Anda di halaman 1dari 10

BLOK 1 MODUL 2

KOMUNIKASI DAN EMPATI


Nama
: Ghereetha
NIM/Kelas : 102013158/C
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1; Latar Belakang

Komunikasi adalah hal yang paling mendasar dalam proses kehidupan manusia.
Dengan komunikasi, kehidupan akan belangsung dengan baik dan lancar. Komunikasi
yang baik adalah komunikasi dua arah, bukan searah. Komunikasi adalah proses interaksi
penuh makna antara sesama manusia, proses dimana makna diperuntukkan sehingga
terjadi pemahaman. Ada beberapa jenis komunikasi, yaitu complementry transaction,
crossed transaction dan ulterior transaction. Komunikasi yang paling sehat (baik) adalah
complementry transaction karena komunikasi yang diterima sesuai dengan yang
diharapkan, sedangkan komunikasi silang (crossed transaction) adalah komunikasi yang
menghasilkan respon yang tidak sesuai dengan harapan, dan ulterior transaction adalah
komunikasi yang melibatkan 2 atau lebih ego state (O,D,K).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami; hubungan; kontak; perhubungan. Menurut Raymond Ross, komunikasi
adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar
membantu pendengar membangkitkan respons/makna dari pemikiran yang serupa dengan
yang dimaksudkan oleh komunikator.
1.2; Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah PBL ini adalah:


- Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi terjadinya komunikasi
- Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif
- Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi efektif.
1.3; Skenario

Skenario C:
Seorang ibu Pembina Posyandu lulusan Master di bidang Kesehatan Masyarakat
ingin memberikan presentasi kepada beberapa kader Posyandu yang terdiri dari berbagai
latar belakang. Si ibu ini hendak memberikan presentasi dengan menggunakan kata-kata
yang rumit agar terlihat pintar dan keren.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi istilah yang tidak diketahui
1. Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu adalah wadah
pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang
dibimbing
petugas
terkait.
(Departemen
Kesehatan
RI.
2006).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana (Effendi, Nasrul. 1998: 267).
Tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah:
Menurut Depkes tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk:
a; Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.
b; Mempercepat penerimaan NKKBS.
c; Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan
kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
Penyelenggaraan Posyandu
Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos imunisasi, pos KB
desa, pos kesehatan ataupun pembentukan yang baru. Satu posyandu sebaiknya
melayani seratus (100) balita/700 penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan
petugas dan keadaan setempat, geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala keluarga
dalam kelompok dan sebagainya. Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang
mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan sendiri. Dengan demikian kegiatan
posyandu dapat dilaksanakan dipos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk,
balai desa, tempat pertemuan RK/RT atau ditempat khusus dibangun masyarakat.
Penyelenggaraan Posyandu ini di lakukan dengan pola yang dikenal dengan pola
lima meja, yaitu:
1; Meja 1 : Pendaftaran
2; Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita
3; Meja 3 : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)
4. Meja 4 : Peyuluhan perorangan berdasarkan KMS (Kartu Menuju Sehat)
- Mengenai balita berdasarkan penimbangan, berat badan yang naik/tidak naik, diikuti
dengan pemberian makanan tambahan, pralit dan vitamin A dosis tinggi.
- Terhadap ibu hamil yang resiko tinggi, diikuti dengan pemberian zat gizi.
- Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan pemberian kondom,
pil ulangan atau tablet busa.
5; Meja 5: Pelayanan tenaga profesional
Pelayanan tenaga profesional itu meliputi pelayanan KIA, KB (Keluarga
Berencana), imunisasi dan pengobatan serta pelayanan disesuaikan
dengan kebutuhan setempat.

2. Kader
Kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga
kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai
'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut (Nano Wijaya).
Pada umumnya penggunaan kata 'kader' sangat lekat pada partai politik, namun
organisasi kemasyarakatan juga mempunyai kader-kader yang membantu tugas ormas
tersebut, misal: kader kesehatan; yang mana mereka bukan pegawai dinas yang
melaksanakan fungsi kesehatan.
Kader kesehatan adalah orang-orang yang dipilih oleh masyarakat setempat
sebagai penyelenggara posyandu. Menurut L. A. Gunawan, kader kesehatan dinamakan
juga promotor kesehatan desa (prokes), yaitu tenaga sukarela yang dipilih oleh, dari
masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.Tujuan pembentukkan Kader
Kesehatan adalah agar masyarakat dapat berperan aktif dalam meningkatkan efisiensi
pelayanan kesehatan melalui kader kesehatan yang dipiih sendiri oleh masyarakat.
Sehingga, masyarakat bukan lagi menjadi objek tetapi menjadi subjek.
Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat
desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi
masyarakat sekelompoknya meliputi:
a. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap diare dan
pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhana dan lain-lain.
b. Penimbangan dan penyuluhan gizi.
c. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian
distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS.
d. Peyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya menamakan
NKKBS.
e. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan, pembuatan
jamban keluarga dan sarana air sederhana.
f. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.
Tugas Kegiatan Kader
Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam
rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar
Posyandu antara lain:
a. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:
- Melaksanan pendaftaran.
- Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
- Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan.
- Memberikan penyuluhan.
- Memberi dan membantu pelayanan.
- Merujuk.
b. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:
1. Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan diare.
2. Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
3. Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan
yang ada, seperti:

- pemberantasan penyakit menular.


- Penyehatan rumah.
- Pembersihan sarang nyamuk.
- Pembuangan sampah.
- Penyediaan sarana air bersih.
- Menyediakan sarana jamban keluarga.
- Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
- Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
- P3K
- Dana sehat.
- Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Peranan Kadfe diluar Posyandu KB-kesehatan:
- Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas
diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMd, menentukan masalah dan
kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah
kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
- Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat
peraga dan percontohan.
- Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong royong,
memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan
dilaksanakan dan lain-lain.
- Memberikan pelayanan yaitu,:
Membagi obat
Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya
- Melakukan pencatatan, yaitu:
KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang
diimunisasikan
Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang
naik timbangan
Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk
- Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB-kesehatan dan
upanya kesehatan lainnya.
- Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20KK atau
diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi
tentang upanya kesehatan dilaksanakan.
- Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.
- Melakukan pertemuan kelompok.

3. Keren
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keren berarti tampak gagah dan tangkas,
berpakaian bagus, berdandan rapi, dsb.
2.2 Rumusan Masalah
1. Kader yang berasal dari berbagai latar belakang (pendidikan)
2. Penggunaan bahasa yang rumit dalam memberikan presentasi
2.3 Analisis Masalah (Mind Map)
Komunikasi yang tidak efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuan dari komunikasi
efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik
seimbang dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik. Terdapat lima pondasi
membangun Komunikasi Efektif adalah:
a; Berusaha benar-benar mengerti orang lain (emphatetic communication)
b; Memenuhi komitmen / janji
c; Menjelaskan harapan
d; Meminta maaf dengan tulus ketika membuat kesalahan
e; Memperlihatkan integritas pribadi
Prinsip-prinsip Komunikasi Efektif adalah REACH, yaitu:
a; Respect
Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan bicara. Dalam
bukunya How to Win Friends and Influence People, Dale Carnegie juga menjelaskan
bahwa rahasia terbesar dalam berurusan dengan manusia adalah penghargaan yang jujur
dan tulus. There will be no respect without trust and there is no trust without
integrity Samuel Johnson.
b; Empathy (Empati)
Empathy adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
tengah dihadapi orang lain. Empati adalah kunci komunikasi yang baik. Empati adalah
upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan menempatkan diri seseorang di
tempat orang lain (Lukas Mangindaan, 2008).
c; Audible (Dapat didengar)
Audible berarti makna pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan harus dapat didengar
dan dimengerti oleh penerima pesan. Supaya dapat dimengerti, maka sebaiknya
pemberi/pengirim pesan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta tidak
menggunakan bahasa yang sulit dimengerti (rumit), pengirim pesan juga tidak berteletele (langsung pada intinya), menggunakan bahasa tubuh dan menggunakan ilustrasi atau
contoh.
d; Clarity (Jelas)
Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Salah satu penyebab munculnya
salah paham antara satu orang dengan yang lain adalah informasi yang tidak jelas yang
mereka terima. Langkah terbaik sebelum melakukan komunikasi adalah dengan
menetapkan tujuan secara jelas dan perjelas intonasi suara.

e; Humble (Rendah hati)

Rendah hati bukan berarti rendah diri, rendah hati berarti memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk berbicara terlebih dahulu, dengan cara ini akan terbangun rasa
hormat dan pada akhirnya mengembangkan respect kepada lawan bicara.
Komunikasi yang tidak efektif dalam skenario ini disebabkan oleh beberapa penyebab,
yaitu:
- Bahasa penyampaian yang rumit
Dalam berkomunikasi efektif, harus jelas (clarity) dan audible (dapat didengar
dan dimengerti). Dalam menyampaikan informasi, tentu menggunakan bahasa.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerjasama dan identifikasi
diri. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai alat untuk bekerjasama dengan
sesama manusia, alat untuk mengidentifikasi diri. Pada dasarnya, bahasa sebagai alat
komunikasi tidak hanya secara lisan, tetapi juga menggunakan bahasa isyarat tangan
atau anggota tubuh lainnya (non verbal).
Dalam skenario ini, pengirim pesan dalam hal ini adalah ibu Pembina kader
Posyandu menggunakan bahasa yang rumit dalam menyampaikan presentasinya.
Padahal, penerima pesan, yang dalam hal ini adalah para kader posyandu yang berasal
dari berbagai latar belakang pendidikan belum tentu mengerti apa yang disampaikan
oleh ibu Pembina kader posyandu, hal ini mengakibatkan terjadinya komunikasi satu
arah (Komunikasi searah adalah komunikasi yang berasal dari satu sumber, tidak ada
umpan balik (feed back). Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dua arah,
yaitu komunikasi timbal balik (ada feed back). Penggunaan bahasa yang rumit ini
juga berpotensi terjadinya crossed transaction, yaitu komunikasi silang yang
responnya tidak sesuai yang diharapkan, respon itu dapat berupa kemarahan, perasaan
bersalah, dsb.
Ibu Pembina Posyandu menggunakan bahasa yang rumit salah satunya
disebabkan juga oleh karena jenjang pendidikannya yang sudah mencapai pada
tingkat Master Kesehatan Masyarakat, penggunaan bahasa yang rumit ini juga
diakibatkan karena si ibu Pembina yang kurang mampu mengadaptasikan dirinya
terhadap lingkungan posyandu yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dia
harapkan.
- Metode penyampaian
Metode penyampaiaan dalam skenario kali ini adalah metode penyampaian searah
dan berupa Presentasi dari ibu pembina Posyandu, presentasi ini berisikan:
Tujuan/motivasi memberikan/menyampaikan presentasi
Dalam skenario kali ini, motivasi ibu Pembina dalam menyampaikan bahan
presentasi adalah agar terlihat pintar dan keren. Hal ini melanggar prinsip
komunikasi efektif yaitu humble (rendah hati). Oleh karena komunikasi yang
terjadi adalah komunikasi yang searah, maka terjadilah pelanggaran prinsip
humble yaitu tidak ada umpan balik (feed back), tidak memberikan
kesempatan pendengar untuk berbicara sehingga menyebabkan tidak
berkembangnya rasa dan sikap respect terhadap ibu Pembina, otomatis juga
telah melanggar prinsip respect.

Sasaran presentasi
Sasaran presentasi dalam skenario ini adalah agar para kader posyandu
mampu mengerti dan memahami tugas-tugasnya sebagai kader kesehatan,
yang telah kita ketahui bahwa kader kesehatan posyandu ini adalah
sukarelawan yang dipilih langsung oleh masyarakat. Dalam skenario ini,
sasaran presentasi tidak terpenuhi karena ibu Pembina Posyandu
menggunakan bahasa yang rumit dan sulit dimengerti oleh para kader
Posyandu, sehingga materi yang disampaikan ibu Pembina Posyandu tidak
diterima oleh para kader Posyandu.
Isi dari presentasi
Dalam skenario ini, sulit ditemukan apa isi dari presentasi yang dibawakan
oleh ibu Pembina. Namun bila dipahami secara tersirat, isi dari presentasi
yang dibawakan oleh ibu Pembina Posyandu adalah mengenai tugas-tugas
kader Posyandu. Isi dari presentasi ini juga berpotensi tidak terpenuhi apabila
ibu Pembina Posyandu hanya menggunakan bahasa yang rumit, tidak
berusaha untuk membuka hubungan interaktif (komunikasi verbal) antara
dirinya dengan pendengar (kader Posyandu). Isi presentasi ini berpotensi tidak
terpenuhi juga dapat diakibatkan karena lingkup bahan presentasi ibu Pembina
yang tidak sesuai pada tempatnya. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria
komunikasi efektif yang bertujuan agar kedua belah pihak saling mengerti.
Latar belakang
Latar belakang yang dimaksudkan disini adalah latar belakang yang menyebabkan
terjadinya komunikasi yang tidak efektif antara ibu Pembina Posyandu dengan kader
kesehatan Posyandu. Latar belakang itu adalah sebagai berikut:
Pendidikan
Pendidikan juga memperngaruhi seseorang dalam menerima dan memahami
informasi yang diberikan. Dalam skenario kali ini, dikatakan bahwa kader
Posyandu yang dibina oleh Ibu Pembina Posyandu berasal dari berbagai latar
belakang, secara tersirat adalah latar belakang pendidikan. Untuk menjadi
seorang kader Posyandu, pendidikan tidak menjadi patokannyaa. Syarat
menjadi seorang kader kesehatan Posyandu adalah sebagai berikut:
a; Dapat membaca dan menulis
b; Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan
c; Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
d; Mempunyai waktu yang cukup
e; Bertempat tinggal di wilayah Posyandu
f; Berpenampilan ramah dan simpatik
g; Diterima masyarakat setempat
Dalam skenario, ibu Pembina setidaknya telah mengetahui situasi dan kondisi
para kader kesehatan Posyandu setempat, namun di skenario ini ibu Pembina
seakan tidak beradaptasi pada kondisi para Kader Posyandu tersebut dan ini
mengakibatkan terjadinya komunikasi yang tidak efektif.

Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti air, energy, mineral, serta flora dan fauna yang
tumbuh diatas tanah maupun didalam lautan dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan
lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga mempengaruhi ibu Pembina dalam
menyampaikan presentasinya kepada para kader Posyandu, bagaimana ibu
Pembina Posyandu mampu beradaptasi dengan lingkungan fisik,sosial dan
budaya sekitar Posyandu sehingga tercipta rasa nyaman.
Lingkungan ini adalah sebagai berikut:
o Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah salah satu unsur yang harus didaya
gunakan oleh organisasi sehingga menimbulkan rasa nyaman, tentram
dan dapat meningkatkan hasil kerja yang baik untuk meningkatkan
kinerja organisasi tersebut (Sihombing, 2004). Lingkungan kerja fisik
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan,
kebersihan, musik dan lain-lain (Nawawi, 2001).
Dalam skenario ini, lingkungan fisik juga mempengaruhi ibu
Pembina dalam melakukan komunikasi dan interaksi. Lingkungan fisik
itu dapat berupa keadaan sekitar posyandu, suhu udara, pencahayaan,
suara, penghawaan ruangan (seperti alat pendingin ruangan),
kebersihan, dll.
o Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling
berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama
maupun dengan lingkungannya. Dalam skenario, ibu Pembina seakan
tidak mampu berdaptasi pada lingkungan sosial diakibatkan karena
sikap ibu Pembina Posyandu yang ingin terlihat pintar dan keren,
keinginan ibu Pembina Posyandu ini pun dipicu karena tingkat
pendidikan beliau yang sudah Master Kesehatan Masyarakat.
o Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya adalah lingkungan antar manusia yang meliputi
pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku
dalam suatu lingkungan yang ruang lingkupnya ditentukan oleh
keberlakuan pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku
manusia didalamnya) dan oleh tingkat rasa integritas mereka yang
berada didalamnya. Contohnya: pasar, sekolah, tempat beribadah,
tempat wisata, dsb.

2.4 Hipotesis
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menggunakan bahasa dan metode
penyampaian yang tepat, yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan kader kesehatan
Posyandu dan lingkungan Posyandu.

2.5 Menentukan Sasaran Pembelajaran


Sasaran pembelajaran dalam aktifitas PBL kali ini adalah sebagai berikut:
1; Mahasiswa mampu memahami arti dari komunikasi yang efektif
2; Mahasiswa mampu menggunakan bahasa dan metode penyampaian yang tepat
3; Mahasiswa mampu menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap latar belakang orang
lain dalam segi manapun
4; Mahasiswa lebih berempati terhadap sesama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Prinsip-prinsip komunikasi
yang efektif adalah REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble)
Dalam kasus ini, terjadi komunikasi yang tidak efektif. Komunikasi yang tidak efektif ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penggunaan bahasa, latar belakang (pendidikan dan
lingkungan fisik, sosial dan budaya) dan metode penyampaian (searah dan melalui tehnik
presentasi).
Dalam kasus ini, ibu Pembina Posyandu menggunakan bahasa yang rumit, sulit
dimengerti dan tidak sesuai dengan tempatnya, menyebabkan para kader kesehatan Posyandu
berpotensi tidak mengerti akan hal-hal yang disampaikan oleh ibu Pembina Posyandu.

Daftar Pustaka
Andri, Dan Hidayat, Elly Ingkiriwang, Evalina Asnawi, Hubertus Kasan Hidajat.2013.Bahan
Kuliah Blok I Modul 2 Komunikasi dan Empati.Jakarta:UKRIDA
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.2005.Jakarta:Balai Pustaka
http://www.google.com
Posyandu dan Kader Kesehatan.Diambil tanggal 5 Oktober 2013 dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3753/1/fkm-zulkifli1.pdf
Posyandu dan Kader Kesehatan.Diambil tanggal 5 Oktober 2013 dari:http://www.wikipedia.com
Keren.Diambil tanggal 5 Oktober 2013 dari: http://www.artikata.com/arti-334515-keren.html
Komunikasi Efektif. Diambil tanggal 5 Oktober 2013
dari:http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-midwifepractices-d3/komunikasi-konseling-dalam-praktek-kebidanan/komunikasi-efektif
Prinsip-prinsip dalam Komunikasi Efektif.Diambil tanggal
http://ikhtisar.com/prinsip-dasar-dalam-komunikasi-efektif/

Oktober

2013

dari:

Anda mungkin juga menyukai