MENINGITIS
Pembimbing
dr. Neimy Novitasari, Sp. S
Disusun Oleh :
Wahyu Hari Prasetyo 201520401011137
Mega Mawitia Putrie 201520401011146
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
MENINGITIS
Referat dengan judul Meningitis telah diperiksa dan disetujui sebagai salah
satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di
bagian Ilmu Penyakit Saraf.
Surabaya, 12 Februari 2016
Pembimbing
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan...................................................................................................
2
Daftar Isi....................................................................................................................
3
Kata Pengantar ..........................................................................................................
4
Bab 1 Pendahuluan ...................................................................................................
5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
5
2.1 Tujuan Penulisan..........................................................................................
6
Bab 2 Tinjauan Pustaka..............................................................................................
7
2.1 Definisi.........................................................................................................
7
2.2 Anatomi........................................................................................................
8
2.3 Epidemiologi................................................................................................
9
2.4 Etiologi.........................................................................................................
11
2.5 Patofisiologi..................................................................................................
12
2.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................
13
2.7 Diagnosis......................................................................................................
15
2.8 Penatalaksanaan............................................................................................
20
2.9 Komplikasi...................................................................................................
24
2.10 Prognosis....................................................................................................
25
Bab 3 Kesimpulan......................................................................................................
26
Daftar Pustaka............................................................................................................
27
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat
dengan judul Menigitis. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas
yang penulis laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Ilmu
Penyakit Saraf RSU Haji Surabaya.
Penulis mengucapkan terima kepada Cr. Neimy Novitasari selaku
dokter pembimbing dalam penyelesaian tugas referat ini, terima kasih atas
bimbingan dan waktunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga referat ini dapat memberikan
manfaat pada pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan.
Dalam
kesempatan
ini
penulis
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeki masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Diantaranya adalah meningitis purulenta yang juga merupakan penyakit
infeksi perlu perhatian kita. Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai
radang yang mengenai piameter, arakhcoid, dan dalam derajat yang lebih
ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superfisial.
Sedang yang dimaksud meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput otak
yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulent pada cairan
otak. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa
(Harsono, 2009)
Disamping angka kematian yang tinggi, banyak penderita yang
menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan.
Meningitis purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Pemberian
antibiotika yang cepat dan tepat serta dengan dosis yang memadai penting
untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya cacat (Markam,
2012).
Kuman mikobakterium tuberkulosa paling sering menyebabkan infeksi
paru-paru, tetapi infeksi pada susunan saraf pusat adalah yang paling
berbahaya. Kekerapan meningitis tuberkulosa sebanding dengan prevalensi
infeksi dengan mikrobkterium tuberkulosa pada umumnya, jadi bergantung
paada keadaan social ekonomi dan kesehatan masyarakat (Handayani, 2006)
Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah 6
bulan. Yang tersering adalah pada anak-anak umur 6 bulan sampai 5 tahun
Pada anak, meningitis tuberkulosa merupakan komplikasi infeksi
primer dengan atau tanpa penyebaran milier. Pada orang dewasa penyakit
ini dapat merupakan bentuk tersendiri atau bersamaan dengan tuberkulosa
ditempat lain. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian dan cacat bila
pengobatan terlambat (Mansjoer et al, 2008)
1.2 Tujuan Penulisan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Meningitis adalah inflamasi yang mengenai selaput otak (meningen),
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Sering disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, atau jamur), tetapi bisa dikarenakan iritasi kimia, perdarahan
subaraknoid, tumor, dan kondisi lainnya (WHO, 2013)
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis
purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang
meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling
sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta
atau meningitis bakteri adalah meningitisa yang bersifat akut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri
spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis
purulenta yang paling sering terjadi (Markam, 2012)
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung degan
penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus,
cairan bersin, dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port
dentree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan
pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi
tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam
cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga
menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak (Handayani, 2006)
2.2 Anatomi
2.2.1 Lapisan selaput otak/meningens
Otak dibungkus oleh selubung mesodermal, meningens. Lapisan
luarnya adalah pachymeninnx atau durameter dan lapisan dalamnya,
leptomeninx, dibagi menjadi arachnoidea dan piameter (Waugh & Grant,
2011)
1. Durameter
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus
otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.
Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput
tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal)
Penyakit
ini
lebih
banyak
ditemukan
pada
laki-laki
Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990
atau sebelum adanya vaksin untuk H influenza tipe b di Amerika Serikat,
kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur <5
tahun. Insidens Rate pada usia <5 tahun sebesar 40-100 per 100.000. setelah
10 tahun penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000. Di
Uganda (2001-2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia <5 tahun
sebesar 88 per 100.000 (Lewis, 2008)
b. Tempat
Resiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio
ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara
dan jemaah haji), dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi
pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju
(Lewis, 2008).
Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African
Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke
Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadic
dengan insidens rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB
besar secara periodic. Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 insidens
rate meningitis yang disebabkan oleh H influenza 20-40 per 100.000
penduduk (Lewis, 2008).
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas diman
kasus-kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan
Amerika Utara insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim
dingin dan musim semi sedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi
pada musim kering (Lewis, 2008).
10
setiap
11
12
histosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk
terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear
dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag (Suwono, 2010).
Proses radang selain pada arteri juga terjdai pada vena-vena di
korteks dan dapat menyebabkan thrombosis, infark otak, edema otak dan
degenerasi neuron-neuron. Thrombosis serta organisasi eksudat perineural
yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kranial. Pada meningitis yang
disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan
yang disebabkan oleh bakteri (Suwono, 2010).
2.6 Manifestasi Klinis Meningitis
Trias gejala klasik dari meningitis bakteri terdiri dari demam, sakit
kepala dan kaku kuduk positif. Gejala tersebut timbul dalam beberapa jam
atau dalam 1-2 hari. Studi yang dilakukan pada 696 kasus pada orang
dewasa dengan meningitis bakteri, Van de Beek et al mendapatkan pada
95% pasien memiliki 2 gejala dari 4 gejala: demam, sakit kepala, kaku
kuduk, dan status mental yang berubah (Van de Beek et al, 2006). Adapun
gejala lain yang muncul seperti nausea, fotofobia, malaise, confusion,
delirium dan koma. Ketika meningitis bakteri berlangsung, pasien dari
segala usia mungkin akan kejang (30% pada dewasa dan anak-anak, 40%
pada neonatus dan bayi). Pada pasien yang yang telah diberi antibiotic,
kejang akan jadi satu-satunya gejala yang muncul, demam dan perubahan
status mental jarang terjadi pada sebagian meningitis yang diobati daripada
yang tidak diobati (Berkhout, 2008)
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang
jernih. Meningitis yang disebabkan oleh mumpsvirus ditandai dengan gejala
anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjar parotid
13
14
stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga Minggu bila
tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya. (Issebaecher et al, 2012)
2.7 Diagnosis
Anamnesis
- sakit kepala
- anoreksia
- demam mendadak
- kejang
- mual muntah
- penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan meningeal sign: kaku kuduk, kernig, bruzinski I- IV
a. Kaku kuduk
Pasien tidur terlentang tanpa bantal, kepala digerakkan ke samping
kiri/kanan terlebih dahulu, akan ada tahanan pada pasien meningitis.
Selanjutnya kaku kuduk tidak dapat dilakukan.
b. Brudzinski I
Bersamaan dengan pemeriksaan kaku kuduk, sekaligus melihat
gerakan flexi pada kedua kaki.
c. Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang
difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas difleksikan pada
sendi panggul. Akan timbul gerakan reflektorik berupa fleksi tungkai
kolateral pada sendi lutut dan panggul
d. Brudzinski III
15
Indikasi :
16
a. Urgent : ( suspek)
-
Perdarahan subarahnoid.
b. Biasa : ( suspek )
-
Kontra Indikasi :
a. Ada tanda peningkatan tekanan intrakranial (pemeriksaan fundus
okuli)
b. Ada infeksi kulit / luka bernanah sekitar tempat LP.
c. Ada deformitas corpus vertebrae di tempat punksi.
d. Ada kelainan soal hemophilia.
e. Tidak ada inform consent dari pasien / keluarga.
Alat dan bahan:
Jarum LP nomor 20 G/ 22G ( 1-2 biji).
Larutan disenfektan (betadine & alkohol 70 %).
Kain penutup (dock) steril berlubang (kalau ada ).
Sarung tangan steril.
Reagen Nonne pandy dalam tabung khusus.
Botol bersih dan kering (2 - 3 buah).
Kasa steril, lidi kapas steril dan plester.
17
18
White Blood
Predominate
Protein
Glucose
Pressure
Cells
WBC Type
(mg/dL)
(mg/dL)
(WBCs)/mm3
19
Meningitis
Viral
20-1000
Mononuclear
(<200mg/dl) N
Bacterial
N or
50-5000
Neutrophils
(200-
Low
500mg/dl)
Tuberculosis
50-10.000
or Fungal
Neutrophils
(100-
and
200mg/dl)
Low
lymphocytes
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi umum
a. tirah baring total, cegah dekubitus
b. pemberian cairan yang adekuat, terutama pasien shock
c. terapi 5B
Blood: tensi dipertahankan normal
Brain: apabila TIK meningkat diberi manitol/kortikosteroid
Breathing: pernaafasan harus bebas
Bowel: kalori harus dipertahankan sesuai keadaan pasien
Bladder: hindari infeksi kandung kemih
d. Terapi simptomatik: antikonvulsan, analgesik
2. Terapi Spesifik
a. Meningitis Bakterial
Pemberian antibiotik dosis adekuat, larut dalam lemak, dapat menembus
BBB, aktif dalam CSS bersifat asam dan diberikan secara intravena.
20
21
b. Meningitis TB
o INH: 10mg/kgBB/hari (maksimum 300mg) selama 6-9 bulan
o Rifampisin: 15-20mg/kgBB/hari (maksimum 600mg) selama 6-9
bulan
o Pirazinamid: 35mg/kgBB/hari (maksimum 2000mg) selama 2 bulan
pertama
o Etambutol: 15-25mg/kgBB/hari (maksimum 2500mg) atau
o Streptomisin: 30-50mg/kgBB/hari (maksimum 1g) selama 2 bulan
c. Meningitis Virus
- Herpes simplex meningitis: asiklovir dengan dosis 10mg/kgBB
-
jam.
d. Meningitis Fungal
- Cryptococcal meningitis: Amphotericin B 0,7-1 mg/kgBB/hari IV
dengan atau tanpa pemberian Flucytosin 100mg/kgBB oral. Pasien
22
4mg/kgBB/hari.
Coccidiodes Immitis: Fluconazole 400mg/hari.
Histoplasma
Capsulatum:
Liposomal
amphotericin
5mg/kgBB/hari IV.
- Candida species: Amphotericin B 0,7-1 mg/kgBB/hari IV
- Sporothrix schenckii: itraconazole 200mg/hari
2.9 Komplikasi
a. Syok septik
b. Kejang
c. Edem serebral
- Pada infark serebri terjadi pembengkakan sel endotel dan poliferasi
ke dalam lumen pembuluh darah, serta infiltrasi dinding pembuluh
darah oleh sel-sel inflamasi. secara umum ini disebabkan oleh
trombosis pembuluh darah, vena lebih sering dibandingkan dengan
arteri.
d. Hidrosefalus
e. Defisit intelektual
f. Kelumpuhan N.cranial
- Kelumpuhan saraf kranial serta terganggunya aliran darah,
merupakan sekunder dari adanya peningkatan intrakranial.
g. Gangren (Sindrom Waterhouse-Friderichsen)
2.10 Prognosis
Buruk terutama penyebabnya adalah bakteri apabila tidak ditangani
secara tepat dan adekuat.
23
BAB 3
KESIMPULAN
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter, arakhcoid, dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan
otak dan medulla spinalis yang superfisial.
Trias gejala klasik dari meningitis bakteri terdiri dari demam, sakit
kepala dan kaku kuduk positif.
Penyakit infeki masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Penatalaksanaan harus tepat dan adekuat sesuai dengan penyebab
terjadinya meningitis.
24
DAFTAR PUSTAKA
Berkhout B. 2008. Infectious diseases of the nervous system: pathogenesis
and worldwide impact. IDrugs. 11(11):791-5
Ginsberg L. 2008. Lecture Notes: Neurologi. Edisi Kedelapan. Penerbit
Erlangga. Jakarta. Hal. 122
Handayani S. 2006. Karier meningitis meningokokus pada jemaah haji
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 34. Jakarta. Hal 30-36.
Harsono. 2015. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi Keenam. Gadjah Mada
Press, Yogyakarta
Harsono. 2009. Kapita selekta neurologi, Edisi Kedua. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Isselbacher KJ et al. 2012. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam
Vol. 5 Ed. 13; alih bahasa Andry Hartono et al; editor edisi bahasa
Indonesia, Ahmad H. EGC. Jakarta. Hal. 2532-33
Jaijakul S et al. 2012. Toscana meningoensefalitis: a comparison to other
viral central nervous system infections. J Clin Virol. 55(3):204-8
Lewis R, et al. 2008. Action for Child Survival Elimination of Haemophilus
Influenzae Type b Meningitid\s in Uganda. Bulletin of the World
Haealth Organization. Vol. 86. No. 4:292-301, Uganda
Mansjoer A, et al. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius
Supriadi. Jakarta
Markam S. 2012. Penuntun Neurologi. Binarupa Aksara, Jakarta
Soegijanto S. 2006. Ilmu penyakit anak: diagnose dan penatalaksanaan.
Salembia Medika. Jakarta
Suwono W. 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi, Fisiologi,
Tanda, Gejala Ed 4. EGC. Jakarta
Waugh A, Grant A. 2011. Dasar-dasar anatomi dan fisiologi Ross & Wilson
Ed 10. Salemba Medika. Jakarta.
25
26