Anda di halaman 1dari 2

LEAN THINKING

Dasar pemikiran dari Lean Thinking adalah berusaha menghilangkan


waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai
suatu konsep perampingan atau efisiensi. Konsep Lean Thinking ini dapat
diaplikasikan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, karena pada
dasarnya efisiensi selalu menjadi target yang ingin dicapai oleh semua
perusahaan.
Untuk dapat mengaplikasikan konsep Lean Thinking pada perusahaan,
baik itu perusahaan jasa ataupun manufaktur, maka perusahaan harus
mampu untuk mengidentifikasi kebutuhan dari konsumen, dan apa yang
dipentingkan oleh konsumen. Pendekatan ini merupakan filosofi dasar untuk
mengoptimalkan performansi sistem manufaktur. Melalui continous
improvement maka dapat terlihat gap antara penerapan sistem secara
optimal dengan sistem sebelumnya.
Konsep Lean Thinking dirintis di Jepang oleh Taichi Ono, dan Sensei
Shigeo Shingo, dimana implementasi dari konsep ini didasarkan pada 5
prinsip utama (Hines and Taylor, 2000) yaitu:
1. Specify Value
Menentukan apa yang dapat atau tidak dapat memberikan nilai
(value) dari suatu produk atau pelayanan, dipandang dari sudut
pandang konsumen (bukan dari sudut pandang produsen).
Perusahaan harus fokus pada customer needs.
2. Identify Whole Value Stream
Mengidentifikasi tahapan-tahapan yang diperlukan, mulai dari
proses desain, pemesanan dan pembuatan produk berdasarkan
keseluruhan value stream untuk menemukan pemborosan yang
tidak memiliki nilai tambah (non value adding activity).
3. Flow
Melakukan aktivitas yang dapat menciptakan suatu nilai tanpa
adanya gangguan, proses rework, aliran balik (backflow), aktivitas
menunggu (waiting), dan juga sisa produksi.
4. Pulled
Mengetahui aktivitas-aktivitas penting yang digunakan untuk
membuat apa yang diinginkan oleh customer.
5. Perfection
Berusaha mencapai kesempurnaan dengan menghilangkan
waste (pemborosan) secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga
waste yang terjadi dapat dihilangkan secara total dari proses yang

ada.
Sistem produksi Lean dikatakan ramping, karena :
a. sistem ini menggunakan sumber daya yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan mass production
b. menggunakan setengah kebutuhan sumber daya manusia
c. menggunakan setengah space manufacturing
d. menggunakan setengah kebutuhan investasi atas peralatan
e. menghemat waktu pengembangan produk sehingga menekan
jumlah defect
f. mampu menghasilkan variasi dan pertumbuhan produk yang
semakin meningkat (Taylor and Brunt, 2001).
Secara garis besar, konsep Lean dapat di integrasikan dengan Total
Quality Management yang mampu meningkatkan kepuasan stakeholder,
termasuk didalamnya adalah customer. Sebagaimana layaknya rumah, atau
bangunan dimana perusahaan menjadikan customer sebagai fokus utama,
maka stabilitas perusahaan dan standarisasi kerja harus menjadi pondasi
yang kokoh agar dapat mendukung konsep JIT (PPIC) dan Kualitas, sehingga
dapat menopang keinginan pelanggan yang dalam kondisi ini adalah
stakeholder.
Lalu bagaimana dengan kondisi perusahaan yang secara karakteristik
membutuhkan sistem produksi make-to-stock seperti perusahaan consumergoods? Bukankah hal ini berlawanan dengan JIT yang meminimalisasi
inventory dalam setiap operasionalnya?
Pada dasarnya, perusahaan apapun yang berbasis pada produksi
menggunakan data-data penjualan sebelumnya untuk melakukan peramalan
dan memprediksi permintaan pelanggan, hal ini dikerjakan oleh bagian
perencanaan produksi (PPIC). Dari sinilah akhirnya muncul banyak ketidakefisien-an, kesalahan peramalan, dan inventory yang menumpuk. Jika kondisi
perusahaan seperti ini, maka harus tetap menggunakan konsep Lean
Thinking sebagai bagian perencanaan produksi sehingga stabilitas dan
standarisasi kinerja dapat terwujud.
Namun, sekuat apapun sistem yang dibangun perusahaan, jika tidak
didukung oleh sumber daya manusia sebagai pelaksana dan inisiatif dalam
organisasi, maka perusahaan akan menjadi rumah yang kosong, dan tanpa
aktivitas. Kalau sudah begini, maka akan memberikan efek negatif terhadap
fungsi marketing dan public relation perusahaan itu sendiri.

Sumber: http://triyatmoko.wordpress.com/2009/05/29/lean-thinking/

Anda mungkin juga menyukai