TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dispepsia
Dispepsia merupakan isitilah yang digunakan untuk suatu sindrom
(kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang,
dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap penderita. Bahkan
pada seorang penderita, keluhan tersebut dapat berganti atau bervariasi, baik dari
segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan. Jadi, dispepsia bukanlah suatu
penyakit, melainkan merupakan kumpulan gejala ataupun keluhan yang harus
dicari penyebabnya (Sofro dan Anurogo, 2013).
Menurut Djojoningrat (2014) kata dispepsia berasal dari bahasaYunani,
dys yang berarti jelek atau buruk dan pepsia yang berarti pencernaan, jika
digabungkan dispepsia memiliki arti indigestion atau kesulitan dalam mencerna.
Semua gejala-gejala gastrointestinal yang berhubungan dengan masukan makanan
disebut dispepsia, contohnya mual, heartburn, nyeri epigastrum, rasa tidak
nyaman, atau distensi.
Kasus dyspepsia didunia mencapai 13 40 % dari total populasi setiap
tahun. Hasil study menunjukkan bahwa di Eropa, Amerika Serikat dan Oseania,
prevalensi dyspepsia bervariasi antara 5% hingga 43 % (WHO, 2010). Di
Indonesia diperkirakan hampir 30% pasien yang datang ke praktik umum adalah
pasien yang keluhannya berkaitan dengan kasus dispepsia. Pasien yang datang
b.
Gastritis
Gastritis adalah peradangan/inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. Penyebabnya oleh makanan atau obat-obatan yang
mengiritasi mukosa lambung dan adanya pengeluaran asam lambung
yang berlebihan. Gejala yang timbul seperti mual, muntah, nyeri
d.
Karsinoma
Karsinoma pada saluran pencernaan (esofagus, lambung, pankreas,
kolon) sering menimbulkan dispepsia. Keluhan utama yaitu rasa nyeri
diperut, bertambah dengan nafsu makan turun, timbul anoreksia yang
menyebabkan berat badan turun (Hadi, 2005).
e.
Pankreatitis
Gambaran yang khas dari pankreatitis akut ialah rasa nyeri hebat di
epigastrum. Nyeri timbul mendadak dan terus menerus, seperti
ditusuk-tusukdan terbakar. Rasa nyeri dimulai dari epigastrum
kemudian menjalar ke punggung. Perasaan nyeri menjalar ke seluruh
perut dan terasa tegang beberapa jam kemudian. Perut yang tegang
menyebabkan mual dan kadang-kadang muntah. Rasa nyeri di perut
g.
Gangguan Metabolisme
Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan gastroparesis yang hebat
sehingga muncul keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang,
mual dan muntah. Definisi gastroparesis yaitu ketidakmampuan
lambung untuk mengosongkan ruangan. Ini terjadi bila makanan
berbentuk padat tertahan di lambung. Gangguan metabolik lain seperti
hipertiroid yang menimbulkan nyeri perut dan vomitus (Hadi, 2005).
h.
Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopi
b.
Dismotilitas Gastrointestinal
Dismotilitas
Gastrointestinal
yaitu
perlambatan
dari
masa
dilaporkan
dispepsia
fungsional
terjadi
perlambatan
fungsional.
Dengan
melihat,
mencium
bau
atau
Psikologik
Stress
akut
dapat
mempengaruhi
fungsi
gastrointestinal
dan
2.
3.
4.
5.
6.
Pola makan
Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila tidak
sangat asam di dalam lambung dapat membunuh organisme patogen yang tertelan
atau masuk bersama dengan makanan. Namun, bila barier lambung telah rusak,
maka suasana yang sangat asam di lambung akan memperberat iritasi pada
dinding lambung (Herman, 2004). Produksi asam lambung berlangsung terusmenerus sepanjang hari dan bilamana tidak adanya makanan yang masuk untuk
diproses maka asam lambung tersebut merusak alat pencernaan sehingga terjadi
sindrom dispepsia (Ganong, 2008).
Menurut Haapalahti (2004) dalam Susanti (2011) ditemukan ada pengaruh
pola makan terhadap dispepsia. Pola makan yang tidak teratur mungkin menjadi
predisposisi untuk gejala gastrointestinal yang menghasilkan hormon-hormon
gastrointestinal yang tidak teratur sehingga akan mengakibatkan terganggunya
motilitas gastrointestinal.
2.1.4 Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit dispepsia ini adalah sebagai berikut:
1.
Pencegahan Primordial
Merupakan pencegahan pada orang-orang yang belum memilik faktor resiko
dispepsia pada orang yang sudah memiliki faktor resiko dengan cara membatasi
Pencegahan Sekunder
a. Diet mempunyai peran yang sangat penting, dasar diet tersebut adalah
makan sedikit berulang kali, makanan harus mudah dicerna, tidak
merangsang peningkatan asam lambung, dan bisa menetralisir asam
HCL.
b. Obat-obatan untuk mengatasi dispepsia adalah antasida, antagonis
reseptor H2, penghambat pompa asam (proton pump inhibitor= PPI),
sitoprotektif, prokinetik, dan kadang dibutuhkan psikoterapi, atau
psikofarma (obat anti depresi atau cemas) untuk penderita yang
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas, dan depresi
(Redaksi, 2009).
c. Bagi yang berpuasa untuk mencegah kambuhnya sindrom disepsia,
sebaiknya menggunakan obat anti asam lambung yang bisa diberikan saat
sahur dan berbuka untuk mengontrol asam lambung selama berpuasa.
Berbeda dengan dispepsia organik, bila si penderita berpuasa kondisi
Pencegahan Tersier
a. Rehabilitasi mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi
penderita gangguan mental akibat tekanan yang dialami penderita
dispepsia terhadap masalah yang dihadapi.
b. Rehabilitasi sosial dan fisik dilakukan bagi pasien yang sudah lama
dirawat di rumah sakit agar tidak mengalami gangguan ketika kembali ke
masyarakat (Declan, 2001).
2.2
Pola Makan
Pola Makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi
bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas
dari suatu kelompok masyarakat tertentu (Hartono, 2007). Menurut Depkes RI
(2009) Pola Makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.
Kebiasaan hidup yang dianjurkan pada dispepsia adalah pola makan yang
normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal
makan yang teratur, sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, cabai, alkohol dan pantang rokok, bila minum obat karena sesuatu
penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung (Hartaty, 2012).
Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi kosumsi
pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya akan
pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan
kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan
akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kulaitas
maupun kuantitas.
2.
3.
Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan
individu yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram
sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan dikosumsi.
4.
Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan
gizi.
5.
Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku
makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga,
sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak.
Jenis Makanan
Pada umumnya pasien yang menderita dispepsia adalah pengkonsumsi
rokok, minuman alkohol yang berlebihan, minum kopi dalam jumlah banyak dan
makan makanan yang mengandung asam. Pengosongan lambung tergantung pada
jenis makanan. Biasanya berlangsung sekitar 1-4 jam. Makanan yang
mengandung protein, lemak, makanan yang kental (hipertonis), banyaknya udara
dan usus halus yang penuh memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicerna
dalam lambung. Lemak tetap berada di dalam lambung selama 3-6 jam. Cairan
lambung yang asam memicu terjadinya pencernaan protein dan lemak (Suratun
dan Lusianah, 2010).
Jenis makanan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu makanan utama dan
makanan selingan. Makanan utama merupakan makanan yang biasa dikonsumsi
seseorang berupa makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, dan minuman. Sementara Makanan
selingan adalah makanan ringan atau snack yang biasa dikonsumsi di sela-sela
makan utama.
b.
Jadwal makan
Makan tepat waktu dan teratur sangat penting untuk dilakukan dan bahkan
harus dibiasakan, sebab makan tepat waktu dan teratur memberikan manfaat yang
luar biasa bagi tubuh. Sebaliknya makan yang tidak tepat waktu dan tidak teratur
dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan (Tilong, 2014)
Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan
makan dalam sehari baik makanan utama maupun makanan selingan, frekuensi
makan dikatakan baik jika frekuensi makan dalam sehari tiga kali makanan utama
atau dua kali makanan utama dengan satu kali makanan selingan. Frekuensi
makan dinilai kurang jika frekuensi makan setiap harinya dua kali makan utama
atau kurang (Hudha, 2006).
c.
Jumlah Makanan
Jumlah atau porsi makanan merupakan suatu ukuran atau takaran yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Menurut Sedioetama (2004) jumlah atau porsi
standar bagi remaja antara lain: makanan pokok berupa nasi, roti, dan mie instan.
Jumlah atau porsi makanan pokok antara lain: nasi 100 gram, roti tawar 50 gram,
mie instan untuk ukuran besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram. Lauk pauk
mempunyai dua golongan, golongan lauk hewani dan nabati. Jumlah atau porsi
makanan antara lain: daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram
(2 potong), tahu 100 gram(2 potong). Sayur merupakan bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis
makanan sayuran, anatara lain 100 gram. Jumlah porsi buah ukuran 100 gram,
potongan 75 gram.
2.2.3 Pola makan yang mempengaruhi dispepsia
a.
kanker
lambung.
Mengkonsumsi
makanan
asin
dapat
Siklus ini paling banyak memakai energi. Selagi siklus ini berjalan
sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan berat atau padat karena
menurunkan intensitas proses pembuangan, memperlambat proses
pencernaan, dan memboroskan energi (Andang, 2001) dalam (Ginting,
2008).
Hasil penelitian oleh Annisa (2009) jeda antara jadwal makan yang lama
dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan sindroma dispepsia. Pada penelitian
ini juga ditemukan perbedaan antara pola makan dan pengaruhnya terhadap gejala
gastrointestinal pada remaja putri. Penyebab asam lambung tinggi diantaranya
adalah aktivitas padat sehingga terlambat makan. Secara alami lambung akan
memproduksi asam lambung setiap saat dalam jumlah kecil. Setelah 4-6 jam
sesudah makan kadar glukosa dalam darah telah banyak diserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan saat itu jumlah asam akan meningkat
(Ganong, 2008).
Pembagian waktu makan yang baik dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Pembagian Waktu Makan
Waktu
Jam Makan
Makan pagi
07.00
Snack pagi
10.00
Makan siang
13.00
Snack siang
16.00
Makan malam
19.00
Makan tepat waktu merujuk pada konsep tiga kali makan dalam sehari ialah
sarapan, makan siang, dan makan malam. Dalam memulai makan, janganlah
makan setelah benar-benar lapar. Atur waktu makan seperti sarapan sekitar jam
06.00-08.00, makan siang sekitar jam 12.00-13.00, dan makan malam antara jam
18.00-20.00 (Tilong, 2014).
2.3
dengan saluran cerna. Gangguan pada saluran cerna umumnya berupa sindrom
dispepsia yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum,
kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.
Tujuan diet adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang
tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam
lambung yang berlebihan.
Syarat diet penyakit dispepsia (diet lambung) adalah :
a.
b.
c.
Lemak rendah, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan
secara bertahap hingga sesuai kebutuhan
d.
Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap
e.
f.
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima
perorangan)
g.
h.
i.
Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja 24-48 jam untuk
memberi istirahat pada lambung (Almatsier, 2004).
dispepsia
cukup
beragam
dan
bergantung
pada
Pola makan
Obat-obatan
Dispepsia
Penyakit gangguan
pencernaan : gastritis,
ulkus peptikum, stomach
cancer,gastro-esophangeal
reflux disease, hiperacidity
dll
Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Variabel Dependent
Pola makan :
1. Jadwal makan
2. Jenis makanan dan
minuman