Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dekstrometorfan adalah kandungan aktif yang biasa ditemukan padaobatobat batuk. Obat ini sering disalahgunakan karena efek disosiatif
yangdimilikinya. Obat ini hampir tidak memiliki efek psikoaktif pada dosis
yangdirekomendasikan. Saat digunakan melewati dosis terapeutiknya zat
ini akanmemiliki efek disosiatif yang kuat (4). Dekstrometorfan biasa
diformulasikandengan parasetamol untuk menghilangkan nyeri dan
mencegah penyalahgunaannya di pasaran. Namun dosis maksimal
parasetamol (4000 mg)sering dilewati oleh para pecandu semata-mata
untuk mendapatkan efek disosiatif dekstrometorfan. Hal ini berpotensi
mengakibatkan kerusakan hepar akut atau kronis sehingga
penyalahgunaan produk yang mengandungdektrometorfan dan
parasetamol dapat berakibat fatal (5)
Depresi : semua bentuk depresi dapat dicetuskan oleh alkohol. Sebaliknyadepresi juga dapat
memicu seseorang untuk mengonsumsi alkohol untuk mengurangi gejala-gejala depresi.
Halusinasi : dapat berupa auditorik maupun visual, umumnya terjadi padakeadaaan putus zat
Menurut Jellinek progresifitas alkoholisme terbagi dalam 3 fase (16):1.
1. Fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi terhadap alkohol,
amnesia,timbulnya rasa bersalah karena mengonsumsi alkohol dan terhadap
perilakuyang diakibatkannya
2. Fase krusial ditandai dengan hilangnya kendali terhadap kebiasaanmengonsumsi
alkohol, perubahan kepribadian, kehilangan teman dan pekerjaan.3.
3. Fase kronis ditandai kebiasaan mengonsumsi alkohol di pagi hari, tremor serta
halusinasi
Berbagai kondisi yang mandasari gangguan penggunaan NAPZA
akanmempengaruhi jenis pengobatan yang akan diberikan kepada pasien,
kebijakanuntuk merawat dan memulangkan pasien, hasil yang
pendekatan perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yangada pada setiap
pasien adiksi.5.
Model Multi Disiplin,
program ini merupakan pendekatan yang lebihkomprehensif dengan menggunakan
komponen disiplin yang terkaittermasuk reintegrasi dan kolaborasi dengan keluarga dan
pasien6.
Model Tradisional,
tergantung pada kondisi setempat dan terinpirasi darihal-hal praktis dan keyakinan yang
selama ini sudah dijalankan. Program bersifat jangka pendek dengan aftercare singkat atau
tidak sama sekali.Komponen dasar terdiri dari : medikasi, pengobatan alternatif, ritual
dankeyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal contoh : pondok pesantren, pengobatan
tradisional atau herbal.7.
Faith Based Model,
sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak menggunakan farmakoterapi
Berdasarkan Kepmenkes RI No 420 tentang Pedoman Layanan Terapidan
Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA
BerbasisRumah Sakit, tindakan penanganan pada pasien dengan
penyalahgunaan zatmeliputi Gawat darurat NAPZA Detoksifikasi
Rehabilitasi Rawat jalan/Rumatan. Apabila kondisi pasien
memungkinkan, pasien penyalahgunaan NAPZA dapat langsung menjalani
rawat jalan/rumatan (17)
Pada fase gawat darurat NAPZA, hal yang umumnya dilakukan
adalah penanganan intoksikasi opioid, benzodiazepin dan amfetamin.
Terkadang pasiendatang dengan gejala intoksikasi alkohol dan
halusinogen. Pada fase ini diberikan terapi suportif pada pasien hingga
keadaanya stabil. Untuk intoksikasi NAPZA lain seperti dekstrometorfan,
fase gawat darurat NAPZA bertujuanuntuk menangani kondisi akut
termasuk gaduh gelisah.
Pasien yang telah menunjukkan perbaikan setelah ditangani di unit
gawatdarurat dapat dilanjutkan dengan parawatan rawat inap atau
detoksifikasi untuk kasus putus NAPZA atau berobat jalan untuk kondisi
yang sudahmemungkinkan untuk pulang.
Pada fase rawat jalan, terapi yang digunakan umumnya berfungsi
untuk penanganan simptomatis. Pada fase detoksifikasi, terapi
simptomatis dilakukandi rumah sakit rawat inap. Detoksifikasi bertujuan
untuk menghilangkan gejala putus zat. Lama fase ini berkisar 1-3 minggu
tergantung jenis zat dan gejala pasien. Khusus untuk detoksifikasi heroin
(opioida) selain simtomatis juga adayang mempunyai pengalaman
tapering off dengan metadon dan buprenorfin
DAFTAR PUSTAKA
1. Nevid, Jeffreys, Rhatus, Sphencer dan Greene, 2002. Psikologi Abnormal,Jakarta:
penerbit Erlangga.2.
2. American Association, 2000. Diagnostic and statistical manual of mentaldisorders
DSM-IV-TR. New York: American Psychiatric Pub3.
3. John W. Santrock, 1999. Psychology: Paperback, Student Edition of Textbook.
Philadelphia: Mc Graw Hill4.
4. DEA, Drugs and Chemicals of Concern: Dextromethorphan. Retrieved May 9, 2013,
at http://www.deadiversion.usdoj.gov/drugs_concern/dextro_m/summary.htm5.
5. Cigna, acetaminophen and dextromethorphan. Retrieved May 9, 2013
athttp://www.cigna.com/individualandfamilies/health-and-wellbeing/hw/medications/acetaminophen-and-dextromethorphan-d03378a1.html6.
6. Anonymous. Dextromethorphan. Retrieved May 9, 2013.
Athttp://www.deadiversion.usdoj.gov/drugs_concern/dextro_m/dextro_m.htm7.
7. Wrigley, H. 2006. Former Minot Man And Internet Chemical CompanySentenced For
Selling Designer And Misbranded Drugs And ViolatingFederal Customs Laws.
Dakota : US Attorney8.
8. Erowld. DXM Effect. Retrieved May 9, 2013.
Athttp://www.erowid.org/chemicals/dxm/dxm_effects.shtml9.
9. Anonymous. DXM addiction, abuse and treatment. Retrieved May 9,2013. At
http://www.drugabusehelp.com/drugs/dxm/10.
10. Anonymous. DXM abuse and addiction. Retrieved may 9, 2013. Athttp://www.infodrug-rehab.com/dxm.html11.
11. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Apropos of a case of voluntary
medicinal intoxication with dextromethorphan hydrobromide".Annales MedicoPsychologiques 1 (3): 447451. PMID 5670018
12. Dodds A, Revai E (1967). "Toxic psychosis due to dextromethorphan".Med J Aust 2:
231. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Aproposof a case of voluntary
medicinal intoxication with dextromethorphanhydrobromide". Annales MedicoPsychologiques 1 (3): 447451. PMID5670018.13.
13. White E.W. DXM FAQ. Retreived may 9, 2013 at
http://www.erowid.org/chemicals/dxm/faq/dxm_experience.shtml14.
14. Sadock BJ, 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10th ed..Philadelpia:
Lippincott Williams and Wilkins15.
15. Daives T dan Craig TKJ. 2009. ABC of Mental Health. Jakarta: EGC.16.
16. Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat PenggunaanZat
Psikoaktif. Jakarta: EGC.17.
17. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian KesehatanRepublik
Indonesia, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik.Indonesia Nomor
420/Menkes/Sk/Iii/2010 Tentang Pedoman LayananTerapi dan Rehabilitasi
Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasis Rumah Sakit