Anda di halaman 1dari 14

STEP 7

1. Definisi sendi? Bagian-bagiannya? Fisiologi?

Persendian Synovial
Tulang rawan sendi: lapisan tulang rawan yg melapisi ujung tulang yg bersendi
Rongga sendi: ruangan di antara 2 tulang yg bersendi , terisi oleh cairan synovial
Kapsul sendi: penutup rongga sendi
Cairan sinovial: cairan albumin yang berguna sebagai pelumas dan makanan bagi sel-sel

tulang rawan
Membran synovial: melapisis bagian dalam rongga sendi kecuali pada rawan sendi
Membran fibrosa: lapisan sebelah luar kapsul sendi
Bursa: kantong2 kecil berisi cairan sinovialberguna untuk mengurangi gesekan

DEFINISI
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut
dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama lain.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita
fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
(Patofisiologi Bk II Ed IV, Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, EGC. )

Fisiologis
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi
tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan
dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan
berkurang cairan kembali ke belakang. (Price, 2005; Azizi, 2004).

2. Apa pengaruh pekerjaan sebagai buruh pabrik terhadap penyakitnya?


Faktor predisposisi
Kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin adalah faktor resiko yang penting:
Umur
Faktor ketuaan adalah faktor terkuat. Osteoartritir hampir tak pernak pada anak-anak, jarang
dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun
Jenis kelamin
Wanita lebih sering terjadi OA dibandingkan laki-laki. Predileksinya pada wanita adalah lutut
sedangkan pada laki-laki adalah paha, pergelangan tangan dan leher. Hal ini diakibatkan oleh
hormonal khususnya estrogen yang turun pada wanita yang telah menopouse
Suku bangsa
OA lebih sering ditemukan pada orang amerika asli daripada orang kulit putih, ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan
Genetik
Faktor herediter juga mempengaruhi, misalnya pada ibu dari seorang wanita OA terdapat 2
kali lebih sering OA dan pada anak-anak perempuannya cenderung 3 kali lebih sering
daripada ibu tersebut. Adanya mutasi gen prokolagen II dan struktural lain misalnya kolagen
tie IX dan XII, dikatakan berperan dalam timbulnya kesenderungan familial pada OA tertentu
Kegemukan dan penyakit metabolik
Disamping karena adanya faktor mekanis berupa beban mekanis yang berat, diduga terdapat
faktor lain yang berperan pada timbulnya kelainan.
Cendera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan OA tertentu. Demikian pula dengan cedra sendi berkaitan dengan risiko
OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih menjadi
pertentangan.
Kelaianan pertumbuhan
Kelainana kogenital dan pertumbuhan pada telah dikaitkan dengan timbulnya OA pada usia
muda. Mekanisme ini diduga berperan lebih pada laki-laki dan ras tertentu
Faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dapat meningkatkan risiko timbulnya OA, mungkin karena tulang
yang lebih padat tak membantu mengurangi bebean yang ditemi oleh tulang rawan sendi,

akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah. Faktor ini diduga beperan pada tingginya
timbulnya OA pada orang gemuk dan berlari(yang umumnya mempunyai tulang yang lebih
padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA. Merokok juga berpengaruh, walopun
mekanismenya belum jelas
IPD jilid II

Biomekanik : Biomekanik yang terjadi akan merusak permukaan rawan sendi dan
menyebabkan terjadinya kerusakan rawan sendi. Pada penelitian yang dilakukan
di Bandungan pada tahun 2006,faktor risiko mekanik yang berpengaruh pada
kejadian OA adalah membawa beban berat saat bekerja.Beban biomekanik
mengarah kuat pada beban kondisi fisik dimana beban tersebut dipengaruhi oleh
gravitasi berat badan (Elsie, 2007).
Hormonal : Frekuensi osteoartritis sendi lutut lebih banyak dialami pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukan adanya peran hormonal pada
patogenesis
osteoartritis. Hormon estrogen meningkatkan
produksi kalsitonin .Di Inggris angka
kejadian 50% pada usia diatas
60 tahun sedangkan pada wanita Indonesia yang
berumur
dibawah 40 tahun hanya 2% menderita osteoarthritis, 30% pada usia 4060
tahun dan 60% pada wanita usia lebih dari 61% (Kalim, 1995),
(Parjoto, 2002).
Sumber : http://etd.eprints.ums.ac.id

3. Apa yang menyebabkan penderita ini susah berjalan?


Kehilangan dari bantal cartilage menyebabkan gesekan antara tulang-tulang, menjurus
pada nyeri dan pembatasan dari mobilitas sendi.

(http://www.totalkesehatananda.com/osteoarthritis1.html)

4. Macam-macam sendi?

Berdasar kemampuan gerak


Sinartrosis : sama sekali ga bisa digerakkan pada sendi (os.cranial sutura)
Amphiartrosis: terdapat sedikit gerakan pada sendi (os. Vertebra)
Diartrosis: sendi bebas bergerak (lutut, siku, gelang bahu)

Berdasar jaringan penghubung


Fibrosa : jaringan penghubung di sinartrosis
Kartilago : jaringan penghubung di amphiartrosis
Membran sinovial : jaringan penghubung di diartrosis

Secara anatomik, sendi dibagi menjadi 3, yaitu:


Sinartrosis
Sinartrosis adalah sendi yang tidak memungkinkan tulang-tulang yang berhubungan dapat
bergerak satu sama lain. Diantara tulang yang bersambungan tersebut terdapat jaringan yang
dapat berupa:
Jaringan ikat (sindesmosis), seperti pada tulang tengkorak, antara gigi dan rahang, antara
radius dengan ulna, dsb,

Jaringan tulang rawan (sinkondrosis), misalnya antara kedua os pubika pada orang dewasa,
Jaringan tulang (sinostosis), misalnya persambungan antara os ilium, os iskium dan os
pubikum.
Diartrosis

Diartrosis adalah sambungan antara 2 tulang atau lebih yang memungkinkan tulang-tulang
tersebut bergerak satu sama lain. Diantara tulang-tulang yang bersendi tersebut terdapat
rongga yang disebut kavum artikulare. Diartrosis disebut juga sendi sinovial. Sendi ini
tersusun atas bonggol sendi (kapsul artikulare), bursa sendi dan ikat sendi (ligamentum).
Berdasarkan bentuknya, diartrosis dibagi dalam beberapa sendi, yaitu:
Sendi engsel (interfalang, humeruoulnaris, talokruralis),
Sendi kisar (radioulnaris),
Sendi telur (radiokarpea),
Sendi pelana (karpometakarpal I),
Sendi peluru (glenohumeral),
Sendi buah pala (coxae).
Amfiartrosis

Amfiartrosis merupakan sendi yang memungkinkan tulang-tulang yang saling berhubungan


dapat bergerak secara terbatas, misalnya sendi sakroiliaka dan sendi-sendi antara korpus
vertebrata.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jld II Ed IV, FKUI.)
Terdapat 3 tipe sendi Berdasar jaringan penghubung dan ada tidaknya cairan sendi
1.
2.
3.

:
Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak,
Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak,
Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas.
Sendi Fibrosa
Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan tulang lainnya
dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Salah satu contohnya adalah sutura pada
tulang-tulang tengkorak. Contoh yang kedua disebutsindesmosis dan terdiri dari suatu
membran interoseus atau suatu ligamen diantara tulang. Serat-serat ini memungkinkan
sedikit gerakan tetapi bukan merupakan gerakan sejati. Perlekatan tulang tibia dan fibula
bagian distal adalah suatu contoh dari tipe sendi fibrosa ini.
Sendi Kartilaginosa
Sendi kartilaginosa adalah sendi dimana ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan
hialin, disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak.Sinkondrosis adalah sendisendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang rawan hialin. Sendi-sendi kostokondral
adalah contoh dari sinkondrosis. Simfisisadalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu
hubungan fibrokartilago, dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan
sendi. Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contoh-contohnya.
Sendi Sinovial
Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini
memiliki rongga-rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak, dan sinovium, yang
membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon
yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat
sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh
persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewati kapsul sendi.

Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi.
Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna. Jumlah yang
ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1-3 ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini
normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam
hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan
disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan
berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi
tulang rawan sendi.
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi
sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh. Rawan
sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar substansi dasar. Substansi dasar ini terdiri
dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan
yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan
tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang berat.
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe atau
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang
membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah. Beberapa kolagen baru
pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe I yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat
kehilangan sebagian kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang
terjadi pada cairan interstitial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan
mengakibatkan pergeseran cairan ke bagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan
dengan pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini juga bergeser ke depan
mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak ke belakang kembali ke bagian tulang
rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk
sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput
atau cairan, tulang rawan tisak dapat aus meskipun dipakai terlalu banyak.
Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah mulai masuk
melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul Jaringan kapiler sangat tebal di bagian
sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan di
dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat
sangat menonjol di sinovium, karena di daerah tersebut banyak mendapat aliran darah, dan
di samping itu juga terdapat banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang secara dinamis
berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respons peradangan.
Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul sendi, dan
sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur ini
terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligamen dan adventisia
pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari
kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh
saraf-saraf perifer yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri dari satu sendi mungkin dapat
dirasakan pada sendi lainnya; misalnya, nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai
nyeri lutut.
(Patofisiologi Bk II Ed IV, Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, EGC. )

5. Apa DD nya? Gejala, tanda, faktor resiko.

AR( rheumatoid artristis): autoimunmerusak membran sinovial pembengkakan, ada

gangguan :jantung, paru2. Simetris. Onset: 1 jam. Pagi hari


Nekrosis avaskular
Penyakit. Gout kristal as. Urat pembengkakan beebrapa sendi kecil (jari2

tangan) dibahas di LBM tua


SLE : penyakit di satu tempat (bisa terkena sendi karena autoimun)
OSTEOARTRITIS: di pinggul, lutut, bahu, vertebra lumbal, cervikal (banyak tempat). Tidak
ada kristal as. Urat. Onset: <=30 menit. Di malam hari. Setelah istirahat baik lagi.
Faktor resiko

o Usia >60 th
o Jenis kelamin : perempuan lbh byk drpada laki2
o Suku bangsa :kaukasia lbh dominan drpd kulit putih
perbedaan cr hidup maupun frekuensi kelainan congenital dan
pertumbuhan
o Genetic
o Obesitas dan penyakit metabolic
o Cedera sendi karna pekerjaan dan olahraga
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jld II Ed IV, FKUI.)

Predileksi

Biasanya pada :
1.

Sendi lutut

2.

Panggul

3.

Beberapa sendi kecil di tangan dan kaki.

Yang dipengaruhi faktor keluarga :


1.

Ujung2 jari terutama jari jempol

2.

Persendian tulang leher

3.

Pinggang

4.

Lutut

5.

Pinggul

( Penyakit Tulang dan Persendian, DR. Faisal Yatim, DTM&H, MPH )


Gejala :
Nyeri sendi
Kaku sendi
Krepitasi (rasa gemeretak pada sendi yang sakit)
Bentk sendi berubah
Gangguan fungsi
Tanda :
Krepitus
Keterbatasan gerak
Nyeri tekan pada sendi dan periartikuler
Tnjlan tulang
Pembengkakan jaringan lunak
Pincang
Deformitas
Kelemahan otot/atrof
Kulit permukaan sendi hangat/efusi sendi
Instabilitas
SUMBER : Panduan Diagnosis dan Pengelolaan Osteoartritis, Ikatan
Rheumatologi Indonesia , 2004

6. PF pada skenario?

Pemeriksaan fisik

Hambatan gerak
Krepitasi
Pembengkakan sendi asimetris
Tanda tanda peradangan
Perubahan bentuk sendi yang permanen
Perubahan gaya berjalan

IPD Jilid II Edisi IV 2006

7. Apa pemenriksaan penunjang?


CT scan: cairan sinovial menumpuk atau tidak?
Px darah: autoimun apa tidak?
Px. Asam urat : ada tidak?
Px. LED : meningkat / tidak? menghilangkan DD
Sinar X : fraktur atau tidak?
Px. Atroskopi: melihat radang sendi?

X-ray yang umum dari osteoarthritis termasuk kehilangan cartilage (tulang rawan) sendi,
penyempitan dari ruang sendi antara tulang-tulang yang berdekatan, dan pembentukan bone
spur (tulang spur).
Arthrocentesis jarum yang steril digunakan untuk mengeluarkan cairan sendi untuk analisa
Arthroscopy adalah teknik operasi dengan mana dokter memasukan tabung penglihat
kedalam ruang sendi.
(http://www.totalkesehatananda.com/osteoarthritis3.html)

Analisa cairan sinovial yang diambil :


Pada cairan sinovial terdapat berbagai jenis marker yang berasal dari
berbagai komponen ekstraselular matriks
Apa hubungannya?
Konsentrasi marker dalam cairan tubuh sangatlah erat hubungannya dengan
fungsi metabolisme matriks molekul rawan sendi. Komponen antara lain :
agrekan, COMP, Collagen II-propeptide yang nampak berubah
konsentrasinya dalam cairan tubuh setelah ceredea atau pada OA
Apa jenisnya?
Ada banyak(silahkan lihat tabel 3. Marker molekuler dalam cairan sendi dan
serum untuk metabolisme rawan sendi pada OA pembahasan osteoarthritis
IPD jilid II)

Kesimpulannya : bahwa marker pada cairan sendi baik marker yang


mendegradasi maupun yang mensintesis kolagen umunya meningkat,
sedangkan marker OA pada serum hanya beberapa yang meningkat
Apa fungsi marker?
Uji diagnostik pada OA dapat menggunakanmarker :
keratan sulfat dalam serum untuk uji diagnostik OA Generalisata(tidak
spesisifk , karena dipengaruhi umur dan jenis kelamin)
konsentrasi agrekan, fraginen, COMP ( masih tumpang tindih)
Uji evaluatif
Misalnya marker hialuronan serum digunakan untuk menentukan predileksi
OA yang memburuk pada lutut dalam 5 tahun

8. Apa penatalaksanaan?
Obat antiradang, anti nyeri (aspirin), vitamin untuk persendian (meningkatkan pembentukan
tulang rawan)
Nonfarmakologi: diet fisik, vit C untuk pengurang nyeri
Farmakologi: steroid, obat kondroprotektif.
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita ( Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,

bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar


persendiaanya tetap terpakai.
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena
itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk
melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih).
TERAPI FARMAKOLOGIS
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,
mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifkasi manifestasimanifestasi
klinis dari ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ).
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2
(COX-2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS
dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen.
Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen,
asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri
pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah
dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2
( Felson, 2006 ).
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin
sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya ( Felson, 2006 ).
TERAPI PEMBEDAHAN
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi
rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi
yang mengganggu aktivitas sehari hari.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23462/4/Chapter%20II.pdf

9. Apakah ada hubungan antara rasa sakit pada pergelangan tangan dengan lututnya
yang bengkak?
Saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul snedi dan sinovium. Saraf ini
berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur ini terhadap posisis dan pergerakan.
Ujung saraf pada kapsul. Ligamen dan pemubluh darah adventisia sangat sensitif terhadap
peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi cenderung difus dan tidak
terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri dari
suatu sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi lainnya, mislanya nyeri pada sendi
panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut

Patofisiologi Price and William

10. Apa faktor resiko penyakit tersebut? Adakah hubungannya dengan kegemukan?
Faktor resiko: umur, gender: wanita (hormon), aktivitas berlebihan, trauma, kegemukan
(beban berat), genetik, suku

Anda mungkin juga menyukai