ada.
Sistem produksi Lean dikatakan ramping, karena :
a. sistem ini menggunakan sumber daya yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan mass production
b. menggunakan setengah kebutuhan sumber daya manusia
c. menggunakan setengah space manufacturing
d. menggunakan setengah kebutuhan investasi atas peralatan
e. menghemat waktu pengembangan produk sehingga menekan
jumlah defect
f. mampu menghasilkan variasi dan pertumbuhan produk yang
semakin meningkat (Taylor and Brunt, 2001).
Secara garis besar, konsep Lean dapat di integrasikan dengan Total
Quality Management yang mampu meningkatkan kepuasan stakeholder,
termasuk didalamnya adalah customer. Sebagaimana layaknya rumah, atau
bangunan dimana perusahaan menjadikan customer sebagai fokus utama,
maka stabilitas perusahaan dan standarisasi kerja harus menjadi pondasi
yang kokoh agar dapat mendukung konsep JIT (PPIC) dan Kualitas, sehingga
dapat menopang keinginan pelanggan yang dalam kondisi ini adalah
stakeholder.
Lalu bagaimana dengan kondisi perusahaan yang secara karakteristik
membutuhkan sistem produksi make-to-stock seperti perusahaan consumergoods? Bukankah hal ini berlawanan dengan JIT yang meminimalisasi
inventory dalam setiap operasionalnya?
Pada dasarnya, perusahaan apapun yang berbasis pada produksi
menggunakan data-data penjualan sebelumnya untuk melakukan peramalan
dan memprediksi permintaan pelanggan, hal ini dikerjakan oleh bagian
perencanaan produksi (PPIC). Dari sinilah akhirnya muncul banyak ketidakefisien-an, kesalahan peramalan, dan inventory yang menumpuk. Jika kondisi
perusahaan seperti ini, maka harus tetap menggunakan konsep Lean
Thinking sebagai bagian perencanaan produksi sehingga stabilitas dan
standarisasi kinerja dapat terwujud.
Namun, sekuat apapun sistem yang dibangun perusahaan, jika tidak
didukung oleh sumber daya manusia sebagai pelaksana dan inisiatif dalam
organisasi, maka perusahaan akan menjadi rumah yang kosong, dan tanpa
aktivitas. Kalau sudah begini, maka akan memberikan efek negatif terhadap
fungsi marketing dan public relation perusahaan itu sendiri.
Sumber: http://triyatmoko.wordpress.com/2009/05/29/lean-thinking/