URAIAN TEORITIS
2.1
Integrasi Ekonomi
Selain
itu
didefinisikan konsep
dinamis
melalui penghapusan
diskriminasi diantara negara yang berbeda, maupun dalam konsep statis dengan
melihat ada tidaknya perbedaan dalam diskriminasi. Sementara, Holzman
menyatakan integrasi ekonomi sebagai situasi dimana dua kawasan menjadi satu
atau mempunyai satu pasar yang ditandai harga barang dan faktor produksi yang
sama diantara dua kawasan tersebut. Definisi tersebut mengasumsikan tidak ada
hambatan dalam pergerakan barang, jasa, dan faktor produksi diantara dua
kawasan dan adanya lembaga-lembaga yang memfasilitasi pergerakan tersebut.
Secara umum integrasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses
dimana
sekelompok
Negara
berupaya
untuk
meningkatkan
tingkat
makroekonomi maupun social dan memfungsikan suatu badan atau lembaga yang
bersifat supra nasional dengan kewenangan yang cukup luas dan sangat
mengikat semua negara anggotanya.
2.1.3 Sekilas Tentang AFTA.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari
negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan
dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN
dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan
pasar regional bagi 500 juta penduduknya.AFTA dibentuk pada waktu Konperensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA
ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan
dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan
dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN
dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam
waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan
terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002.Skema Common Effective
Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan
suatu skema untuk 1 mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga
menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non
tarif lainnya.Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya
kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai
Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan
Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015
(Badan Kebijakan Fiskal,2011).
Pusat Kebijakan Pendapatan Negara-Departemen Keuangan Republik
Indonesia (2011) mengkategorikan produk dalam General Exception sebagai
produk-produk yang secara permanen tidak perlu dimasukkan kedalam CEPTAFTA, karena alasan keamanan nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi
manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-obyek arkeologi
dan budaya. Indonesia mengkatagorikan produk-produk dalam kelompok senjata
dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif sebagai
General Exception.
A. Tujuan AFTA
Tujuan dari pendirian AFTA dalam Pusat Kebijakan Pendapatan NegaraDepartemen Keuangan Republik Indonesia (2011) yaitu:
1. Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif
sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global
2. Menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI).
3. Meningkatkan perdagangan antara negara anggota ASEAN.
B. Jadwal Penurunan Tarif
Jadwal penurunan/penghapusan tarif bea masuk diantara negara-negara
anggota ASEAN berdasarkan inclusion list (IL) dalam Pusat Kebijakan
Pendapatan Negara-Departemen Keuangan Republik Indonesia (2011) adalah
sebagai berikut:
1. ASEAN-6 .
Tahun 2003: 60% produk dengan tarif 0%; tahun 2007: 80% produk
dengan tarif 0%; tahun 2010: 100% produk dengan tarif 0%.
2. Vietnam
Tahun 2006: 60% produk dengan tarif 0%; tahun 2010: 80% produk
dengan tarif 0%; tahun 2015: 100% produk dengan tarif 0%.
3. Laos dan Myanmar
Tahun 2008: 60% produk dengan tarif 0%; tahun 2012: 80% produk
dengan tarif 0%; tahun 2015: 100% produk dengan tarif 0%.
4. Kamboja
Tahun 2010: 60% produk dengan tarif 0%; tahun 2015: 100% produk
dengan tarif 0%.
b.
c.
Scheme
dengan
alas
an
keamanan
nasional,
Measuring international economic integration: theory and evidence of globalization, pg2 MPRA
paper.
dampak yang ditimbulkan oleh integrasi ekonomi yaitu dampak kreasi dan
dampak diversi bagi perdagangan.
Solvatore dalam Lapipi (2005: 42) mengtakan bahwa kreasi perdagangan
(trade creation) terjadi apabila sebagian produksi domestik di suatu negara yang
menjadi anggota perserikatan pabean (integrasi ekonomi) atau dari negara luar
yang bukan anggota digantikan dengan impor yang harganya lebih murah dari
negara luar yang bukan anggota perserikatan pabean tergusur oleh impor yang
harganya lebih murah dari negara anggota lainnya. Sedangkan diversi
perdagangan (trade diversion) terjadi apabila impor yang murah dari negara luar
yang bukan anggota persrikatan pabean tergusur oleh impor yang harganya lebih
mahal dari negara anggota.
Selanjutnya Lapipi (2005: 42) mengungkapkan dampak kreasi muncul
karena selisih harga dunia dengan harga kawasan integrasi ekonomi sangat kecil,
sehingga memberikan kesejahteraan yang tinggi bagi negara-negara anggota.
Sedangkan dampak diversi muncul karena selisih harga antara harga dunia dengan
harga yang ada dalam kawasan integrasi ekonomi sangat besar, sehingga dapat
mengurangi kesejahteraan negara anggota. Secara grafis dampak kreasi dan
diversi integrasi ekonomi adalah sebagai berikut :
P
A
Pw+t
Pw+t
a
a
b
pi
pw
pi
B
c
C
pw
C
D
Dm
Dm
Q
Grafik 2.1. Efek Kreasi dan Efek Diversi integrasi ekonomi
ekonomi
diversi. Apabila b > c , maka integrasi ekonomi menimbulkan efek kreasi dan
apabila b < c , maka integrasi ekonomi memberikan efek diversi.
Berkaitan dengan dampak kreasi dan diversi integrasi ekonomi, Demelo,
Panagariya, dan Rodrick 1992; Bhagwati dan Panagariya 1996; dan Schift 1997
dalam Lapipi (2005: 43) mengungkapkan bahwa, dampak diversi muncul melalui
perdagangan antara negara anggota integrasi dengan negara non anggota integrasi,
dimana pola spesialisasi tidak optimal karena distribusi sumber daya lintas
anggota tidak representatif dari distribusi sumber daya di dunia. Misalnya suatu
negara anggota integrasi ekonomi relatif kaya akan modal, sementara negara lain
di luar anggota kaya akan tenaga kerja, maka harga produk yang intensif tenaga
kerja pada negara di luar negara integrasi lebih murah dibanding harga produk
yang sama yang diproduksi oleh negara integrasi ekonomi, tetapi karena produk
dari luar negara anggota dikenakan tarif, maka harga yang diterima konsumen
anggota
integrasi
menjadi
lebih
mahal,
sehingga
terjadi
pengurangan
L (2001) tentang
sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek
ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun
subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara
biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan
negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca
perdagangan.
Selanjutnya Boediono dalam Siregar (2010) mengartikan perdagangan
atau pertukaran sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak
barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai
barang tersebut (Labor Theory of value).
2.2.2. Teori Modern
1. John Stuart Mill dan David Ricardo
Teori J.S.Mill dalam Siregar (2010) menyatakan bahwa suatu negara akan
menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang
comparative advantage terbesar dan mengimpor barang
yang
memiliki
yang dimiliki
di mana akan
pasaran. Tetapi bagaimanapun, harga alami akan menjadi acuan (pedoman) atas
penetapan harga pasaran (Siregar,2010).
Teori perdagangan internasional yang diketengahkan oleh David Ricardo
dimulai dengan anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya
berlaku antara dua negara yang diantara mereka tidak ada tembok pabean, serta
kedua negara tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo memanfaatkan hukum
pemasaran bersama-sama dengan teori kuantitas uang untuk mengembangkan
teori perdagangan internasional. Walaupun suatu negara memiliki keunggulan
absolut, akan tetapi apabila dilakukan perdagangan tetap akan menguntungkan
bagi kedua negara yang melakukan perdagangan (Siregar,2010).
2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) dalam Siregar (2010) menjelaskan beberapa
pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor
barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara
intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan
dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif
yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari
keunggulan Komparatif adalah :
a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam
suatu negara.
b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,
apakah labor intensity atau capital intensity.
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O (dalam Siregar)
menggunakan dua kurva pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang
menggambarkan total biaya produksi yang sama, dan kurva isoquant yaitu kurva
yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi
mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik
optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau
dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis
H-O dikatakan sebagai berikut :
a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masingmasing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi
yang dimilikinya.
c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi
dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor
produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu
karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan
mahal untuk memproduksinya.
e. Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi
yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang
sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan
terjadi.
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia
yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan
mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori
L
K
Y2
E2
K
E1
L
O
X2
X1
2.2.3. Ekspor
1. Defenisi Ekspor
Amir dalam Pelly (2010: 21) menjelaskan ekspor adalah upaya melakukan
penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai
dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta
asing serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing.
Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai
sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang
juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara (Pelly,2010: 21). Yang
dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan
rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan
timbulnya industry-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang
stabil dan lembaga social yang efisien (Todaro,2000: 167).
Ekspor merupakan salah satu sektor perekonomian yang memegang
peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat
mengadakan perluasan pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong sektor
industri lain dan selanjutnya mendorong sektor perekonomian lainnya
(Pelly,2010: 21).
2. Peran Ekspor
Berdasarkan
defenisi-defenisi
ekspor
diatas,
Pelly
(2010:
21)
a.
b.
Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barangbarang di pasar dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk
menaikkan produktifitas.
c.
dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga
secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri
untuk menggunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan
metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat
bersaing di pasar internasional (Pelly, 2010).
3. Cara Ekspor
Pelly (2010: 22) menjelaskan cara-cara yang dapat ditempuh untuk
melaksanakan ekspor, cara-cara tersebut adalah:
a. Ekspor Biasa
Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum
yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi
suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan importir di luar negeri.
b. Barter
Barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan
langsung dengan barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Dalam hal ini
pengiriman barang tidak menerima pembayaran dengan mata uang asing, tetapi
dalam bentuk barang yang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan
kembali pembayaran dalam mata uang domestic (misalnya rupiah).
c. Konsinyasi
Konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual
sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa.
Dalam hal pengiriman barang, sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang
tertentu (tetap) di luar negeri.
Cara penjualan di luar negeri dapat dilaksanakan dengan penjualan di
pasar bebas, atau mungkin juga dengan mengikutsertakan barang tersebut dalam
pelelangan yang biasa disebut dengan commodities exchange.
d. Pacaege-Deal
Dalam rangka memperluas pasar hasil bumi terutama dengan negaranegara Sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan
(trade agreement) dengan salah satu negara atau lebih. Pada perjanjian ditetapkan
sejumlah barang tertentu yang akan diekspor ke negara lain dan sebaliknya dari
negara lain akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan di negara tersebut
dan kiranya yang kita butuhkan juga. Cara ini pada prinsipnya hamper sama
dengan barter, tetapi cara ini ditetapkan bebagai macam komoditi.
e. Penyelundupan (Smuggling)
Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari suatu negara ke
negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha
penyelundupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyelundupan terletak pada
adanya pelarian pelarian kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa
mendapatkan suatu kompensasi. Hal itu berarti suatu pengurasan atas kekayaan
negara dan masyarakat.
2.2.4. Impor
1. Defenisi Impor
Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri ke pelabuhan
di seluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri,
yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Barang luar negeri yang diolah
dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang
olahan tersebut akan kembali ke luar negeri (Pelly,2010: 25).
Pengertian impor secara yuridis menurut UU No. 10 Tahun 1995 Pasal 2
Ayat (1), yaitu pada saat barang memasuki Daerah Pabean dan menetapkan saat
barang tersebut wajib Bea Masuk serta merupakan dasar yuridis bagi pejabat Bea
dan Cukai untuk melakukan pengawasan.
2. Kebijakan Impor
Pelly (2010: 26) mengartikan kebijakan perdagangan internasional di
bidang impor sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan
pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi
struktur,
komposisi,
dan
kelancaran
usaha
untuk
lebih bagus dari negara-negara ASEAN, maka teknologi tersebut akan diimpor
oleh negara-negara ASEAN seperti kapal terbang, kapal selam, dan lain
sebagainya.
2.
b.
3.
untuk lebih mempelajari cara atau teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara
Globalisai
dan keterkaitan
antara ekonomi
nasional dengan
perekonomian
internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian pada satu pihak akan
membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
2.3.2. Ciri-ciri Globalisasi
Berikut
ini
adalah
beberapa
ciri
yang
menandakan
semakin
a. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barangbarang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa
komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan
massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya
yang berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi
semacam World Trade Organization (WTO).
c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa
(terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional).
saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru
mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang
fashion, literatur, dan makanan.
d. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh
negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli
serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negaranegara berkembang.
memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana dari luar negeri terutama
dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam
negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka
dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka
panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan
ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat
pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah
semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk
kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi
pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat
semakin bertambah buruk.
2.4.
Pendapatan Nasional
satu
periode
tertentu
(Wikipedia.org/wiki/Pendapatan_Nasional).
Produk nasional Bruto (PNB), atau dalam istilah Inggrisnya disebut Gross
National Income (GNP) adalah konsep yang mempunyai arti bersamaan dengan
PDB/GDP, tetapi PNB memperkirakan jenis-jenis pendapatan yang sedikit
berbeda. Dalam menghitung pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa
yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang
diproduksi oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari
negara yang pendapatan nasionalnya dihitung.
Dengan memperhatikan perbedaan diantara arti PDB dan PNB diatas
dapatlah dirumuskan sifat hubungan di antara Produk Domestik Bruto dan Produk
Naional Bruto, yaitu:
PDB = PNB PFN dari LN
Dimana PFN dari LN adalah pendapatan faktor neto dari luar negeri. PFN
dari LN adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri
dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayarkan ke luar
negeri.
c) Net National Product (NNP)
Adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah
dikurangi depresiasi (Fadhillah, 2011). Hal ini dapat dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut :
NNP = GNP Depresiasi (penyusutan).
B. Pengeluaran Pemerintah
Pembelian pemerintah ke atas barang dan jasa dapat digolongkan
kepada dua golongan yang utama yaitu konsumsi pemerintah dan investasi
pemerintah. Yang termasuk konsumsi pemerintah adalah pembelian ke
atas barang dan jasa yang akan dikonsumsikan, seperti membayar gaji
guru sekolah, membeli alat-alat tulis dan kertas serta membeli bensin
untuk kenderaan pemerintah. Sedangkan investasi pemerintah meliputi
pengeluaran untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah, rumah
sakit, dan irigasi. Memberikan beasiswa, bantuan untuk korban banjir, dan
subsidi-subsidi pemerintah tidak digolongkan sebagai pengeluaran
pemerintah ke atas produk nasional karena itu bukanlah untuk membeli
barang dan jasa.
C. Pembentukan Modal Tetap Sektor Swasta
Pembentukan modal tetap sektor swasta atau lebih sering dinyatakan
sebagai investasi, pada hakikatnya berarti pengeluaran untuk membeli
barang modal yang dapat menaikkan produksi barang dan jasa di masa
yang akan datang. Dalam pengumpulan data mengenai investasi,
pengeluaran tersebut dibedakan kepada tiga jenis perbelanjaan berikut:
D. Ekspor Neto
Nilai ekspor yang dilakukan suatu negara dalam satu tahun tertentu
dikurangi dengan nilai impor dalam periode yang sama dinamakan
ekspor neto.
2) Cara Produksi atau Produk neto.
Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai
tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai lapangan usaha
dalam perkonomian. Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional
mempunyai dua tujuan penting yaitu:
A. Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi dalam
mewujudkan pendapatan nasional.
B. Sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali, yaitu
dengan hanya menghitung produksi neto yang diwujudkan pad berbagai
tahap proses produksi.
3) Cara pendapatan.
Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara
menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Faktor-faktor produksi seperti
tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian kewirausahaan apabila digunakan untuk
mewujudkan barang dan jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu
tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan
upah, modal memperoleh bunga dan keahlian kewirausahaan memperoleh
keuntungan.
2.6.
Penelitian Terdahulu
Penelitian
ini
mencoba
menganalisa
peningkatan
perdagangan,
peningkatan efisiensi ekonomi dan daya saing yang tinggi antara negara-negara
anggota ASEAN dengan menggunakan gravity model dan panel data, dimana
pada hasil penelitian ini integrasi ekonomi ASEAN telah meningkatkan
perdagangan ASEAN secara umum, namun belum memberikan manfaat pada
peningkatan perdagangan yang signifikan pada masing-masingg negara ASEAN.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa fenomena perdagangan intra
industry trade sangat tinggi dan perdagangan barang-barang komponen sangat
dominan yang dapat mendukung ASEAN sebagai production base.
Penelitian lainnya dilakukan oleh United States International Trade
Commission (2010) yang berjudul ASEAN: Regional Trends in Economics
Integration, Export Competitiveness, and Inbound Investment for Selected
Industries. Penelitian ini menggambarkan kecenderungan dalam integrasi
regional, daya saing ekspor, dan penanaman modal untuk enam industri dalam
ASEAN, yaitu: komponen komputer, pakaian tenunan berbahan kapas, kayu lapis
kayu keras dan pelapis lantai, bagian kendaraan bermotor, dan minyak kelapa
sawit. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa kemudahan untuk
mengimpor dan mengekspor bervariasi diantara negara-negara ASEAN. Prosedur
perdagangan yang paling mudah untuk diselesaikan adalah di negara Singapura,
Thailand, dan Malaysia, dan yang paling sulit adalah di negara Laos dan
Kamboja.
ASEAN Single Window (ASW) adalah salah satu usaha yang paling nyata
untuk
memfasilitasi
perdagangan
di
antara
negara
anggota.
Dengan
Kerangka Pemikiran
Terbentuknya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada
ASEAN
AFTA
PENINGKATAN
DAYA SAING
PENGEMBANGAN
PASAR
PENURUNAN
HARGA
LALU LINTAS
BARANG
KETERBUKAAN
EKONOMI
NERACA
PERDAGANGAN