Anda di halaman 1dari 17

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN DI PELAYANAN KESEHATAN

A. Praktek Keperawatan Di Puskesmas


1. Pengertian
Menurut Depkes 1991,Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
2. Fungsi Dan Peran Puskesmas
a. Fungsi puskesmas, meliputi :
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya,
sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap pembangunan di
wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetap, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan
situasi, khususnya social budaya masyarakat setempat.
3) Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu danberkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

Pelayan kesehatan perorangan


Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat


Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut
antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan

b.

gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal
pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan
secara mandiri

3. Tujuan Pelayanan Kesehatan


Tujuan pelayanan kesehatan diantaranya meliputi :
a. Promotif (memlihara dan meningkatkan kesehatan)
b. Preventif (pencegahan terhadaporang yang beresiko terhadap penyakit)
c. Kuratif (penyembuhan penyakit)
d. Rehabilitatif (pemulihan)

4. Model Praktik Keperawatan Di Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)


Model
praktek keperawatan professional merupakan suatu sistem,
baik menyangkut struktur,
proses
dan nilai-nilai
professional,
yang
memungkinkan perawat professional mmengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. Lingkup cakupan, dan batasan
wewenang serta tanggung jawab seorang perawat profesional (ners) dalam praktik
keperawatan di puskesmas atau di rumah sakit dikaji. Perawat professional dengan sikap dan
kemampuan professional dapat diberi wewenang dan tanggung jawab melaksanakan praktik
keperawatan di rumah sakit dan puskesmas.
Menurut The American Public Health Association perawat kesehatan masyarakat adalah
praktek dari promosi dan perlindungan populasi dengan menggunakan pengetahuan
keperawatan, ilmu social dan kesehatan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000).
Sesuai dengan Kepmenpan No.94 (2001) upaya keperawatan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan professional yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di puskesmas
yang dilaksanakan oleh perawat.
Perawat puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan keperawatan dalam
bentuk asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, untuk mencapai
kemandirian masyarakat baik di sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
puskesmas.
Perawat Kesehatan di puskesmas adalah semua perawat di puskesmas yang menjabat
sebagai pejabat fungsional perawat dan bekerja di puskesmas yang disebut dengan perawat
puskesmas (Depkes RI, 2004).
Pelaksana utama dari kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah semua perawat
fungsional keperawatan di puskesmas.
B. Model Praktek Keperawatan Di Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai suatu sistem pelayanan Kesehatan yang mengemban tugas
melaksanakan upaya Kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Berdasarkan tugas rumah sakit di atas, maka salah satu fungsi rumah sakit
adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. Yang dimaksud
dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah salah satu jenis pelayanan
professional yang diselenggarakan oleh rumah sakit untuk melayani kebutuhan masyarakat
khususnya dalam bidang keperawatan yang diorganisir melalui pelayanan rawat inap. Seluruh
kegiatan pelayanan keperawatan di rumah sakit diselenggarakan selama 24 jam sehari secara
berkesinambungan. Kegiatan tersebut diatur dan diorganisir oleh manajer keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebgai bagian integral dari pelayanan Kesehatan di rumah sakit,
menentukan mutu pelayanan Kesehatan di rumah sakit, oleh karena keberadaan perawat yang
memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan. Keluhan
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan pada umumnya ditujukan pada sikap perawat
yang kurang baik, kurang terampil dalam berkomunikasi.
Dalam aspek pelayanan keperawatan dimana pelayanan keperawatan sebagai bentuk
kegiatan utama dari pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada masyarakat belum dapat
diwujudkan sebagai pelayanan Kesehatan yang berkualitas. Keadaan actual pelayanan
keperawatan menunjukkan bahwa banyak tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan
terlibat dengan tindakan pengobatan dan penggunaan tehnologi yang berorientasi medik
untuk mengatasi kompleksitas penyakit. Mereka berupaya untuk saling mendukung dengan
profesi Kesehatan lain, namun sebagai praktisi mereka masih dinilai lebih rendah untuk
komitmen dan tanggung jawab penting yang diembannya.
Sebaliknya, sedikit sekali perawat yang melakukan pelayanan keperawatan berorientasi
keperawatan yang dilandaskan pada teori dan konsep keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan individu yang sedang merngalami respon terhadap penyakit dan pengobatan.
Sehingga karakteristik dari peran dan fungsi keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan
di rumah sakit kurang terlihat secara jelas. Hal ini dapat memfasilitasi situasi yang kurang
kondusif bagi tenaga keperawatan dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Menyikapi kesenjangan yang terjadi dalam konteks pelayanan keperawatan, dirasakan
perlunya upaya mengembangkan manajemen asuhan keperawatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pasien.
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit. Beberapa pendekatan dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang akan dibutuhkan berdasarkan kategori
klien yang dirawat,rasio perawat,dan klien untuk memenuhi standar praktek keperawatan.
Kategori keperawatan klien:

a. Perawatan mandiri (self care ), yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan
tindakan keperawatan dan pengobatan.Klien melakukan aktifitas perawatan diri sendiri secara
mandiri.
b. Perawatan sebagian ( Partial Care ), yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam
tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu. Misalnya pemberian obat intravena, pengatur
posisi, dll.
c. Perawatan Total ( Total Care ), yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh dalam
perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat.
d. Perawatan Intensif ( Intensive Care ), Yaitu klien memerlukan observasi dan tindakan
keperawatan yang terus menerus.
Kebutuhan waktu perawatan untuk pasien rawat inap dapat dirinci dengan melihat kebutuhan
pasien untuk asuhan keperawatan melalui kegiatan sebagai berikut :
- Memandikan pasien 2 kali sehari @ 15 menit / pasien
- Memeriksa nadi , tensi dan suhu 3 kali sehari @ 15 menit/ hari
- Menyediakan makan 3 kali sehari @ 15 menit / hari
- Menyuntik pasien rata-rata 2 kali sehari @ 5 menit / hari
- Perawatan intensf utntuk pasien ICU / kritis (15% pasien) 60 menit/ pasien
- Membersihkan ruangan 2 kali sehari @ 60 menit / ruangan
- Turut visite dengan dokter 1 kali sehari @ 5 menit / pasien
- Menyusun laporan 30 menit / hari
Kegiatan yang dilakukan perwat dirawat ruang inap dapat lebih banyak dari daftar
kegiatan tersebut diatas, daftar kegiatan tersebut dimaksudkan untuk sekedar pedoman bagi
penliti yang ingin mengembangkan jenis dan lama waktu kegiatan seorang perawat diruang
rawat inap.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
a. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data sensus.
b. Pendekatan teknik industri, yaitu identifikasi tugas perawat dengan menganalisis alur kerja
perawat atau work flow. Rata-rata frekuensi dan waktu kerja ditentukan dengan data sensus
klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.
c. Sistem approach staffing atau pendekatan sistem ketenagaan dapat menentukan jumlah
optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk setiap unit serta mempertimbangkan
komponen input proses out put umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu
perawaatan tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan. Perkiraan jumlah tenaga dapat
dihitung berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan klien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung ( direct
care ) adalah berkisar 4-5 jam/klien/hari.
Menurut Minetti dan Hurchinsen ( 1975 ) dalam Gillies ( 1994 ), waktu yang dibutuhkan
untuk perawatan langsung didasarkan pada kategori berikut.
a. Perawatan mandiri ( self care ) adalah X 4 jam= 2jam
b. Perawatan sebagian (partial care) adalah 3/4X4 jam= 3jam
c. Perawatan total ( Total care ) adalah 1-1 X 4jam= 4-6 jam

a.
b.
c.
d.
e.
f.

2.

d. Perawatan intensif ( intensive care ) adalah 2X4 jam= 8 jam


Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan tidak
langsung.Berdasarkan penelitian perawat dirumah sakit, Grace Detroit dalam Gillies (1994),
menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan tidak langsung adalah
36 menit/klien perhari.Di pihak lain,menurut Wolve dan & Young (1965) dalam buku yang
sama menyatakan sebesar 60 menit/klien /hari.
Selain cara diatas , waktu pendidikan kesehatan juga digunakan sebagai dasar perhitungan
kebutuhan tenaga.Menurut Gilles (1994) waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/klien/hari. Menghitung waktu yang dibutuhkan
dalam perawatan klien per hari perlu menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu waktu
perawatan langsung,waktu perawatan tidak langsung, dan waktu pendidikan
kesehatan.Jumlah tenaga yang dibutuhkan dihitung berdasarkan beban kerja perawat.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu :
Jumlah klien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut
Kondisi atau tingkat ketergantungan
Rata-rata hari perawatan
Pengukuran perawatan langsung , perawatan tidak langsung dan pendidikan tidak langsung
dan pendidikan kesehatan.
Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan klien
Rata-rata waktu perawatan langsung,tidak langsung dan pendidikan kesehatan.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat yaitu masalah komunitas,
bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, iklim/musim,
politik, dan hukum/peraturan. Dengan mengelompokan klien menurut jumlah dan
kompleksitas pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien,pimpinan keperawatan dapat
memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan masing-masing unit.
Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah bagian dari manajemen pelayanan keperawatan
yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan konsep-konsepkonsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian
atau evaluasi (Gillies, 1994).
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki
keuntungan dan kerugian masing-masing. Terdapat 4 metode dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu metode fungsional, metode tim , metode primer dan metode kasus

a. Metode Fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika setiap pekerja
dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat mempperoleh suatu tugas
(kemungkinan bisa lebih) untuk semua pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja.

1)
2)
3)
4)
5)
6)

b.

Disatu unit/ruangan, seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka perawat tersebut
bertanggung jawab untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua
pasien di unit/ruangan tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral,
mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan
kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara
menyeluruh tidak bias dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan
kepada pasien terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada perawat. Disamping itu
asuhan keperawatan yang diberikan tidak professional yang berdasarkan pada masalah
pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial.
Sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.
Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan keperawatan ini membosankan
perawat karena hanya berorientasi pada tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk
situasi di rumah sakit dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat
memberikan kepuasan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan secara rutin.
Keuntungan dan Kerugian metode fungsional
Penerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan keperawatan kepada pasien
memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan dan metode fungsional yaitu:
Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang biasa menjadi tanggung
jawabnya.
Pekerjaan menjadi lebih efisien
Relative sedikit dibutuhkan tenaga perawat
Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau pekerjaan
Perawat lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
sehingga menjadi lebih cepat seleai.
Selain itu, perawat dalam membeikan asuhan keperawatan tidak melihat pasien secara
holistic dan tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak professional, tidak
membeikan kepuasaan baik pada pasien maupun pada perawat, dan kadang bisa terjadi saling
melempar tanggung jawab bila terjadi kesalahan.
Peran Perawat Kepala Ruang
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala ruangan (ners unit
manager) harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanaan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dan pelayanan keperawatan yang berkualitas,
dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari semua kemungkinan
terjadinya saling melmpar kesalahan. Sekalipun di akui metode fungsional ini cocok untuk
jangka waktu pendek dalam kondisi gawat atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini
kurang di sukai untuk pelayanan biasa dan jangka panjang karena asuhan keperawatan yang
diberikan tidak komperehensif dan melakuan pasien kurang manusiawi (Gillies, 1994)
Metode Kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu
atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode


1)
2)

3)
4)
5)

1)
2)
3)
4)

1)
2)
3)

1)
2)
3)

waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini
staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien
yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Tujuan dari metode manajemen kasus keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien adalah untukmermuskan dan mencapai hasil yang standar dalam
perawatan untuk setiap pasien, memfasilitasi pasien yang akan pulang baik lebih awal dan
masa perawatan yang ditentukan maupun pada waktu yang direncanakan, menggunakan
sedikit mungkin sumber pelayanan kesehatan untuk mencapai hasil yang di harapkan,
meningkatkan profesionalisasi perawat dan kepuasan kerja.
Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan bertugas sebagai case
manager untuk seorang (mungkin lebih) pasien, sejak masukrumah sakit hingga pasien
tersebut selesai dari masa perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat
memiliki tanggung jawab dan kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan
evaluasi.
Kelebihan metode kasus:
Bersifat kontinue dan konfrehensif
Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien,
perawat, dokter, dan rumah sakit ( Gillies,1998). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien
merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan
diberiakan bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
Kekurangan metode kasus :
Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak
mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
Membutuhkan banyak tenaga.
Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana
terlewatkan.
Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien
bertugas.
Konsep dasar metode kasus
Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
Ada otonomi
Ketertiban pasien dan keluarga
Tugas perawat dalam metode kasus
Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
Membuat tujuan dan rencana keperawatan
Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain


maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6) Menerima dan menyesuaikan rencana.
7) Menyiapkan penyuluhan pulang.
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat.
9) Membuat jadwal perjanjian klinik.
10) Mengadakan kunjungan rumah.
c. Metode Tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan
menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas
keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh peleyanan terbaik. Dalam keperawatan,
metode tim diterapkan dengan menggunakan sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari
perawat professional, nonprofessional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas.
Selain itu, tugas, memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of
experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meninggkatkan
pengetahuan serta memberikan keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki kemampuan
untuk mengikutsertakan anggota tim dalam memecahkan massalah. Ketua tim juga harus
dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien dan
minat pemberi asuhan. Oleh jarena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab
adapada tinggkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaan pengetahuan dan
keterampilan professional. Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki
kemampuan sebagaiberikut :
1) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
2) Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
3) Melakukan peran sebagai model peran
4) Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
5) Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
6) Merefisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien
7) Melaksanakan observasi baik erhadap perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim
8) Menjadi guru pengajar
9) Melaksanakan evaluasi secara baik da objektif
Bila kemampuan tersebut dapat di miliki oleh ketu tim, akan berdampak secara positif dalam
pemberian asuhan keperawatan. Dibandingkan dalam metode fungsional, metode tim lebih
banyak memberikan tanggung jawab,otoritas,dan tanggung gugat kepada anggota tim.
Keuntungan dan Kerugian Metode Tim
Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan adalah :

1) Dapat member kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan lebih
manusiawi karna pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami
kebutuhannya.
2) Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien
dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara
konfrehensif dan melihat pasien secara holistic.
3) Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan bekerja sama dan
berkomunikasi dengan klien. Hal ini akan mempermudah dalam mengenali kemampuan aknggota tim yang dapat di manfaatkan secara optimal.
Peran Perawat Kepala Ruang
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan
minat yang dimilikinya. Disamping itu perawat kepala ruangan harus mampu
mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan,
mengkaji kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai denan keterampilan
anggotanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala ruangan harus mampu
sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada tenaga
profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan
memimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. Disamping itu perawat kepala ruang
harus membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim keperawatan dapat
terdiri tiga sampi lima perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan
kepada 10 sampai 15 pasien.
d. Metode Primer
Metode inidi kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada pasien bukan pada tugas.
Disini terjadi suatu desentralisasi dalam pengambilan keputuan antara perawat primer dan
pasien. Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan keperawatan dengan metode
keperawatan primer memberikan setiap perawat primer tanggung jawab menyeluruh (total
care) dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pada sekelompok kecil pasien (4-6 pasien). Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga
pulanh/keluar (Gullies, 1994). Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan
dapat dilakukan olrh perawat penggantinya (perawat asisten).
Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat primer bertanggung jawab kepada
setiap pasen untuk mengkaji kondisi kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan
keperawatan. Selain itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang
dibuatdan mengoordinasi prawatan yang diberikan oleh anggaota tim kesehatan lainya,
misalnya memberikan rujukan atau konsultasi dengan dokter atau lainnya untuk memberikan
asuhan keperawatan individual, mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai,
serta menyiapkan pasien pulang (discharge planning).
Keuntungan dan Kerugian Metode Keperawatan Primer
1) Metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan, memiliki beberapa
keuntungan yang dapat diidentifikasi, antara lain :
- Asuhan keperawatan lebih konprehensif dengan memperlakukan pasien secara holistic

Pasien akan merasa lebih puas karena terjadi kesinambungan perawatan


Perawat lebih puas karena disampig memiliki otoritas, perawat juga memiliki tanggung gugat
didalam memberikan asuhan, hubungan terus menerus antara perawat dan pasien akan
memudahkan pasien menyampaikan permasalahan serta dapat memperpendek lama hari
perawatan bagi pasien.
2) Asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan primer diberikan oleh
seorang perawat professional untuk sekelompok kecil pasien.
Peran Perawat Kepala Ruangan
Peran perawat menjadi sangat penting untuk mengantisipasi kerugian yang dapat muncul
dalam implementasi metode keperawatan tim. Peran perawat kepala ruang tersebut dapat
dilakukan, seperti meakukan identifikasi perawat di ruangan/unit yang memiliki minat
mrnjadi perawat primer dan memfasilitasi untuk pendidikan, menjabarkan tugas-tugas dan
perawat primer dan perawat asisten/anggota. Selain itu, perawat berperan sebagai model dan
konsultan, mengembangkan penelitian, melakukan analisis kebutuhan tenaga (perawat) yang
mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam recruitment tenaga baru, menyusun jadwal
dinas,membuat perencanaan pengembangan staf, dan melakukan kegiatan evaluasi.
3.

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.
e.
4.

Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat
dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan
titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam
pengambilan keputusan adalah :
Identifikasi masalah,
Menyusun alternatif penyelesaikan masalah,
Pemilihan cara penyelesdaian masalah yang tepat dan melaksanakannya,
Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses
keperawatan yaitu:
Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistik,
Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan,
Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah,
Implementasi rencana dan
Evaluasi hasil tindakan.
Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih
spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber
data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan. Dokumen dibuat
berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari

format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan


perkembangan pasien.

2. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI


A. PRAKTIK KEPERAWATAN PERORANGAN
1) Pengertian
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama yang
bersifat kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasi
dengan keilmuan khusus, pengambilan keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan
aplikasi ilmu sesuai lingkup kewenangan dan tanggung jawab. Sedangkan, pengertian praktik
keperawatan mandiri yaitu praktik perawat swasta yang dilakukan secara perorangan atau
kelompok.
2) Tujuan Praktik Keperawatan Perorangan
Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO (1985) harus diupayakan pada
pencegahan primer, peningkatan kesehatan pasien, keluarga dan masyarakat, perawatan diri,
dan peningkatan kepercayaan diri. Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait
dengan kesehatan (Kozier & Erb, 1999), yaitu :
a) Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
Peningkatan Kesehatan adalah kerangka aktivitas keperawatan. Kesadaran diri klien,
kesadaran kesehatan, keterampilan kesehatan dan penggunaan semua sumber yang
dipertimbangkan sebagai perawatan yang diberikan oleh perawat. Peningkatan kesehatan
membantu masyarakat dalam mengembangkan sumber untuk memelihara atau meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan mereka. Tujuan kesehatan yang ingin diwujudkan adalah
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Fokus peningkatan kesehatan diarahkan untuk
memelihara atau meningkatkan kesehatan umum individu keluarga dan komunitas.
Kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kesehatan memerlukan :
a) Pendidikan untuk publik atau masyarakat dan individu.
b) Perundang undangan atau kebijakan yang mendukung.
c) Hubungan interpersonal dengan klien secara langsung.
b) Pencegahan penyakit.
Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko penyakit, untuk
meningkatkan kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk mempertahankan fungsi individu
secara optimal. Aktivitas atau kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain sebagai berikut :
a) Melakukan program pendidikan di rumah sakit, misalnya perawat ibu hamil, program
melarang atau menghindari rokok, seminar mengurangi atau mencegah stres dan lain lain.
b) Program umum dan dasar yang dapat meningkatkan gaya hidup sehat, misalnya melakukan
senam aerobik, berenang atau program kebugaran.

c) Memberikan informasi tentang kesehatan, makanan yang sehat, olah raga dan lingkungan
yang sehat melalui liflet, media massa atau media elektronik.
d) Menyediakan pelayanan keperawatan yang dapat menjamin kesehatan ibu hamil dan
kelahiran bayinya dengan sehat.
e) Memantau tumbuh kembang bayi dan balita.
f) Memberikan imunisasi.
g) Melakukan pemeriksaan untuk medeteksi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol, dan kanker.
h) Melakukan konseling mengenai pencegahan akibat kekurangan nutrisi dan penghentian
rokok.
c) Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance).
Kegiatan keperawatan dalam pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan yang membantu klien
memelihara status kesehatan mereka. Perawat melakukan aktivitas untuk membantu
masyarakat mempertahankan status kesehatannya. Tiga perkembangan pemeliharaan
kesehatan :
a) Mencoba mengidentifikasi gejala penyakit kronis sebelum penderita mengidapnya, misalnya
melakukan pemeriksaan fisik secara teratur, untuk usia di atas 35 tahun.
b) Meningkatkan ketertarikan terhadap masalah kesehatan sehubungan dengan perubahan
struktur sosial masyarakat.
c) Ketertarikan pada faktor lingkungan sehubungan dengan penyebab penyakit karena stres.
d) Pemulihan kesehatan (Health Restoration)
Pemulihan kesehatan berarti perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan setelah
pasien memiliki masalah kesehatan atau penyakit. Kegiatan yang dilakukan dalam perbaikan
kesehatan meliputi hal hal berikut :
a) Memberikan perawatan secara langsung pada individu yang sedang sakit, misalnya dengan
memberikan perawatan fisik.
b) Memberikan perawatan pada pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental.
c) Melakukan diagnostik dan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit.
d) Merencanakan pengajaran dan rehabilitasi pada pasien pasien tertentu, misalnya pda pasien
stroke, serangan jantung, artritis.
e) Perawatan pasien menjelang ajal.
Area praktik keperawatan ini mencakup perawat memberikan rasa nyaman dan merawat
orang dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah, dan
fasilitas kesehatan lainnya. Lingkup praktik keperawatan pada dasarnya sangat berkaitan
dengan kompetensi lulusan. Pendidikan profesional keperawatan yang diharapkan mampu
berperan atau mengembangkan fungsi perawat profesional baik sebagai pemberi asuhan
keperawatan, pendidik, pengelola, maupun peneliti.
3). Unsur-Unsur Praktik Keperawatan Mandiri
Walaupun praktik keperawatan itu kompleks, ia juga dinamis, selalu merespon terhadap
perubahan kebutuhan kesehatan, dan terhadap kebutuhan kebutuhan perubahan sistem
pelayanan kesehatan. Menurut WHO (1996), unsur unsur inti keperawatan tergambarkan
dalam kegiatan kegiatan berikut :

1) Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi pengkajian,
monitoring, koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat bekerjasama dengan
individu, keluarga maupun masyarakat. Perawatan mengkaji kesehatan klien, mendeteksi
penyakit yang akut atau kronis, melakukan penelitian dan menginterpretasikannya, memilih
dan memonitor interprensi terapeutik yang cocok, dan melakukan semua ini dalam hubungan
yang suportif dan caring. Perawat harus bisa memutuskan kapan klien dikelola sendiri dan
kapan harus dirujuk ke profesi lain.
2) Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab terhadap
kegiatan kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan sendiri, memonitor
efek efek intervensi medis, mensupervisi pekerjaan pekerjaan personil yang kurang
terampil dan berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena ruang lingkup dan kompleksitas
praktik keperawatan maka diperlukan keterampilan keterampilan dan pemecahan masalah,
berfikir kritis serta bertinfak etis dan legal terhadap kualitas pelayanan yang diberikan dan
tidak diskriminatif.
3) Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam praktik
keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan, memberikan
kenyamanan membangun hubungan dengan klien melalui asuhan keperawatan. Peran
membantu seharusnya menjamin partisipasi penuh dari klien dalam perencanaan asuhan,
pencegahan, dan treatmen dan asuhan yang diberikan. Perawat memberikan informasi
penting mengenai proses penyakit, gejala gejalanya, dan efek samping pengobatan.
4) Penyuluhan penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai masalah
masalah kesehatan adalah fungsi penting dalam keperawatan.
5) Penyuluhan penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai masalah
masalah kesehatan. Perawat berpartisipasi dalam membentuk dan mengola sistem
pelayanan kesehatan, ini termasuk menjamin kebutuhan klien terpenuhi, mengatasi
kekurangan staf, menghadapi birokrasi, membangun dan memelihara tim terapeutik, dan
mendapatkan asuhan spesialis untuk pasien. Perawat bekerja intersektoral dengan rumah
sakit, puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lain, dan sekolah. Profesi keperawatan harus
mempengaruhi strategi kebijaksanaan kesehatan, baik tingkat local, regional maupun
internasional, aktif terlibat dalam program perencanaan, pengalokasian dana, mengumpulkan,
menganalisis dan memberikan informasi kepada semua level.

4). Hakekat Praktek Keperawatan Mandiri


1) Praktek Keperawatan Mandiri merupakan Praktek Keperawatan Profesional yang mengikuti
kaedah praktek keperawatan profesional (otoritas, akuntabilitas, pengambilan keputusan
mandiri, kolaborasi, advokasi dan memfasilitasi sumber potensi klien)
2) Pelayanan profesional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen, moral dan
tanggung jawab etik
5). Persyaratan Membuka Praktik Mandiri Keperawatan
Praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan :

1) Memiliki ruang praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan


2) Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan diluar institusi pelayana
kesehatan termasuk kunjungan rumah
3) Memiliki perlengkapan adminiistrasi yang memiliki catatan kunjungan, formulir catatan
tindakan, asuhan keperawatan, formulir rujukan
Praktik keperawatan dilakukan berdasarkan pada kesepakan antara perawat dan pasien dalam
upaya untuk pencegahan penyakit, pemelihara kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.
Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawatan vokasional
(PN). PN dalam melaksanakan tindakan keperawatan dibawah pengawasan RN. Perawat
dapat menyerahkan atau mendelegasika tugas kepada perwat lain yang setara kompetensi dan
pengalamannya.
Berdasarkan juklak KEPMENKES 1239, persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuka
praktik mandiri keperawatan yaitu :
1) SIP DAN SIPP harus ada
2) Ruang praktek sesuai ketentuan
3) Tersedia alat perawatan, peralatan rumah tangga, dan peralatan emergensi sesuai ketentuan
4) Kewenangan : pemenuhan kebutuhan O2, nutrisi, integritas jaringan, cairan dan elektrolit,
eleminasi, kebersihan diri, istirahat tidur, obat-obatan, sirkulasi, keamanan dan keselamatan,
managemen nyeri, kebutuhan aktivitas, psikososial, interkasi social, menjelang ajal,
seksualitas, lingkungan sehat, kebutuhan bumil,ibu melahirkan, bayi baru lahir, postpartum,
dll.
6). Praktek Perawat Perorangan
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti praktik keperawatan di RS atau
puskesmas.Perawat professional senior dan berpengalaman secara perorangan/sendiri
membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu. Memberi pelayanan/askep
khusunya konsultasi dalam keperawtan bagi masyarakat yang memerlukannya dalam
mengatasi masalah keperawatan.Bentuk praktik yang demikian ini sangat diperlukan oleh
kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan
kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan yang dikembangkan oleh pemerintah.
Contoh praktik perawat perorangan :
1) Praktik Keperawatan di Rumah (Home Versing Practice / Home Care)
Di beberapa negara maju, home care (perawatan di rumah), bukan merupakan konsep yang
baru tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan
perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati
klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit. Dari beberapa literatur pengertian
home care adalah perawatan di rumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan di rumah

sakit yang sakit termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat
dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas dimana pasien
berada, atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah. Menurut Warola,
1980 dalam pengembangan Model Praktik Mandiri Keperawatan di rumah yang disusun oleh
PPNI dan Depkes, home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, disediakan oleh pemberi pelayanan
yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan
kerja (kontrak).
a) Mekanisme Perawatan Kesehatan Di Rumah
Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan
rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas. Namun
pasien atau klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau
praktik keperawatan perorangan untuk memperoleh pelayanan.
Mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
i.
Pasien atau klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
ii.
Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka
dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi
perawatan kesehatan dirumah, kemudia bersama sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan
mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis
pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
iii.
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksanaan keperawatan di rumah
baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola
perawatan di rumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh
koordinator kasus.
iv.
Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
b) Persayaratan pasien atau klien yang menerima pelayanan perawatan di rumah :.
i.
Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggung jawab atau menjadi pendamping
bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
ii.
Bersedia menandatangai persetujuan setelah diberikan informasi (Informed Consent).
iii.
Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah
untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
c) Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mendiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan
keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan
keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :

i.
Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio-psikososio-spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan
wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan
melaksanakan tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan tindakan keperawatan atau
tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan
konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.
ii.
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang diberikan kepada klien,
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggungjawaban dan tanggung gugat untuk perkara
hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan keperawatan yang diberikan.
iii.
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara
berkelompok.
iv.
Sebagai pembela atau pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan
keperawatan klien di rumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut ke rumah sakit dan
memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap
klien sesuai dengan pelayanan atau asuhan yang diterima oleh klien.
v.
Menentukan frekuensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan,
mencakup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
d) Jenis Pelayanan Keperawatan Di Rumah
Jenis pelayanan keperawatan di rumah di bagi tiga kategori, yaitu :
i.
Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak
dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu
dirawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit.
ii.
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada pomosi dan prevensi.
Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana bayinya setelah melahirkan,
pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses
menua, serta tentang diit mereka.
iii.
Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit penyakit
terminal misalnya kanker, penyakit penyakit kronis seperti diabetes mellitus, stroke,
hipertensi, masalah masalah kejiwaan, dan asuhan pada anak.
e) SK DIRJEN DIRJEN YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311
Ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care, antara
lain sebagai berikut :
1)
Vital sign.
2)
Memasang nasogastric tube.
3)
Memasang selang susu besar.
4)
Memasang cateter.
5)
Penggantian tube pernafasan.
6)
Perawat luka decubitus.
7)
Suction.

8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)

Memasang peralatan O2.


Penyuntikan (IV,IM, IC,SC).
Pemasangan infus maupun obat.
Pengambilan preparat.
Pemberian huknah/laksatif.
Kebersihan diri.
Latihan dalam rangka rehabilitasi medis.
Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostik.
Pendidikan kesehatan.
Konseling kasus terminal.
Konsultasi/telepon.
Fasilitasi ke dokter rujukan.
Menyiapkan menu makanan.
Membersihkan tt pasien.
Fasilitasi kegiatan sosial pasien.
Fasilitasi perbaikan sarana klien.

B. PRAKTEK PERAWAT BERKELOMPOK


Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti praktik keperawatan di RS atau
puskesmas. Beberapa perawat professional membuka praktek keperawatan selama 24 jam
kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan/askep mengatasi berbagai bentuk
keperawatan yang dihadapi masyarakat. Bentuk praktik keperawatan ini diperkirakan akan
sangat diperlukan dimasa depan. Terutama jika pandangan tentang lama rawat RS perlu
dipersingkat mengingat biaya rawat RS akan terus meningkat.Praktek keperawatan
berkelompok sebagai model yang akan diujicobakan memerlukan dukungan peraturan yang
berwenang sehingga baik perawat yang melaksanakan praktik keperawtan maupun
masyarakat yang menerima askep terlindungi. Praktik keperawatan berkelompok ini hampir
sama dengan praktik perawatan perorangan, namun di dalam praktik keperawatan
berkelompok dalam proses bekerjanya adalah berkelompok. Untuk ketentuan lainnya sama
dengan praktik perorangan.

Anda mungkin juga menyukai