Rencananya, akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera
diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Malang, Jawa
Timur.
Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket
dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah.
Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari
3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.
Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut
militer VIP, ke Senegal, Afrika.
CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi
dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow
2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA
sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014.
Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis
patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah
membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.
Pada 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli
cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah
teritorial Timor Leste.
Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu
menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini
mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa
mencapai 33 Knot.
Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu
mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo
sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.
Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor
keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipina, Bangladesh,
hingga ke Amerika Serikat (AS).
Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah
memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah
diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.
Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam
negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk
Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah
mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification
Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.
Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis
Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit
panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara
gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.
Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat
ketahanannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di
China dan India.
Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini
mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting
Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri
Mekanis.
Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh
negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain;
jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol
(P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan
sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol
profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body
protection).