Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ
tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan
ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian). Tumor adalah benjolan
atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan
yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma
dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.
Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Sebagian
besar tumor jaringan lunak muncul tanpa penyebab, meskipun radiasi, luka bakar, atau
paparan racun terlibat. Tumor jaringan lunak dapat muncul di lokasi manapun, meskipun
sekitar 40% terjadi pada ekstremitas bawah, terutama femur. Insiden umumnya meningkat
dengan bertambahnya usia, walaupun 15% muncul pada anak-anak.
Prognosis pada pasien dengan tumor jaringan lunak dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu lain tipe histologis tumor, derajat deferensiasinya, dan luas anatomik, yang dinyatakan
dalam stadium.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1

Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ
tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang berasal dari jaringan
embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot, pembuluh darah dan limfe, jaringan lemak, dan
selaput saraf.
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.
2.2 Anatomi dan Histologi
Menurut jaringan embrional manusia terdapat 3 lapisan, yaitu :
1. Ektoderm : berkembang biak menjadi epitel kulit dengan adneksanya,

neuroektoderm,

yaitu sel otak dan syaraf.


2. Endoderm : berkembang menjadi epitel mukosa, kelenjar, parenchim organ visceral.
3. Mesoderm : berkembang menjadi jaringan lunak, jaringan ikat, tulang, otot, jantung,
pembuluh darah dan limfe, selaput saraf.
a. Jaringan lemak

Lemak (bahasa Inggris: fat) merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul


alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak,
malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K),
monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah
dan steroid) dan lain-lain.
Secara umum dapat dikatakan bahwa lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia, yaitu:

1. Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak. 1 gram lemak menghasilkan 39.06
kjoule atau 9,3 kcal.
2. Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel yang
berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi menjalankan aliran air, ion dan
molekul lain, keluar dan masuk ke dalam sel.
3. Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal, seperti pada
prostaglandin dan steroid hormon dan kelenjar empedu.
4. Menjadi suspensi bagi vitamin A, D, E dan K yang berguna untuk proses biologis
5. Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan melindungi
tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat.
Lemak juga merupakan sarana sirkulasi energi di dalam tubuh dan komponen
utama yang membentuk membran semua jenis sel.

b. Jaringan fibrosa

Jaringan ikat Fibrosa (Fibrosa) Jaringan fibrosa tersusun dari matriks yang
mengandung serabut fleksibel berupa kolagen dan bersifat tidak elastis. Fibrosa
ditemukan pada tendon otot, ligamen, dan simfisis pubis. Fungsinya antara lain sebagai
penyokong dan pelindung, penghubung antara otot dan tulang serta penghubung antara
tulang dan tulang.

c. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama.
Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot
menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam
organisme tersebut.
- Otot lurik

Memiliki desain yang efektif untuk pergerakan yang spontan dan membutuhkan
tenaga besar. Pergerakannya diatur sinyal dari sel syaraf motorik. Otot ini menempel
pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan.

Otot polos

Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan
pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom. Otot polos dibangun
oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong dengan kedua ujung meruncing,serta
mempunyai satu inti.
d. Pembuluh darah dan limfe
- Pembuluh darah

Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu:


a. kapiler
b. arteri
c. vena
a. Kapiler
Merupakan selapis sel endotel
Terdapat 2 jenis:
5

- kapiler fenestra
- kapiler kontinu
Fungsi: pertukaran bahan secara difusi melalui ruang antar sel.
b. Arteri
Tunika intima
- selapis endotel.
- membrana elastika interna jelas.
Tunika media
- lapisan otot polos sangat tebal.
Tunika adventitia
- jaringan ikat kendor.
- membrana elastika eksterna
c. Vena

Dinding tipis tekanan 1/10 arteri.

Jaringan elastis konstan karena aliran darah vena konstan.

Katup +.

Mudah direnggangkan sehingga dapat berfungsi sebagai reservoir.

Dinding vena tampak kendor.

Tunika media tidak berkembang.

Tunika adventitia lebih tebal & dominan.

Limfe

Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak
katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan. Pembuluh
limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya
atas selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang
sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.
Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lacteal (khilus) dijumpai dalam vili usus
kecil.
Fungsi
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran
limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan
penyebaran organism itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian lain
tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk melindungi
tubuh terhadap kelanjutan infeksi.

e. Saraf perifer
7

Sistem saraf tepi, selanjutnya disebut SST, tersusun atas akson-akson yang
keluar menuju organ efektor dan diorganisasikan menjadi saraf. Akson SST pada
ummnya termielinasi, sehingga terlihat berwarnaputih.
Organisasi akson-akson saraf tepi menjadi berkas saraf melalui jaringan
pengika. Saraf-saraf tepi terdiri atas serabut-serabut saraf (akson) yang saling
berkumpul bersama, dan disatukan melalui jaringan penyambung, s e h i n g g a
m e n g h a s i l k a n k u m p u l a n s e r a b u t s a r a f , d i s e b u t d e n g a n fasikulus. Dalam
satu fasikel pada umumnya mengandung persarafanbaik sensorik maupun motorik.
Beberapa fasikulus membentuk bundel berkas serat saraf. Bundel berkas serat saraf
ini diikat oleh Epineurium, yakni suatu jaringan ikat yang padat, tidak beraturan, tersusun
mayoritasoleh kolagen dan sel-sel fibroblast.
2.3 Etiologi
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.

3. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin
menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

2.4 Klasifikasi
No

Jaringan Asal

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Fibrous
Fibrohistiocytic
Lipomatous
Smooth muscle
Skeletal muscle
Blood vessel
Lymph vessel
Perivascular
Synovial
Paraganglionic
Mesothelial
Extra skeletal
osseus

13.
14.

Mesenchymal
Neural

Bentuk Tumor

cartilaginous

Fibroma/Fibrosarcoma
Malignant fibrous histiocytoma
Lipoma/Liposarcoma
Leiomyoma/Leiomyosarcoma
Rhabdomyoma/Rhabdomyosarcoma
Angioma/Angiosarcoma
Lymphangiosarcoma
Hemangioma/Malignant hemangio pericytoma
Synovial sarcoma
Malignant paraganglioma
Malignant schwannoma
dan Chondroma/Extraskeletal chondrosarcoma
Extraskeletal osteosarcoma
Malignant mesenchymoma
Neuroblastoma
Extraskeletal Ewings sarcoma

15.

Miscellaneous

Alveolar soft part sarcoma


Epithelioid sarcoma
Malignant extra renal rhabdoid tumor
Desmoplastic small cell tumor

Gradasi Histopatologis
Termasuk dalam penilaian gradasi adalah :
-

Tingkat selularitas

Diferensiasi

Pleomorfi

Nekrosis

Jumlah mitosis

American Joint Commission on Cancer (AJCC) dan Memorial Sloan-Kettering Cancer


Center (MSKCC) membedakan atas gradasi rendah dan tinggi.
Disamping gradasi, diperlukan pula informasi pemeriksaan histopatologi berupa :
-

Ukuran tumor

Tipe dan sub-tipe

Batas sayatan (margin)

Invasi

10

STADIUM KLINIK
Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
T Primary tumor
T0

No evidence of primary tumor

T1

Tumor <5 cm in greatest dimension

T1a

Superficial tumor

T1b

Deep tumor

T2

Tumor >5 cm in greatest dimension

T2a

Superficial tumor

T2b

Deep tumor

N Regional lymph nodes


N0

No regional lymph node metastasis

N1

Regional lymph node metastasis

M Distant metastasis
M0

No distant metastasis

M1

Distant metastasis

G Histopathologic grade
Low grade
High grade
11

Stage Grouping (TNM System 6th edition, 2002)


Stage IA

Low grade

T1a

N0

M0

Low grade

T1b

N0

M0

Low grade

T2a

N0

M0

Low grade

T2b

N0

M0

High grade

T1a

N0

M0

High grade

T1b

N0

M0

Stage IIB

High grade

T2a

N0

M0

Stage III

High grade

T2b

N0

M0

Stage IV

Any

Any T

N1

M0

AnyT

AnyN

M1

Stage IB

Stage IIA

Any

MACAM MACAM TUMOR JARINGAN LUNAK


1. Jaringan Lemak
Lipoma
Lipoma ialah tumor jaringan jinak jaringan lemak. Tumor ini sering bercampur
dengan jaringan lainnya, sehingga ada bermacam-macam tipe lipoma.
Tabel. Macam-macam Lipoma
No

Jenis Lipoma

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Fibrolipoma
Fibromyxolipoma
Intramuscular lipoma
Angiomyolipoma
Angiolipoma
Angiolipoma, infiltrate
12

7.
8.

Myelolipoma
Hybernoma

Lipoma dapat single dapat pula multiple. Bentuk lipoma bila msaih kecil bulat
atau oval, bila sudah besar berbenjol-benjol atau lobuler, karena adanya sekat-sekat
jaringan ikat yang masuk ke dalam tumor. Lipoma dapat mencapai ukuran yang sangat
besar 10 kg atau lebih dan dapat menggantung dari kulit sepert buah. Konsistensi lipoma
tergantung dari jaringan lain yang menyertai. Umumnya lunak, dapat kisteus
(pseudokisteus) dan dapat pula padat.
Lipoma umumnya terdapat subkutan, tetapi dapat di tempat lain, seperti di
mediasstinum, retroperitoneum, dsb.
Terapi : eksisi
2. Jaringan Fibrous
Fibroma
Fibroma ialah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat. Seperti halnya dengan
lipoma, fibroma itu dapat bercampur dengan tumor jaringan lainnya, sehingga ada
bermacam-macam tipe fibroma.
Tabel. Macam-macam Fibroma
13

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Jenis Fibroma
Fibroma durum
Myxofibroma
Periostalfibroma
Fascial fibroma
Elastofibroma
Fibrohistiocytoma
Neurofibroma
Fibroma mobile
Aggressive fibromatosis
Abdominal fibromatosis
Desmoplastic fibroma
Atyp. Fibroxanthoma
Atyp. Fibrohistiocytoma
Neurofibromatosis

Konsistensi fibroma tergantung dari banyaknya jaringan ikat yang terdapat dalam
tumor. Makin banyak jaringan ikat, makin keras konsistensinya. Fibroma durum
konsistensinya keras dan fibroma mobile lunak.
Terapi:
-

Fibroma: eksisi sederhana


Desmoid: eksisi luas
Neurofibromatosis jinak: eksisi sederhana untuk tumor yang besar saja atau yang

mengganggu, karena tidak mungkin mengangkat semua tumor.


- Neufibrosarkoma: eksisi luas.
3. Jaringan Otot
Leiomyioma
Leiomioma adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari otot polos,
pertama kali dijelaskan oleh Virchow pada 1854. Bentuk herediter, yang menyebabkan,
beberapa leiomioma, pada awalnya dicatat oleh Kloepfer dkk pada tahun 1958. Mereka
dapat mengembangkan otot polos di mana pun hadir. Transformasi maligna mungkin
tidak terjadi.
Leiomioma dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis berikut:

Beberapa piloleiomyomas

Solitary piloleiomyoma

Angioleiomyoma (soliter)
14

Genital leiomyoma (soliter)


Tiga jenis yang cukup berbeda dari leiomioma kulit ada: piloleiomyomas,
angioleiomyomas, dan leiomioma genitalia. Klasifikasi ini mencerminkan asal yang
paling logis dari tumor otot polos dan sesuai dengan histologis atau anatomi dimana
leiomioma ditemukan. Piloleiomyomas berasal dari otot pili arrector unit pilosebaceous,
sedangkan angioleiomyomas berasal dari otot polos (yaitu, media tunika) dalam dindingdinding arteri dan vena. Leiomioma genitalia berasal dari otot dartos skrotum dan labia
majora. Tumor pada klasifikasi masing-masing memiliki karakteristik klinis dan / atau
histologis yang berbeda.
Epidemiologi
Menurut data di Amerika Serikat leiomyoma jarang terjadi.
Leiomyoma genitalia cenderung menjadi yang paling umum dari 3
jenis. Angioleiomyoma lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pria, dengan perbandingan 2:1 secara keseluruhan. Menurut usia
leiomyoma dapat dilihat beberapa contoh sebagai berikut :

Beberapa piloleiomyomas umumnya terjadi pada mereka yang berusia 10-30 tahun.
Ketika soliter, piloleiomyomas biasanya muncul kemudian. Sebagai contoh, dalam
serangkaian 28 leiomioma kulit soliter, usia pasien rata-rata pada presentasi adalah 53
tahun.

Angioleiomyomas paling sering terjadi pada tahun-tahun usia 20-60, meskipun beberapa
peneliti melaporkan jendela sempit insiden meningkat pada tahun-tahun 20-40 tua.
Dalam analisis retrospektif terhadap 562 klinikopatologi angioleiomyomas, usia rata-rata
pasien adalah 47 tahun; rentang usia mereka secara keseluruhan adalah 12-84 tahun.

Leiomioma

ditandai

sebagai

leiomioma

genital

jarang

terjadi

cukup

bahwa

kecenderungan usia umumnya tidak dijelaskan.


Gambaran Klinis
-

Piloleiomyoma merupakan tumor tunggal dengan permukaan halus ,papula, atau nodul,
biasanya lebih kecil dengan diameter 2 cm dan berwarna coklat kemerahan. Tempat

15

predileksi pada tubuh, wajah atau ekstremitas. Pola distribusi bilateral simetris,
dikelompokkan dermatomal dan pola linier.

Angioleiomyoma biasanya didefinisikan sebagai nodul pada kulit yang cukup dalam
dengan diameter 4 cm. biasanya dirasakan nyeri terutama pada saat palpasi.

Angioleiomyoma umumnya soliter dan terjadi terutama pada ekstremitas bawah.


Leiomyoma genitalia pada vulva atau skrotum biasanya berukuran lebih besar dari kedua
jenis leiomyoma yang lainnya.
Pemeriksaan Histologi
Leiomioma adalah tumor otot polos yang umumnya juga dibedakan. Inti otot
karakteristik halus yang memanjang dengan ujung tumpul, dan mereka sering
digambarkan sebagai cerutu atau belut berbentuk. Ketika serat ini dipotong di
penampang, vacuolization perinuklear dapat dihargai. Dengan mikroskop elektron, sel-sel
otot polos leiomyoma yang tampak normal. Piloleiomyomas terjadi terutama dalam
dermis retikular dan tidak dikemas. Berkas otot polos tumor ini interlaced dengan jumlah
variabel kolagen. Tingkat aktivitas mitosis, jika ada, rendah. Leiomioma genital mirip
dengan piloleiomyomas dalam penampilan histologis mereka.
Sebaliknya, angioleiomyoma mengandung spasi banyak pembuluh darah melebar
di tengah-tengah kumpulan otot polos diatur dengan cara yang lebih konsentris. Ruangruang pembuluh darah dilapisi oleh endotelium sebuah. Untuk perbedaan lebih lanjut,
angioleiomyomas baik dibatasi atau dienkapsulasi dan mengandung kolagen minimal.
Selain itu, angioleiomyomas lebih besar sering memiliki bidang perubahan mucinous.
Penatalaksanaan

16

Pemeriksaan jaringan harus dialakukan untuk menetapkan diagnosis, dapat


dilakukan biopsy atau eksisi biopsi. Selain itu beberapa penelitian melaporkan bahwa
calcium channel blockers, sehingga dapat digunakan nifedipin sebagai pengurang rasa
sakit untuk kasus piloleiomyoma.
Rhabdomyoma
Rhabdomyoma adalah tumor otot lurik. Ada 2 jenis rhabdomyoma adalah
neoplastik dan hamartoma. Hamartoma dibagi menjadi rhabdomyoma jantung dan
mesenchymal rhabdomyomatous kulit. Paling banyak terdapat terdapat pada daerah
kepala dan leher. Penyebab dari rhabdomyoma kemungkinan terbesar merupakan varian
genetic dari perkembangan otot lurik.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat rhabdomyoma adalah tumor yang sangat jarang terjadi
disbanding dengan tumor jaringan lunak yang lain. Secara khusus dalam kategori tumor
primer jinak jantung, rhabdomyoma memiliki insiden yang relatif sekitar 5,8%. Biasa
terjadi pada sebagian besar pada pria.
Gambaran Klinis
-

Pemeriksaan fisik pada pasien dewasa dengan rhabdomyoma mengungkapkan adanya

massa polypoid di wilayah leher, dan bisa terdapat pada daerah kepala serta leher.
Pasien dengan rhabdomyoma jantung terdapat murmur jantung.
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan radiografi seperti MRI dan CT scan jantung.
Pemeriksaan Histologi
Setiap massa pada kepala dan leher harus dilakukan biopsi untuk menentukan
diagnosa. Temuan histologist yang terdapat pada rhabdomyoma adalah ditandai oleh
adanya sel-sel besar yang menyerupai otot lurik, sel-sel ini sangat eosinofilik poligonal
dengan inti di perifer.

17

Penatalaksanaan
Pasien dengan rhabdomyoma dewasa mungkin akan mengalami kesulita progresif
bernafas dan menelan. Dalam hal ini dapat diberikan oksigen melalui lubang hidung
dengan kesulitan bernafas. Dan dalam keadaan sulit menelan dapat diberikan cairan
infuse tambahan sampai pembedahan dilakukan. Pasien dengan rhabdomyoma jantung
harus di bawah kardiologi.

4. Jaringan Pembuluh Darah dan Limfe


Hemangioma
Hemangioma ialah tumor jinak yang berasal dari pembuluh darah. Tumor ini
berwarna merah atau merah kebiru-biruan. Hemangioma itu terutama terdapat pada bayi
dan anak-anak. Kurang lebih 75% telah ada sejak lahir dan 85% telah tampak sebelum
bayi berumur 1 tahun. Hemangioma ini umumnya terdapat di kulit dan/atau subkutan,
sebagian besar di daerah kepala dan leher. Dapat pula diketemukan di mukosa, hati, otot,
tulang, dsb.
Ada beberapa macam hemangioma :
a. Hemangioma arteriale
Hemangioma arteriale berbentuk tumor berwarna merah. Pertumbuhan tumor ini
sukar diramalkan. Ada yang dengan cepat membesar, terutama dalam 4-6 bulan
pertama. Dalam waktu beberapa minggu saja sudah menjadi sangat besar.
Pertumbuhannya ada yang sewaktu-waaktu dapat berhenti dan bahkan dapat
mengalami regresi spontan. Regresi umumnya bberjalan pelan-pelan 5-7 tahun. Ada
pula tumor besarnya praktis tetap.
b. Hemangioma capillare
Ada bermacam-macam Hemangioma capillare:
Hemangioma simpleks
Hemangioma plexiform
Hemangioma juvenilis atau infantile
Nevus flameus dsb.
Hemangioma ini berbentuk plaque atau nodus berwarna merah muda di kulit yang
umumnya tidak besar, kurang dari 3 cm, dan juga tidak membesar. Nevus flameus

18

berupa plaque berwarna merah di kulit yang dapat mencapai ukuran yang sangat
besar dan sering telah ada sejak lahir.
Jenis-jenis hemangioma ini yang paling sering ditemukan pada anak-anak, ada yang
sejak lahir tetapi ada pula yang timbul pada bayi. Hemangioma ini ada beberapa yang
dapat mengadakan regresi spontan.
c. Hemangioma cavernosum
Hemangioma cavernosum terutama terdiri dari pembuluh vena yang membentuk
cavernae yaitu ruangan-ruangan seperti spons. Hemangioma ini berwarna kebirubiruan, mengecil bila ditekan dan membesar lagi bila tekanan dileppasskan. Besar
tumor bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar. Hemangioma ini umumnya
tidak mengalami regresi.
d. Hemangioma intramuscular
Hemangioma ini terdapat di dalam otot yang letaknya dalam.
e. Hemangioma racemosum
Hemangioma racemosum disebut juga hemangioma arteriovenosa, karena terdapat
fistula kongenital antara arteri dan vena, sehingga hemangioma itu berdenyut.
Hemangioma ada yang dapat dan ada pula yang tidak dapat mengalami regresi
spontan. Hemangioma arteriale dan capillare, yang umunya dapat mengalami regresi,
jarang pada hemangioma cavernosum. Hemangioma racenosum yang tidak
mengalami regresi. Hanya saja sukar menentukan sebelumnya, jenis hemangioma
yang akan mengalami regresi dan mana yang tidak.
-

Terapi:
Eksisi
Bila eksisi mudah dikerjakan, sebaiknya dilakukan eksisi. Semasih tumor itu

kecil, umumnya eksisi tidak sukar, memberikan hasil yang sangat baik.
Ekspektasi
Terapi ekspektatif untuk hemangioma yang sukar eksisinya, dengan harapan

hemangioma ini mengalami regresi spontan


Medikamen
Dengan kortikosteroid Prednison 20-30 mg sehari untuk 2-3 minggu, lalu

dosisnya diturunkan untuk 3-4 bulan.


Radioterapi
Beberapa jenis hemangioma radiosensitif. Disini perlu dipertimbangkan akan

bahaya radiasi pada anak-anak.


Cryosurgery
Hemangioma itu dibekukan dengan es karbondioksida (CO2).
19

Abrasi
Terapi abrasi ini untuk hemangioma jenis nevus flameus, dengan:
1) Menggosok hemangioma itu dengan kertas rempelas.
2) Dermobrasi.
Tatouage
Dengan member warna hemangioma itu sehingga warnanya mirip dengan kulit
normal. Ini untuk nevus flameus.

Limfangioma
Ada beberapa macam limfangioma:
a) Limfangioma capilaris
Disebut juga limfangioma simpleks. Ini berupa vesikel atau kutil kecil-kecil di kulit
atau mukosa dengan warna yang sama dengan kulit normal di sekitarnya, yang berisi
cairan limfe.
b) Limfangioma cavernosum
Limfangioma cavernosum berbentuk tumor di kulit, subkutan atau mukosa atau
berupa pembesaran organ yang bersangkutan yang konsistensinya lunak seperti
spons, dengan warna yang normal seperti jaringan di sekitarnya. Misalnya
limfangioma pada lidah berupa lidahnya besar (macroglosi), pada bibirnya besar
(macrocheili), dsb.
c) Limfangioma kistikum
Disebut juga Hygroma. Ini berupa kista yang berisi cairan limfe di subkutan atau di
tempat yang dalam. Seirng terdapat di leher (hygroma colli), di axilla (hygroma
axillare), dsb.
Terapi: eksisi.
5. Jaringan Saraf Perifer
Neurofibroma
Neurofibroma adalah tumor jinak selubung saraf dalam system saraf perifer.
Biasanya ditemukan pada individu dengan neurofibromatosis tipe I (NF1), sebuah
autosomal dominan penyakit genetic yang diturunkan. Neurofibroma muncul dari nonmyelin jenis sel Schwann yang menunjukkan inaktivasi bialelic dari gen NF1 yang kode
untuk protein neurofibromin. Berbeda dengan Schwannomas, jenis lain dari tumor yang
timbul dari sel Schwann, neurofibroma menggabungkan jenis tambahan sel dan elemen

20

struktur selain sel-sel Schwann, sehinggga sulit untuk mengidentifikasi dan memahami
semua mekanisme sel berasal dan berkembang.
Subtipe dari Neurofibroma

Neurofibroma dibagi menjadi tipe yaitu dermal dan plexiform. Neurofibroma kulit
berhubungan dengan saraf tepi tunggal, sementara plexiform Neurofibroma berhubungan
dengan berkas saraf ganda. Menurut sistem klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
Neurofibroma dermal dan plexiform adalah kelas I tumor. Plexiform neurofibroma lebih sulit
untuk diobati dan bisa berubah menjadi tumor ganas. Neurofibroma Dermal tidak menjadi
ganas.
-

Neurofibroma Dermal
Neurofibroma dermal (kadang-kadang disebut sebagai Neurofibroma kulit) berasal dari
saraf di kulit . Tiga jenis yang dibedakan:

Diskrit kulit Neurofibroma: massa Sessile atau pedunkulata pada kulit, yang berdaging
dan tidak nyeri tekan, dan dapat bervariasi dalam ukuran.

Diskrit subkutan Neurofibroma: Lie di bawah ini dan terlihat seperti benjolan pada
kulit, yang terkadang bisa menjadi lunak.

Jauh nodular Neurofibroma: Melibatkan jaringan dan organ di bawah dermis , tetapi
sebaliknya menyerupai kulit dan subkutan neurofibroma.

Neurofibroma Plexiform
Neurofibroma plexiform dapat tumbuh dari saraf di kulit atau dari lebih berkas
saraf internal, dan bisa sangat besar. Internal plexiform Neurofibroma sangat sulit untuk

21

menyembuhkannya karena tumor tersebut dapat bertambah besar melalui lapisan jaringan
dan dapat merusak jaringan sehat atau organ sekitarnya.
Epidemiologi
Neurofibroma biasanya timbul pada usia remaja dan sering dikaitkan dengan
masa pubertas. Ukuran dan jumlag tumor dapat meningkat seiring dengan pertambahan
usia dari pasien yang mengidapnya.
Penatalaksanaan
a. Dengan radioterapi dan kemoterapi, namun lebih disarankan dengan menggunakan
kemoterapi karena akan ditakutkan tumor semakin menyebar dan berubah ganas bila
dilakukan pengobatan dengan redioterapi.

b. Dengan menggunakan obat-obatan


Pirfenidone
Tipifarnib
Erlotinib (Tarceva) dengan Sirolimus
Imatinib (Gleevec)
Pegylated Interferon (Peg-Intron)
Sirolimus (Rapamycin)
Sorafenib (Nexavar)
Tranilast (Rizaben)
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di
mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya
terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf-saraf tepi.

22

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan
di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar,
berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat
menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah
begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan utama
pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan
sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk SJL lokasi di
visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak nyeri,
hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula perdarahan gastro
intestinal, obstruksi usus atau berupa gangguan neuro vaskular.
Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya. Keluhan yang
berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar. Keluhan yang
berhubungan dengan metastasis jauh.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda
metastasis pada paru , hati dan tulang.
2. Pemeriksaan status lokalis meliputi :
Tumor primer :

Lokasi tumor

Ukuran tumor

Batas tumor, tegas atau tidak

Konsistensi dan mobilitas

Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik / sensorik dan


tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai
dengan lokasi lesi.

23

Metastasis regional perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kgb regional.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya infiltrasi pada tulang.
2. MRI / CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya,
3. Angiografi atas indikasi,
4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru
5. USG hepar / sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis
6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.
7. Biopsi :

Tidak dianjurkan pemeriksaan FNAB (sitologi)

Sebaiknya dilakukan core biopsy atau tru cut biopsy dan lebih dianjurka
untuk dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor < 3 cm dilakukan biopsi
eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi incisi.

Untuk kasus kasus tertentu bila pemeriksaan Histo PA meragukan, dilakukan


pemeriksaan imunohistokimia.
Setelah dilakukan pemeriksaan di atas Diagnosis Klinis Onkologi telah dapat

ditegakkan, selanjutnya ditentukan Stadium Klinik tumor soft tissue Sesuai tabel di atas.
Sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu harus dipastikan apakah
kasus tumor soft tissue tersebut kurabel atau tidak, resektabel atau tidak, dan harus
dipastikan modalitas apa yang dimiliki (operasi, radiasi, khemoterapi), serta
kemungkinan tindakan rehabilitasi.
2.6 Penatalaksanaan
Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak adalah eksisi
yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan berbeda pada sarkoma
jaringan lunak.
Prosedur terapi untuk tumor jaringan lunak yang tergolong ganas atau yang disebut
sarkoma jaringan lunak dibedakan atas lokasinya, antara lain
a. Ekstremitas
b. Visceral/retroperitoneal

24

c. Bagian tubuh lain


d. SJL dengan metastasis jauh

2.7 Prognosis
Prognosis dari tumor jaringan lunak yang tergolong jinak umumnya baik, dan bergantung
pada :
Staging dari penyakit
Lokasi serta besar dari tumor.
Ada atau tidaknya metastase
Respon tumor terhadap terapi.
Umur serta kondisi kesehatan dari penderita.
Toleransi penderita terhadap pengobatan, prosedur terapi.
Penemuan pengobatan yang terbaru.

BAB III
KESIMPULAN
1. Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang berasal dari
jaringan embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot,pembuluh darah dan limfe,
jaringan lemak, dan selaput saraf.
2. Etiologi dari tumor jaringan lunak bisa disebabkan oleh kondisi genetic, radiasi,
lingkungan karsinogen, infeksi, dan trauma.
25

3. Penilaian gradasi hitopatologis dapat ditentukan dari tingkat selularitas, ukuran tumor,
jumlah mitosis, dan staging.
4. Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis yaitu tumor jinak biasnya tumbuh lambat,
tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif mudah
digerakan.

Sedangkan

pertumbuhan

kanker

jaringan

lunak

relatif

cepat

membesar,berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakan agak ssular
serta dapat menyebar ke seluruh terutama paru-paru.
5. Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak adalah eksisi
yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan berbeda pada
sarcoma jaringan lunak karena dibedakan atas lokasinya, antara lain: ekstremitas,
visceral, bagian tubuh lain, dan SJL dengan metastasis jauh.
6. Prognosis dari tumor jaringan lunak yang tergolong jinak umumnya baik.

DAFTAR PUSTAKA
26

1. Batchelor RJ, Lyon CC, Highet AS. Successful treatment of pain in two patients with
cutaneous leiomyomata with the oral alpha-1 adrenoceptor antagonist, doxazosin. Br J
Dermatol. Apr 2004
2. Bjorndal Sorensen K, Godballe C, Ostergaard B, Krogdahl A. Adult extracardiac
rhabdomyoma: light and immunohistochemical studies of two cases in the
parapharyngeal space. Head Neck. Mar 2006
3. I Dewa Gede Sukardja. 2005. Onkologi Klinik Edisi 2. Airlangga University Press.
Surabaya.
4. Martin RG. Malignant tumors of the small intestine. Surg Clin North Am. Aug 1998.
5. Muir D, Neubauer D, Lim TI, Yachnis AT, Wallace MR. 2003. Pathogenesis of
neurofibromatosis 1 associated neurofibromas . American Journal of Pathology.

6. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta.
7. Tassya, A. 2011. Tumor jaringan Lunak (http://www.dokterbook.com/2011/12/soft-tissuetumor/) diakses tanggal 10 Mei 2012.
8. World Health Organization. Classification of Tumors: Pathology and Genetics of Tumors
of Soft Tissue and Bone. Edited by Fletcher CDM, U. K., Mertens F., Lyon, France, IARC
Press, 2002.
9. http://herryyudha.blogspot.co.id/2014/05/casesoft-tissue-tumor-1.html
diakses tanggal 14 juni 2016.
10. http://herryyudha.blogspot.co.id/2012/07/soft-tissue-tumor-diagnosis-and.html
diakses tanggal 14 juni 2016
11. http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section03/Plate0340.shtml
diakses tanggal 14 Juni 2016.
12. http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section08/Plate08152.shtml
diakses tanggal 15 Juni 2016.
13. http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section06/Plate06121.shtml
diakses tanggal 15 Juni 2016.
14. http://ilmubedah.info/sarkoma-jaringan-lunak-soft-tissue-sarcoma-20110509.html diakses
tanggal 15 Juni 2016.

27

Anda mungkin juga menyukai