Laporan Kasus
Laporan Kasus
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
: 8 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: YPPKK Km 7/23
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Tanggal Masuk RS
2. Anamnesis (Heteroanamnesis)
Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit didampingi oleh ibunya dengan keluhan adanya
masa berupa bintik-bintik pada daerah bokong yang dialami sejak setahun
yang lalu dan mulai menyebar ke paha dan tungkai. Pasien tidak mengeluh
gatal dan nyeri. Riwayat gatal dan alergi disangkal. Pasien belum pernah
berobat sebelumnya.
3. Status Pasien
Keadaan Umum
= 110/70 mmHg
Nadi
= 90 kali/menit
Pernapasan = 22 kali/menit
Suhu
Jantung/Paru
= 270C
Abdomen
Ekstremitas
Kelenjar limfe
4. Status Lokasi
5. Status Dermatologi
:
: Lokasi
= Regio gluteus dan kruris sinistra
Ukuran
= < 1 mm
Effloresensi = Papul miliar
6. Laboratorium
: Tidak Dilakkukan
7. Resume
:
Pasien masuk Rumah Sakit diantar oleh ibunya dengan keluhan adanya massa
berupa bintik-bintik pada daerah bokong yang dialami sejak setahun yang lalu
dan mulai menyebar ke paha dan tungkai. Pasien tidak mengeluh gatal dan
nyeri. Riwayat gatal dan alergi disangkal. Pada pemeriksaan fisis didapatkan
keadaan umum baik dan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
status dermatologi ditemukan papul milier di daerah gluteus sinistra dan kruris
sinistra.
Gambar 1
8. Diagnosis Banding
: Miliaria, karsinoma sel basal, veruka vulgaris
9. Diagnosis
: Moluskum kontagiosum
10. Diskusi
:
Moluskum kontagiosum (MK) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus poks.
Penyakit ini terutamam menyerang anak-anak. Karakteristik penyakit ini yaitu permukaan
3
halus, papul berbentuk kubah yang biasanya disertai eritem (dermatitis moluskum), dan
berisi massa yang mengandung badan moluskum.
[1,2]
terganggu oleh lamanya perjalanan penyakit ini sebab penyakit ini bisa bertahan selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Moluskum Kontagiosum perlu diperhatikan pada
individu dengan imunokompromais dan dermatitis atopik, dimana masa infeksi menjadi
lebih ekstrim. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual bagi orang dewasa namun
tidak bagi anak-anak.[2] Infeksi melalui seksual bagi anak-anak bisa saja terjadi pada kasuskasus pelecehan seksual. Meskipun penyebarannya luas, Moluskum kontagiosum biasanya
terlihat di daerah genital, perineal dan seluruh tubuh pada anak-anak, dan pada kasus-kasus
pelecehan biasanya tidak nampak kecuali ditemukan lesi yang mencurigakan.[3]
Epidemiologi
Angka kejadian moluskum kontagiosum diseluruh dunia diperkirakan
sebesar 2%-8%, dengan
prevalensi 5%-8%
[4]
adalah: anak-anak, dewasa yang aktif secara seksual, dan orang-orang dengan
imunosupresi, terutama mereka yan terinfeksi HIV. Prevalensi infeksi MK
telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade ini, tercatat
peningkatan 11 kali lipat pasien datang dengan infeksi ini dalam dua dekade.
Peningkatan ini terjadi pada seluruh jumlah penyakit melalui hubungan
seksual. Rata-rata variasi berdasarkan lokasi dan diperkirakan infeksi subklinis lebih umum tergadi daripada klinis. Pasien yang terinfeksi human
immunodeficiency virus memiliki resiko tinggi terkena infeksi yang lama, dan
pasien yang memiliki riwayat atopi dapat memiliki lesi yang lebih banyak dan
masa infeksi yang lama.[2]
Transmisi dapat terjadi melalui kontak kulit atau kontak membrana
mukosa, atau via hubungan seksual. Handuk mandi, kolam renang dan bak
mandi turki telah dilaporkan sebagai sumber infeksi, dan individu-individu
yang terlibat olahraga yang mengharuskan kontak jarak dekat. (contoh: gulat)
Gambaran Klinis
Lesi kutaneus. Diagnosis moluskum kontagiosum didasarkan pada
pengamatan papula umbilikasi yang khas. penggunaan dermatoscope
membantu untuk memperlihatkan keberadaan lesi lubang dan dapat membantu
diagnosis. Moluskum Kontagiosum sering memperlihatkan papul kecil merah
muda yang dapat membesar, biasanya membesar hingga 3 cm (giant
molluscum). Seiring pembesarannya, permukaan bentuk kubah dan
morfologi seperti mata kucing dapat semakin jelas. Lesi dapat memiliki
umblikasi, terdapat substansi seperti putih dadih dapat dilihat dengan tekanan.
Pada kebanyakan pasien berkembang beberapa papul, sering pada tempat yang
intertriginosa, seperti aksilla, fossa poplitea, dan panggul. Lesi pada genital
dan perianal dapat berkembang pada anak-anak dan jarang yang memiliki
kaitan dengan hubungan seksual. Lesi ini digolongkan dalam cluster atau
dalam bentuk linear. Biasanya merupakan hasil dari koebnerisasi atau
perkembangan lesi pada trauma. Eritema dan eksema dapat muncul di sekitar
lesi; hal ini disebut Moluskum dermatitis. Papul dapat menjadi eritematosa,
hal ini dipercaya merupakan respon imun dari infeksi. Pasien dengan sindrom
immunodefisiensi dapat memperlihatkan lesi yang besar dan ekstensif baik di
daerah genital maupun ekstra genital.[2,7]
Gambar 2a
Gambar 2b
Pemeriksaan Penunjang
Penegakkan diagnosis moluskum kontagiosum dapat dilakukan secara
langsung. Penilaian kandungan inti menggunakan pewarnaan Giemsa dapat
dilakukan dan evaluasi histopatologi dapat dilakukan pula. (Gambar.2,3)[2]
Histopatologi: pemeriksaan histopatologi memperlihatkan epidermis yang
hipertropi dan hiperplastik. moluskum kontagiosum memiliki karakteristik
gambaran histopatologi. Pada bagian atas lapisan basal dapat ditemukan
pembesaran sel yang mengandung inklusi intrasitoplasmi (HendersonPaterson body). (Gambar.3)[2,8]
Gambar 3a
Gambar 3b
Gambar 3c
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk moluskum kontagiosum termasuk komedo,
miliaria, verruca vulgaris, granuloma pyiogenic, amelanotic melanoma, basal
cell carcinoma, dan apendageal tumor. Infeksi jamur seperti cryptococcosis,
histoplasmosis, dan penicillosis harus dipertimbangkan pada pasien-pasien
dengan immunocompromised.[2,9]
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang
seperti histopatologi yang menunjukkan gambaran seperti HendersonPaterson body maka dapatlah ditegakkan diagnosis moluskum kontagoisum.
Penatalaksanaan
Yang paling awal yang harus diperhatikan oleh seseorang yang menderita
moluskum kontagiosum adalah perlunya menjaga hygiene kulit. Selanjutnya,
Prinsip pengobatan Moluskum Kontagiosum adalah mengeluarkan massa
yang mengandung badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor
komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrocauterisasi
atau bedah beku dengan CO2, N2, dan sebagainya. Pada orang dewasa harus
dilakukan terapi pada pasangannya.[8,9]
Bedah Beku (Cryosurgery) merupakan salah satu terapi yang
umum
dan
Gambar 5a
Gambar 5b
Gambar 5c
13. Prognosis
Daftar Pustaka
1. Wisnu i., Made dkk. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Sebuah
Panduan Bergambar. 2005. PT Balai Medika Multimedia: Jakarta Pusat
10
2. Tom W., Friedlander SF., In: Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI.,Gilchrest BA.,
Paller AS., Leffell DJ. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine.
Poxvirus infections. 7th edition.2. New York; McGraw-Hill Medicine 2008;
1899-1913
3. Sterling JC., In: Burns T., Breathnach S., Cox N., Griffiths C. Rooks
Textbook of Dermatology. Virus infections. 8th edition.2. Cambridge; WileyBalckwell 2010; 33.1-33.81
4. Haeriyoko, W.A. Diagnosis dan Tatalaksana Moluskum Kontagiosum. 2013.
FK Udayana; Denpasar
5. James DW., Berger TG., Elston DM., Andrews Disease of The Skin: Clinical
Dermatology. Viral diseases. 10th edition. British; Saunders Elsevier 2006;
367-420
6. Hanson D., Diven DG., Molluscum Contagiosum. Dermatology Online Jornal
2003; 9 : 2. Boise, Idaho USA. Primary Health
7. Chen, Xiaoying dkk. Molluscum Contagiosum Virus Infection. 2013.
www.thalancet.com/infection. Diakses tgl 20 Maret 2015
8. Handoko, PR. Penyakit Virus . In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors.
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin 5th Edition, Balai Penerbit FKUI Jakarta;
9. Faqih, M.D dkk. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Layanan
Primer Edisi 1. 2013. Depkes; Jakarta
10. Sulistyaningrum, S.K dkk. The Use of Salicylic Acid in Dermatology. 2012.
Departemen of Dermatovenerology, FK UI; Jakarta
11
LAMPIRAN
12