Tutorial Kasus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
KARSINOMA CERVIX
Disusun oleh
Ruth Djalung
1410029051
Nur Aprillia ramadhani
1410019052
Pembimbing
dr.Marihot. P, Sp. OG
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
PadaSMF/Laboratorium Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran - Universitas Mulawarman
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim.
[4]
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah
bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan
setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan
umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi
sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.
Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks
dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua
setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati
urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif.
Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker
servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara
drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau.
Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di
negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks
masih tetap tinggi. Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah
menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif
sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada
operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini.
Namun, tentu saja terapi ini masih berupa simptomatis karena masih belum
menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi
yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian. Saat ini
pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara
anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran.
Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk
membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada
perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran
penyakit melalui sistem stadium.
Oleh karena itu, pada laporan kasus kali ini akan dibahas mengenai kanker
serviks dengan gravid baik dari segi prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis dan juga penatalaksanaannya.
1.2
Tujuan Penulisan
Mengetahui
prosedur
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
dengan gravid.
Mengkaji ketepatan penegakan diagnosis dan penatalakasanaan ca serviks
dengangravid.
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1
Identitas Pasien
Nama
: Ny. DT
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 32 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Suku
: Kutai
Alamat
: Tenggarong
Anamnesis (Subjektif)
Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah yang di sertai perdarahan.
2.2.2
Riwayat PenyakitSekarang
Keluhan nyeri perut bagian bawah bersifat hilang timbul yang dirasakan
semakin berat selama 3 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya
keluhan ini sudah dirasakan sejak 10 bulan terakhir namun masih lebih ringan
terasa. Pasien juga mengeluh keluar darah berwarna merah segar dari jalan lahir
awalnya pasien mengira adalah keluhan haid biasa tetapi perdarahan semakin
sering dan banyak kemudian pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala dan
muntah. Pasien juga pernah melakukan kuret pada bulan 9 tahun 2015 dari hasil
PA didapatkan diagnosa ca cervix dan setelah didiagnosis stadium IIIB pasien
sempat memeriksakan diri ke poli kandungan dan sudah melakukan kemoterapi 1
kali pada 17 mei 2016.
2.2.3
1. Hipertensi
Riwayat Haid
Menarche sejak usia 14 tahun, siklus haid teratur 30 hari, lama haid 7 hari
dengan ganti pembalut 2-3 kali dalam sehari.
2.2.6
Riwayat Pernikahan
Menikah pertama kali pada usia 18 tahun, menikah selama 14 tahun dengan suami
yang sekarang.
2.2.7
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat Obstetri
1. 2002/RS/aterm/SC/dr.Sp,OG/perempuan/BB 3300gr/sehat.
2.3
Pemeriksaan Fisik
2.3.1
Status Generalis
Keadaan umum
: Sakit sedang
Kesadaran
2.3.2
Tanda vital
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Pernafasan
: 19 x/menit, reguler
Suhu
2.3.4
Status Gizi
Berat badan
: 50kg
Tinggi badan
: 155 cm
BMI
: cukup
2.3.5
Mata
Kelopak
: Edema (-/-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
Pupil
: Ikterik (-/-)
:Bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya(+/+)
Telinga
Pendengaran normal
Hidung
Mulut
Leher
5
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Flat (datar)
Palpasi
Perkusi
:Timpani
Ekstremitas Bawah
Akral dingin, edema (-/-), varises (-/-), refleks patella (+/+) normal
2.5
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 29 Juni 2016)
Leukosit
Hb
Hct
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
BT
CT
GDS
Ureum
Creatinin
Berat Jenis Urine
Leu
Erit
pH
HbsAg
Anti HIV
Hasil Pemeriksaan
3.970
11,2
33,4
82,7
29.0
35,1
266.000
2
9
89
25,4
0.5
1.020
+2 /ul
20-40 /ul
6,0
Non Reaktif
Non Reaktif
Nilai Normal
4.000-10.000/mm3
11.0 16.0 gr/dl
37.0 54.0 %
80.0 100.0 fL
27.0 34.0
32.0 36.0 g/dl
150.000 450.000/mm3
1 6 menit
9 15 menit
15 42 mg/dl
0.6 1.4 mg/dl
2.6
Diagnosis Kerja
Lembar Observasi
Observasi
Tanggal 28 juni 2016
28 juni 2016
Ht : 33,4%
Trombosit : 266.000
.
29 juni 2016
S : tidak ada keluhan
O : Td : 120/80 mmHg
36,6C
A : Karsinoma serviks uteri stadium III B
P : observasi KU, TTV
Hasil Lab : Hb 11,0 L: 3.900 Ht : 30 %, trombosit : 266.000
4.7.3
Tanggal Terima
: 26 September 2015
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kanker Serviks
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus
merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker
payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat
pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan
dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu
epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasif yang memberikan gejala
dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahuntahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah
rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang
secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan
sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ
(KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia
dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi
karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ
menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim,
apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ
lain di seluruh tubuh penderita.
10
Stage 3
proximal.
: Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah
Stage 4
vagina
: Sudah mengenai organ-organ yang lain
11
serviks
meningkat
seiring
meningkatnya
jumlah
pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari
20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktor resiko terjadinya kanker
12
serviks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matangnya daerah
transformasi pada usia tesebut bila sering terekspos. Frekuensi hubungna
seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada usia tersebut,
tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996).
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan,maka semakin besar resiko
terjangkit kanker serviks. Penelitian di Amerika Latin menunjukkan
hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi HPV.
c. Merokok
Beberapa penelitian menemukan hubungan yang kuat antara
merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan
variabel konfounding seperti pola hubungan seksual. Penemuan lain
memperlihatkan ditemukannya nikotin pada cairan serviks wanita
perokok bahan ini bersifat sebagai kokassnoen dan bersama-sama dengan
karsinogen yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke arah
kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk
tahun 1983 (Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden
kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral.
Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker
serviks invasif terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali
lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian
serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas
seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
WHO meneliti berbagai peneltian yang menghubungkan
penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko terjadinya kanker serviks,
menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan tersebut
13
dan
data
tahun
1985-1989 ASR
24,4.
15
16
2 Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus
3.
17
18
19
20
2. Pendarahan
kontak
merupakan
75-80%
gejala
karsinoma
serviks.
1.
Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.
21
Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
22
2.
Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi
vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat
diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi
harus dilakukan.
Biopsi
23
Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk
menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki
rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada
24
Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker
invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
Radiasi eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin
besar
langsung
ke
dalam
serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2
minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
Iritasi rektum dan vagina
Kerusakan kandung kemih dan rektum
Ovarium berhenti berfungsi.
3.
Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan
intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus,
artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu
dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
4.
Terapi biologis
25
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau menghindari
faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain-lain.
Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imunisasi HPV
pada kelompok masyarakat.
2.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini
dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus
kanker serviks secara dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu yang lama.
Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih.
Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk
mendeteksi karsinoma pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra
invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa
kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%.
26
Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
27
3.
Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan
tahun.
4.
5.
6.
Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7.
Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8.
9.
28
Secara keseluruhan kelangsungan hidup sedikit lebih baik untuk kanker serviks
stadium 1 pada kehamilan karena peningkatan proporsi pada pasien.
29
30
kolposkopi tidak memadai mungkin ditemui selama kehamilan pada pasien yang
telah menjalani terapi ablatif sebelumnya.
Pasien dengan karsinoma serviks jelas dapat menjalani biopsi serviks dan
stadium klinis mirip dengan pasien tidak hamil setelah konisasi, tampaknya tidak
ada salahnya menunda pengobatan definitif sampai kematangan janin dicapai
pada pasien dengan stadium IA kanker serviks. Tetapi kemungkinan kanker harus
diingat. Diagnosis dan manajemen dari kanker serviks selama kehamilan
menyajikan pasien dan dokter dengan banyak tantangan. Kehamilan tampaknya
tidak mempengaruhi prognosis untuk wanita dengan kanker serviks dan janin
tidak terpengaruh oleh penyakit ibu, tapi mungkin menderita morbiditas dari
pengobatan (misalnya kelahiran prematur).
Terapi karsinoma Serviks Uteri Selama Kehamilan
Terapi karsinoma selama kehamilan dipengaruhi oleh tahap penyakit,
saat kehamilan kanker didiagnosis, dan keyakinan dan keinginan pasien dalam hal
memulai terapi itu dapat mengakhiri kehamilan yang bertentangan dengan
menunda terapi sampai janin viabilitas dicapai.
Jika karsinoma didiagnosis pada trimester pertama atau awal trimester
kedua (sebelum 20 minggu), pengobatan dapat dilakukan segera karena
kekhawatiran bahwa penundaan dapat menyebabkan perkembangan tumor atau
menyebar. Namun, Duggan dan rekan memiliki keterlambatan 2 sampai 7 bulan di
delapan pasien hamil dengan penyakit stadium I dan menunjukkan tidak ada efek
samping dari penundaan. Jika pasien memiliki tumor dioperasi (tahap IB atau
awal IIA), maka pengobatan yang efektif terdiri dari histerektomi radikal dan
diseksi (kelas III). Prosedur ini biasanya dapat dilakukan tanpa kesulitan pada
wanita hamil.
Peningkatan motilitas uterus dan edema dari jaringan panggul membantu
untuk menyederhanakan prosedur untuk ahli bedah yang berpengalaman, namun
kehamilan tidak meningkatkan risiko kehilangan darah. Untuk tumor stadium
tinggi, terapi dimulai dengan radiasi sinar eksternal (teleterapi), dan biasanya
31
dalam 4 sampai 6 minggu, ini mengarah ke aborsi spontan. Dosis terapi eksternal
ditentukan bervariasi tergantung pada tahap tumor, tetapi kira-kira 40 sampai 50
Gy diberikan.
Meskipun hasil dari serangkaian diterbitkan tidak tersedia, maka akan
muncul lebih untuk menambah radiasi dengan cisplatin mingguan karena
kehamilan dalam hal ini akan dihentikan. Berikut aborsi, involutes uterus, dan
implan (brachytherapy) ditempatkan. Jika kehamilan tidak spontan membatalkan,
dilatasi
dan
kuretase,
pengiriman
prostaglandin-dibantu,
atau,
jarang,
32
memiliki prognosis yang lebih baik daripada mereka yang didiagnosis selama
trimester ketiga. (comprehensive gynecology).
Wanita pada usia kehamilan lebih dekat dengan kelangsungan hidup
janin atau yang tidak mau kehilangan bayi dapat memutuskan untuk melanjutkan
kehamilan setelah diskusi mengenai risiko ibu. Pengiriman pada pasien dengan
dysplasia serviks dan karsinoma in situ mungkin melalui rute sampel pap smear
pada vagina. Pasien dengan kanker serviks invasif harus disampaikan dengan
operasi caesar untuk menghindari potensi perdarahan serviks dan penyebaran sel
tumor
saat
melahirkan.
Sebuah
histerektomi
radikal
sesar
dengan
IA-IIA
secepat
kematangan
janin
yang
memadai.
Seperti pada pasien tidak hamil, radiasi dengan kemoterapi bersamaan digunakan
untuk pengobatan penyakit yang lebih maju.
Pada trimester pertama, radiasi dapat dilakukan dengan harapan aborsi
spontan. Pada trimester kedua, gangguan kehamilan dengan histerotomi sebelum
terapi radiasi lebih disukai, meskipun beberapa dokter menganjurkan melanjutkan
dengan pengobatan radiasi langsung, lagi menunggu evakuasi spontan rahim.
Dalam kasus yang dipilih dengan penyakit lokal lanjut di mana pasien menurun
terminasi kehamilan, pertimbangan dapat diberikan untuk kemoterapi neoadjuvant
dalam upaya untuk mencegah perkembangan penyakit selama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kematangan janin. Pengiriman harus dengan operasi
caesar. Sebuah lymphadenectomy dapat dilakukan pada waktu yang sama.
Postpartum pasien harus menerima pedoman kemoradiasi berikut didirikan untuk
pasien tidak hamil.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kanker serviks uterus pada kehamilan adalah keganasan yang paling
sering ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses
perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive
yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan
mengambil waktu bertahun-tahun. Ada beberapa klasifikasi tapi yang
paling banyak penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO (International
Federation of Ginekologi and Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 ,
dan 4. Gejala klinis kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tandatanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam
bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat
hebat.
2. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker
serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai
penyebab juga. Adapun faktor resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual,
Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan
Pasangan seksual.
3. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur
60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih
sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk
stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.
34
berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu
berusaha hidup sehat dan teratur.
Dukungan dari keluarga juga sangat penting untuk kelangsungan
hidup pasien ke depannya dalam pengobatan dan terapi pada kanker serviks
uteri ini sendiri dan semangat secara mental serta keagamaan dapat
memberikan kekuatan secara batin terhadap pasien untuk menjalani kehidupan
selanjutnya.
36
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Karsinoma serviks Uteri
4.1.1 Diagnosis
Diagnosis pada kasus ini adalah Karsinoma Cervix. Dasar
diagnosis pada kasus ini adalah sebagai berikut;1) keluhan pasien
berupa nyeri perut bawah hingga ke pinggang dan keluhan
keluarnya darah segar pada jalan lahir di luar siklus haid; 2)
terdapatnya keluhan mual dan muntah disertai pusing serta pasien
tidak teratur saat haid karena perdarahan yang lebih sering datang
saat beberapa bulan terakhir.
Dari hasil pemeriksaan
patologi
anatomi
yang
tanda vital.
4.1.3 Prognosis
Prognosis pada kasus ini tergantung respon tubuh terhadap
kemoterapi dan stadium.
37
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Krivak TC. Cervical and vaginal cancer. In : Novaks Gynecology 13th ed.
Philadelphia, USA: lippincot William and Wilkin, 2002.p.1199-211.
4.
5.
6.
Ayu
Izza.
2009.
Epidemiologi
Kanker
Serviks.
(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html).
Diakses Tanggal 15 Mei 2016.
7.
Satyadeng.
2010.
Kanker
Leher
Rahim
(Kanker Serviks).
(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kankerserviks/). Diakses Tanggal 15 Mei 2016.
8.
38