b.
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal
pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan
secara mandiri
Rumah sakit sebagai suatu sistem pelayanan Kesehatan yang mengemban tugas
melaksanakan upaya Kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Berdasarkan tugas rumah sakit di atas, maka salah satu fungsi rumah sakit
adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. Yang dimaksud
dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah salah satu jenis pelayanan
professional yang diselenggarakan oleh rumah sakit untuk melayani kebutuhan masyarakat
khususnya dalam bidang keperawatan yang diorganisir melalui pelayanan rawat inap. Seluruh
kegiatan pelayanan keperawatan di rumah sakit diselenggarakan selama 24 jam sehari secara
berkesinambungan. Kegiatan tersebut diatur dan diorganisir oleh manajer keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebgai bagian integral dari pelayanan Kesehatan di rumah sakit,
menentukan mutu pelayanan Kesehatan di rumah sakit, oleh karena keberadaan perawat yang
memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan. Keluhan
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan pada umumnya ditujukan pada sikap perawat
yang kurang baik, kurang terampil dalam berkomunikasi.
Dalam aspek pelayanan keperawatan dimana pelayanan keperawatan sebagai bentuk
kegiatan utama dari pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada masyarakat belum dapat
diwujudkan sebagai pelayanan Kesehatan yang berkualitas. Keadaan actual pelayanan
keperawatan menunjukkan bahwa banyak tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan
terlibat dengan tindakan pengobatan dan penggunaan tehnologi yang berorientasi medik
untuk mengatasi kompleksitas penyakit. Mereka berupaya untuk saling mendukung dengan
profesi Kesehatan lain, namun sebagai praktisi mereka masih dinilai lebih rendah untuk
komitmen dan tanggung jawab penting yang diembannya.
Sebaliknya, sedikit sekali perawat yang melakukan pelayanan keperawatan berorientasi
keperawatan yang dilandaskan pada teori dan konsep keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan individu yang sedang merngalami respon terhadap penyakit dan pengobatan.
Sehingga karakteristik dari peran dan fungsi keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan
di rumah sakit kurang terlihat secara jelas. Hal ini dapat memfasilitasi situasi yang kurang
kondusif bagi tenaga keperawatan dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Menyikapi kesenjangan yang terjadi dalam konteks pelayanan keperawatan, dirasakan
perlunya upaya mengembangkan manajemen asuhan keperawatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pasien.
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit. Beberapa pendekatan dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang akan dibutuhkan berdasarkan kategori
klien yang dirawat,rasio perawat,dan klien untuk memenuhi standar praktek keperawatan.
Kategori keperawatan klien:
a. Perawatan mandiri (self care ), yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan
tindakan keperawatan dan pengobatan.Klien melakukan aktifitas perawatan diri sendiri secara
mandiri.
b. Perawatan sebagian ( Partial Care ), yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam
tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu. Misalnya pemberian obat intravena, pengatur
posisi, dll.
c. Perawatan Total ( Total Care ), yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh dalam
perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat.
d. Perawatan Intensif ( Intensive Care ), Yaitu klien memerlukan observasi dan tindakan
keperawatan yang terus menerus.
Kebutuhan waktu perawatan untuk pasien rawat inap dapat dirinci dengan melihat kebutuhan
pasien untuk asuhan keperawatan melalui kegiatan sebagai berikut :
- Memandikan pasien 2 kali sehari @ 15 menit / pasien
- Memeriksa nadi , tensi dan suhu 3 kali sehari @ 15 menit/ hari
- Menyediakan makan 3 kali sehari @ 15 menit / hari
- Menyuntik pasien rata-rata 2 kali sehari @ 5 menit / hari
- Perawatan intensf utntuk pasien ICU / kritis (15% pasien) 60 menit/ pasien
- Membersihkan ruangan 2 kali sehari @ 60 menit / ruangan
- Turut visite dengan dokter 1 kali sehari @ 5 menit / pasien
- Menyusun laporan 30 menit / hari
Kegiatan yang dilakukan perwat dirawat ruang inap dapat lebih banyak dari daftar
kegiatan tersebut diatas, daftar kegiatan tersebut dimaksudkan untuk sekedar pedoman bagi
penliti yang ingin mengembangkan jenis dan lama waktu kegiatan seorang perawat diruang
rawat inap.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
a. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data sensus.
b. Pendekatan teknik industri, yaitu identifikasi tugas perawat dengan menganalisis alur kerja
perawat atau work flow. Rata-rata frekuensi dan waktu kerja ditentukan dengan data sensus
klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.
c. Sistem approach staffing atau pendekatan sistem ketenagaan dapat menentukan jumlah
optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk setiap unit serta mempertimbangkan
komponen input proses out put umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu
perawaatan tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan. Perkiraan jumlah tenaga dapat
dihitung berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan klien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung ( direct
care ) adalah berkisar 4-5 jam/klien/hari.
Menurut Minetti dan Hurchinsen ( 1975 ) dalam Gillies ( 1994 ), waktu yang dibutuhkan
untuk perawatan langsung didasarkan pada kategori berikut.
a. Perawatan mandiri ( self care ) adalah X 4 jam= 2jam
b. Perawatan sebagian (partial care) adalah 3/4X4 jam= 3jam
c. Perawatan total ( Total care ) adalah 1-1 X 4jam= 4-6 jam
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a. Metode Fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika setiap pekerja
dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat mempperoleh suatu tugas
(kemungkinan bisa lebih) untuk semua pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
Disatu unit/ruangan, seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka perawat tersebut
bertanggung jawab untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua
pasien di unit/ruangan tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral,
mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan
kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara
menyeluruh tidak bias dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan
kepada pasien terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada perawat. Disamping itu
asuhan keperawatan yang diberikan tidak professional yang berdasarkan pada masalah
pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial.
Sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.
Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan keperawatan ini membosankan
perawat karena hanya berorientasi pada tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk
situasi di rumah sakit dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat
memberikan kepuasan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan secara rutin.
Keuntungan dan Kerugian metode fungsional
Penerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan keperawatan kepada pasien
memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan dan metode fungsional yaitu:
Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang biasa menjadi tanggung
jawabnya.
Pekerjaan menjadi lebih efisien
Relative sedikit dibutuhkan tenaga perawat
Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau pekerjaan
Perawat lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
sehingga menjadi lebih cepat seleai.
Selain itu, perawat dalam membeikan asuhan keperawatan tidak melihat pasien secara
holistic dan tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak professional, tidak
membeikan kepuasaan baik pada pasien maupun pada perawat, dan kadang bisa terjadi saling
melempar tanggung jawab bila terjadi kesalahan.
Peran Perawat Kepala Ruang
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala ruangan (ners unit
manager) harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanaan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dan pelayanan keperawatan yang berkualitas,
dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari semua kemungkinan
terjadinya saling melmpar kesalahan. Sekalipun di akui metode fungsional ini cocok untuk
jangka waktu pendek dalam kondisi gawat atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini
kurang di sukai untuk pelayanan biasa dan jangka panjang karena asuhan keperawatan yang
diberikan tidak komperehensif dan melakuan pasien kurang manusiawi (Gillies, 1994)
Metode Kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu
atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode
1)
2)
3)
4)
5)
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
1)
2)
3)
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini
staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien
yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Tujuan dari metode manajemen kasus keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien adalah untukmermuskan dan mencapai hasil yang standar dalam
perawatan untuk setiap pasien, memfasilitasi pasien yang akan pulang baik lebih awal dan
masa perawatan yang ditentukan maupun pada waktu yang direncanakan, menggunakan
sedikit mungkin sumber pelayanan kesehatan untuk mencapai hasil yang di harapkan,
meningkatkan profesionalisasi perawat dan kepuasan kerja.
Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan bertugas sebagai case
manager untuk seorang (mungkin lebih) pasien, sejak masukrumah sakit hingga pasien
tersebut selesai dari masa perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat
memiliki tanggung jawab dan kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan
evaluasi.
Kelebihan metode kasus:
Bersifat kontinue dan konfrehensif
Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien,
perawat, dokter, dan rumah sakit ( Gillies,1998). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien
merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan
diberiakan bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
Kekurangan metode kasus :
Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak
mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
Membutuhkan banyak tenaga.
Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana
terlewatkan.
Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien
bertugas.
Konsep dasar metode kasus
Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
Ada otonomi
Ketertiban pasien dan keluarga
Tugas perawat dalam metode kasus
Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
Membuat tujuan dan rencana keperawatan
Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini
1) Dapat member kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan lebih
manusiawi karna pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami
kebutuhannya.
2) Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien
dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara
konfrehensif dan melihat pasien secara holistic.
3) Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan bekerja sama dan
berkomunikasi dengan klien. Hal ini akan mempermudah dalam mengenali kemampuan aknggota tim yang dapat di manfaatkan secara optimal.
Peran Perawat Kepala Ruang
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan
minat yang dimilikinya. Disamping itu perawat kepala ruangan harus mampu
mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan,
mengkaji kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai denan keterampilan
anggotanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala ruangan harus mampu
sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada tenaga
profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan
memimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. Disamping itu perawat kepala ruang
harus membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim keperawatan dapat
terdiri tiga sampi lima perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan
kepada 10 sampai 15 pasien.
d. Metode Primer
Metode inidi kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada pasien bukan pada tugas.
Disini terjadi suatu desentralisasi dalam pengambilan keputuan antara perawat primer dan
pasien. Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan keperawatan dengan metode
keperawatan primer memberikan setiap perawat primer tanggung jawab menyeluruh (total
care) dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pada sekelompok kecil pasien (4-6 pasien). Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga
pulanh/keluar (Gullies, 1994). Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan
dapat dilakukan olrh perawat penggantinya (perawat asisten).
Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat primer bertanggung jawab kepada
setiap pasen untuk mengkaji kondisi kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan
keperawatan. Selain itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang
dibuatdan mengoordinasi prawatan yang diberikan oleh anggaota tim kesehatan lainya,
misalnya memberikan rujukan atau konsultasi dengan dokter atau lainnya untuk memberikan
asuhan keperawatan individual, mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai,
serta menyiapkan pasien pulang (discharge planning).
Keuntungan dan Kerugian Metode Keperawatan Primer
1) Metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan, memiliki beberapa
keuntungan yang dapat diidentifikasi, antara lain :
- Asuhan keperawatan lebih konprehensif dengan memperlakukan pasien secara holistic
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat
dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan
titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam
pengambilan keputusan adalah :
Identifikasi masalah,
Menyusun alternatif penyelesaikan masalah,
Pemilihan cara penyelesdaian masalah yang tepat dan melaksanakannya,
Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses
keperawatan yaitu:
Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistik,
Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan,
Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah,
Implementasi rencana dan
Evaluasi hasil tindakan.
Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih
spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber
data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan. Dokumen dibuat
berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari
c) Memberikan informasi tentang kesehatan, makanan yang sehat, olah raga dan lingkungan
yang sehat melalui liflet, media massa atau media elektronik.
d) Menyediakan pelayanan keperawatan yang dapat menjamin kesehatan ibu hamil dan
kelahiran bayinya dengan sehat.
e) Memantau tumbuh kembang bayi dan balita.
f) Memberikan imunisasi.
g) Melakukan pemeriksaan untuk medeteksi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol, dan kanker.
h) Melakukan konseling mengenai pencegahan akibat kekurangan nutrisi dan penghentian
rokok.
c) Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance).
Kegiatan keperawatan dalam pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan yang membantu klien
memelihara status kesehatan mereka. Perawat melakukan aktivitas untuk membantu
masyarakat mempertahankan status kesehatannya. Tiga perkembangan pemeliharaan
kesehatan :
a) Mencoba mengidentifikasi gejala penyakit kronis sebelum penderita mengidapnya, misalnya
melakukan pemeriksaan fisik secara teratur, untuk usia di atas 35 tahun.
b) Meningkatkan ketertarikan terhadap masalah kesehatan sehubungan dengan perubahan
struktur sosial masyarakat.
c) Ketertarikan pada faktor lingkungan sehubungan dengan penyebab penyakit karena stres.
d) Pemulihan kesehatan (Health Restoration)
Pemulihan kesehatan berarti perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan setelah
pasien memiliki masalah kesehatan atau penyakit. Kegiatan yang dilakukan dalam perbaikan
kesehatan meliputi hal hal berikut :
a) Memberikan perawatan secara langsung pada individu yang sedang sakit, misalnya dengan
memberikan perawatan fisik.
b) Memberikan perawatan pada pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental.
c) Melakukan diagnostik dan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit.
d) Merencanakan pengajaran dan rehabilitasi pada pasien pasien tertentu, misalnya pda pasien
stroke, serangan jantung, artritis.
e) Perawatan pasien menjelang ajal.
Area praktik keperawatan ini mencakup perawat memberikan rasa nyaman dan merawat
orang dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah, dan
fasilitas kesehatan lainnya. Lingkup praktik keperawatan pada dasarnya sangat berkaitan
dengan kompetensi lulusan. Pendidikan profesional keperawatan yang diharapkan mampu
berperan atau mengembangkan fungsi perawat profesional baik sebagai pemberi asuhan
keperawatan, pendidik, pengelola, maupun peneliti.
3). Unsur-Unsur Praktik Keperawatan Mandiri
Walaupun praktik keperawatan itu kompleks, ia juga dinamis, selalu merespon terhadap
perubahan kebutuhan kesehatan, dan terhadap kebutuhan kebutuhan perubahan sistem
pelayanan kesehatan. Menurut WHO (1996), unsur unsur inti keperawatan tergambarkan
dalam kegiatan kegiatan berikut :
1) Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi pengkajian,
monitoring, koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat bekerjasama dengan
individu, keluarga maupun masyarakat. Perawatan mengkaji kesehatan klien, mendeteksi
penyakit yang akut atau kronis, melakukan penelitian dan menginterpretasikannya, memilih
dan memonitor interprensi terapeutik yang cocok, dan melakukan semua ini dalam hubungan
yang suportif dan caring. Perawat harus bisa memutuskan kapan klien dikelola sendiri dan
kapan harus dirujuk ke profesi lain.
2) Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab terhadap
kegiatan kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan sendiri, memonitor
efek efek intervensi medis, mensupervisi pekerjaan pekerjaan personil yang kurang
terampil dan berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena ruang lingkup dan kompleksitas
praktik keperawatan maka diperlukan keterampilan keterampilan dan pemecahan masalah,
berfikir kritis serta bertinfak etis dan legal terhadap kualitas pelayanan yang diberikan dan
tidak diskriminatif.
3) Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam praktik
keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan, memberikan
kenyamanan membangun hubungan dengan klien melalui asuhan keperawatan. Peran
membantu seharusnya menjamin partisipasi penuh dari klien dalam perencanaan asuhan,
pencegahan, dan treatmen dan asuhan yang diberikan. Perawat memberikan informasi
penting mengenai proses penyakit, gejala gejalanya, dan efek samping pengobatan.
4) Penyuluhan penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai masalah
masalah kesehatan adalah fungsi penting dalam keperawatan.
5) Penyuluhan penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai masalah
masalah kesehatan. Perawat berpartisipasi dalam membentuk dan mengola sistem
pelayanan kesehatan, ini termasuk menjamin kebutuhan klien terpenuhi, mengatasi
kekurangan staf, menghadapi birokrasi, membangun dan memelihara tim terapeutik, dan
mendapatkan asuhan spesialis untuk pasien. Perawat bekerja intersektoral dengan rumah
sakit, puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lain, dan sekolah. Profesi keperawatan harus
mempengaruhi strategi kebijaksanaan kesehatan, baik tingkat local, regional maupun
internasional, aktif terlibat dalam program perencanaan, pengalokasian dana, mengumpulkan,
menganalisis dan memberikan informasi kepada semua level.
sakit yang sakit termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat
dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas dimana pasien
berada, atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah. Menurut Warola,
1980 dalam pengembangan Model Praktik Mandiri Keperawatan di rumah yang disusun oleh
PPNI dan Depkes, home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, disediakan oleh pemberi pelayanan
yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan
kerja (kontrak).
a) Mekanisme Perawatan Kesehatan Di Rumah
Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan
rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas. Namun
pasien atau klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau
praktik keperawatan perorangan untuk memperoleh pelayanan.
Mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
i.
Pasien atau klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
ii.
Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka
dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi
perawatan kesehatan dirumah, kemudia bersama sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan
mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis
pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
iii.
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksanaan keperawatan di rumah
baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola
perawatan di rumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh
koordinator kasus.
iv.
Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
b) Persayaratan pasien atau klien yang menerima pelayanan perawatan di rumah :.
i.
Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggung jawab atau menjadi pendamping
bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
ii.
Bersedia menandatangai persetujuan setelah diberikan informasi (Informed Consent).
iii.
Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah
untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
c) Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mendiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan
keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan
keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
i.
Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio-psikososio-spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan
wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan
melaksanakan tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan tindakan keperawatan atau
tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan
konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.
ii.
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang diberikan kepada klien,
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggungjawaban dan tanggung gugat untuk perkara
hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan keperawatan yang diberikan.
iii.
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara
berkelompok.
iv.
Sebagai pembela atau pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan
keperawatan klien di rumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut ke rumah sakit dan
memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap
klien sesuai dengan pelayanan atau asuhan yang diterima oleh klien.
v.
Menentukan frekuensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan,
mencakup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
d) Jenis Pelayanan Keperawatan Di Rumah
Jenis pelayanan keperawatan di rumah di bagi tiga kategori, yaitu :
i.
Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak
dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu
dirawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit.
ii.
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada pomosi dan prevensi.
Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana bayinya setelah melahirkan,
pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses
menua, serta tentang diit mereka.
iii.
Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit penyakit
terminal misalnya kanker, penyakit penyakit kronis seperti diabetes mellitus, stroke,
hipertensi, masalah masalah kejiwaan, dan asuhan pada anak.
e) SK DIRJEN DIRJEN YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311
Ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care, antara
lain sebagai berikut :
1)
Vital sign.
2)
Memasang nasogastric tube.
3)
Memasang selang susu besar.
4)
Memasang cateter.
5)
Penggantian tube pernafasan.
6)
Perawat luka decubitus.
7)
Suction.
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)