Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama

: Nevita Mutiara Suci

Umur

: 8 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: YPPKK Km 7/23

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Tanggal Masuk RS

: Kamis, 12 Maret 2015

2. Anamnesis (Heteroanamnesis)
Keluhan utama

Timbul bintik-bintik pada paha dan bokong.


Anamnesis Terpimpin

Pasien datang ke rumah sakit didampingi oleh ibunya dengan keluhan adanya
masa berupa bintik-bintik pada daerah bokong yang dialami sejak setahun
yang lalu dan mulai menyebar ke paha dan tungkai. Pasien tidak mengeluh
gatal dan nyeri. Riwayat gatal dan alergi disangkal. Pasien belum pernah
berobat sebelumnya.
3. Status Pasien
Keadaan Umum

: Sakit ringan, Compos Mentis, Gizi Baik


Higiene Baik
TD

= 110/70 mmHg

Nadi

= 90 kali/menit

Pernapasan = 22 kali/menit
Suhu
Jantung/Paru

= 270C

: Dalam batas normal

Abdomen

: Dalam batas normal

Ekstremitas

: Dalam batas normal

Kelenjar limfe

: Dalam batas normal

4. Status Lokasi
5. Status Dermatologi

:
: Lokasi
= Regio gluteus dan kruris sinistra
Ukuran
= < 1 mm
Effloresensi = Papul miliar
6. Laboratorium
: Tidak Dilakkukan
7. Resume
:
Pasien masuk Rumah Sakit diantar oleh ibunya dengan keluhan adanya massa
berupa bintik-bintik pada daerah bokong yang dialami sejak setahun yang lalu
dan mulai menyebar ke paha dan tungkai. Pasien tidak mengeluh gatal dan
nyeri. Riwayat gatal dan alergi disangkal. Pada pemeriksaan fisis didapatkan
keadaan umum baik dan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
status dermatologi ditemukan papul milier di daerah gluteus sinistra dan kruris
sinistra.

Gambar 1
8. Diagnosis Banding
: Miliaria, karsinoma sel basal, veruka vulgaris
9. Diagnosis
: Moluskum kontagiosum
10. Diskusi
:
Moluskum kontagiosum (MK) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus poks.
Penyakit ini terutamam menyerang anak-anak. Karakteristik penyakit ini yaitu permukaan
3

halus, papul berbentuk kubah yang biasanya disertai eritem (dermatitis moluskum), dan
berisi massa yang mengandung badan moluskum.

[1,2]

Pasien dan keluarganya merasa

terganggu oleh lamanya perjalanan penyakit ini sebab penyakit ini bisa bertahan selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Moluskum Kontagiosum perlu diperhatikan pada
individu dengan imunokompromais dan dermatitis atopik, dimana masa infeksi menjadi
lebih ekstrim. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual bagi orang dewasa namun
tidak bagi anak-anak.[2] Infeksi melalui seksual bagi anak-anak bisa saja terjadi pada kasuskasus pelecehan seksual. Meskipun penyebarannya luas, Moluskum kontagiosum biasanya
terlihat di daerah genital, perineal dan seluruh tubuh pada anak-anak, dan pada kasus-kasus
pelecehan biasanya tidak nampak kecuali ditemukan lesi yang mencurigakan.[3]
Epidemiologi
Angka kejadian moluskum kontagiosum diseluruh dunia diperkirakan
sebesar 2%-8%, dengan

prevalensi 5%-8%

pada pasien HIV/AIDS.

Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat penduduk,


hygiene buruk, dan daerah miskin.

[4]

Tiga kelompok utama yang terkena

adalah: anak-anak, dewasa yang aktif secara seksual, dan orang-orang dengan
imunosupresi, terutama mereka yan terinfeksi HIV. Prevalensi infeksi MK
telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade ini, tercatat
peningkatan 11 kali lipat pasien datang dengan infeksi ini dalam dua dekade.
Peningkatan ini terjadi pada seluruh jumlah penyakit melalui hubungan
seksual. Rata-rata variasi berdasarkan lokasi dan diperkirakan infeksi subklinis lebih umum tergadi daripada klinis. Pasien yang terinfeksi human
immunodeficiency virus memiliki resiko tinggi terkena infeksi yang lama, dan
pasien yang memiliki riwayat atopi dapat memiliki lesi yang lebih banyak dan
masa infeksi yang lama.[2]
Transmisi dapat terjadi melalui kontak kulit atau kontak membrana
mukosa, atau via hubungan seksual. Handuk mandi, kolam renang dan bak
mandi turki telah dilaporkan sebagai sumber infeksi, dan individu-individu
yang terlibat olahraga yang mengharuskan kontak jarak dekat. (contoh: gulat)

juga bisa menjadi resiko tinggi. Autoinkulasi dan koebnerisasi juga


memainkan peranan penting pada penyebaran lesi.[2]
Etiologi dan Patogenesis
Moluskum kontagiosum disebabkan oleh lebih dari empat tipe poxvirus
yang berhubungan, MCV-1 sampai -4, dan varian-variannya. Meskipun
proporsi dari infeksi disebabkan oleh beragamnya letak geografis, di seluruh
dunia infeksi MCV-1 merupakan yang paling sering. Pada anak-anak
sebetulnya semua infeksi disebabkan oleh MCV-1.[5]
MCV merupakan poxvirus yang besar, dan berbentuk seperti bata yang
bereplikasi dalam sitoplasma dalam sel. Terdapat beberapa kesamaan genomik
dengan poxvirus yang lainnya. Dan biasanya 2-3 gen sama dengan vaccinia
dan variola virus. Terdapat empat sub-tipe dari MCV tapi semuanya identik
secara klinis. 98% dari penyakit di Amerika Serikat disebabkan oleh MCV
tipe 1.[2] Telah diteliti masa inkubasi terjadi antara 2-7 minggu.[2,6]
Rata-rata masa inkubasi antara 2 dan 7 minggu dengan jarak melampaui
lebih dari 6 bulan. Infeksi dengan virus dapat menyebabkan hyperplasia dan
hipertropi pada epidermis. Inti virus yang telah ditemukan di semua lapisan
epidermis. Pabrik virus ditemukan pada lapisan sel granuler dan malpigi.
Badan Molluscum berisi virion dewasa dalam jumlah yang besar. Virion ini
berisi struktur seperti kantung yang kaya akan lipid dan kolagen di ketahui
bahwa untuk menghalangi pertemuan imunologis oleh induk. Robekan terjadi
pada pertengahan luka dan keluarnya sel yang telah terinfeksi virus. MCV
merangsang tumor jinak disamping lesi cacar yang biasanya nekrosis disertai
virus cacar yang lain.[6]
Virus bereplikasi dalam sitoplasma di sel epitel, dan sel yang telah
terinfeksi bereplikasi sebanyak dua kali dari rata-rata. Ada banyak gen MCV
yang dapat merusak sistem imun, termasuk (1) homolog dari kebanyakan
histokompatibilitas tingkat 1 rantai berat, dimana dapat berinterfensi dengan
presentasi antigen (2) homolog kemokin yang menghambat inflamasi dan (3)
homolog glutathione peroxide yang dapat melindungi virus dari bahaya
oksidatif dari peroxida.[2]
5

Gambaran Klinis
Lesi kutaneus. Diagnosis moluskum kontagiosum didasarkan pada
pengamatan papula umbilikasi yang khas. penggunaan dermatoscope
membantu untuk memperlihatkan keberadaan lesi lubang dan dapat membantu
diagnosis. Moluskum Kontagiosum sering memperlihatkan papul kecil merah
muda yang dapat membesar, biasanya membesar hingga 3 cm (giant
molluscum). Seiring pembesarannya, permukaan bentuk kubah dan
morfologi seperti mata kucing dapat semakin jelas. Lesi dapat memiliki
umblikasi, terdapat substansi seperti putih dadih dapat dilihat dengan tekanan.
Pada kebanyakan pasien berkembang beberapa papul, sering pada tempat yang
intertriginosa, seperti aksilla, fossa poplitea, dan panggul. Lesi pada genital
dan perianal dapat berkembang pada anak-anak dan jarang yang memiliki
kaitan dengan hubungan seksual. Lesi ini digolongkan dalam cluster atau
dalam bentuk linear. Biasanya merupakan hasil dari koebnerisasi atau
perkembangan lesi pada trauma. Eritema dan eksema dapat muncul di sekitar
lesi; hal ini disebut Moluskum dermatitis. Papul dapat menjadi eritematosa,
hal ini dipercaya merupakan respon imun dari infeksi. Pasien dengan sindrom
immunodefisiensi dapat memperlihatkan lesi yang besar dan ekstensif baik di
daerah genital maupun ekstra genital.[2,7]

Gambar 2a

Gambar 2b

Pemeriksaan Penunjang
Penegakkan diagnosis moluskum kontagiosum dapat dilakukan secara
langsung. Penilaian kandungan inti menggunakan pewarnaan Giemsa dapat
dilakukan dan evaluasi histopatologi dapat dilakukan pula. (Gambar.2,3)[2]
Histopatologi: pemeriksaan histopatologi memperlihatkan epidermis yang
hipertropi dan hiperplastik. moluskum kontagiosum memiliki karakteristik
gambaran histopatologi. Pada bagian atas lapisan basal dapat ditemukan
pembesaran sel yang mengandung inklusi intrasitoplasmi (HendersonPaterson body). (Gambar.3)[2,8]

Gambar 3a

Gambar 3b

Gambar 3c
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk moluskum kontagiosum termasuk komedo,
miliaria, verruca vulgaris, granuloma pyiogenic, amelanotic melanoma, basal
cell carcinoma, dan apendageal tumor. Infeksi jamur seperti cryptococcosis,
histoplasmosis, dan penicillosis harus dipertimbangkan pada pasien-pasien
dengan immunocompromised.[2,9]
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang
seperti histopatologi yang menunjukkan gambaran seperti HendersonPaterson body maka dapatlah ditegakkan diagnosis moluskum kontagoisum.
Penatalaksanaan

Yang paling awal yang harus diperhatikan oleh seseorang yang menderita
moluskum kontagiosum adalah perlunya menjaga hygiene kulit. Selanjutnya,
Prinsip pengobatan Moluskum Kontagiosum adalah mengeluarkan massa
yang mengandung badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor
komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrocauterisasi
atau bedah beku dengan CO2, N2, dan sebagainya. Pada orang dewasa harus
dilakukan terapi pada pasangannya.[8,9]
Bedah Beku (Cryosurgery) merupakan salah satu terapi yang
umum

dan

efisien digunakan dalam pengobatan moluskum kontagiosum,

terutama pada lesi predileksi perianal dan perigenital.Bahan yang digunakan


adalah nitrogen cair. Aplikasi menggunakan lidi kapas pada masing-masing
lesi selama 10-15 detik.Pemberian terapi dapat diulang dengan interval 2-3
minggu. Efek samping meliputi rasa nyeri saat pemberian terapi, erosi, ulserasi
serta terbentuknya jaringan parut hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi. [4]
Leslie meneliti penggunaan asam salisilat gel 12% (2x/minggu) sebagai
terapi moluskum kontagiosum pada anak dan mendapatkan bahwa sediaan ini
cukup efektif dibandingkan placebo (alkohol 70%). Ohkuma meneliti
penggunaan povidone iodine 10% dilanjutkan dengan plester asam salisilat
50% (1x/hari) untuk terapi moluskum kontagiosum. Kesembuhan total lesi
dicapai dalam rata-rata 26 hari.
11. Anjuran Pemeriksaan
12. Terapi

:: Elektrokauter untuk mengeluarkan Badan


Moluscum

Gambar 5a

Gambar 5b

Gambar 5c
13. Prognosis

Umumnya Bonam. Penyembuhan spontan dapat terjadi tetapi sering dalam


jangka waktu yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kebanyakan
keluarga memilih pengobatan pada lesi daripada menunggu sebulan maupun
dua bulan.

Daftar Pustaka
1. Wisnu i., Made dkk. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Sebuah
Panduan Bergambar. 2005. PT Balai Medika Multimedia: Jakarta Pusat

10

2. Tom W., Friedlander SF., In: Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI.,Gilchrest BA.,
Paller AS., Leffell DJ. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine.
Poxvirus infections. 7th edition.2. New York; McGraw-Hill Medicine 2008;
1899-1913
3. Sterling JC., In: Burns T., Breathnach S., Cox N., Griffiths C. Rooks
Textbook of Dermatology. Virus infections. 8th edition.2. Cambridge; WileyBalckwell 2010; 33.1-33.81
4. Haeriyoko, W.A. Diagnosis dan Tatalaksana Moluskum Kontagiosum. 2013.
FK Udayana; Denpasar
5. James DW., Berger TG., Elston DM., Andrews Disease of The Skin: Clinical
Dermatology. Viral diseases. 10th edition. British; Saunders Elsevier 2006;
367-420
6. Hanson D., Diven DG., Molluscum Contagiosum. Dermatology Online Jornal
2003; 9 : 2. Boise, Idaho USA. Primary Health
7. Chen, Xiaoying dkk. Molluscum Contagiosum Virus Infection. 2013.
www.thalancet.com/infection. Diakses tgl 20 Maret 2015
8. Handoko, PR. Penyakit Virus . In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors.
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin 5th Edition, Balai Penerbit FKUI Jakarta;
9. Faqih, M.D dkk. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Layanan
Primer Edisi 1. 2013. Depkes; Jakarta
10. Sulistyaningrum, S.K dkk. The Use of Salicylic Acid in Dermatology. 2012.
Departemen of Dermatovenerology, FK UI; Jakarta

11

LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai