MALARIA FALCIPARUM
Disusun oleh :
dr. Oki Alfin
Pendamping :
dr. Eva Trijaniarti
PRESENTASI KASUS
Topik : Malaria Falciparum
Tanggal (Kasus) : 30 Mei 2016
Presenter : dr. Oki Alfin
Tanggal Presentasi : 31 Mei 2016
Pendamping : dr. Eva Trijaniarti
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Bayung Lencir
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan
Pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Deskripsi : Perempuan, 2 tahun, Demam sejak 5 hari yg lalu
Tujuan : Mengatasi demam dan mengatasi keadaan umum
Bahan Bahasan : Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Pustaka
Cara Membahas : Diskusi
Pos
Presentasi
dan Email
diskusi
Data Pasien :
Nama : An. H
No. Reg. :
Umur : 2 tahun
04 17 65
Pekerjaan : Alamat : Bayung lencir
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Nama RS : RSUD Bayung Lencir
Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Anemia falciparum
2. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
5 hari yang lalu, os mengeluh demam tinggi hilang timbul. Os juga
menggigil (+), dan berkeringat. Nyeri kepala (+), Mual (-), muntah (-), mencret
(-), nyeri perut (-). Nyeri otot (+) pegal-pegal (+) BAB biasa, mencret (-), BAK
normal, nafsu makan os juga berkurang, ada bintik-bintik merah ditubuh
disangkal, mimisan (-). Nyeri menelan (-), lidah terasa pahit disangkal. Ibu os
memberi obat demam keluhan demam os berkurang, namun beberapa jam
kemudian suhu tubuh os kembali tinggi disertai menggigil.
3. Riwayat Pengobatan : Pasien mengaku sudah mengkonsumsi paracetamol syr
4. Riwayat Keluarga : keluarga pasien tidak ada mengalami sakit yang sama
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien tidak bekerja
6. Lain-lain : Riwayat kencing manis, darah tinggi, dan riwayat penyakit infeksi
lainnya disangkal.
Daftar Pustaka :
1. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap
Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
2
Keadaan Spesifik
Kepala :
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks
cahaya (+/+) 3mm/3mm
Hidung : napas cuping hidung (-/-)
Mulut : coated tongue (-), faring tenang
Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Toraks : bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok(-), krepitasi
(-), penggunaan otot bantu nafas (-)
Paru
Inspeksi : statis dan dinamis simetris, tidak ada yang tertinggal
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: vesikuler (-/-) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba linea axilaris anterior sinistra ICS V
4
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea parasternalis dextra, batas kiri
linea axilaris anterior sinistra ICSV
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, scar (-)
Palpasi: lemas, nyeri tekan (-) epigastrium, hepar dan lien tidak teraba
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Genital : tidak diperiksa
Ekstremitas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pucat (-), jari tabuh (-),
sianosis (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah rutin
Hemoglobin : 8 (dibawah normal)
Hematokrit 43 vol % (dbn)
Assessment :
5 hari yang lalu, os mengeluh demam tinggi hilang timbul. Os juga
menggigil (+), dan berkeringat. Nyeri kepala (+), Mual (-), muntah (-),
mencret (-), nyeri perut (-). Nyeri otot (+) pegal-pegal (+) BAB biasa,
mencret (-), BAK normal, nafsu makan os juga berkurang, ada bintikbintik merah ditubuh disangkal, mimisan (-). Nyeri menelan (-), lidah
terasa pahit disangkal. Ibu os memberi obat demam keluhan demam os
berkurang, namun beberapa jam kemudian suhu tubuh os kembali tinggi
disertai menggigil.
Plan :
Non farmakologi :
-
Tirah baring
Diet nasi biasa
Farmakologi :
-
TINJAUAN PUSTAKA
Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan morbiditas
dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di seluruh dunia,
terutama pada negara-negara beriklim tropis dan subtropis. Setiap tahunnya
ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian
terutama di negara-negara benua Afrika.1,2,3
Di Indonesia sendiri, upaya penanggulangan malaria telah sejak lama
dilaksanakan, namun daerah endemis
selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati
dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang
terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan
P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon,
tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit
tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahuntahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps (kambuh).3,7
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30
merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi skizon pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.3,7
Siklus pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Di dinding lambung nyamuk ookinet akan
menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan bersifat
infektif dan siap ditularkan ke manusia.3,7
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit
masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan
demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten
atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi
dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.3,7
Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang
dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia
mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.6
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi
sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag
dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hiperplasia dari retikulosit disertai
peningkatan makrofag.6
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung
parasit
mengalami
perubahan
struktur
danmbiomolekular
sel
untuk
10
anemia
dan
hipoksemia
jaringan.
Pada
hemolisis
11
Manifestasi Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI
(glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada
beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik)
banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari
malaria ialah demam periodik, anemia, dan splenomegali.4,8,10,11
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari
spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P.
malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada
derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin
disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfusi darah
yang mengandung stadium aseksual).4,12
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya
demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri
pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadangkadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada
P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan
prodromal tidak jelas.12
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria
proxym) secara berurutan:
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita
sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat
menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti
orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1
jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.4,11,12
Periode panas
12
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat
dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40C atau lebih, penderita
membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri
retroorbital, muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung
lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.4,11,12
Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan
merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.4,12
13
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
Pada tersangka penderita malaria berat dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
Kejang-kejang.
2. Pemeriksaan Fisik
Demam ( 37,5C)
Splenomegali
Hepatomegali
14
Temperatur rektal 40 C.
Napas cepat
Penurunan kesadaran.
Tanda-tanda dehidrasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada
penderita adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah
tepi.13 Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan:
Kepadatan parasit
Semi kuantitatif:
(-)
(+)
(++)
Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah
tebal atau sediaan darah tipis.
15
blister artesunat
: 12 tablet @ 50mg
16
I : 10 mg/kgBB peroral
II
III
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
Artesunat
Amodiakuin
Artesunat
Amodiakuin
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
2-3
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
17
Jenis obat
1
2
2-2
II-VII Kina
*
3x
3x1
3x
3 x 2-3
Doksisiklin 2 x 1 **
2 x 1 ***
*: dosis diberikan per kgBB
** : 2 x 50 mg doksisiklin
***: 2 x 100 mg doksisiklin
Klorokuin
Primakuin
18
I
II
III
IVXIV
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Primakuin
1
2
3
3-4
1
2
3
3-4
1
1/8
1
1
2
Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan
golongan umur sebagai berikut:
Jenis
Obat
1-7
Kina
*
1-14 Primakuin
*: dosis diberikan per kgBB
*
-
3x
3x1
3x2
3x3
1
Jenis obat
0-1 bln
2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th
15
th
Klorokuin
3-4
II
Klorokuin
3-4
III
Klorokuin
Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain.
Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau tugas dalam jangka
waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection seperti pemakaian
kelambu, kawat kassa, dan lain-lain.3
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup
tinggi, maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies ini.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi P. falciparum terhadap
klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari
dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis
untuk P. vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu.
Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4
minggu setelah kembali.3
20
<1
1-4
5-9
10-14
>14
Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan
diagnosis serta pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang
dilaporkan
pada
anak-anak
15%,
dewasa
20%
dan
pada
DAFTAR PUSTAKA
15. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap
Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
16. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA. No.XX,
tahun XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
17. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
18. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
21
22