Anda di halaman 1dari 38

BAB II

HASIL KEGIATAN MAGANG


A. Gambaran Umum
Dalam rangka penyelenggaraan salah satu kewenangan wajib di kota
tasikmalaya yaitu bidang lingkungan hidup, maka di bentuklah Kantor
Lingkungan Hidup (KLH) yang berkududukan sebagai unsur pendukung tugas
Walikota, serta dibawah dan bertanggung jawab

kepada Walikota melalui

sekertaris daerah.
Keberadaan kantor lingkungan hidup (KLH) kota Tasikmalaya terbentuk
berdasarkan peraturan daerah kota Tasikmalaya No. 8 tahun 200, tanggal 31
Desember 2008 tentang struktur organisasi perangkat daerah yang dijabarkan
dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya No. 36 tahun 2008 tentang Tugas Pokok
,Fungsi dan Rincian Tugas Unit Kantor Lingkungan Hidup dan kemudian dirubah
menjadi kantor Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 06 Tahun 2013 tentang pembentukkan
Organisasi Perangkat Daerah (lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2013
tentang Tugas Pokok, Fungsi dan rincian Tugas Unit Kantor Lingkungan Hidup
Kota Tasikmalaya.
1. Visi dan Misi
a. Visi Kantor Lingkungang Hidup Kota Tasikmalaya
Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Tasikmalaya, maka dirumuskan Visi Kantor Lingkungan
Hidup adalah :
Kota Tasikmalaya yang nyaman, sehat dan berwawasan lingkungan
Tahun 2017.
b. Misi Kantor Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya
1) Meningkatkan kualitas SDM aparat,
a) Tujuan

: Mewujudkan SDM aparat yang handal,


profesional dan berkompetensi tinggi,

b) Sasaran

: Terwujudnya SDM aparat yang mampu


melaksanakan tugas fungsi dengan baik,

c) Kebijakan

: Pengembangan sistem fasilitas pembinaan


SDM aparat

d) Program

(1) Pengiriman SDM aparat untuk mengikuti diklat, bintek,


kursus, magang, studi banding, dan seminar,
(2) Peningkatan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan
pelatihan,
(3) Pembinaan dan pengembangan produktifitas kerja,
(4) Pengembangan pejabat fungsional penyuluh lingkungan
hidup.
2) Mengendalikan Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan,
a) Tujuan
(1)

:
Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan

yang berwawasan lingkungan


(2)

Meningkatkan pemahan dan kesadaran masyarakat

dalam pelestarian lingkungan hidup


b) Sasaran

(1) Berkembangnya

konsep

pembangunan

yang

berwawasan lingkungan
(2) Meningkatkan Kepedulian dan partisipasi masyarakat
dalam pelestarian lingkungan hidup
c) Kebijakan

(1) Mengembangkan

konsep

pembangunan

yang

berwawasan lingkungan
(2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelestarian
lingkungan hidup
d) Program

(1) Sosialisasi

konsep

pembangunan

berwawasan

lingkungan
(2) Sosialisasi

peraturan

perundang-undangan

tentang

pengelolaan lingkungan hidup


(3) Penerapan dan penegakan hukum secara konsekuen
dan konsisten
(4) Pemantauan dan pengawasan lingkungan
3) Membangun

dan

mengoptimalkan

pengelolaan lingkungan hidup,

sarana

dan

prasarana

a) Tujuan

: Meningkatkan/mengembangkan sarana
dan prasarana pengelolaan lingkungan

b) Sasaran

: Meningkatkan daya dukung fasilitas


pengelolaan lingkungan hidup

c) Kebijakan

: Mengoptimalkan laboratorium lingkungan


hidup

d) Program

(1) Operasionalisasi laboratorium lingkungan hidup


(2) Pengadaan kelengkapan laboratorium lingkungan hidup
dan sarana lainnya
(3) Sosialisasi laboratorium lingkungan hidup
(4) Rekrutmen/pengiriman

SDM

untuk

laboratorium

lingkungan hidup
4) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, baik daerah,
provinsi maupun pusat,
a) Tujuan

: Meningkatkan keserasian dan sinergitas


pengendalian pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup

b) Sasaran

: Meningkatkan upaya-upaya pengendalian


pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup

c) Kebijakan

: Peningkatan koordinasi pelaksanaan


pengendalian pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup

d) Program

(1) Penyusunan

rencana

tahunan

pemantauan

dan

pemantauan

dan

pengawasan lingkungan hidup


(2) Pelaksanaan

rencana

tahunan

pengawasan lingkungan hidup


(3) Pendayagunaan pelaporan kegiatan
(4) Pembentukan

tim

pemantau

dan

pengawasan

lingkungan
(5) Pendayagunaan koordinasi pengendalian pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup
(6) Sosialisasi kebijakan tentang pengendalian lingkungan
hidup

2. Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 6 Tahun
2013 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah, bahwa susunan
organisasi Kantor Lingkungan Hidup terdiri dari :
a. Kepala Kantor,
b. Sub Bagian Tata Usaha,
c. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan,
d. Seksi Konservasi dan Pelestarian Lingkungan Hidup,
e. Seksi Analisa Dampak Lingkungan,
f.

Kelompok Jabatan Fungsional.

KEPALA KANTOR

SUB BAGIAN TATA USAHA

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

SEKSI ANALISA
DAMPAK
LINGKUNGAN

Gambar 2.1

SEKSI PENGAWASAN
DAN PENGENDALIAN
LINGKUNGAN

SEKSI KONSERVASI
DAN PELESTARIAN
LINGKUNGAN

Bagan Struktur Organisasi Kantor

Lingkungan Hidup Kota

Tasikmalaya
Sedangkan kedudukan Kantor

Lingkungan Hidup adalah unsur

pendukung tugas Walikota, dan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris
Daerah. Dan tugas pokoknya adalah melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup.

Berdasarkan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 103 Tahun 2013


tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Kantor Lingkungan
Hidup, dalam menyelenggarakan tugas pokok di atas, Kantor Lingkungan
Hidup mempunyai fungsi :
1. Perumusan bahan kebijakan dalam bidang lingkungan hidup,
2. Pelaksanaan program pengendalian dampak lingkungan,
3. Pelaksanaan program konservasi sumber daya alam,
4. Pengelolaan kegiatan ketatausahaan,
5. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan bidang
pengendalian lingkungan hidup
6. Pelaksanaan fungsi lain yang ditetapkan Walikota Tasikmalaya
sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok sehari-hari, pada tahun
2016 Kantor

Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya memiliki pegawai

sebanyak 23 orang, terdiri dari :


1. PNS

: 21 orang

2. CPNS

: 2 orang

3. Tenaga Kontrak

: 2 orang

Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas sehari-hari yang


dimiliki Kantor Lingkungan Hidup, adalah sebagai berikut :
1. Gedung Laboratorium Lingkungan

: 1 unit

2. Kendaraan Jabatan Roda 4

: 1 unit

3. Kendaraan Operasional Roda 4

: 2 unit

4. Kendaraan Laboratorium Roda 4

: 1 unit

5. Kendaraan Operasional Roda 2

: 4 unit

3. Rincian Tugas Unit di Lingkungan Kantor


a. Kepala Kantor
Kepala Kantor mempunyai tugas pokok merumuskan sasaran,
mengarahkan,

menyelenggarakan,

membina,

mengoordinasikan,

mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan program kerja Kantor.


Rincian tugas Kepala Kantor :
1) menyelenggarakan penyusunan rencana program kerja Kantor;
2) merumuskan dan menetapkan visi dan misi serta rencana strategik
dan program kerja Kantor untuk mendukung visi dan misi daerah;

10

3) menyelenggarakan

penyiapan

bahan

penetapan

kebijakan

Walikota dalam bidang lingkungan hidup;


4) menyelenggarakan perumusan dan penetapan kebijakan teknis
operasional

dalam

penyelenggaraan

program

pengendalian

dampak lingkungan dan konservasi sumber daya alam;


5) menyelenggarakan pengoordinasian pelaksanaan kegiatan Kantor;
6) menyelenggarakan pembinaan dan mengarahkan semua kegiatan
unit;
7) melaksanakan koordinasi dengan organisasi perangkat daerah
atau unit kerja lain yang terkait untuk kelancaran pelaksanaan
tugas Kantor;
8) memberikan saran dan pertimbangan kepada Walikota dalam
penyelenggaraan

tugas

pembangunan

dan

tugas

umum

pemerintahan di bidang lingkungan hidup;


9) melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah;
10) melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Walikota
sesuai dengan bidang tugasnya.
b. Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan
pelayanan

administrasi,

koordinasi

dan

pengendalian

dalam

pelaksanaan kegiatan ketatausahaan yang meliputi pengelolaan


kepegawaian, keuangan, umum serta perencanaan, evaluasi dan
pelaporan.
Rincian tugas Sub Bagian Tata Usaha :
1) menyelenggarakan penyusunan rencana program kerja Sub Bagian
Tata Usaha;
2) Mengelola administrasi kepegawaian, keuangan, ketatausahaan,
dan kerumahtanggaan kantor
3) menyelenggarakan

pembinaan

dan

pengembangan

ketatalaksanaan di lingkungan Kantor;


4) menyelenggarakan

penyiapan

bahan

rancangan

peraturan

perundang-undangan dan ketentuan lainnya;


5) menyelenggarakan pengoordinasian penyusunan rencana program
kerja kantor;
6) menyelenggarakan pengelolaan data statistik lingkungan hidup;

11

7) menyelenggarakan

pengoordinasian

evaluasi

dan

pelaporan

pelaksanaan program kerja Kantor;


8) melaksanakan pemantauan, evaluasi dan laporan yang berkaitan
dengan tugas Sub Bagian Tata Usaha;
9) menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
10) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah
atasan.
c. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan
Seksi Pengawasan dan Pengendalian mempunyai tugas pokok
melaksanakan

penyiapan

bahan

perumusan

kebijakan

teknis,

pelaksanaan dan pembinaan program pengawasan dan pengendalian


lingkungan.
Rincian tugas Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan:
1) melaksanakan

penyusunan

rencana

program

kerja

Seksi

Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan;


2) melaksanakan penyiapan bahan kebijakan teknis,

pelaksanaan,

pembinaan dan fasilitasi pengawasan dan pengendalian lingkungan


hidup;
3) melaksanakan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3);
4) melaksanakan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air;
5) melaksanakan pengelolaan kualitas udara dan pengendalian
pencemaran udara;
6) melaksanakan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
tanah akibat kebakaran hutan dan atau lahan;
7) melaksanakan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
tanah untuk kegiatan produksi biomasa;
8) melaksanakan

pengendalian

pencemaran

dan

kerusakan

lingkungan akibat bencana;


9) melaksanakan,
perjanjian

memantau

internasional,

dan

mengendalikan

konvensi

dan

protokol

pelaksanaan
di

bidang

pengendalian dampak lingkungan;


10) melaksanakan penyiapan bahan kebijakan teknis, pelaksanaan,
pembinaan dan fasilitasi pengkajian teknologi lingkungan;

12

11) melaksanakan penyiapan bahan rekomendasi dan perijinan di


bidang tugasnya;
12) melaksanakan penegakan hukum lingkungan sesuai dengan
kewenangan dan peraturan yang berlaku;
13) melaksanakan pemantauan, evaluasi dan laporan yang berkaitan
dengan tugas Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan;
14) melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
15) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan
d. Seksi Konservasi dan Pelestarian Lingkungan
Seksi Konservasi dan Pelestarian

Lingkungan mempunyai

tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan


teknis, pelaksanaan dan pembinaan program konservasi

dan

pelestarian lingkungan.
Rincian

tugas

Seksi

Konservasi

dan

Pelestarian

program

kerja Seksi

Lingkungan:
1) melaksanakan

penyusunan

rencana

Konservasi dan Pelestarian Lingkungan;


2) melaksanakan
pelaksanaan,

penyiapan
pembinaan

bahan
dan

kebijakan

fasilitasi

teknis,

konservasi dan

pelestarian lingkungan hidup;


3) melaksanakan,

memantau

dan

mengawasi pelaksanaan

konservasi keanekaragaman hayati skala daerah;


4) melaksanakan fasilitasi penyelesaian konflik dalam pemanfaatan
keanekaragaman hayati skala daerah;
5) melaksanakan

pemantauan

dan

penanggulangan dampak

perubahan iklim serta perlindungan atmosfir;


6) melaksanakan

pembinaan

dan

pengawasan

penerapan sistem manajemen lingkungan, ekolabel, produksi


bersih, dan teknologi berwawasan lingkungan yang mendukung
pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan pada skala
daerah;
7) melaksanakan

penyiapan

bahan

sosialisasi

kampanye pelestarian lingkungan hidup;


8) melaksanakan

pembinaan

dan

pemberdayaan kelompok

masyarakat untuk pelestarian lingkungan;

13

9) melaksanakan
berkaitan

pemantauan,

dengan

tugas

evaluasi

Seksi

dan

Konservasi

laporan yang

dan

Pelestarian

Lingkungan;
10) melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
11) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah
atasan
e. Seksi Analisa Dampak Lingkungan
Seksi

Analisa

Dampak

Lingkungan

mempunyai

tugas

pokok melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,


serta pelaksanaan kebijakan mengenai analisa dampak lingkungan,
upaya

pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan

lingkungan hidup.
Rincian tugas Seksi Analisa Dampak Lingkungan:
1) melaksanakan

penyusunan

rencana

program

kerja Seksi

Analisa Dampak Lingkungan;


2) melaksanakan

pembinaan

dan

fasilitasi

Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);


3) melaksanakan

pengkajian

dan

pembahasan

studi AMDAL

dengan Komisi Penilai AMDAL dalam rangka menyiapkan bahan


rekomendasi kelayakan lingkungan;
4) melaksanakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja lain
untuk melakukan pemeriksaan dokumen upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKLUPL) dalam rangka menyiapkan bahan rekomendasi UKP-UPL;
5) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup bagi seluruh jenis usaha dan
atau kegiatan, baik yang wajib atau tidak wajib dilengkapi AMDAL;
6) melaksanakan pembinaan dan pengawasan penerapan SNI dan
standar

kompetensi

personil

bidang pengelolaan lingkungan

hidup;
7) melaksanakan penyiapan bahan kebijakan penerapan instrumen
ekonomi, pembinaan dan pengawasan penerapan instrumen
ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan;
8) melaksanakan penegakan hukum lingkungan sesuai dengan
kewenangan dan peraturan yang berlaku;

14

9) melaksanakan pemantauan, evaluasi dan laporan yang berkaitan


dengan tugas Seksi Analisa Dampak Lingkungan;
10) melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
11) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah
atasan.

4. Rencana kerja kantor lingkungan hidup


Kebijakan Kantor

Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya yaitu

meningkatkan kualitas lingkungan baik hulu maupaun hilir, fisik maupun


sosial. Untuk mencapai kebijakan tersebut dalam RPJMD Kota Tasikmalaya
telah dirumuskan arah kebijakan pembangunan yang menjadi landasan
kegiatan Kantor Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya tahun 2013-2017
yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan
hidup dan berperan aktif sebagai kontrol sosial dalam memantau
kualitas lingkungan hidup.
2. Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup.
3. Meningkatkan upaya penegakan hukum secara konsisten kepada
pencemar lingkungan.
4. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup.
5. Melindungi dan merehabilitasi daerah hulu dan kawasan sekitar sungai.
6. Mengedalikan kadar polutan dan buangan sumber pencemar utama.
Adapun rencana kerja Kantor Lingkungan Hidup dengan indikatif
kegiatan yang di usulkan meliputi 1 sasaran dan 4 program 13 kegiatan,
yang diuraikan dalam tabel berikut :

15
Tabel 2.1
Rencana Kerja Kantor Lingkungan Hidup

SASARAN

PROGRAM

KEGIATAN

Pengendalian
1. Pengendalian
1. Pengawasan
dan
Sumber
Daya
Pencemaran dan
Pembinaan
Alam, lingkungan
Perusakan
Pengelolaan
dan penyediaan
Lingkungan
Lingkungan Hidup
energi
Hidup

2. Optimalisasi
Laboratorium
Lingkungan
3. Fasilitasi
Sekolah
Berbudaya Lingkungan

4. Kegiatan

Dukungan
Program

Terhadap
P2WKSS

5. Sosialisasi

OUTCOME
Terlaksananya pengawasan dan pembinaan
lingkungan hidup terhadap objek usaha/kegiatan,
laporan hasil pengawasan dan pembinaan
tersusunnya laporan kegiatan pengawasan dan
lingkungan hidup dan terlaksananya bintek
pengelolaan lingkungan hidup.

pengelolaan
tersusunnya
lingkungan,
pembinaan
pembinaan

tersedianya reagen untuk pengujian kualitas lingkungan,


terkalibrasinya alat-alat laboratorium, kembalinya fungsi
peralatan laboratorium,
Terlaksananya pembinaan dan penilaian SBL, terlaksananya
sosialisasi / bimtek sekolah berbudaya lingkungan.
Tersedianya bahan pembuatan lubang resapan biopori,
tersedianya alat pembuat pupuk organik (komposter),
terlaksanaya pengadaan bibit ohon, terlaksananya pengadaan
pupuk organik, terlaksananya sosialisasi kepada masyarakat.
Terlaksananya sosialisasi pengelolaan lingkungan hidup.

Pengelolaan
Lingkungan Hidup
6. Penanganan
Pengaduan
Lingkungan Hidup
7. Pemantauan Kualitas
Lingkungan

Terlaksananya penanganan pengaduan lingkungan hidup

Terlaksananya
pemantauan
kualitas
air
permukaan,
terlaksananya pemantauan kualitas udara ambien, tersedianya
data kualitas limbah cair, tersedianya data kualitas emisi sumber
tidak bergerak.

8. DAK dan Pendamping Tersedianya sarana pengolahan pupuk organik, tersedianya


bidang
hidup

lingkungan

9. Pembuatan

Lubang
Resapan Biopori
1. Perlindungan dan 1. Pengadaan sarana dan
Konservasi
prasarana
untuk
Sumber
Daya
penghijauan
Alam
lingkungan
2. Pengadaan
pohon
untuk
penghijauan
lingkungan

2. Perencanaan
Pembangunan
Daerah

sarana perlindungan ketersediaan air tanah wilayah kota


Tasikmalaya, tersedianya sarana pengolahan sampah,
tersedianya alat-alat pertamanan dan kebersihan, tersedianya
bibit pohon dan penanaman untuk penghijauan lingkungan, .
Tersedianya pengadaan pembuatan lubang resapan biopori.
Tersedianya
lingkungan

sarana

dan

prasarana

untuk

penghijauan

Terlaksananya pengadaan pengadaan bibit pohon dan


penanaman, terlaksananya pengadaan bibit pohon yang akan
diserahkan kepada masyarakat terlaksananya pengadaan pupuk
organik.

Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
Sektoral Bidang

Terlaksananya Musrenbang Kantor Lingkungan Hidup

Pembebasan

Meningkatnya cakupan perlindungan mata air yang dimiliki oleh

Gunung

16

sum
ber :
Buku

17
Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya Tahun 2015

18

B. Gambaran Khusus
Pemantauana kualitas lingkungan adalah suatu kegiatan untuk melihat
seberapa besar dampak yang dihasilkan baik oleh kegiatan manusia atau
dampak

yang

di

hasilkan

secara

alami

oleh

alam

guna

untuk

mempertahankan Keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung


yang optimal bagi kelangsungan hidup manusia dalam suatu wilayah. Dalam
pementauan

kualitas

Tasikmalaya

terdiri

lingkungan

dari

di

Kantor

lingkungan

pemantauan kualitas air

Hidup

Kota

permukaan dan

pemantauan kualiatas udara ambien.


Pemantauan kualitas air adalah pengambilan sampel air pada badan
air ( sungai, danau, wadu, situ) dengan mencatat kondisi lingkungan disekitar
pengambilan contoh air, pemeriksaan di lapangan dan di laboratorium, serta
pelaporan hasil pemantauan dan penafsirannya yang akan menjadi bahan
masukan guna menyusun rekomendasin teknis pelaksanaan pengendalian
kualitas pada badan ai ryang di patau tersebut. Sedangkan pemantauan
kualitas udara adalah pengambilan sampel udara pada lokasi yang telah di
tentukan yaitu yang mewakili pemukiman, mewakili kendaraan, seta mewakili
industri

dan mencatat kondisi lingkungan disekitar pengambilan contoh

sample udara yng meliputi SO2, NO2, O3, CO, dan NH3 serta parameter fisik
lainnya,dengan melaksanaan pemeriksaan di lapangan dan di laboratorium
serta pelaporan hasil pemantauan.
Dalam Pemantauan kualiatas lingkugan terdapat beberapa proses
tahapan dalam pelaksanaannya sebagai mana dapat di liahat dalam gambar
alur kerja pemanatauan kualitas lingkungan pada Gambar 2.2 di bawah ini :
Gambar 2.2
Bagan Alur Kerja Pemantauan Kualitas Lingkungan

Survey lokasi
titik
pemantauan
Pengukuran dan
pengambilan sampel di titik
pemantauan
Pengukuran di
tempat

Pemeriksaaan di
laboratorium

19

Analisa dan Penafsiran data


Pelaporan hasil
1. Lokasi pengambilan sampel
a. Air Permukaan
Air permukaan dapat diartikan sebagai aliran air yang
mengaliri permukaan Kota Tasikmalaya maupun dalam bentuk
genangan yang cukup luas. Bentuk air permukaan di Kota
Tasikmalaya meliputi sungai, rawa dan air dalam cekungan
(danau/situ).
Sungai-sungai yang mengaliri Kota Tasikmalaya diantaranya
adalah Sungai Citanduy, Sungai Ciloseh, Sungai Ciwulan serta
Sungai

Cibanjaran.

Sedangkan

anak-anak

sungainya

yaitu

beberapa anak sungai dari Sungai Cibanjaran yang meliputi Sungai


Cihideung/Dalem Suba, Sungai Cipedes, Sungai Ciromban, Sungai
Cidukuh, Sungai Cicacaban, Sungai Cibadodon, Sungai Cikalang,
Sungai Tonggong Londok, Sungai Cibeureum dan Sungai Cimulu.
Sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dan bermuara di
Sungai Citanduy, kecuali Sungai Ciwulan.
Pengembilan sampel air permukaan dilakukan di hulu dan
hilir sungai. Hulu sungai adalah daerah tempat aliran sungai
berawal yaitu dari awal masuk ke Kota Tasikmalaya sebelum
adanya aktifitas manusia yang dapat mencemari lingkungan.
Sedangkan hilir sungai adalah daerah ujung aliran sungai berakhir
yaitu keluar dari Kota Tasikmalaya menuju ke kota lain.
Adapun letak pengambilan sampel dari masing-masing
sungai yang ada di kota Tasikmalaya dapat di lihat dalam Tabel
berikut :

20

Tabel 2.2
Lokasi Pengembilan Sampel Air Permukaan
No.

1.

2.

3.
4.

5.

Sungai/Air
Permukaan
yang
Dipantau

S. Ciwulan
Hulu

S. Ciwulan
Hilir
S.
Cibangbay
Hulu
S.
Cibangbay
Hilir
S. Cimulu
Hulu

6.

S. Cimulu
Hilir

7.

S. Cikalang
Hulu

8.

S. Cikalang
Hilir

9.
10.

S.
Cihideung
Hulu
S.
Cihideung
Hilir

11.

S. Citanduy
Hulu

12.

S. Citanduy
Hilir

13.

S. Ciloseh
Hulu

14.

S. Ciloseh
Hilir

Lokasi Sampling

Jl. Leuwi Budah Kp.


Tanjung Loka (Sasak
Gantung) RT 03/03
Kec. Kawalu
Jl. KH. Syeh Abdul
Muhyi
Jembatan
Sukaraja (Perbatasan
Kota Tasik dengan
Kabupaten Tasik) Kel.
Urug Kec. Kawalu
Kp. Peundeuy Kel.
Urug Kec. Kawalu
Kel.
Kawalu

Frekuensi
Pemantauan

1 kali

1 kali

1 kali

Leuwiliang-

Kp. Gn. Kokosan (Gd.


Air
PDAM)
Kel.
Cibunigeulis
Kec.
Bungur sari
Jl. Anyar RT 02/03
Nyangga Hurip Kel.
Marga Bakti, Kec.
Cibeureum
Bantarsari- Bungursari

1 kali

1 kali

1 kali

1 kali
Kp. Tarikolot
06/02
Kel. Margabakti Kec.
Cibeureum
Jl. Bebedilan (Depan
Cuci Mobil Pusaka
Jaya Motor)
Jembatan
Singkup,
Purbaratu
Jl. Letjen Ibrahim Adjie
(Belakang
Balai
Latihan Kerja) Kec.
Indihiang
Kp.
Gobang
Kel.
Singkup
Kec.
Purbaratu
Bendung Bengkok Kp.
Bengkok Bungursari
Kp.
Ganoang
Sukaasih
(Sukamenak)
Kec.
Purbaratu

1 kali
1 kali
1 kali

1 kali

1 kali
1 kali

1 kali

Titk koordinat

S : 07o2341,4
E
:
108o1105,5
S : 07o2659,0
E
:
108o1138,6

S : 07o2547,2
E
:
108o1131,4
S : 07o2547,2
E
:
108o1131,4
S : 07o1853,1
E
:
108o0947,0
S : 07o2051,0
E
:
108o1703,1
S : 07o1935,6
E
:
108o1054,9
S : 07o2029,8
E
:
108o1704,9
S : 07o1940,3
E
:
108o1241,2
S : 07o2014,3
E
:
108o1644,2
S : 07o1619,8
E
:
108o1138,2
S : 07o2007,2
E
:
108o1804,2
S : 07o1736,8
E
:
108o1047,4
S : 07o1907,1
E
:
108o1500,7

21

No.

Sungai/Air
Permukaan
yang
Dipantau

15.

S.
Cilamajang
Hulu

16.

S.
Cilamajang
Hilir

17.
18.
19.

S.
Ciromban
Hulu
S.
Ciromban
Hilir
S.
Cibadodon
Hulu

20.

S.
Cibadodon
Hilir

21.

S. Cidukuh
Hulu

22.

S. Cidukuh
Hilir

23.

S. Cinutut
Hulu

24.

S. Cinutut
Hilir

Lokasi Sampling

Bendung Cilamajang
Kp. Gn. Lingga-Kel.
Cibeuti Kec. Kawalu
Kp. Tanjung Loka Kec.
Salawu
Kp. Cibeureum Kel.
Sukalaksana
Kec.
Purbaratu
Jl. Bebedahan I No.
108 Purbaratu
Jl. Paseh - Kel.
Tuguraja
Kec.
Cihideung
Leuwi
Munding
(Belakang
Perum
Grand
Laswi
Residence)
Jl. Galunggung (Gg.
Mesjid Baitul Mulya)
Jl. Golempang Kel.
Sukaasih
Kec.Purbaratu
Jl. Lukmanul Hakim
(depan ruko A9) Kel.
Tugu
Jaya
Kec.
Cihideung
Jl. Taman Harapan
(Jembatan
Cibadodon)
Tengah Situ Gede

Frekuensi
Pemantauan

1 kali

1 kali

1 kali
1 kali
1 kali

1 kali

1 kali
1 kali

Titk koordinat

S : 07o2256,5
E
:
108o1129,4
S
:
07o2332,28
E
:
108o111,21
S : 07o1750,3
E
:
108o0935,4
S : 07o1750,3
E
:
108o1419,5
S : 07o2020,4
E
:
108o1234,9
S : 07o2010,3
E
:
108o1338,3
S : 07o1922,0
E
:
108o1257,9
S : 07o1929,2
E
:
108o1519,9

1 kali

1 kali

S : 07o2006,8
25.
Situ Gede
1 kali
E
:
108o1116,6
Sumber : Seksi Pengawasan Dan Pengendalian Lingkungan KLH Kota
Tasikmalaya

b. Udara Ambient
Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, definisi Udara Ambien adalah
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang
dibutuhkan dan mempengaruhinya kesehatan manusia, makhluk
hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Adanya kegiatan
makhluk hidup menyebabkan komposisi udara alami berubah. Jika
perubahan komposisi udara alami melebihi konsentrasi tertentu

22

yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi


fungsinya, maka udara tersebut dikatakan telah tercemar.
Penentuan

titik

lokasi

pengambilan

sampel

untuk

mengecek kualitas udara ambient yang ada di kota Tasikmalaya


ditentukan berdasarkan sarat sampel harus mewakili pemukiman,
mewakili industry, mewakili transportasi, serta mewakili pertanian

Berdasarkan sarat tersebut maka diperoleh 10 titik yang


digunakan sebagai titik pengambilan sampel di kota
Tasikmalaya yaitu :
Tabel 2.3
Lokasi Pengembilan Sampel Udara Ambient
NO
.

LOKASI

TITIK SAMPLING

Jl. HZ. Mustofa

Depan Bank BNI Jl. HZ.


Mustofa Tasikmalaya

Terminal Pancasila

Peron Terminal Pancasila

Pertigaan
Rancabango

Perumahan BRP

Terminal Indihiang

Perumahan
BKL

Taman Pos Polisi Jl. Ir. H.


Juanda Tasikmalaya
Halaman Mesjid Perum
BRP Tasikmalaya
Jl.
Brigjen
Wasita
Kusumah, Kec. Indihiang
Kota Tasikmalaya
Jl. Letjen Ibrahim Adji
depan Klinik Al-Gani,
Kec. Indihiang
Kota Tasikmalaya

sekitar

KOORDINAT
S. 07 19 49,9
E. 108 13 10,5
S. 07 19 33,5
E. 108 13 43,7
S. 07 19 04,4
E. 108 11 55,6
S. 07 19 07,6
E. 108 12 24,8
S. 07 17 29,7
E. 108 11 28,2
S. 07 16 25,2
E. 108 11 35,5

Bunderan
S. 07 20 54,4
Jl. HZ Mustofa
Padayungan
E. 108 13 03,7
Perempatan
Jl. Perintis Kemerdekaan S. 07 22 55,3
8
Cicariang
Kawalu
E. 108 12 29,9
Depan
Gerbang
Jl.
AH.
Nasution S. 07 20 46,8
9
Perum
Andalusia
Mangkubumi
E. 108 11 15,4
Mangkubumi
Depan
Gerbang Jl.
Letjen
Mashud S. 07 20 19,6
10
Lanud Wiriadinata
Cibeureum
E. 108 14 26,8
Sumber : Seksi Pengawasan Dan Pengendalian Lingkungan KLH Kota
Tasikmalaya
7

2. Parameter pemantauaan
a) Air Permukaan
1) Temperatur / Suhu
Temperatur merupakan derajat panas atau dinginnya air
yang diukur pada skala definitif seperti derajat celsius (oC) atau

23

derajat Fahrenheit (oF). Temperatur air merupakan regulator


utama proses alamiah di dalam lingkungan akuatik. Ia dapat
mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan berperan secara
langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen
kualitas air lainnya mempengaruhi kualitas akuatik.
Temperatur air mengendalikan spawning dan hatching,
mengendalikan
pertumbuhan

aktivitas,
dan

memacu

perkembangan;

atau

menghambat

dapat

menyebabkan

kematian kalau air menjadi panas atau dingin sekali secara


mendadak. Air yang lebih dingin lazimnya menghambat
perkembangan; air yang lebih panas umumnya mempercepat
aktivitas. Temperatur air juga mempengaruhi berbagai macam
reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik.
Temperatur / Suhu merupakan salah satu variabel
lingkungan penting untuk organisme akuatik. Rentang toleransi
serta suhu optimum kultur berbeda untuk setiap jenis / spesies
ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu dapat
mempengaruhi aktivitas makan ikan, dimana peningkatan suhu
mempengaruhi

peningkatan

aktivitas

metabolisme

ikan,

penurunan gas (oksigen) terlarut, memberi efek pada proses


reproduksi

ikan.

Perubahan

suhu

yang

ekstrim

dapat

menyebabkan kematian organisme sungai. Suhu air yang


optimal bagi pertumbuhan biota air berkisar: 28-32C .
2) Total Padatan Tersuspensi (TDS)
Total padatan tersuspensi (TDS) merupakan agregat dari
karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat dan garamgaram lainnya dari Ca, Mg, Na, K, dan senyawa lainnya. TDS
dipisahkan

dari

Satuannya

adalah

pengaruhnya

SS

melalui

teknik

mg/liter. TDS

terhadap

filtrasi

sangat

palatabilitas

dan

laboratorium.

penting
efeknya

karena
untuk

menyebabkan reaksi fisiologis yang buruk. Air yang kaya mineral


juga kurang bagus bagi aplikasi industri, dan juga kualitasnya
untuk irigasi agak terbatas.

24

3) Residu Tersuspensi (TSS)


Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS)
adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau
partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa
komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton,
bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus
dan

partikel-partikel

anorganik.

Zat

padat

tersuspensi

merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang


heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan
yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi
zat organik di suatu perairan.
Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian
yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh
zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung
sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain
dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran
sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karena resuspensi
endapan akibat pengikisan.
Residu Tersuspensi adalah berat zat padat dalam air
yang tertahan pada penyaring dengan kertas saring yang
berpori sebesar 0,45 mm dan dikeringkan pada suhu tertentu
secara merata dan dinyatakan dalam satuan mg/L. Residu
Terlarut adalah berat zat padat dalam air yang lolos pada
penyaring dengan kertas saring yang berpori sebesar 0,45 mm
dan dikeringkan pada suhu tertentu secara merata dan
dinyatakan dalam satuan mg/L.
Residu Total terurai adalah bagian berat dari residu total
yang terurai menjadi gas pada pemanasan dengan suhu tertentu
dan dinyatakan dalam satuan mg/L. Residu Tersuspensi Terurai
adalah bagian berat dari residu tersuspensi yang terurai menjadi
gas pada pemanasan dengan suhu tertentu dan dinyatakan
dalam satuan mg/L. Residu Terikat adalah bagian berat residu
total atau residu tersuspensiyang tidak terurai menjadi gas pada
pemanasan dengan suhu tertentu dan dinyatakan dalam satuan
mg/L.

25

Residu Mengendap adalah zat padat yang dapat


mengendap selama waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan
mg/L atau mL/L.
4) Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau
sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen
demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen (O 2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus.
Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air
tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana
badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan di
samping parameter lain seperti kob dan kod. Oksigen terlarut
adalah suatu hal yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup
dalam

air

tergantung

dari

kemampuan

air

untuk

mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan


untuk kehidupannya. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk
kehidupannya.
Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses
fotosintesis

tanaman

air,

dimana

jumlahnya

tidak

tetap

tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atsmosfer (udara)


yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi
tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu
air, semakin rendah tingkat kejenuhan. Misalnya danau di
pegunungan yang tinggi mungkin mengandung oksigen terlarut
20-40 % kurang daripada danau pada permukaan laut.
5) COD (Chemical Oxygen Demand)

26

COD (Chemical Oxygen Demand) yaitu suatu uji yang


menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan
oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahanbahan organik yang terdapat dalam air. Mengenai baku mutu air
minum golongan B (air yang dipakai sebagai bahan baku air
minum melalui suatu pengolahan) maksimum yang dianjurkan
adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan,
maka kualitas air tersebut buruk.
Penetapan COD gunanya untuk mengukur banyaknya
oksigen setara dengan bahan organic dalam sampel air, yang
mudah dioksidasi oleh senyawa kimia oksidator kuat. Penetapan
ini sangat penting untuk dapat diuraikan secara kimiawi. Maka
dapat dikatakan COD adalah banyaknya oksidator kuat yang
diperlukan untuk mengoksidasi zat organik dalam air, dihitung
sebagai mg/l O2. Beberapa zat organik yang tidak terurai secara
biologik antara lain asam asetat, asam sitrat, selulosa dan lignin
(zat kayu).
Penggunaan teknik yang benar-benar sama antara
sampel dan blanko pada setiap penetapan sangat penting
karena hanya sebagian dari bahan organik yang terhitung,
tergantung dari oksidator kimia yang dipakai, susunan dari
senyawa organiknya dan prosedur yang dipakai. Cara refluks
dengan

dikromat

kemampuannya

dipilih

untuk

untuk

penetapan

mengoksidasi,

COD

karena

pemakaiannya

luas

terhadap berbagai jenis sampel dan mudah dilakukan.


Dalam studi kualitas air parameter COD sangat penting
sekali karena parameter ini juga merupakan salah satu indikator
pencemaran air. Air yang tercemar, misalnya oleh limbah
domestic ataupun limbah industri pada umumnya mempunyai
nilai COD yang tinggi, sebaliknya air yang tidak tercemar
mempunyai COD yang rendah.
6) BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand) Adalah jumlah zat
terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah

27

bahan bahan buangan di dalam air. Nilai BOD tidak


menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi
hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan.
Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan
air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan
organik. Makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut
semakin baik.
Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan
air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6
mg/l. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang
terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.
BOD penting untuk mengetahui banyaknya zat anorganik yang
terkandung dalam air limbah. Makin banyak zat organik, makin
tinggi BOD-nya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya,
matahari, pertumbuhan biologik, gerakan air dan kadar oksigen.
Dalam air limbah, bahan pencemar organik akan
diuraikan secara alami oleh bakteri yang ada. Bakteri dalam air
dibagi menjadi beberapa golongan. Golongan aerob ialah
mereka yang memerlukan oksigen bebas untuk kehidupannya
dan golongan anaerob ialah yang tidak memerlukan oksigen
bebas tetapi dapat mempergunakan oksigen yang didapat dari
pemecahan senyawa lain. Ada golongan ketiga yang dinamakan
golongan fakultatif yang dapat berlaku sebagai aerob maupun
anaerob

tergantung

keadaan

lingkungannya.

Kebanyakan

bakteri dalam air kotor adalah saprofit, hidup dari zat organik
mati.
Air badan air mempunyai daya pemurnian alami (self
purification), bila kemasukan bahan pencemar akan diuraikan
secara biologik oleh mikroorganisme yang ada di dalam air
dengan bantuan oksigen terlarut menjadi hasil uraian yang
stabil. Dari zat organik diuraikan menjadi senyawa nitrat, sulfat,
karbonat, fosfat dan sebagainya oleh bakteri aerob. Akan tetapi
bila bahan pencemar organiknya terlalu tinggi, oksigen terlarut

28

yang ada akan makin berkurang sampai menjadi nol. Akibatnya


yang bekerja adalah bakteri anaerob dengan hasil akhir nitrit,
amonia, asam sulfida dan sebagainya yang menimbulkan bau.
Kalau DO yang cukup banyak, bakteri aerob akan
melakukan oksidasi dan terbentuklah senyawa nitrit yang
selanjutnya menjadi nitrat. Kalau kehabisan DO selama proses
ini maka nitrat akan direduksi menjadi nitrit oleh bakteri anaerob.
Ini akan terjadi bila sebagian besar zat organik tersebut telah
dioksidasi menjadi nitrat. Kalau persediaan oksigen tidak cukup,
zat organik akan diuraikan oleh bakterianaerob membentuk
amoniak. Jadi bila ada pencemar organik dalam air limbah, DO
yang

ada

akan

dipergunakan

oleh

bakteri

untuk

menguraikannya, sehingga cepat habis. Sebaliknya bila ada air


limbah yang mengandung bahan pencemar organik diberi
oksigen secukupnya (dilakukan aerasi), akan terjadi peruraian
aerobik sampai mencapai keadaan stabil. Banyaknya oksigen
yang diperlukan untuk mencapai keadaan stabil ini yang disebut
BOD.
Dalam studi kualitas air parameter BOD sangat penting
sekali karena parameter ini merupakan salah satu indikator
pencemaran air. Air yang tercemar biasanya mempunyai BOD
yang tinggi, sebaliknya air yang tidak tercemar mempunyai BOD
yang

rendah.

BOD

merupakan

petunjuk

penting

untuk

mengetahui banyaknya zat organik yang terkandung dalam air


limbah. Makin banyak kandungan zat organik makin tinggi
BODnya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya matahari,
pertumbuhan biologik, gerakan air dan kadar oksigen.
7) Amoniak (NH3-N)
Amoniak (NH3) adalah salah satu jenis polutan yang
terdapat dalam sungai yang tercemar. Amonia adalah gas
berbau tajam yang tidak berwarna dengan titik didih -33,50C.
Secara fisik cairan amonia mirip dengan air, ikatan antara
amoniak dan air sangat kuat karena termasuk ikatan hydrogen.
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH 4+ pada

29

pH rendah dan disebut ammonium. Amoniak umumnya bersifat


basa (pH>8) namun pada keadaan tertentu bersifat asam
lemah.
Ammonia dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja
maupun oksidasi senyawa organik oleh mikroba. Penggunaan
pupuk dan pestisida yang berlebihan pada areal persawahan
turut berkontribusi pada peningkatan kadar amoniak pada aliran
sungai.

Pupuk

(CO(NH2)2)

yang

dan

menyebabkan

mengandung

ZA

excess

(NH4SO4)
yang

nitrogen
apabila

kemudian

seperti
terurai

terurai

di

urea
dapat
alam

membentuk nitrogen amoniak.


Konsentrasi amoniak yang tinggi pada permukaan air
sungai dapat menyebabkan kematian pada biota kecil misalnya
ikan. Bahkan pada pH tinggi, amoniak dengan konsentrasi kecil
sudah

bersifat

racun.

Karena

sifat

toksisitas

tersebut,

kandungan amoniak pada air minum harus nol dan pada air
sungai di bawah 0,5 mg/L.
Terdapat dua hal prinsip mengapa amoniak berbahaya
apabila

terkandung

dalam

air.

Pertama,

semakin

tinggi

konsentrasi amoniak dalam air, oksigen terlarut semakin


menurun karena digunakan untuk mendisosiasi amoniak.
Kedua, Amoniak yang terdisosiasi dalam bentuk ion NH4 +
dikategorikan sebagai radikal bebas yang dapat menyebabkan
kanker (karsinogen).
Bahaya lain dari kandungan nitrogen dalam senyawa
amoniak adalah adanya sindrome blue baby yang dapat
menyebabkan kematian. Dinamakan blue baby karena bayi
yang terkena sindrome ini kulitnya berwarna biru. Sindrom ini
disebabkan karena air yang dikonsumsi bayi terkontaminasi
nitrogen dan nitrate. Nitrogen yang tertelan akan mengubah
haemaglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh
tubuh menjadi methamoglobin. Methamoglobin tidak dapat
mengikat oksigen dan mentransportasikan ke tubuh, sehingga
tubuh kekurangan oksigen.

30

8) Daya Hantar Listrik (DHL)


Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk
mengalirkan arus listrik dan kemampuan tercermin dari kadar
padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran.
Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada
mobilitas ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik
merupakan konduktor kuat dibandingkan dengan senyawa
organik. Daya hantar (Konduktivitas) listrik air secara langsung
berkaitan dengan konsentrasi padatan terlarut terionisasi dalam
air Ion dari padatan terlarut dalam air menciptakan kemampuan
untuk air yang untuk melakukan arus listrik. Pengukuran daya
hantar listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air
dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.
9) Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk
semua tanaman dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu
diperlukan oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia.
Oleh karena itu, Cu harus selalu ada di dalam makanan. Yang
perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam
tubuh tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan.
Tembaga terlibat dalam berbagai reaksi biokimia di
dalam sel manusia. Tembaga merupakan komponen beberapa
enzim, yang terlibat dengan regulasi ekspresi gen, fungsi
mitokondria / metabolism sel, pembentukan jaringan ikat, serta
penyerapan, penyimpanan, dan metabolisme dari zat besi.
Cemaran tembaga (Cu) terdapat pada sayuran dan buahbuahan yang disemprot dengan pestisida secara berlebihan.
Penyemprotan pestisida banyak dilakukan untuk membasmi
siput dan cacing pada tanaman sayur dan buah.
Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg
berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu
pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan keracunan dan bahkan dihubungkan
dengan dengan penyakit Wilson yaitu gangguan genetik di mana

31

tubuh tidak dapat melepaskan diri dari tembaga, mengakibatkan


deposisi pada organorgan dan konsekuensi serius seperti gagal
hati dan kerusakan neurologis. Potensi bahaya lainnya termasuk
obstruksi aliran empedu, kontaminasi cairan dialisis (pada
pasien yang menerima hemodialysis untuk gagal ginjal), dan
sirosis anak.

10) Seng (Zn)


Seng (Zn) adalah salah satu elemen yang paling umum
dalam kerak bumi. Ini ditemukan di udara, tanah, dan air, dan
hadir di semua makanan. Seng murni adalah logam putih
kebiruan mengkilap. Seng memiliki kegunaan komersial sebagai
lapisan untuk mencegah karat, dalam baterai sel kering, dan
dicampur dengan logam lain untuk membuat paduan seperti
kuningan dan perunggu.
Senyawa seng yang banyak digunakan dalam industri
untuk membuat cat, karet, pewarna, pengawet kayu, dan salep.
Beberapa seng dilepaskan ke lingkungan oleh proses alam,
tetapi sebagian besar berasal dari aktivitas orang-orang seperti
pertambangan, produksi baja, pembakaran batu bara, dan
pembakaran limbah. Senyawa seng dapat pindah ke tanah dan
ke danau, sungai, dan sungai. Sebagian besar seng dalam
tanah tetap terikat pada partikel tanah. Ini berakumulasi di tubuh
ikan dan organisme lain, tetapi tidak membangun dalam
tanaman.
Terlalu

kecil

kadar

seng

dalam

tubuh

dapat

menyebabkan masalah kesehatan, namun terlalu banyak seng


juga berbahaya. Kelebihan kadar seng di dalam tubuh dapat
menyebabkan kram perut, mual, dan muntah. Selain itu
keracunan seng dapat menyebabkan anemia, kerusakan
pankreas, dan menurunkan kadar kolesterol high-density
lipoprotein (HDL - bentuk kolesterol baik).

32

11) Nitrit sebagai N


Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia
dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen
(denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. kadar nitrit yang lebih dari
0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme perairan.
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses
biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen
terlarut yang rendah.
Nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan
hemoglobin

dalam

darah,

sehingga

darah

tidak

dapat

mengangkut oksigen, di samping itu juga nitrit membentuk


nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat
menimbulkan kanker. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ionion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus
nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan
sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama
menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan
nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan
menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering
ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat
di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk
ammonia anhidrat seperti juga sampah organic hewan maupun
manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa
yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan
dengan mudah ermigrasi dengan air bawah tanah.
b) Parameter Udara Ambient
1) Sulfur Dioksida (SO2)
Pencemaran udara oleh sulfur oksida (SOx) terutama
disebabkan oleh dua komponen gas oksida sulfur yang tidak
berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3).
SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah
terbakar di udara, sedangkan SO3 adalah gas yang tidak reaktif.

33

Pencemaran
pernafasan

dan

SOx

iritasi

menyebabkan

mata,

serta

iritasi

berbahaya

sistem
terhadap

kesehatan manula dan penderita penyakit sistem pernafasan


kardiovaskular kronis. Selain berpengaruh terhadap kesehatan
manusia, pencemaran SOx juga berbahaya bagi kesehatan
hewan dan dapat merusak tanaman.
SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Setelah
berada di atmosfir, SO2 mengalami konversi menjadi SO3 yang
kemudian menjadi H2SO4. Pada malam hari atau kondisi
lembab atau selama hujan, SO2 di udara diabsorpsi oleh droplet
air alkalin dan membentuk sulfat di dalam droplet. Pembakaran
bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara serta
bahan-bahan lain yang mengandung sulfur akan menghasilkan
kedua bentuk sulfur oksida; SO2 selalu terbentuk dalam jumlah
besar, sementara SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai
10% dari total SOx.
b. Nitrogen Dioksida (NO2)
Nitrogen dioksida (NO2) dan nitrogen monoksida (NO)
adalah kelompok oksida nitrogen (NOx) yang paling banyak
diketahui sebagai bahan pencemar udara. NO merupakan gas
yang tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan NO 2 berbau
tajam dan berwarna coklat kemerahan. Oksida nitrogen seperti
NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. NO2 bersifat racun,
terutama menyerang paru-paru, yaitu mengakibatkan kesulitan
bernafas pada penderita asma, batuk-batuk pada anak-anak
dan orang tua, dan berbagai gangguan sistem pernafasan, serta
menurunkan visibilitas.
Oksida nitrogen juga merupakan kontributor utama smog
dan deposisi asam. Nitrogen oksida bereaksi dengan senyawa
organik volatil membentuk ozon dan oksidan lainnya seperti
peroksiasetilnitrat (PAN) di dalam smog fotokimia, dan dengan
air hujan menghasilkan asam nitrat dan menyebabkan hujan
asam. Deposisi asam basah (hujan asam) dan kering (bila gas
NOx membentuk partikel aerosol nitrat dan terdeposisi ke

34

permukaan bumi) dapat membahayakan tanaman, pertanian,


ekosistem perairan dan hutan. Hujan asam dapat mengalir
memasuki danau dan sungai lalu melepaskan logam berat dari
tanah serta mengubah komposisi kimia air. Hal ini pada akhirnya
dapat menurunkan dan bahkan memusnahkan kehidupan air.
c. Oksidan (O3)
Oksidan
mengoksidasi,

merupakan
pengaruhnya

senyawa
terhadap

yang

memiliki

kesehatan

sifat

adalah

mengganggu proses pernafasan dan dapat menyebabkan iritasi


mata. Selain menyebabkan dampak yang merugikan pada
kesehatan manusia, pencemar ozon dapat menyebabkan
kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material (tekstil,
karet, kayu, logam, cat, dsb), penurunan hasil pertanian dan
kerusakan ekosistem seperti berkurangnya keanekaragaman
hayati. Oksidan di udara meliputi ozon (lebih dari 90%), nitrogen
dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN). Karena sebagian besar
oksidan adalah ozon, maka monitoring udara ambien dinyatakan
sebagai kadar ozon.
d. Partikulat
Partikulat adalah padatan ataupun likuid di udara dalam
bentuk asap, debu dan uap yang berdiameter sangat kecil
(mulai dari <1 mikron sampai dengan 500 mikron), yang dapat
tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Disamping
mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat
terhisap ke ke dalam sistem pernafasan dan menyebabkan
penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan paru-paru.
Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan
disisihkan tergantung dari diameternya. Partikel berukuran besar
akan tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel
kecil yang dapat terhirup (inhalable) akan masuk ke paru-paru
dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama. Partikel
inhalable adalah partikel dengan diameter di bawah 10 m
(PM10). PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian

35

yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan, pada


konsentrasi 140 g/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada
anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 g/m3 dapat
memperparah kondisi penderita bronkhitis. Toksisitas dari
partikel inhalable tergantung dari komposisinya.
Partikel inhalable juga dapat merupakan partikulat
sekunder, yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas-gas
hasil pembakaran yang mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer,
misalnya partikel sulfat dan nitrat yang terbentuk dari gas SO 2
dan NOx. Umumnya partikel sekunder berukuran 2,5 mikron
atau kurang. Proporsi mayor dari PM2,5 adalah amonium nitrat,
ammonium sulfat, natrium nitrat dan karbon organik sekunder.
Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer dengan reaksi yang
lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara
lintas batas yang ditransportasikan oleh pergerakan angin ke
tempat yang jauh dari sumbernya. Partikel sekunder PM2,5
dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap
kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan
untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem
pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya.
Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat
asam akan bereaksi langsung di dalam sistem pernafasan,
menimbulkan dampak yang lebih berbahaya daripada partikel
kecil yang tidak bersifat asam. Partikel logam berat dan yang
mengandung

senyawa

karbon

dapat

mempunyai

efek

karsinogenik, atau menjadi carrier pencemar toksik lain yang


berupa

gas

atau

semi-gas

karena

menempel

pada

permukaannya. Termasuk ke dalam partikel inhalable adalah


partikel Pb yang diemisikan dari gas buang kendaraan bermotor
yang menggunakan bahan bakar mengandung Pb. Timbal
adalah pencemar yang diemisikan dari kendaraan bermotor
dalam bentuk partikel halus berukuran lebih kecil dari 10 dan 2,5
mikrometer. Partikulat juga merupakan sumber utama haze
(kabut asap) yang menurunkan visibilitas.

36

e. Karbon Monooksida (CO)


Gas Karbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mudah larut
dalam air, beracun dan berbahaya. Zat gas CO ini akan
mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih
mudah terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan
gas-gas lainnya. Pada kasus darah yang tercemar karbon
monoksida dalam kadar 70% hingga 80% dapat menyebabkan
kematian pada orang. Karbon monoksida di lingkungan dapat
terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari
kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal dari alam
termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan,
kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan
antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan
bahan bakar bensin.
Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan
diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari
jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan
bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak
bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri
dan pembakaran sampah domestik. Karbon monoksida, CO,
dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan
bakar yang mengandung karbon dan oleh pembakaran pada
tekanan dan suhu tinggi yang terjadi pada mesin. Karbon
monoksida dapat juga dihasilkan dari reaksi oksidasi gas
metana oleh radikal hidroksi dan dari perombakan/pembusukan
tanaman meskipun tidak sebensar yang dihasilkan oleh bensin.
Pada jam-jam sibuk di daerah perkotaan konsentrasi gas
CO bisa mencapai 50 -100 ppm. Tingkat kandungan CO di
atmosfir berkorelasi positip dengan padatnya lalu lintas, tetapi
korelasi negatif dengan kecepatan angin.Keberadaan atau umur
gas CO di atmosfir tidak lama hanya kira-kira 4 bulan. Hal ini
terjadi karena karbon monoksida di atmosfir dihilangkan melalui
reaksi dengan radikal hidroksil, HO*. Pencemaran udara dapat
memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia,

37

hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api


yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan
tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan
punah.
Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi
dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya
hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan,
patung-patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau
tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk
ke

dalam

paru-paru

bereaksi

dengan

haemoglobin

menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak


lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.
Asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat
merugikan, baik dalam segi ekonomi, transportasi (udara, darat
dan

laut)

dan

menyebabkan

kesehatan.
terhentinya

Akibat
alat-alat

asap

tebal

tersebut

transportasi

karena

dikhawatirkan akan terjadi tabrakan. Selain itu asap itu


merugikan kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang
tenggorokan, radang paru-paru dan sakit kulit. Pencemaran
udara lainnya berasal dari limbah 15 berupa asap yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor
dan limbah asap dari industri.
Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran
udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti
bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang
tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula
agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna,
selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap
industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis
(taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan
pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan
reboisasi/penanaman kembali pohonpohon pengganti yang
penting

adalah

untuk

membuka

lahan

tidak

pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik.

dilakukan

38

3. Hasil pemantauan kualitas air permukaan dan udara ambient


a. Kualiats air permukaan
Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air, salah satu metode yang digunakan untuk menentukan
status mutu kualitas air sungai adalah dengan metode INDEKS
PENCEMAR.
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP)
dapat memberi masukan pada pengambilan keputusan agar dapat
menilai kualitas perairan untuk suatu peruntukan serta melakukan
tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas
akibat kehadiran senyawa pencemar.
Jika Li jmenyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang
dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air ( j) (Lampiran 3) dan
Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh
dari hasil analisis, maka Pij adalah Indeks Pencemaran bagi
peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. Pij ditentukan
dengan cara:
1) Memilih parameter-parameter yang jika harga parameter
rendah maka kualitas air akan membaik.
2) Pilih Konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki
rentang.
3) Menghitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap
lokasi pengambilan cuplikan.
4) a. Jika nilai konsentrasi yang menurun menyatakan tingkat
pencemaran meningkat (misalkan DO), maka penentuan nilai
maksimum Cim (misalkan untuk DO, maka Cim merupakan nilai
DO jenuh). Dalam kasus ini nilai C i/Lij hasil pengukuran
digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan,yaitu:

(Ci/ Lij)baru=

CimCi (hasil pengukuran)


CimLij

b. Jika nilai baku mutu Lij memiliki rentang,


- untuk Ci Lij rata-rata

(Ci/ Lij) baru=

[Ci( Lij ) ratarata]


[ ( Lij ) min( Lij ) ratarata]

- untuk Ci> Lij rata-rata

(Ci/ Lij)baru=

[Ci( Lij ) ratarata]


[( Lij ) max( Lij ) ratarata]

39

c. Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0.


Misalkan
(C1/L1j)= 0,9 dan (C2/L2j) = 1,1 atau perbedaan yang sangat
besar misalkan (C3/L3j) = 5,0 dan (C4/L4j) = 10,0. Dalam
contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit untuk
ditentukan. Cara untuk mengatasinya adalah:
- Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran jika nilai ini <
1,0
maka nilai
(Ci/Lij)baru = (Ci/Lij)hasil pengukuran.
- Jika hasil (Ci/Lij)hasil

pengukuran

> 1,0 maka nilai (Ci/Lij)baru

dapat
diperoleh
dari:

(C i/ Lij)baru=1,0+ P . log(C i/L ij) hasil pengukuran

P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas


dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan
dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu
peruntukan (biasanya digunakan nilai 5).
5) Menentukan

nilai

rata-rata

dan

nilai

maksimum

dari

keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M).


Sehingga nilai dari Indeks Pencemaran dapat diketahui dari
persamaan:

Pij=

(Ci / Lij) M 2 +(Ci / Lij) R2


2

Dari hasil perhitungan nilai Indeks Pencemaran, besarnya


nilai atau skor menggambarkan kondisi kualitas perairan sesuai
dengan kriteria pada Tabel berikut.
Penentuan status mutu air berdasarkan Indeks Pencemaran
Skor

Kriteria

40

0,0 PIj 1,0


1,0 < PIj 5,0
5,0 < PIj 10
PIj> 10

Kondisi baik
Tercemar ringan
Tercemar sedang
Tercemar berat

Tabel 2.4
Hasil Pengukuran Kualiatas Air Permukaan

1.

Sungai/Air
Permukaan yang
Dipantau
S. Ciwulan

2.

S. Cibangbay

3.

S. Cimulu

4.

S. Cikalang

5.

S. Cihideung

6.

S. Citanduy

7.

S. Ciloseh

8.

S. Cilamajang

9.

S. Ciromban

10.

S. Cibadodon

11.

S. Cidukuh

12.

S. Cinutut

13.

Situ Gede

No.

Lokasi

Status
Air

Mutu

Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Tengah

Cemar Ringan
Cemar Ringan
Baik
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Sedang
Cemar Ringan
Cemar Sedang
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Baik
Cemar Sedang
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Sedang
Cemar Ringan
Cemar Sedang
Cemar Sedang
Cemar Ringan

4. Kualitas udara ambient


Berdasarkan data hasil pengujian kualitas udara di 10 (sepuluh)
titik pemantauan, frekuensi pengukuran sebanyak 1 (satu) periode,
terdapat parameter yang melebihi ambang batas yaitu kebisingan.
5. Identifikasi masalah
Beradasarkan hasil observasi selama magang tedapat beberapa
permasalahan yang terjadi di antaranya :
1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak mencemari

sungai

Masih terdapat home industry yang membuang limbah ke sungai.

41

2. Masih terdapatnya pengedara kendaraan yang menggunakan


kenalpot dengan suara keras
3. Parameter kebisingan melebihi nilai ambang batas
4. Kemampuan sarana dan prasarana untuk pemantauan lingkungan
yang terbatas.
5. Anggaran kegiatan pemantauan yang terbatas.

6. Penetapan tujuan
Tujuan

yang

ditetapkan

disini

adalah

dalam

rangka

menyelesaikan masalah prioritas. Penetapan alternatif pemecahan


masalah menggunakan analisis SWOT.
Tabel 2.5
Analisis SWOT
Internal

Eksternal

Opportunity
1. Adanya pengaduan
masyarakat terhadap
terjadinya
pencemaran
lingkungan

Threat
1. Kurangnya
kesadaran
masyarakat
untuk
tidak
mencemari
sungai masih kurang
2. Masih terdapat home
industry
yang
membuang limbah ke

Strength
1. Adanya
kewenangan
untuk
memberikan
teguran atau mencabut
ijin operasi bagi industri
yang
sengaja
mencemari
lingkungkungan
2. Terdapatnya sarana dan
prasarana
untuk
melakukan pemantauan
3. Memberikan
rekomendasi
kepada
Binamarga
untuk
menindak lanjuti hasil
pemantauan
S-O
a. Bekerja sama dengan
berbagai sektor dalam
pemeliharaan
dan
pemulihan DAS
b. Langsung
melakukan
tindak lanjut terhadap
pengaduan
untuk
melakukan pengecekan
kualitas lingkungan
S-T
a. Memberikan informasi
tentang
cara
pengendalian
lingkungan.
b. Bekerjasama
dengan
polantas atau dengan
dinas
perhubungan
untuk
Penerapan

Weakness
1. sumberdaya
manusia
yang masih kurang
2. anggaran yang terbatas
hanya untuk pemantauan
12 sungai dan satu situ
sehingga beberapa situ
lain tidak terpantau
3. Kemampuan sarana dan
prasarana yang terbatas.

W-O
a. Mengajukan usulan dalam
RKA untuk menambah
lokasi pemantauan
b. Mempersiapkan dan
Memperbaiki alat- alat
yang rusak sebelum
kegiatan pemantauan
W-T
a. Mengajak masyarakat dan
industry yang berada di
sekitar DAS untuk turut
serta merawat lingkungan
terutama
lingkungan
daerah aliran sungai

42

sungai
3. Masih
terdapatnya
pengedara
kendaraan
yang
menggunakan
kenalpot
dengan
suara keras

c.

aturan yang ketat dan


konsisten
terhadap
emisi
suara
dari
sumber
kendaraan
bermotor
roda
2
maupun 4
Memberi teguran keras
atau
Mencabut
ijin
operasi bagi industry
atau perusahaan yang
dengan
sengaja
mencemari lingkungan.

7. Alternative penyelesaian masalah


Berdasarkan analisis Swot yang dia atas maka dapat di lakukan
beberapa alternative penyelesaian masalah yaitu :
a. Memberi teguran keras atau Mencabut ijin operasi bagi industry
atau perusahaan yang dengan sengaja mencemari lingkungan.
b. Langsung melakukan tindak lanjut terhadap pengaduan untuk
melakukan pengecekan kualitas lingkungan
c. Mengajukan

usulan

dalam

RKA

untuk

menambah

lokasi

pemantauan
d. Bekerjasama dengan polantas atau dengan dinas perhubungan
untuk Penerapan aturan yang ketat dan konsisten terhadap emisi
suara dari sumber kendaraan bermotor roda 2 maupun 4
e. Memberikan informasi dan saran kepada masyarakat dan industry
yang berada di sekitar DAS untuk turut serta merawat lingkungan
terutama lingkungan daerah aliran sungai

Anda mungkin juga menyukai