.4
9.3
(Y.5)
Tanggung jawab (Y.6)
1.0
2.0
9.3
Variabel Produktivitas Kerja (Y)
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 3)

S
69.6
65.2

SS
20.6
22.5

rata
4.09
4.10

64.7

15.7

3.94

71.1

21.1

4.12

61.3

26.0

4.10

66.7

21.1

4.05
4,07

5.4. Hasil Analisis SEM


5.4.1 Evaluasi AsumsiAsumsi SEM
Eveluasi terhadap asumsiasumsi model struktural mutlak dilakukan agar
model yang dihasilkan fit dengan data. Terdapat beberapa pengujian asumsi
yang dilakukan dalam SEM, yaitu normalitas, outlierdan linieritas.
5.4.1.1 Uji Normalitas
Asumsi normalitas multivariate diuji dengan bantuan software AMOS 6pada
Lampiran 5.Jika nilai CR Multivariatedata lebih kecil dari Z 5% yaitu 1.96, maka
asumsi normal multivariate terpenuhi, sebaliknya jika nilai CR Multivariate Data
lebih besar dari 1.96 maka asumsi normal multivariate tidak terpenuhi, artinya
data tidak normal. Nilai CR multivariate data sebesar 25.856 (Lampiran
4).Karena nilai CR > 1.96 maka asumsi normalitas multivariate tidak terpenuhi.
Akan tetapi, berdasarkan dalil limit pusat jika sampel semakin besar maka
statistik akan berdistribusi normal. Dengan besar sampel n = 204, maka data
pada penelitian ini dipandang sudah memenuhi dalil limit pusat, sehingga asumsi
normalitas data tidak bersifat kritis dan dapat diabaikan.
5.4.1.2 Uji Outlier
Untuk menguji ada tidaknya outlier, dapat dilihat dengan Mahalanobis
distance (Md). Mahalanobis distance adalah suatu jarak yang mengukur jauh
dekatnya titik pusat data rata-rata dengan masing-masing titik observasi. Dalam

130
kasus ini titik observasi adalah nomor kuisioner dari responden. Pemeriksaan
terhadap outlier multivariat dilakukan menggunakan kriteria mahalanobis pada
tingkatp<0.001. Mahalanobis distance dievaluasi menggunakan 2 pada derajat
bebas sebesar banyaknya parameter yang digunakan yaitu=106dimana dari
tabel statistik diperoleh 2 = 156.74. Kaidah pengambilan keputusan, jika Md dari
titik obeservasi >156.74maka dikatakan bahwa titik observasi itu adalah outlier,
sedangkan jika Md dari titik observasi <156.74 maka dikatakan bahwa titik
observasi itu bukan suatu outlier.
Dari Tabel Mahalanobis distance (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa titik
observasi yang paling jauh adalah titik ke 167 dengan nilai Md=89.893. Jika
dibandingkan dengan nilai 2 = 156.74maka nilai Md titik ke-167<156.74, maka
disimpulkanbahwa seluruh data bukan merupakan outlier, sehingga asumsi tidak
terjadinya outlier pada data dapat dipenuhi.
5.4.1.3 Uji Linieritas
Pengujian asumsi linieritas dilakukan dengan metode Curve Fit, dihitung
dengan bantuan software SPSS. Hasil uji linieritas disajikan pada Lampiran 4.
Jika nilai Sig. model Linier < 0.05 maka asumsi linieritas terpenuhi, atau jika
seluruh model yang mungkin nonsignifikan (Sig > 0.05)
Tabel 5.16.Hasil Pengujian Asumsi Linieritas
Hubungan Antar Variabel

Keterangan

Keputusan

Stres Kerja (X) ke Produktivitas kerja (Y)

Sig Linier = 0.000

Linier

Locus of Control (M1) ke Produktivitas kerja (Y)

Sig Linier = 0.009

Linier

Dukungan Sosial (M2) ke Produktivitas kerja (Y)

Sig Linier = 0.015

Linier

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)

131
Dari Tabel 5.16 tampak bahwa semua pengaruh menghasilkan model
linier yang signifikan untuk hubungan pertama hingga ketigasehingga asumsi
linieritas terpenuhi.
5.4.2. Factor Loading
Confirmatory Factor Analysis digunakan untuk meneliti variabel-variabel
yang mendefinisikan sebuah konstruk yang tidak dapat diukur secara langsung.
Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi makna atas tabel
yang

diberikan

pada

variabel-variabel

dikonfirmasi.Nilai Factor Loading

laten

atau

konstruk

lain

yang

menunjukkan bobot dari setiap indikator

sebagai pengukur dari masing-masing variabel. Indikator dengan Factor Loading


yang palingbesar menunjukkan bahwa indikator tersebut sebagai pengukur
variabel yang terkuat (dominan).
5.4.1.4 Variabel Stres Kerja (X)
Variabel stres kerja direfleksikan melalui empat indikator yakni: konflik
peran (X.1), beban kerja (X.2), kelompok kerja (X.3), pasokan bahan baku yang
tidak tepat waktu (X.4). Indikator dinyatakan signifikan dalam mengukur variabel
jika nilai CR > 1.96 dan nilai P < 0.05.Hasil analisis konfirmatori terhadap
indikator-indikator dari variabel stres kerja (X) dapat dilihat pada Tabel 5.17,
menunjukkan bahwa semua indikator adalah valid sebagai pengukur stres kerja.
Tabel 5.17. Hasil Pengujian Indikator Pengukur Variabel Stres Kerja (X)
Indikator

Factor Loading

Konflik Peran (X.1)

0.540

Beban kerja (X.2)

0.661

Kelompok kerja (X.3)

0.603

Pasokan bahan baku yang tidak tepat waktu (X.4)


Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)

0.436

132
Berdasarkan Tabel 5.17 dapat diketahui bahwa indikator yang paling kuat
merefleksikan variabel stres kerja adalah beban kerja (X.2), dengan nilai Factor
Loading

0,661. Indikator berikutnya yang paling kuat mencerminkan stres kerja

adalah kelompok kerja (X.3) dengan Factor Loading

0,603disusul berturut-turut

oleh indikator konflik peran (X.1) dan Pasokan bahan baku yang tidak tepat
waktu (X.4) dengan Factor Loading

masing-masing 0,540 dan 0.436. Fakta ini

menunjukkan bahwa sumber stres tenaga kerja wanita dapat diklasifikasikan


atas tiga sumber: pertama yang berasal dari dalam dirinya yakni peran ganda
yang menimbulkan konflik peran dan beban kerja; kedua stres yang ditimbulkan
dari lingkungan dekat yakni kelompok kerja dan ketiga lingkungan perusahaan
yang berkaitan dengan pasokan bahan baku. Dalam kondisi demikian
perusahaan turut berkontribusi terhadap tekanan kejiwaan yang di alami tenaga
kerja wanita yang bekerja pada industri perikanan.
5.4.1.5 Variabel Locus of Control (M1)
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Locus of control (M1)
adalah: dengan perencanaan setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan baik
(M1.1), dapat menentukan apa yang terjadi pada diri dimanapun bekerja (M1.2),
dengan kerja keras mendapatkan yang diinginkan (M1.3), dengan bekerja dapat
menambah kepercayaan diri (M1.4). Hasil pengujian terhadap indikator
dinyatakan signifikan jika nilai CR > 1.96 dan nilai P < 0.05.Hasil analisis
konfirmatoriterhadap indikator-indikator dari variabel Locus of control (M1) dapat
dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Hasil Pengujian Indikator Pengukur Variabel Locus of Control (M1)
Indikator
Dengan perencanaan, setiap pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik (M1.1)

Factor Loading
0.512

133
Dapat menentukan apa yang terjadi pada diri,
dimanapun bekerja (M1.2)
Dengan kerja keras, mendapatkan

yang

diinginkan (M1.3)
Dengan bekerja dapat menambah kepercayaan
diri (M1.4)
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)

0.513
0.504
0.590

Merujuk pada Tabel 5.18 diketahui bahwa keempat indikator tersebut


signifikan mengukur variabel Locus of control (M1). Indikator yang paling kuat
mengukur Locus of control (M1) adalah indikator dengan bekerja dapat
menambah kepercayaan diri (M1.4),sedangkan indikator ketiga yaitu dengan
kerja keras mendapatkan yang diinginkan (M1.3) adalah indikator yang paling
lemah pada pengukuran dari variabel Locus of control (M1). Hal ini berarti bahwa
kemampuan penyesuaian diri merupakan indikator penting yang mencerminkan
kemampuan

pengendalian

diri.

Semakin

tinggi

kemampuan

seseorang

menyesuaikan diri mencerminkan semakin matang dalam pengendalian dirinya.


Dengan kata lain locus of control merupakan karakteristik individu yang
melekatdalam diri seseorang. Dengan demikian maka indikator bekerja dapat
menambah kepercayaan diri merupakan indikator yang paling kuat dalam
mengukur locus of control, karena bekerja merupakan refleksi kebanggaan.
5.4.1.6 Variabel Dukungan Sosial (M2)
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan sosial
(M2) adalah kepedulian perusahaan dengan kesejahteraan karyawan (M2.1),
bantuan rekan kerja untuk menyelesaikan pekerjaan (M2.2), nasehat keluarga
tentang masalah pekerjaan (M2.3), lingkungan tempat tinggal mendukung
sebagai pekerja (M2.4). Hasil pengujian terhadap indikator dinyatakan signifikan
jika nilai CR > 1.96 dan nilai P < 0.05.Hasil analisis konfirmatoriterhadap

134
indikator-indikator dari variabel dukungan sosial (M2) dapat dilihat pada Tabel
5.19.
Tabel 5.19. Hasil Pengujian Indikator Pengukur Variabel Dukungan Sosial (M2)
Indikator
Kepedulian perusahaan dengan kesejahteraan
karyawan (M2.1)
Bantuan rekan kerja untuk menyelesaikan
pekerjaan (M2.2)
Nasehat keluarga tentang masalah pekerjaan
(M2.3)
Lingkungan tempat tinggal mendukung sebagai
pekerja (M2.4)
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)

Factor Loading
0.536
0.483
0.529
0.545

Berdasarkan Tabel 5.19. diketahui bahwa semua indikator signifikan


dalam mengukur variabel dukungan sosial (M2). Indikator yang paling kuat
mengukur variabel dukungan sosial (M2) adalah lingkungan tempat tinggal
mendukung sebagai pekerja (M2.4).sedangkan indikator yang paling lemah
mengukur variabel dukungan sosial (M2) adalah bantuan rekan kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan (M2.2).
5.4.2.4.Variabel Produktivitas Kerja (Y)
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel produktivitas kerja
(Y) adalah hasil kerja (Y.1), kualitas kerja (Y.2), inisiatif merespon perubahan
peraturan (Y.3), kemampuan adaptasi (Y.4), kecepatan kerja dan ketelitian (Y.5)
dan tanggung jawab (Y.6). Hasil pengujian indikator dinyatakan signifikan jika
nilai CR > 1.96 dan nilai P < 0.05. Hasil analisis konfirmatoriterhadap indikatorindikator dari variabel produktivitas kerja (Y) dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.20.Hasil Pengujian Indikator Pengukur Variabel Produktivitas Kerja (Y)
Indikator

Factor Loading

135
Hasil kerja (Y.1)

0.500

Kualitas kerja (Y.2)

0.476

Inisiatif merespon perubahan peraturan (Y.3)

0.472

Kemampuan adaptasi (Y.4)

0.476

Kecepatan kerja dan ketelitian (Y.5)

0.417

Tanggung jawab (Y.6)

0.395

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)


Hasil pengujian yang tampak padaTabel 5.20dapat diketahui bahwa
keenam indikator tersebut signifikan mengukur variabel produktivitas kerja
(Y).tabel tersebut juga menunjukkan bahwa indikator hasil kerja (Y.1) adalah
indikator yang paling kuat pada pengukuran variabel produktivitas kerja (Y).
Sedangkan indikator keenam yaitutanggung jawab (Y.6) adalah indikator yang
paling lemah pada pengukuran variabel produktivitas kerja (Y).
5.4.2

Hasil Analisis Model Struktural (Structural Model)

5.4.2.1 Pengujian Goodness of FitModel


Model teoritik pada kerangka konseptual penelitian, dikatakan fit jika
didukung oleh data empirik. Hasil pengujian goodness of fit model, dengan
menggunakan bantuan Program AMOS secara lengkap disajikan pada Lampiran
5. Pada intinya goodness of fit ini adalah untuk mengetahui apakah model
hipotetik didukung oleh data empirik.Hasil pengujian disajikan pada Tabel 5.21.
Tabel 5.21. Hasil Pengujian Goodness Of Fit Overall Model
Kriteria
Cut-of value
Hasil Pengujian
Sig Prob
Chi Square/DF

0.05
Diharapkan kecil

0.000

Keterangan
Model Kurang Baik

2.241

Model Kurang Baik

RMSEA

0.08

0.078

Model Baik

GFI

0.90

0.637

Model Kurang Baik

136
AGFI

0.90

0.605

Model Kurang Baik

TLI

0.95

0.475

Model Kurang Baik

CFI

0.95

0.497

Model Kurang Baik

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)


Hasil pengujian Goodness of Fit Overall berdasarkan Tabel 5.21, dapat
diketahui bahwa hampir semua kriteria menunjukkan model kurang baik. Akan
tetapi, nilai The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) sebesar
0.078 telah memenuhi cut off value yaitu lebih kecil dari 0.08. Oleh karena itu
model cocok dan layak untuk digunakan, sehingga dapat dilakukan interprestasi
guna pembahasan lebih lanjut.
Berdasarkan hasil analisis model struktural yang telah diyakini memenuhi
kriteria Goodness of Fit Overallmaka model tersebut dapat digunakan untuk
pengujian hipotesis pada penelitian ini. Dalam model struktural yang dihasilkan
dalam penlitian terdapat tiga jenis pengaruh yang akan disajikan dalam model
struktural, yaitu pengaruh langsung (Direct Effect), pengaruh tidak langsung
(Indirect Effect), dan pengaruh interaksi.
Pengujian hipotesis pengaruh langsung dilakukan dengan pengujian CR
(Critical Ratio) pada masing-masing jalur pengaruh langsung secara parsial. Jika
nilai CR > 1.96 atau nilai P < 0.05, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh
yang signifikan, sebaliknya jika nilai CR < 1.96 atau nilai P > 0.05 maka dapat
disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan.Hasil analisis secara
lengkap, terdapat dalam hasil analisis SEM, yang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 5.22 menyajikan hasil pengujian hipotesis pengaruh langsung (direct
effect).
Tabel 5.22. Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh Langsung dan Interkasi
Hubungan Antar Variabel

Standardize

CR

137
Stres Kerja (X) ke Produktivitas
-0.270
kerja (Y)
Locus of Control (M1) ke
0.417
Produktivitas kerja (Y)
Dukungan
Sosial
(M2)
ke
0.348
Produktivitas kerja (Y)
Interaksi Stres kerja (X) dengan
Locus
of
Control
(M1)
ke
-0.204
Produktivitas kerja (Y)
Interaksi Stres kerja (X) dengan
Dukungan Sosial (M2) ke
-0.548
Produktivitas kerja (Y)
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 5)
Keterangan: Tanda * menyatakan signifikan pada taraf 5%

-2.583

0.010*

3.341

0.000*

2.914

0.004*

-2.322

0.020*

-4.723

0.000*

Secara visual hasil pengujian hipotesis jalur-jalur pengaruh langsung juga


dapat dilihat pada diagram SEM Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Diagram Jalur Model Struktural dalam SEM

Dari Gambar 5.1 dan Tabel 5.22 terlihat keseluruhan 5 jalur signifikan.
Stres kerja (X) berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerja (Y).Demikian
pula locus of control (M1) dan dukungan sosial (M2) berpengaruh positif
terhadap produktivitas kerja (Y).Terlihat pula bahwa terdapat efek moderasi yang
negatif (memperkuat) locus of control (M1) dan dukungan sosial (M2) terhadap
pengaruh stres kerja (X) terhadap produktivitas kerja (Y).
5.4.2.2 Pengujian Hipotesis

138
Dari hasil pengujian instrumen variabel pada Gambar 5.1, maka
diperoleh hasil pengujian hipotesis pengaruh langsung sebagai berikut.
Hipotesis Pertama. Dengan tingkat stres kerja yang rendah dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja wanita pada industri perikanan di
Sulawesi Tenggara.Hipotesis pertama ini menguji signifikansi parameter 1
(pengaruh antara stres kerja terhadap produktivitas kerja) pada persamaan
model struktural.
Hasil analisis SEM pada koefisien jalur pengaruh langsung variabel stres
kerja terhadap produktivitas kerja diperoleh nilai standardize (parameter 1)
sebesar -0.270 dengan Critical Ratio (CR) sebesar -2,583 dengan nilai P sebesar
0.010. Karena nilai CR > 1.96 dan nilai P < 0.05, maka hipotesis pertama
diterima.
Berdasarkan atas koefisien jalur pengaruh langsung bertanda negatif
(-0.270) mengindikasikan pengaruh langsung stres kerja terhadap produktivitas
kerja adalah negatif. Artinya semakin tinggi stres kerja akan menyebabkan
semakin rendah produktivitas kerja.
Hipotesis Kedua. Locus of control sebagai variabel moderasi dapat
memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas tenaga kerja wanita
pada industri perikanan di Sulawesi Tenggara. Hipotesis kedua ini menguji
signifikansi parameter 2 (pengaruh locus of control terhadap produktivitas kerja)
dan parameter 4 (pengaruh interaksilocus of control dan stres kerja terhadap
produktivitas kerja) pada persamaan model struktural.
Hasil analisis SEM pada koefisien jalur pengaruh langsung variabel locus
of control terhadap produktivitas kerja diperoleh nilai standardize (parameter 2)
sebesar 0.417 dengan Critical Ratio (CR) 3.341 dan nilai P sebesar 0.000.

139
Koefisien

jalur

pengaruh

langsung

memiliki

bertanda

positif

(0.417)

mengindikasikan pengaruh locus of control terhadap produktivitas kerja adalah


positif. Artinya semakin tinggi locus of control akan semakin tinggi pula
produktivitas kerja. Sebaliknya, semakin rendah locus of control akan semakin
rendah pula produktivitas kerja.
Hasil analisis SEM pada koefisien jalur interaksi locus of control dan
stres kerja terhadap produktivitas kerja diperoleh nilai standardize (parameter 4)
sebesar -0.204 dengan nilai Critical Ratio (CR) -2.322 dan nilai P sebesar 0.020.
Karena nilai CR > 1.96 dan nilai P < 0.05 maka hipotesis kedua diterima.
Berdasarkan atas interaksi locus of control dan stres kerja terhadap produktivitas
kerja bertanda negatif (-0.204), demikian pula pengaruh langsung antara stres
kerja terhadap produktivitas kerja juga bertanda negatif (-0.270) mengindikasikan
efek moderasi variabel locus of control terhadap pengaruh antara stres kerja
terhadap produktivitas kerja adalah memperkuat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa adanya locus of control, akan memperkuat pengaruh stres kerja terhadap
produktivitas kerja.
Berdasarkan hasil di atas, kedua parameter yaitu 2 dan 4 adalah
signifikan, maka locus of control dinyatakan sebagai quasi moderator atau
moderator semu. Artinya variabel locus of control, selain sebagai variabel
moderasi yang memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja, di
sisi lain variabel locus of control juga berpengaruh secara langsung terhadap
produktivitas kerja. Dengan demikian, semakin tinggi locus of control, akan
semakin memperkuat pengaruh tingginya stres kerja yang akan mengakibatkan
rendahnya produktivitas kerja. Dengan demikian hipotesis kedua penelitian ini
diterima.

140
Hipotesis Ketiga. Dukungan sosial sebagai variabel moderasi dapat
memperkuat pengaruh stres terhadap produktivitas tenaga kerja wanita pada
industri perikanan di Sulawesi Tenggara. Hipotesis ketiga ini menguji signifikansi
parameter 3 (pengaruh

dukungan sosial terhadap produktivitas kerja) dan

parameter 4 (pengaruh

interaksi dukungan sosial dan stres kerja terhadap

produktivitas kerja) pada persamaan model struktural.


Hasil analisis SEM pada koefisien jalur pengaruh langsung variabel
dukungan sosial terhadap produktivitas kerja diperoleh nilai standardize
(parameter 3) sebesar 0.348 dengan nilai Critical Ratio (CR) 2.914 dan nilai P
0.004.

Koefisien

jalur

pengaruh

langsung

bertanda

positif

(0.348)

mengindikasikan pengaruh dukungan sosial terhadap produktivitas kerja adalah


positif. Artinya semakin tinggi dukungan sosial akan semakin tinggi pula
produktivitas kerja. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial akan semakin
rendah pula produktivitas kerja.
Hasil analisis SEM pada koefisien jalur interaksi dukungan sosial dan
stres kerja terhadap produktivitas kerja diperoleh nilai standardize (parameter 5)
sebesar -0.548 dengan nilai Critical Ratio (CR) -4.723 dan nilai P 0.000. Karena
nilai CR > 1.96 dan nilai P < 0.05 maka hipotesis ketiga diterima. Interaksi
dukungan sosial dan stres kerja terhadap produktivitas kerja bertanda negatif
(-0.548) demikian pula pengaruh langsung

stres kerja terhadap produktivitas

kerja juga bertanda negatif (-0.270)mengindikasikan efek moderasi variabel


dukungan sosial pada pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja adalah
memperkuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya dukungan sosial akan
memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja.

141
Berdasarkan hasil di atas, kedua parameter yaitu 3 dan 5 adalah
signifikan, sehingga dukungan sosial dinyatakan sebagai quasi moderator atau
moderator semu. Artinya variabel dukungan sosial, selain sebagai variabel
moderator yang memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja,
di sisi lain variabel dukungan sosial berpengaruh secara langsung terhadap
produktivitas kerja. Dengan demikian semakin tinggi dukungan sosial, akan
semakin memperkuat pengaruh tingginya stres kerja yang akan mengakibatkan
rendahnya produktivitas kerja. Dengan demikian hipotesis ketiga penelitian ini
diterima.

142

5.5. PembahasanKondisi Variabel Laten


5.5.1. Variabel Stres Kerja
Variabel stres kerja dalam penelitian ini diukur oleh empat indikator.
Indikator pertama adalah konflik peran, yang menunjukkan adanya peran ganda
yang diemban oleh seorang wanita. Indikator kedua adalah beban kerja, yang
menunjukkan bobot pekerjaan yang harus diselesaikan. Indikator ketiga adalah
kelompok kerja, yang menunjukkan kondisi yang dirasakan oleh tenaga kerja
wanita dalam kelompok kerja dan indikator keempat adalah pasokan bahan baku
yang tidak tepat waktu yang menunjukkan keterlambatan penyediaan bahan
baku untuk diolah. Keempat indikator tersebut semuanya merupakan indikator
yang valid disajikan pada (Tabel 5.17).Namun jika diamati dari keempat indikator
tersebut, indikator beban kerja yang paling dominan dalam menggambarkan
stres kerja.Temuan ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Rahim
(1996), Fauzi (2008) yang menyatakan bahwa salah satu indikator stres adalah
beban kerja yang berlebihan dapat menciptakan tekanan pada kehidupan
seseorang.
Hasil pengujianFactor Loading
namun

indikator beban kerja yang tertinggi,

analisis deskripsi (Tabel 5.12) bahwa sebagian besar responden

menyatakan terdapat kelompok kerja dan

konflik peran antara sebagai ibu

rumah tangga dan sebagai pekerja, rata-rata Jawaban responden mencapai


3,58. Hal ini berarti responden mengalami konflik peran, kelompok kerja, beban
kerja dan pasokan bahan baku yang tidak tepat waktu

yang cenderung

menyebabkan stres kerja cukup tinggi.


Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan dengan
melibatkan karyawan, ditemukan bahwa salah satu indikator yang menimbulkan

143
stres yaitu pasokan bahan baku yang tidak tepat waktu. Indikator ini berbeda
dengan penelitian yang lain. Peneliti terdahulu tidak memasukkan pasokan
bahan baku yang tidak tepat waktu sebagai indikator stres. Padahal dalam
industri perikanan yang berorientasi ekspor, perusahaan dituntut untuk
memenuhi target kuota.Dengan demikian walaupun indikator pasokan bahan
baku yang tidak tepat waktu Loading faktor relatif rendah, namun di atas batas
kritis (0,3), sehingga untuk kasus industri perikanan yang berorientasi ekspor
perlu mempertimbangkan pasokan bahan baku yang tidak tepat waktu sebagai
indikator stres.
Temuan ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja wanita pada industri
perikanan dalam bekerja dibayangi oleh beban kerja dan konflik peran
merupakan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, baik tanggung jawab
sebagai

istri

maupun

sebagai

ibu.

Berdasarkan

deskripsi

responden

menunjukkan bahwa 71,57% adalah berstatus telah menikah. Artinya tenaga


kerja wanita tersebut memiliki tanggug jawab yang tinggi sebagai istri.Dilain pihak
sebagai ibu yang harus bertangung jawab dalam pengelolaan rumah tangga juga
menjadi pemikirannya. Deskripsi responden menemukan bahwa sebanyak
42,16% memiliki angggota keluarga sebanyak 34 orang.

Kenyataan ini

menyebabkan tenaga kerja wanita mengalami konflik peran ketika mereka


melakukan pekerjaan pada industri perikanan tersebut.Selain itu dilihat dari umur
responden ditemukan bahwa sebanyak 71, 58% adalah pekerja yang berumur
antara 26 45 tahun.
5.5.2. Variabel Locus of Control
Variabel Locus of Control dalam penelitian ini diukur dengan empat
indikator yakni dengan perencanaan setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan

144
baik, dapat menentukan apa yang terjadi pada diri dimanapun bekerja, dengan
kerja keras mendapatkan yang diinginkan, dengan bekerja dapat menambah
kepercayaan diri. Keempat indikator tersebut merupakan indikator yang valid
dalam mengukur locus of control (Tabel 5.18),Factor Loading

indikator dengan

bekerja dapat menambah kepercayaan diri (M1.4) adalah (0,590) merupakan


indikator yang dominan dalam mengukur locus of control.Temuan penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Philip dan Gully (1997) menyatakan
bahwa locus of control merupakan derajat individu yang mampu mengontrol
kejadian dalam kehidupan.
Factor Loading

indikator dengan bekerja dapat menambah kepercayaan

diri (M1.4) adalah yang tertinggi sejalan dengan analisis deskriptif (Tabel 5.13)
yang menemukan sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa mereka
mampu melakukan penyesuaian dimanapun mereka bekerja.Artinya bahwa
ketika seseorang mampu melakukan adaptasi maka hal itu terjadi karena
kemampuannya dalam mengendalikan diri.
Temuan ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja wanita pada industri
perikanan dalam bekerja memiliki kemampuan beradaptasi disebabkan karena
sebagian besar responden telah memasuki usia yang dapat dikategorikan
matang yakni antara 2645 tahun atau sebesar (71,58%). Selain itu kemampuan
pengendalian diri yang tercermin dalam kemampuan beradaptasi disebabkan
karena sebagian besar responden berstatus menikah (71,57%). Karakteristik
seseorang yang sudah menikah dengan usia perkawinan yang matang akan
memiliki sikap tenggang rasa yang tinggi, sehingga mereka akan mampu
beradaptasi dengan pekerjaan yang dibebankan.

145
Dilain pihak jika diamati berdasarkan motivasi yang mendorong tenaga
kerja wanita bekerja menunjukkan bahwa alasan ekonomi adalah cukup tinggi.
Hal ini berarti ketika

ada tuntutan ekonomi, maka seseorang harus mampu

menyesuaikan diri karena jika tidak mereka akan kehilangan kesempatan


memperoleh tambahan pendapatan.
5.5.3. Variabel Dukungan Sosial
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan sosial
adalah kepedulian perusahaan dengan kesejahteraan karyawan, bantuan rekan
kerja untuk menyelesaikan pekerjaan, nasehat keluarga tentang masalah
pekerjaan, lingkungan tempat tinggal mendukung sebagai pekerja, semuanya
merupakan indikator yang valid. Temuan ini mendukung indikator yang
digunakan oleh House dan Wells (1978), Yoon dan Lim (1999).Diantara keempat
indikator tersebut indikator Lingkungan tempat tinggal mendukung sebagai
pekerja (M2.4) merupakan indikator yang paling dominan.Hal ini berarti bahwa
keluarga

yaitu

suami

sangat

mendukung

istri

bekerja.

Kenyataan

ini

menunjukkan bahwa peran suami sangat penting dalam mendorong istri untuk
bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, sehingga suami selalu memberikan
solusi ketika istri dihadapkan dengan masalah pekerjaan.
Temuan penelitian ini sejalan dengan jawaban responden yang sebagian
besar menyatakan bahwa mereka mendapat dukungan berupa nasehat dari
keluarga ketika mereka menghadapi masalah pekerjaan (Tabel 5.14).Fakta ini
sejalan dengan karakteristik responden yang sebagian besar berstatus
menikah.Dengan demikian peran suami sudah sepantasnya mendukung
memecahkan masalah yang dihadapi istri di tempat kerja.Dengan dukungan

146
suami dalam memberikan ide-ide untuk menyelesaikan masalah yang muncul di
tempat kerja dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.

147

5.5.4. Variabel Produktivitas Kerja


Indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk Produktivitas Kerja
(Y) terdiri dari enam indikator, yaitu hasil kerja, kualitas kerja, inisiatif merespon
perubahan peraturan, kemampuan adaptasi, kecepatan kerja dan ketelitian, dan
tanggung

jawab.

Indikator

tersebut

semuanya

valid

dalam

mengukur

produktivitas kerja.Indikator yang dominan dalam mengukur produktivitas kerja


adalah hasil kerja.Temuan ini mendukung penelitian Sulistiyani dan Rosida
(2003) indikator yang dominan dalam mengukur produktivitas kerja adalah hasil
kerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
Hasil pengujianFactor Loading

indikator hasil kerja dalam menyelesaikan

pekerjaan adalah yang tertinggi sejalan dengan analisis deskripsi (Tabel 5.15)
bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju mereka memiliki
kemampuan adaptasi, kecepatan dan ketelitian, kualitas kerja yang baik untuk
menyelesaikan pekerjaan. Temuan ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja
wanita pada industri perikanan dalam bekerja memiliki tanggung jawab yang
tinggi disebabkan mereka memiliki tanggungan yang relatif banyak. Apabila
mereka lalai dalam bekerja berpeluang mendapat sangsi dan akan merugikan
kehidupan ekonomi keluarga.
5.6. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan ini dihasilkan dari hasil pengujian hipotesis, sebagai upaya
untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Hasil analisis dari pengujian
hipotesis dijabarkan sebagai berikut:
5.6.1. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Hasil analisis SEM pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja

148
menunjukkan nilai koefisien negatif signifikan. Koefisien jalur bertanda negatif
menunjukkan hubungan arah yang berlawanan antara stres kerja dengan
produktivitas kerja (Tabel 5.22). Semakin tinggi stres kerja akan mengakibatkan
semakin rendah produktivitas tenaga kerja wanita. Stres sebagai kondisi yang
tegang baik secara fisik maupun secara mental pada seseorang ketika
menghadapi suatu peristiwa atau situasi tertentu (Davis dan Mattheu,
1995).Stres kerja adalah sebuah keadaan yang dapat dialami setiap orang dalam
hubungannya dengan pekerjaan bisa tinggi atau rendah, dapat berpengaruh
pada berbagai macam faktor salah satunya terhadap produktivitas kerja.
Mengacu pada definisi

Robbins (2006), bahwa stres adalah kondisi dinamik

dimana seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala


(constraints), atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat
diinginkan dan hasilnya tidak pasti. Stres dapat juga merupakan situasi
ketegangan/tekanan

emosional

yang

dialami

seseorang

yang

sedang

menghadapi tuntutan yang sangat besar(Hariandja, 2005).


Temuan penelitian ini mendukung beberapa penelitian tentang stres kerja
terhadap produktivitas kerja seperti: penelitian dari Yeh et al.(1986) menunjukkan
hubungan negatif antara stres dengan produktivitas. Sementara itu Jamal dan
Baba (1992) hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan negatif
antara stres dengan produktivitas kerja. Artinya semakin rendah tingkat stres
semakin tinggi pula produktivitas kerja.Penelitian ini juga konsisten dengan
penelitian Donald (2005) yang menemukan bahwa tinggi rendahnya produktivitas
ditentukan oleh kondisi psikologis. Donald (2005) dalam penelitiannya juga
menggunakan

ukuran

self-asesstment

dengan

menggunakan

rentang

persentase capaian produksi selama jangka waktu tertentu, sementara stres itu

149
diukur dengan menggunakan kesehatan psikologi (psychological well-being)
yang mencakup sifat mudah marah, sulit berkonsentarsi dan adanya perasaan
ingin marah dengan orang lain. Hasil penelitiannya menemukan bahwa
kesehatan psikologi lebih menentukan dari pada kesehatan fisik.Hal ini
menegaskan bahwa dengan menggunakan ukuran yang berbeda, stres
berpengaruh negatif terhadap produktivitas.
Penelitian Rathore (2009) menemukan bahwa stres menentukan
peningkatan atau penurunan produktivitas seorang pekerja. Para manajer yang
mengalami stres pada level rendah hingga tinggi mampu meningkatkan
produktivitasnya. Sementara itu ketika stres melampaui batas optimal, maka
stres menurunkan produktivitas kerja. Hal itu terjadi oleh karena stres pada level
yang tinggi merusak kesehatan mental dan fisik sehingga menurunkan semangat
kerja dan kualitas pengambilan keputusan. Temuan penelitian ini membuktikan
bahwa stres pada level operasional relatif identik dengan stres pada level
manajer. Artinya bahwa stres pada level yang medium mampu meningkatkan
produktivitas, namun ketika stres melampau batas tertentu, maka produktivitas
akan menurun. Temuan penelitian ini mendukung pendekatan kognitif (Halkos
dan Bousinakis, 2010) yang menyataan bahwa stres terjadi ketika seseorang
tidak mampu atau percaya bahwa dirinya tidak mampu memenuhi tuntutan
situasi tertentu. Situasi yang dimaksud disini dapat berupa tuntutan hasil kerja
yang di tetapkan oleh perusahaan. Ketika seorang karyawan perusahaan
membebani karyawan tidak sesuai dengan kondisinya maka karyawan akan
mengalami stres dan sebaliknya ketika perusahaan memperhatikan kondisi
karyawan, maka kondisi psikologi karyawan akan stabil. Stabilitas mental ini akan
menciptakan kreatifitas dan semangat yang pada gilirannya akan meningkatkan

150
hasil kerja karyawan. Perlu ditambahkan pula bahwa temuan penelitian ini
mendukung pernyataan Karosek (dalam Halkos dan Bousinakis, 2010) yang
mengembangkan model teoritik yang menyebabkan terjadinya stres. Karosek
menyatakan bahwa stres akan terjadi sebagai akumulasi antara pekerjaan yang
mempengaruhi diri karyawan yang tidak didukung oleh kemampuan inisiatif dan
adanya ketergantungan dan keterbatasan pengendalian terhadap pekerjaan
serta hubungan sosial dengan atasan, rekan kerja dan bawahan yang kurang
haromonis. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa stres kerja berkaitan
dengan behavioral factor (Robbins, 2006).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Chambell (2003), Friedman
(2000) yang menyatakan bahwa konflik disebabkan adanya pertentangan antara
tugas-tugas yang harus dilakukan dan antara tanggung jawab yang dimiliki,
namun tugas yang harus dilakukan menurut pandangannya bukan merupakan
bagian dari pekerjaannya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Rahim (1996), Friedman (2000). Hasil penelitian Chandraiah
(2003) menjelaskan hubungan familier dan komunikasi yang inten antar pekerja,
supervisor maupun kolega lain akan dapat menurunkan tingkat stres secara
signifikan. Selye (1985) membedakan antara distress yang destruktif, dan
eustress, sebagai kekuatan yang positif.Stres diperlukan untuk menghasilkan
prestasi yang tinggi.Lazarus dan Folkman (1986) mengkaji fenomena stres
secara mendalam, menemukan bahwa stres terjadi manakala terdapat
ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian yang sangat berarti antara persepsi
individu terhadap suatu tuntutan yang dihadapinya dan kemampuannya
mengatasi tuntutan tersebut.Peran konflik adalah suatu kesenjangan antara
jumlah informasi yang dimiliki seseorang dengan yang dibutuhkan untuk dapat

151
melaksanakan perannya dengan tepat Thatcher et al. (2002). Stres kerja
berhubungan kuat dengan mental dan psikis, sebagai akibat dari problem dalam
organisasi. Stres menghalangi fungsi individu di tempat kerja, memilikipengaruh
negatif,

seperti:

menurunkan

menurunkan
ketertarikan

efisiensi,
dalam

menurunkan
bekerja

kapasitas

dan

kerja,

menurunkan

tanggungjawab(Fairbrother dan Warn, 2003).


Temuan penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya disebabkan proses
penentuan indikator stres dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD). FGD
menghasilkan empat indikator stres, terdiri atas tiga indikator yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yaitu peran konflik, beban kerja,
dan kelompok kerja sama, dan satu indikator yang baru dalam penelitian ini yaitu
pasokan bahan baku yang tidak tepat waktu. Obyek penelitian ini adalahindustri
perikanan yang mempunyai karakteristik khusus yaitu hasil tangkapan para
nelayan tidak bisa diprediksi jumlah hasil produksi dan waktu yang digunakan.
5.6.2. Locus of Control Memoderasi Pengaruh Stres Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja
Pada hasil analisis SEM terlihat bahwa variabel locus of control adalah
variabel quasi moderator atau moderator semu antara stres kerja terhadap
produktivitas kerja. Hal ini mengindikasikan variabel locus of control, selain
sebagai variabel moderator yang memperkuat pengaruh stres kerja terhadap
produktivitas kerja, variabel locus of control juga berpengaruh secara langsung
terhadap produktivitas. Dengan demikian semakin tinggi locus of control, akan
semakin memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja, dan juga
secara langsung semakin meningkatkan produktivitas kerja. Variabel locus of
controlmemiliki dua fungsi, yaitu (1)locus of control berpengaruh langsung

152
terhadap produktivitas kerja,(2)locus of control sebagai moderasi pengaruh stres
kerja terhadap produktivitas kerja.
Hasil analisis SEM menunjukkan pengaruh signifikan dan positif locus
of control terhadap produktivitas kerja. Artinya semakin tinggi locus of
controlakan semakin tinggi pula produktivitas kerja. Hasil analisis deskripsi pada
Tabel 5.18 menunjukkan bahwa dengan bekerja dapat menambah kepercayaan
diri (M1.4) merupakan indikator utama dalam merefleksikan variabel locus of
control. Hal ini terlihat dari nilai Factor Loading sebesar 0,590 yang lebih tinggi
dari indikator lainnya. Keadaan ini mengambarkan Locus of control (LoC)
merupakan karakteristik personal yang menjelaskan tingkat kepercayaan yang
dimiliki individu mengenai sumber penentu hidup dan kehidupan mereka
(Gibson, 2004; Kreitner dan kinicki (2003). Hal ini sebagian besar dialami tenaga
kerja yang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi, sehingga tenaga
kerja secara internal LoC adalah orang yang percaya bahwa apa yang terjadi
terhadap hidup dan kehidupan mereka tergantung pada usaha dan keahlian
sendiri, secara eksternal adalah orang yang percaya bahwa apa yang terjadi
disebabkan oleh nasib, keberuntungan atau kekuatan lain diluar dirinya (Cook,
1977; Robbins, 2006).
Temuan penelitian ini mendukung Social Learning Theory yang
dikemukakan oleh Rotter (1966) yang menyatakan bahwa locus of control
merujuk

pada

derajat

kendali

individu

dalam

menentukan

outcome

kehidupannya. Artinya seseorang akan mengembangkan diri dan terus belajar


untuk melahirkan harapan tentang bagaimana perilaku mempengaruhi outcome
dan outcome ini selanjutnya akan mempengaruhi perilaku berikutnya.
Penelitian Cummins (1988), Kobasa, Maddi, dan Kahn (1982),

153
menemukan adanya hubungan bahwa antara stres dan strain dimoderasi oleh
locus of control. Dengan kata lain, locus of control berinteraksi dengan stres
seperti hubungan yang ada pada stres dan strain yang secara signifikan. Hasil
penelitian Akhmad

dan

Rani

(2003)

menemukan

pengaruh variabel

moderator locus of control terhadap stres kerja (role ambiguity, role conflicts,
workloads, job insecurity, lack of autonomy) terhadap tingkat kepuasan kerja
dan gejala gangguan psikologis (depresi, kegelisahan, gangguan kognisi dan
emosional) tenaga perawat, dijelaskan bahwa LoC tenaga perawat yang
diinteraksikan dengan stres kerja (interaction terms) memiliki kecenderungan
internals secara signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja. Demikian penelitian
Bernardi (1997) yang memoderasi hubungan stres dengan kinerja dengan locus
of controlberpengaruh signifikan. Fenomena ini tidak terlepas dari adanya buffer
effects yang berasal dari beberapa variabel pemoderat yang mempengaruhi
hubungan antara stres dan produktivitas serta akibatnya menjadi lebih lemah
atau kuat untuk beberapa individu lain (Robbins, 2006).
Hasil wawancara dengan tenaga kerja diperoleh informasi

bahwa

perusahaan dalam memproduksi berupaya dapat memenuhi kualitas yang


dikehendaki karena kualitas produksi harus memenuhi standar ekspor, sehingga
pekerja/karyawan dilatih khusus dalam proses produksi agar kualitas hasil kerja
tetap terjamin, untuk menjaga hal tersebut pihak perusahaan memperketat
pengawasan. Hal ini diungkapkan (SR) bahwa:
saya telah bekerja di perusahaan Yanagi Histalaraya cukup tahu apa-apa
yang diterapkan pada perusahaan mulai tugas-tugas, penetapan target
dan kualitas hasil kerja, disiplin dan pengawasan yang dilakukan
perusahaan sangat ketat karena perusahaan jepang. Dalam menghadapi
kondisi ini kita perlu membuat perencanaan sendiri untuk mengantisipasi
tuntutan perusahaan, karena kondisi kita, kemampuan yang terbatas,
untuk menyelesaikan pekerjaan. (wawancara September 2009).

154

Untuk menghasilkan yang terbaik dalam suatu pekerjaan harus diawali


dengan perencanaan yang baik, karena perencanaan menjadi aspek yang
sentral memulai pekerjaaan, setiap pekerjaan dapat dilakukan secara terstruktur,
terpola, pembagian tugas yang jelas memudahkan melakukan penyesuaian,
dapat diselesaikan sesuai tujuan target, sasaran serta tepat waktu dan tepat
jumlah, kendala dalam suatu pekerjaan dapat diantisipasi, selain itu dengan
perencanaan yang baik memudahkan kontrol atas pekerjaan yang dilakukan oleh
semua unsur yang terlibat, menempatkan sesuatu sesuai dengan fungsi dan
keahlian yang dimiliki seseorang, kualitas dan kuantitas yang ditargetkan serta
kontinuitas usaha tertap terjaga, karena dalam suatu perusahaan perencanaan
sudah terpola sehingga karyawan hanya menjalankan yang telah ditetapkan
perusahaan sehingga dapat dijalankan sesuai petunjuk teknis yang ada. Dengan
cara tersebut tenaga kerja dapat mengetahui dan mengantisipasinya.
Penelitian yang dilakukan Philip dan Gully,(1997) faktor kepribadian
(personality traits) yang mempengaruhi kinerja kurang dieksplorasi. Secara
teoritis locus of control dapat diprediksi mempengaruhi kinerja. Locus of control
merupakan derajat kenyakinan individu bahwa mereka mampu mengontrol
event-event dalam kehidupannya (Internal locus of control) atau keyakinan
individu bahwa lingkunganlah yang mengontrol event-event dalam kehidupannya
(external locus of control). Dengan kata lain individu dengan internal locus of
control lebih memungkinkan mempunyai self efficacy lebih tinggi dibandingkan
external locus of control (Spector, 1988).
Produktivitas ditinjau dari falsafah kerja, yang berarti bahwa tidak akan ada
cara kerja yang sudah terbaik selamannya, karena selalu bisa diusahakan cara
kerja yang baik dan lebih baik lagi; dan tidak akan ada suatu produk yang sudah

155
terbaik mutunya, karena dalam jangka waktu tertentu kemudian selalu dapat
diciptakan produk baru yang lebih baik mutunya. Produktivitas mengandung arti
keinginan dan usaha setiap individu untuk selalu meningkatkan mutu kehidupan
dan mengutamakan bekerja dengan mengacu kepada unsur efisiensi dan
efektivitas. Produktivitas ditinjau dari sikap mental, berarti bahwa selalu berpikir
untuk meraih kemajuan melalui peningkatan kuantitas dan kualitas kerja serta
menghemat penggunaan sumber-sumber dan waktu.Sikap seseorang terhadap
tugas pekerjaan sangat mempengaruhi kinerjanya. Dengan demikian sikap yang
positif, maka seseorang akan selalu berusaha mencapai hasil yang maksimal
dengan memperhitungkan kualitas hasil, menghargai pekerjaan, prestasi, waktu,
hasil jerih payah, kesederhanaan, kreatif dan inovatif, efisien, mutu, sifat rajin
dan kesepadanan,

bersifat konstruktif, keindahan dan semangat/etos kerja

(Timpe, 1992; Putti, 1989). Hasil penelitian ini bahwa tenaga kerja wanita yang
bekerja pada industri perikanan yang berorientasi ekspor dituntut mempunyai
tanggungjawab atas pekerjaan untuk menghasilkan kualitas kerja yang sesuai
dengan keinginan perusahaan. Seperti yang dikatakan (H) salah seorang tenaga
kerja wanita sebagai berikut :
Perusahaan memberikan target dan tanggungjawab pekerjaan yang
besar dalam menyelesaikan pekerjaan, kendala dan resiko yang dihadapi
dalam melakukan pekerjaan karena berhubungan langsung dengan
pekerja. Kita perlu menyesuaikan terhadap lingkungan kerja, teman kerja
sehingga dapat menentukan diri sendiri apa yang menjadi tanggungjawab
dalam pekerjaan. (wawancara, September 2009)
Dari hasil wawancara di atas menekankan pentingnya karyawan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Beberapa penelitian yang telah
membandingkan antara Internals dan externals menunjukkan secara konsisten

156
bahwa individu yang mempunyai kecenderungan internal lebih puas dengan
pekerjaannya, lebih mungkin menduduki posisi manajerial, lebih sesuai dengan
gaya manajemen partisipasif, berusaha mempengaruhi perilaku orang lain,
mempunyai tingkat absensi yang lebih rendah, dan jarang mengalami berbagai
gangguan kesehatan daripada pekerja yang merasa dirinya dikendalikan secara
eksternal (Rahim, 1996; Gibson et al. 2004; Robbins, 2006). Hasil wawancara
yang dilakukan dengan (SR) menyatakan bahwa:
Pada perusahaan ini (jepang) dengan tanggungjawab yang besar diberikan
perusahaan maka kita perlu membuat perencanaan dalam menyelesaikan
pekerjaan dan mempunyai kepercayaan diri bahwa kita bisa
menyelesaikan pekerjaan. (wawancara, September 2009)
Setiap individu yang ditempatkan pada kondisi-kondisi lingkungan yang
sama mungkin menunjukkan tanggapan psikologis, fisik dan perilaku yang
sangat berbeda. Oleh karena itu, stres kerja mempengaruhi seseorang dengan
berbagai cara yang berbeda dan dengan akibat yang bermacam-macam
tergantung pada kondisi individu yang bersangkutan serta sumber potensi stres
(stressor) tertentu yang di evaluasi, yang mungkin menjadi penyebab stres kerja
bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain.
Temuan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzi
(2008) mengemukakan locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja,
hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan metode Model Persamaan
Struktural pendekatan PLS menghasilkan koefisien jalur sebesar 0,443 dengan
p=0,00 sehingga diputuskan signifikan, namun pengaruh serentak antara stres
dan locus of control tidak signifikan hal

ini berarti LoC tidak bisa bertindak

sebagai variabel moderator namun bertindak sebagai independen terhadap


variabel kinerja.
5.6.3. Dukungan

Sosial

Memoderasi

PengaruhStres

KerjaTerhadap

157
Produktivitas Kerja
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis variabel dukungan sosial
merupakan variabel quasi moderator atau moderator semu antara stres kerja
terhadap produktivitas kerja. Hal ini mengindikasikan variabel dukungan sosial,
selain sebagai variabel moderator yang memperkuat pengaruh antara stres kerja
terhadap produktivitas kerja, di sisi lain variabel dukungan sosial berpengaruh
secara langsung terhadap produktivitas kerja. Artinya semakin tinggi dukungan
sosial, semakin memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja,
dan

juga

secara

kerja.Pembahasan
sosial.Yang

langsung

berikut

pertama,

semakin

memaparkan

dukungan

sosial

dua

meningkatkan
fungsi

berpengaruh

produktivitas

variabel

dukungan

langsung

terhadap

produktivitas kerja.Sedangkan yang kedua, dukungan sosial sebagai moderasi


pada hubungan stres kerja terhadap produktivitas kerja.
Berdasarkan hasil analisis SEM diperoleh bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara dukungan sosial terhadap produktivitas kerja. Artinya semakin
tinggi dukungan sosial akan semakin tinggi pula produktivitas kerja.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Herawan (2004)

Hal ini

bahwa dukungan

sosial dari tempat kerja dan keluarga memoderasi hubungan antara tekanan
keluarga dengan kepuasan kerja. Karyawan yang memiliki dukungan sosial
(meliputi dukungan dari keluarga, rekan kerja maupun atasan/supervisor) yang
tinggi karyawan tersebut tidak mudah mengalami stres.Dari hasil analisis model
struktural dalam SEM diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif dukungan sosial terhadap produktivitas kerja. Artinya semakin tinggi
dukungan sosial, semakin tinggi pula produktivitas kerja.Dapat dilihat pada Tabel
5.19 (loading factor), menyatakan bahwa indikator M2.4 (lingkungan tempat

158
tinggal mendukung sebagai pekerja) memiliki nilai tertinggi 0,545, merupakan
indikator utama dalam merefleksikan variabel dukungan sosial. Hal ini
disebabkan karena karyawan tersebut mampu mereduksi beban/tekanan yang
diterima sehinga karyawan yang memiliki dukungan sosial tinggi akan
mengelolah stres kerja yang dihadapi dengan baik dan memandang stres
dengan cara yang berbeda sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap
karyawan. Penelitian Murtiningrum (2006),Dukungan sosial dari keluarga
merupakan sebagai sikap penuh perhatian, kerja sama dalam menyelesaikan
urusan rumah tangga serta dapat memberikan dukungan moral ataupun
emosional terhadap pekerjaan. Dukungan sosial dari rekan kerja mampu
membantu seorang karyawan mendapatkan feedback yang positif atas
pekerjaannya sehingga karyawan tersebut lebih tahan terhadap stres kerja yang
dihadapi pada pekerjaannya. Temuan ini sesuai dengan pendapat House dan
Wells, (1978) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu transaksi
interpersonal yang melibatkan affirmation (bantuan) dalam bentuk dukungan
emosi, dukungan penilaian, dukungan informasi, dan dukungan

rekan kerja,

atasan, dan pasangan hidup yang diterima individu dalam menunjang kelancaran
organisasi.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil analisis SEM diperoleh bahwa
terdapat interaksi yang signifikan, dukungan sosial antara stres kerja terhadap
produktivitas kerja. Artinya dengan tingkat stres kerja yang rendah dapat
meningkatkan produktivitas kerja, dengan diterapkannya dukungan sosial
sebagai pemoderasi antara stres kerja terhadap produktivitas kerja memperkuat
atau dengan penerapan dukungan sosial tingkat stres kerja semakin rendah
sehingga produktivitas kerja meningkat. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan

159
hasil penelitian Raeda (2004)

tentang hubungan stres dan kinerja yang

meletakkan dukungan sosial sebagai moderating dan membuktikan adanya


pengaruh signifikan.Joiner et al. (2004) mengungkapkan dukungan sosial secara
negatif berhubungan dengan alat stressor pekerjaan utama, seperti konflik
peran,

ambiguitas

peran,

kelebihan

beban

kerja

dan

kekurangan

sumberdaya.Hal serupa yang dikemukakan oleh Rahim (1996), dukungan sosial


yang tinggi memiliki hubungan yang kecil dengan terjadinya stres.Pengaruh
dukungan sosial juga diteliti oleh House dan Kahn (1985), menemukan bahwa
dukungan sosial mempunyai pengaruh positif pada kesehatan fisik dan mental
seseorang.Marin dan Ramirez (2005), mengemukakan stres dapat bersumber
dari tidak adanya dukungan sosial. Stres akan cenderung muncul pada
seseorang yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.
Dukungan sosial tersebut bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan
maupun lingkungan keluarga.
Hal ini didukung dari hasil wawancara yang dilakukan kepada tenaga
kerja wanita bahwa dukungan dimaksud adalah dukungan keluarga (suami,
anak-anak dan orang tua) menjadi motivasi besar dalam menghadapi
pekerjaan.Dukungan tersebut berupa keleluasaan waktu kerja dan jika ada
pekerjaan yang belum bisa diselesaikan, nasehat, saran dan masukan serta
dukungan lainnya sangat membantu dan menjadi motivasi yang cukup besar
dalam menghadapi dan menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sebagai
karyawan. Sebagaimana yang dikemukanan oleh (H):
Dukungan keluarga sangat membantu adanya pengertian suami yang
mengerti apa yang saya kerjakan ditempat kerja dan memberikan
motivasi untuk bekerja lebih baik serta dukungan keluarga dalam urusan
rumah tangga saling membantu.Lingkungan sosial disekitar tempat
tinggal sangat mendukung, masyarakat atau para tetangga menghargai
pekerjaan yang saya lakukan dan kita berinteraksi dengan yang lainnya

160
cukup baik(wawancara, September 2009).
Dukungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal yang sangat dirasakan
membantu para pekerja dalam menjalankan pekerjaan, disamping itu dukungan
rekan kerja. Sementara itu (S) mengatakan bahwa:
Kita kerja banyak suku yang ada, yang paling banyak dari selatan, jadi
ada kelompok-kelompok kerja yang membantu dalam pekerjaan.
(wawancara, September 2009).
Hubungan sosial yang menunjang (supportive) dengan rekan kerja,
atasan, dan bawahan dalam pekerjaan, tidak akan menimbulkan tekanantekanan antar pribadi yang berhubungan dengan persaingan. Kedekatan
kelompok,

kepercayaan

berhubungan

dengan

antarpribadi
penurunan

dan rasa senang


tingkat

stres

kerja

dengan

atasan,

seseorang

dan

meningkatkan produktivitas kerja. Perilaku yang kurang baik dari atasan akan
juga menimbulkan stres bagi pekerja, bahkan penilaian kinerja yang kaku dan
dengan pengawasan yang ketat dapat dirasakan sebagai sumber dari stres.
Sumber stres kerja yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal
atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu
macam penyebab stres saja tetapi dari beberapa penyebab stres.Sebagian
besar dari waktu individu untuk bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan
mempunyai

pengaruh

yang

besar

terhadap

kesehatan

dalam

bekerja.Pembangkit stres (stressor) dalam pekerjaan mempunyai peran yang


besar dalam memicu stres (Hurrellet al. 1988).Marin dan Ramirez (2005),
mengemukakan stres dapat bersumber dari tidak adanya dukungan sosial.
Artinya, stres akan cenderung muncul pada seseorang yang tidak mendapat
dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial tersebut bisa
berupa

dukungan

dari

lingkungan

pekerjaan

maupun

lingkungan

161
keluarga.Banyak kasus menunjukkan bahwa, seseorang yang mengalami stres
kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari
keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga
ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik
pimpinan maupun bawahan) akancenderung lebih mudah terkena stres.
Sehingga dapat disimpulkan apabila seorang atasan mampu mengambil
keputusan secara adil dan bijaksana maka dapat mereduksi tingkat stres
karyawan yang terjadi di tempat kerja.
Temuan penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fauzi (2008) mengemukakan dukungan sosialtidak bersifat memperlemah
pengaruh stres kerja terhadap kinerja wartawan,hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan

metode

Model

Persamaan

Struktural

pendekatan

PLS

menghasilkan koefisien jalur sebesar -0,011 dengan p=0,8951 sehingga


dinyatakan nonsignifikan, dengan demikian diperoleh bahwa dukungan sosial
bukan merupakan variabel moderator yang memperlemah pengaruh stres kerja
terhadap kinerka wartawan. Hasil analisis antara hubungan variabel dukungan
sosial dan stres kerja yang bersama-sama mempengaruhi kinerja diperoleh nilai
nonsignifikan, artinya dukungan sosial bukan merupakan variabel moderating
maupun variabel independen.
5.7. Implikasi Teoritis
Sebagaimana telah dikemukakan penelitian ini dapat mengungkapkan
pengaruh variabel stres kerja terhadap produktivitas kerjayang dimoderasilocus
of controldan dukungan sosial, dengan demikian diharapkan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan baik secara teoritis maupun secara praktis.
Implikasi teoritis dari hubungan kausal antara konstruk atau variabel laten

162
tersebut secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.

Hubungan yang signifikan antara stres kerja terhadap produktivitas tenaga


kerja wanita. Hal ini menunjukkan bahwa stres kerja sangatlah menentukan
peningkatan

atau

penurunan

produktivitas

tenaga

kerja.Temuan

ini

mendukung penelitian Donald (2005), Rathore (2009).


2.

Locus of control dan dukungan sosial berpengaruh signifikan terhadap


produktivitas kerja. Temuan ini membuktikan bahwa semakin baik locus of
controldan dukungan sosial (dukungan keluarga, lingkungan tempat tinggal
maupun lingkungan perusahaan) mampu meningkatkan produktivitas kerja.
Penelitian ini membuktikan

bahwalocus of control dan dukungan sosial

mampu meningkatkan produktivitas kerja.Penelitian yang mengkaji locus of


control dan dukungan sosial terhadap kinerja dilakukan oleh Rahim (1996),
Fauzi (2008).
3.

Interaksi locus of control dan dukungan sosial berpengaruh signifikan


terhadap produktivitas kerja. Artinya locus of control dan dukungan sosial
memperkuat pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja. Penelitian ini
membuktikan bahwa interaksi locus of control dan dukungan sosial mampu
meningkatkan produktivitas kerja.

5.8. Implikasi Praktis


Berdasarkan pada bagian pembahasan, maka implikasi praktis dari hasil
penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.

Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa stres kerja mempunyai hubungan


langsung dengan produktivitas kerja. Perusahaan perlu memperhatikan
tingkat stres kerja karyawan sehingga produktivitas kerja karyawan tetap
meningkat.

163
2.

Penelitian ini juga memberikan informasi bahwa locus of control dan


dukungan sosial dapat menurunkan tingkat stres kerja seseorangsehingga
dapat mendorong peningkatan produktivitas kerja. Hal ini berarti bahwa
perusahaan perlu menciptakan kondisi kerja yang memungkinkan locus of
control dan dukungan sosial mampu mengendalikan stres kerja.

5.9. Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini dapat berakibat kurang sempurnanya
penelitian ini, sehingga diharapkan akan disempurnakan oleh peneliti lain.
Beberapa keterbatasan adalah sebagai berikut :
1.

Penelitian ini mengkaji hubungan locus of control, dukungan sosial dan


stres kerja dengan produktivitas kerja. Untuk mengukur variabel produktivitas
kerja, menggunakan persepsi karyawan melalui penilaian sendiri atau (self
appraisal) untuk penelitianberikutnya dapat mengukur variabel dengan
persepsi lain, terutama persepsi supervisor dengan tujuan mengukur dan
mengidentifikasikan

produktivitas

kerja

untuk

perbaikan

manajemen

selanjutnya.
2.

Penelitian ini mengambil objek pada industri perikanan yang banyak


menyerap tenaga kerja wanita bagian operasional sehingga hasil penelitian
ini tidak digeneralisasikan untuk kondisi industri secara umum di Provinsi
Sulawesi Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai