Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

Tension Type Headache


Pembimbing
dr. H. Awaldin Noor Sp.S
Penyusun
Aga Haris S.Ked
08310010

Kepaniteraan Klinik Neurologi


RSUD 45 Kab. Kuningan
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Bandar Lampung
2013

STATUS NEUROLOGI
I

IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Alamat
Pendidikan

: Ny. AM
: Perempuan
: 38 tahun
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Menikah
:
: Tamat SLTA

A Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 3 hari lalu.
B Keluhan Tambahan
Mual.
C Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala pada seluruh kepala terutama bagian
belakang sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti berdenyut dan seperti
ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien mengaku
lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan terus menerus
selama 3 hari ini, tidak hilang dengan minum obat. Nyeri kepala disertai mual. Tidak
disertai muntah, takut melihat cahaya ataupun takut mendengar suara. Pasien mengaku
sudah sering sakit kepala seperti ini sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Setiap keluhan timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan saat
keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap serangan
tidak menentu, biasanya paling cepat sehari dengan obat dan saat ini nyeri kepala
berlangsung paling lama. Nyeri dikatakan pasien biasa datang dengan frekuensi tidak
menentu, terkadang sebulan satu kali, namun semakin lama semakin sering dan tidak
hilang dengan minum obat warung. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul
jika telat makan, stress, saat membaca, menonton tv, ataupun pekerjaan lain yang
membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan
sedikit berkurang bila pasien berbaring atau beristirahat. Keluhan tidak dipengaruhi
oleh siklus menstruasi pasien dan makanan (seperti indomie, coklat,dll). Keluhan
telinga berdenging (-), penglihatan buram (-), penglihatan ganda (-), penglihatan kabur

(-), silau (-). Sakit gigi (-). Pusing berputar disangkal. Pasien mengaku tidak ada tandatanda khusus sebelum serangan nyeri datang.
D Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat penurunan berat
badan dalam waktu singkat. Tidak ada riwayat hipertensi.
E Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)
Riwayat sakit seperti ini dalam keluarga (-)
F Riwayat Kebiasaan
Pasien biasa senam 1 minggu sekali
Kebiasaan Merokok (-)
Minum alkohol (-)
II

PEMERIKSAAN FISIK
A Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan

: CM, GCS E4M6V5=15


: 100/70 mmHg
: 76x/ menit
: Afebris
: 18x/menit

B Keadaan Lokal
Tanda Trauma kepala
Pulsasi Aa.Carotis
Pembuluh Darah Perifer
Kelenjar Getah Bening
Columna Vertebralis

: baik
: tidak ada
: regular, cukup, equal kanan dan kiri
: CRT <2`
: tidak teraba membesar
: lurus di tengah

Pemeriksaan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: ictus cordis tidak tampak


: ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis sinistra
:
- Batas atas
: ICS III linea parasternalis sinistra
- Batas kanan
: ICS IV linea sternalis dextra
- Batas kiri
: ICS V, linea midklavikularis sinistra
Auskultasi
: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru
Inspeksi

: simetris saat statis dan dinamis

Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstrimitas

III

: vocal fremitus simetris kedua hemithoraks


: sonor pada kedua lapang paru
: suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/: datar
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar
: timpani
: bising usus (+) normal
: akral hangat, oedem

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
A Rangsang Selaput Otak
Kaku Kuduk
Laseque
Laseque Menyilang
Kernig
Brudzinski I
Brudzinski II

: (-)
:
:
:
:
:

Kanan

Kiri

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

B Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial


Sakit kepala (+), muntah (-), penurunan kesadaran (-)
C Saraf-saraf Kranialis
N. I

normosmia

:
:

Kanan
baik
tidak dilakukan

Kiri
baik

Kanan

Kiri

Normal

Normal

N. II
Visus
Funduskopi
N. III, IV, VI
Kelopak mata

Pergerakan Bola Mata


Atas
:
(+)
Bawah
:
(+)
Kanan
:
(+)
Kiri
:
(+)
Sudut
:
(+)
Eksopthalmus
:
(-)
Nistagmus
:
(-)
Pupil
Bentuk
:
bulat, 3 mm
Refleks Cahaya Langsung :
(+)

(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
bulat, 3 mm
(+)

N. V
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
Ophtalmik
Maxilla
Mandibularis

Kanan
baik

Kiri
baik

:
:
:

baik
baik
baik

baik
baik
baik

N.VII
Motorik Orbitofrontal :
Motorik Orbicularis :
Pengecap lidah
:
Kesan parese (-)

Kanan
baik
baik
baik

Kiri
baik
baik
baik

Kanan

Kiri

N.VIII
Vestibular
Vertigo:
Nistagmus
Cochlear
Tes Rinne
Tes Webber
Tes Swabach
N.IX, X
Motorik
Sensorik

:
(-)

(-)

(-)

(-)

:
:
:

tidak dilakukan pemeriksaan


tidak dilakukan pemeriksaan
tidak dilakukan pemeriksaan

: deviasi uvula (-), arcus faring simetris


: refleks muntah (+)

N.XI
Mengangkat bahu

Kanan
baik

Kiri
baik

Menoleh
N.XII
Pergerakan Lidah
Atrofi
Fasikulasi
Tremor
Kesan parese : (-)

baik

: baik
: (-)
: (-)
: (-)

D Sistem Motorik
Ekstrimitas Atas Proksimal Distal
Ekstrimitas Bawah Proksimal Distal
E Gerakan Involunter
Tremor
Chorea
Athetose
Mioklonik
Tics

5
5

: eutrofik
: normotonus
Kanan
:
baik
Fungsi Cerebellar dan Koordinasi
Jari-Hidung
: (-) / (-)
Tumit-Lutut
: baik / baik

Fungsi Otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi Keringat

5
5

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

F Trofik
G Tonus
H Sistem Sensorik
I

baik

Kiri
baik

: baik
: baik
: baik

K Refleks-refleks Fisiologis
Bisep
Trisep
Otot Perut
patella
Achilles

:
:
:
:
:

Kanan

Kiri

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

Kanan

Kiri

L Refleks-refleks Patologis

Hoffman Trommer
Babinsky
Chaddock
Gordon
Schaeffer
M Keadaan Psikis
Intelegensia
Afek
Demensia

IV

:
:
:
:
:

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

: baik
: Appropiate
: (-)

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


DARAH RUTIN
Hemoglobin
g/dl N = 13.2-17.3 g/dl
Hematokrit
%
N = 33-45 %
Lekosit
N = 5.000-10.000/ul
Trombosit
/ul
N = 150.000-440.000/ul
Eritrosit
/ul
N = 4.40-5.90 jt/ul
BRAIN CT-SCAN

RESUME
Pasien, perempuan, usia 38 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada seluruh kepala
terutama bagian belakang sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti berdenyut
dan seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher. Lehernya
terasa tegang jika sakit kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan terus menerus selama 3 hari
ini, tidak hilang dengan minum obat, disertai mual. Pasien mengaku sudah sering sakit
kepala seperti ini sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul. Setiap keluhan
timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan saat keluhan timbul, keluhan
menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap serangan tidak menentu, biasanya paling
cepat sehari dengan obat dan saat ini nyeri kepala berlangsung paling lama. Nyeri
dikatakan pasien biasa datang dengan frekuensi tidak menentu, terkadang sebulan satu
kali, namun semakin lama semakin sering dan tidak hilang dengan minum obat warung.
Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika telat makan, stress, saat membaca,

menonton tv, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri semakin
terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau
beristirahat.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologi didapatkan dalam batas normal.
VI

VII

VIII

DIAGNOSIS KERJA
Cephalgia ec Tension type headache kronis

PENATALAKSANAAN
Psikologik (psikoterapi)
Farmakologik:
Tizanidina 2mg tab 1x1
Ibuprofen 500mg tab 3x1
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: dubia

PEMBAHASAN
CEPHALGIA

DEFINISI
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala
memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah
tengkuk).
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal. Pendapat lain
mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital dan oksipital yang muncul
dari struktur nyeri yang sensitif.

ETIOLOGI
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional, cedera kepala,
migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa intrakranial, penyakit mata,
telinga /hidung.

GAMBARAN KLINIK
Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam rongga tengkorak
melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi saraf yang

bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan kranium, di fosa kranium tengah
dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan di daerah frontal, parietal di dalam atau
belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui cabang pertama nervus
Trigeminus.
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa posterior (misalnya di
serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di atas persendian serviko-oksipital atau
dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 berperan untuk
perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat melalui berbagai cara yaitu
oleh peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh darah.
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung cenderung di frontal
pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan kemungkinan massa
intrakranial yang membesar (hematoma subdural, anerysma, tumor otak)
Lamanya nyeri kepala
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure headache)
disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu.
Pada penderita migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal, singkat & melumpuhkan,
berlansung kurang dari 30 menit.
Berulangnya nyeri kepala
Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui. Pada wanita yang
menderita migrane akan mendapat serangan berulang ketika sedang menstruasi. Sedangkan nyeri
kepala yang berhubungan dengan gangguan hidung akan berulang apabila sering terjadi infeksi
traktus respiratorius atas yang sering ditemukan.
PATOGENESIS
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri kepala yang
berasal dari sumber intrakranial
1 Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak dan
pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2 Tarikan pada A. Meningea media

3 Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada cabangcabangnya.
4 Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.Frontalis, A.
Temporalis, A. Discipitalies)
5 Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri meliputi kulit
kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis, m.orsipiutlis.
6 Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan cervikalis bagian
atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim ventrikel,
pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen meliputi konvektivitas otak
dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan oleh karena tindakan fisik
seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat memperburuk nyeri
kepala berhubungan dengan perdarahan atau massa intrakranial.
Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat pada waktu mengangkat
kepala dan berkurang dengan meletakkan kepala relatif lebih rendah. Pada nyeri kepala nocturnal
tipe migraine kadang-kadang diperberat dengan posisi berbaring dan berkurang rasa nyeri jika
penderita berdiri tegak.
KLASIFKASI NYERI KEPALA
I. Nyeri kepala PRIMER
a

Migren

Tension Type Headache

Cluster headache

Other primary headaches

II.Nyeri kepala SEKUNDER


a

Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau


servikal

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis

Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium,


leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau struktur facial atau
kranial lainnya.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

TENSION TYPE HEADACHE


Definisi Tension Type Headache (TTH)
Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot- otot
kepala dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter, M.sternokleidomastoid,
M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator skapula).
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi,
bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang
berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin,
serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.
Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)
TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache episodik terjadi 63
% dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache episodik lebih
banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56 %.
Biasanya mengenai umur 20 40 tahun.
Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan Tension Type
Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan tidak mencapai
15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30
menit 7 hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15
hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.

Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)


Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil
penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai
berikut : (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer
dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem
saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang
involunter dan permanen tanpa disertai iskemia otot, (3) transmisi nyeri TTH melalui nukleus
trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi second order neuron pada nukleus
trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif
pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan
meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter
pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal,
talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif.
Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan
ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan supraspinal decending pain inhibit activity, (5)
kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan interpretasi info
pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat hubungan jalur serotonergik dan
monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensi kadar
serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin platelet, penurunan beta
endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal dan maseter, (7) faktor
psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological motor stress pada TTH sehingga
melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer dan aktivasi struktur persepsi nyeri
supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi dan ansietas akan meningkatkan frekuensi TTH
dengan mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric
Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.
Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori
yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan
pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu
keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang
selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi

otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis
sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu
aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P).
Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi menjadi 3
tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted. Alarm reaction dimana
stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan kekurangan asupan oksigen
lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan mengakibatkan penumpukan
asam laktat sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya
akan menstimulasi jaras nyeri. Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan berasal
dari glikogen yang akan merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga
simpanan ion kalium. Stage of exhausted dimana sumber energi yang digunakan berasal dari
protein dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan
menyebabkan disfungsi saraf.
Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya dua dari
berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan sedang, (3) lokasi
bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah
satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang berat, tumpul seperti ditekan atau
diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, dan
belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas,
gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta
temporomandibular.
Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa
neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan
darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)

Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis deformans,
sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren klasik, migren
komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan
intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.
Terapi Tension Type Headache (TTH)
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk
mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest, massage, dan/ atau latihan
biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan/atau mucles relaxants.
Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika
pengobatan simpel analgesia(asetaminofen, aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah
butalbital dan kafein ( dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas
pengobatan.Daftar analgesia yang biasa digunakan lihat pada tabel 5.
Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak
membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan
masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri
kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia. TTh biasanya mudah diobati
sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien
dapat disembuhkan.
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh
penggunaan obat obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
Pencegahan Tension Type Headache (TTH)
Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan olahraga teratur,
istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching), meditasi, dan biofeedback. Jika
penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan behavioral therapy. Selain
itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi
makanan yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai