Modul Rangkaian Listrik s1 2015 2016
Modul Rangkaian Listrik s1 2015 2016
2015/2016
DAFTAR ISI
MODUL I. Hukum Ohm Dan Kirchoff Arus Dan Tegangan ..........................................
I. Tujuan Percobaan ..............................................................................................
1
1
1. Tegangan ........................................................................................................
2. Arus ................................................................................................................
11
11
11
11
12
14
16
21
25
25
25
29
32
36
36
36
1. Rangkaian RC .................................................................................................
36
2. Rangkaian RL ..................................................................................................
39
41
44
47
47
47
47
49
52
57
I.
Tujuan Percobaan
1. Memahami secara visual teori-teori dasar dalam rangkaian listrik arus searah,
khususnya yang berkaitan dengan hukum Ohm dan hukum Kirchoff.
2. Mengenal lebih jauh hubungan antara tegangan dan arus dalam rangkaian listrik
arus searah.
II.
Teori
1. Tegangan
Notasi
: V atau E
Satuan
: Volt
Tegangan antara 2 titik adalah energi yang diperlukan (kerja yang dilakukan)
untuk menggerakkan satu unit muatan positif dari titik yang berpotensial lebih
rendah (lebih negatif) ke titik yang berpotensial lebih tinggi (lebih positif), atau
sama dengan energi yang dilepaskan pada saat satu unit muatan bergerak
(menurun bukit) dari potensial yang lebih tinggi ke potensial lebih rendah.
Tegangan disebut juga beda potensial atau gaya gerak listrik (GGL,
electromotive force/EMF).
2. Arus
Notasi
Satuan
: Ampere
Arus adalah besarnya aliran listrik yang melalui sebuah titik dalam satu satuan
waktu. Arus sebesar 1 ampere adalah sama dengan aliran satu coulomb muatan
per satu detik.
Dalam kenyataan fisiknya, aliran arus adalah partikel pembawa muatan
(elektron) yang bergerak dari potensial lebih rendah (lebih negatif) ke potensial
lebih tinggi (lebih positif). Dalam perjanjian/kesepakatan internasional, arus
I
V
Gambar 1
V=I.R
Secara matematis, persamaan di atas adalah linier, artinya dengan nilai V dan R
yang tertentu akan didapatkan suatu nilai I yang tertentu juga. Dalam
prakteknya dijumpai tahanan yang bersifat linier dan non linier, tergantung dari
penggunaan dari masing-masing komponen tahanan.
Misalnya :
Theermistor : tahanan yang nilai resistansinya tergantung pada temperatur
NTC = Negatif Temperature Coefficient
PTC = Positif Temperature Coefficient
Photo resistor : tahanan yang nilai resistansinya tergantung pada cahaya
Gauge pressure resistor : tahanan yang nilai resistansinya tergantung pada
tekanan/regangan mekanis
Komponen semikonduktor dan gas-gas lampu tabung.
5. Hukum Kirchoff
Hukum kirchoff untuk arus (hukum kirchoff I) adalah :
Jumlah arus yang masuk ke dalam suatu titik pada suatu rangkaian adalah sama
dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut (berlaku hukum kekekalan
muatan).
Dari hukum ini terkandung suatu pengertian bahwa, pada suatu rangkaian
(tanpa pencabangan) besarnya arus adalah sama di mana-mana, jadi :
I2
I1 = I2 + I3
I1
Gambar 2
I1
I3
R1
I2
I3
V
R2
R3
I1 = I2 + I3
Gambar 3
Hukum kirchoff untuk tegangan (hukum II) adalah jumlah beda tegangan pada
suatu rangkaian tertutup adalah sama dengan nol.
R1
V
R2
V = 0
V = VAB + VBC + VCD
R3
Gambar 4
III.
Percobaan
1. Hubungan Arus dan Tegangan
Gambar 5
a. Buat rangkaian seperti pada gambar 5, dengan suatu R sembarang (sebut R1)
pada breadboard
b. Pada posisi tegangan sumber variabel = 0, hidupkan sumber tegangan
c. Naikkan teganan secara bertahap dari 0 s/d 10 volt (sepuluh tahap) dan
amati besarnya arus yang mengalir pada setiap tahap kenaikan tegangan
d. Turunkan kembali tegangan sumber dan matikan
e. Ulangi percobaan a s/d d di atas dengan tahanan yang berbeda (R2 dan
kemudian R 3)
f. Catat nilai tahanan yang saudara gunakan berdasarkan kode warna dari
masing-masing tahanan
g. Buat kurva I = f (V) untuk masing-masing tahanan dan hitung nilai tahanan
yang digunakan
h. Bandingkan hasil perhitungan tersebut dengan nilai tahanan yang didapat
dari kode warna.
R1
A1
A2
A3
R2
R3
Gambar 6
a. Buat rangkaian seperti pada gambar 6
b. Gunakan tegangan tetap 5V da tahanan R1, R2, R3 sembarang
c. Sebelum sumber tegangan dinyalakan periksa rangkaian percobaannya
sekali lagi dan pastikan selektor multimeter sudah berada pada posisi yang
benar (multimeter sebagai amperemeter)
d. Nyalakan sumber tegangan, amati dan catat arus yang mengalir pada semua
cabang (A1, A2 dan A3) serta tegangan sumber
e. Matikan sumber tegangan dan catat nilai tahanan yang digunakan (R 1, R2,
dan R3)
f. Ulangi percobaan a s/d e dengan konfigurasi nilai tahanan yang berbeda
(gunakan 5 konfigurasi).
10
R1
R2
V1
V2
R3
V3
Gambar 7
b. Gunakan tegangan tetap 5V da tahanan R1, R2, R3 sembarang
c. Sebelum sumber tegangan dinyalakan periksa rangkaian percobaan sekali
lagi dan pastikan selector multimeter sudah berada pada posisi yang benar
(multimeter sebagai voltmeter)
d. Nyalakan sumber tegangan
11
DATA PENGAMATAN
1. Hubungan Arus dan Tegangan
R ()
Volt
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I (mA)
R ()
Volt
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I (mA)
Volt
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
R ()
I (mA)
R1 ()
R2 ()
R3 ()
I1 (mA)
I2 (mA)
I3 (mA)
R1 ()
R2 ()
R3 ()
V1 (volt)
V2 (volt)
V3 (volt)
I (mA)
12
5
PENGOLAHAN DATA
1. Hubungan Arus dan Tegangan
Iperhitunga n
V
R
Kesalahan Relatif =
I perhitungan I percobaan
I perhitungan
Ipercobaan
(A)
V (volt)
R ()
100%
Iperhitungan
(A)
Kesalahan
Relatif (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2. Hukum Kirchoff untuk Arus
I1
V
RR
R1 2 3
R 2 R3
R1 ()
I2
R2 ()
Kesalahan Relatif =
Kes Rel I1 (%)
R3
I1
R2 R3
I1 perh
(mA)
R3 ()
I perhitungan I percobaan
I perhitungan
Kes Rel I2 (%)
I3
100%
Kes Rel I3 (%)
R2
I1
R2 R3
I2 perh
(mA)
I3 perh
(mA)
13
V
R1 R 2 R3
V1 = R1 x I
V2 = R2 x I
V3 = R3 x I
Kesalahan Relatif =
Kes Rel V1 (%)
Vperhitunga n Vpercobaan
Vperhitungn
100%
4. Analisa
5. Kesimpulan
14
I.
Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep rangkaian pengganti dari satu rangkaian yang terdiri dari
sekumpulan tahanan seri dan parallel
2. Memahami secara visual penerapan dari teori superposisi
3. Memahami
suatu
metode
analisa
rangkaian
yang
berfungsi
untuk
II.
Teori
1. Rangkaian Delta () dan Rangkaian Wye (Y) :
Ra
Rc
Rb
C
Ra
R1 . R2
R1 R 2 R3
(1.a)
15
Rb
R 2 . R3
R1 R2 R3
(1.b)
Rc
R1 . R 3
R1 R 2 R 3
(1.c)
R a . R b R a . R c Rb . R c
Rb
(2.a)
R2
Ra . Rb Ra . Rc Rb . Rc
Rc
(2.b)
R3
Ra . Rb Ra . Rc Rb . Rc
Ra
(2.c)
2. Teori Superposisi
Prinsip dsar :
Pengaruh semua sumber tegangan/arus pada suatu titik/cabang dalam suatu
rangkaian listrik adalah sama dengan jumlah aljabar dari pengaruh masingmasing sumber tegangan/arus yang bekerja sendiri-sendiri/secara individu.
Perhatikan gambar di bawah ini :
R1
R3
R2
E1
E2
IR2
E3
Gambar 2
Nilai IR2 = IR21 + IR22 + IR23
(3)
IR21 adalah arus yang mengalir pada R 2 dan E1 bekerja sendiri (E2 dan E3
dihilangkan)
16
IR22 adalah arus yang mengalir pada R 2 dan E2 bekerja sendiri (E1 dan E3
dihilangkan)
IR23 adalah arus yang mengalir pada R 2 dan E3 bekerja sendiri (E1 dan E2
dihilangkan)
Jadi proses tersebut bisa digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.a
E2 dan E3 tidak
bekerja
Gambar 3.b
E1 dan E3 tidak
bekerja
Gambar 3.c
E1 dan E2 tidak
bekerja
17
3. Teorema Thevenin
Teorema ini menyatakan bahwa setiap rangkaian tahanan dan terminal dan
sumber-sumber tegangan dapat digantikan dengan suatu rangkaian sederhana
yang terdiri dari satu tahanan, disebut sebagai R Th (R Thevenin) dan satu sumber
tegangan, disebut sebagai VTh (V Thevenin).
Dengan teorema ini, arus beban R1, pada rangkaian ekivalen akan sama dengan
arus beban pada rangkaian aslinya.
Persyaratan yang harus dipenuhi :
Tegangan V Th adalah tegangan yang dilihat dari terminal-terminal rangkaian
semula dengan R L dihilangkan.
Tegangan RTh adalah tegangan yang dilihat dari terminal-terminal beban dengan
sumber tegangan dihilangkan.
Gambar 4.a
Rangkaian Semua
VTh
Gambar 4.b
R2
V
R1 R 2
18
R1
R Th
R2
RTh
Gambar 4.c
Gambar 4.d
Rangkaian Ekivalen VTh dan RTh
R1R 2
R1 R 2
19
Percobaan
1. Transformasi Wye Delta
Gambar 5.a
5V
RP
Gambar 5.b
Rangkaian Pengganti
a. Buat rangkaian seperti gambar 5.a
Pilih sendiri R1 s/d R 6 dan catat nilai tahanannya masing-masing
b. Beri tegangan sebesar 5 V dan catat arus yang mengalir
c. Dengan metode transformasi Wye-Delta hitung tahapan pengganti
rangkaian tersebut dan pilih tahanan yang nilainya sama/mendekati hasil
perhitungan
d. Buat rangkaian seperti gambar 5.b
20
2. Rangkaian Superposisi
Gambar 6.a
Rangkaian semula
A
Gambar 6.b
Mencari arus IR21
21
A
Gambar 6.c
Mencari arus IR22
A
Gambar 6.d
Mencari arus IR23
22
3. Teorema Thevenin
A
Gambar 7.a
Rangkaian semula
RTh
A
Gambar 7.b
Rangkaian ekivalen
VTh
R3
a. Buatlah rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 7.a. Tentukan sendiri
nilai R 1, R 2, dan R3 (R3 sebagai beban)
b. Berilah tegangan 9 volt dan catat arus yang mengalir pada R3.
c. Hitung VTh dan RTh untuk rangkaian 7.a. di atas, dan setelah itu buatlah
rangkaian seperti gambar 7.b. berdasarkan data dihitung yang diperoleh.
d. Catat arus yang mengalir pada R 3.
e. Bandingkan hasil pengukuran pada b dan d.
f. Ulangi percobaan a s/d e untuk nilai R1, R 2, dan R 3 yang berbeda (total variasi
konfigurasi = 3).
23
4. Tugas
1. Rapikan data pengaman saudara dan mintakan paraf persetujuan Asisten.
2. Buatlah laporan praktikum (1 laporan/praktikan) yang berisi a.1. :
-
Tujuan percobaan
Gambar-gambar percobaan
Perhitungan-perhitungan
24
DATA PENGAMATAN
R1 ()
R 2 ()
E (volt)
5
5
5
RP ()
I (mA)
R3 ()
R4 ()
R5 ()
R6 ()
I (mA)
2. Rangkaian Superposisi
E1 (volt)
12
12
E2 (volt)
6
E3 (volt)
9
R1 ()
R2 ()
R3 ()
IR2 (mA)
R1 ()
R2 ()
R3 ()
IR2 (mA)
R1 ()
R2 ()
R3 ()
IR2 (mA)
6
9
E1 (volt)
12
12
E2 (volt)
6
E3 (volt)
9
6
9
E1 (volt)
12
12
E2 (volt)
6
E3 (volt)
9
6
9
3. Teorema Thevenin
E1 (volt)
R1 ()
R2 ()
R 3 ()
IR3 (mA)
9
9
9
Petunjuk Praktikum Rangkaian Listrik
E1
(volt)
9
9
9
RTh
()
R3
()
IR3 (mA)
25
PENGOLAHAN DATA
1. Transformasi Wye-Delta :
A
R1
Ra
R4
V
R3
R6
R2
Rb
Rc
R2
R5
R6
R5
Ra
Ra
V
R6
R6
RP
RS1
RS2
RS3
R6
Rt
Ra
R1 R4
R1 R4 R3
; Rb
R1 R3
R1 R4 R3
RS1 Rb R2
; RS 2 Rc R5
RS 3 RP Ra
; Rt
E (volt)
5
5
5
Ipercobaan
(mA)
; Rc
R3 R4
R1 R4 R3
; RP
RS1RS 2
RS1 RS 2
; I
V
Rt
I (mA)
R1 ()
Kesalahan Relatif
R S 3 R6
R S 3 R6
26
I perhitungn I percobaan
l perhitungan
Iperhitungan
(mA)
100%
Kesalahan
Relatif
(%)
2. Rangkaian Superposisi
IR 21
IR23
E1R3
R2R3
R1 R2 R3
R2 R3
IR 22
E2
R1R3
R2
R1 R3
E3 R1
R2 R1
R3 R2 R1
R2 R1
IR 2 IR 21 IR 22 IR 23
E1 (volt)
12
12
E2 (volt)
6
E3 (volt)
9
R1 ()
6
9
R2 ()
R3 ()
IR2 (mA)
Kesalahan Relatif
IR 2percobaan IR2perhitungan
(mA)
(mA)
27
100%
Kesalahan
Relatif
(%)
3. Teorema Thevenin
VTh
R2
V
R1 R 2
VTh (volt)
5
5
5
RTh ()
Kesalahan Relatif
Ipercobaan
(mA)
RTh
R1R2
R1 R2
I (mA)
Iperhitungan
(mA)
IR2 perhitungan
100%
Kesalahan
Relatif
(%)
4. Analisa
5. Kesimpulan
VTh
R Th R3
28
Tujuan
1. Mempelajari karakteritik tegangan dan arus pada sistem ABB.
2. Mengamati penerapan hukum Kirchoff pada sistem ABB.
II. Teori :
Sudut fase tegangan dan arus :
Pada sistem Arus Searah (AS) tidak dikenal adanya perbedaan sudut fase antara
arus dan tegangan. Tetapi pada sistem ABB, arus dan tegangan mempunyai sudut
fase (terhadap suatu referensi) serta perbedaan fase/sudut fase = 00 dan menjadi
referensi sudut fase. Namun demikian, dalam diagram vector ataupun
perhitungan, adakalanya perlu disebutkan faseor mana yang menjadi titik
referensi.
Bila sudut tegangan sumber dijadikan referensi, maka sudut fase arusnya
tergantung dari jenis beban yang dicatu. Beban sesistif murni membuat fase arus
sama dengan fase tegangannya. Beban induktif membuat fase arusnya tertinggal
sedangkan beban kapasitif membuat fase arusnya mendahului. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan ilustrasi pada gambar 1 dibawah ini.
Beban resistif murni :
I
Diagram fasor
Bentuk gelombang
Beban induktif :
Diagram fasor
Bentuk gelombang
29
Beban kapasitif:
Diagram fasor
Bentuk gelombang
Gambar 1
Dalam suatu rangkaian beban yang terdiri dari komponen R,L dan C, sudut fase
arus ditentukan oleh reaktansi yang lebi dominan. Bila reaktansi kapasitif lebih
dominan, maka fase arus akan mendahului tegangannya (beda sudut fase positif).
Pada kondisi ini dikatakan bahwa beban mempunyai factor kerja (cos ) leading
(mendahului/lead).
Selanjutnya apabila reaktansi induktifnya yang lebih dominan, maka arus beban
akan tertinggal/terbelakang terhadap tegangan sumbernya, dan beda sudut fase
adalah negatif. Faktor kerja beban induktif adalah lagging (terbelakang/lag).
penjumlahan
dari
komponen-komponen
arus/tegangan
harus
memperhatikan sudut fase dari masing-masing komponen tersebut (jadi tidak bisa
dijumlahkan secara langsung). Perhatikan ilustrasi dibawah ini :
Seri Resistor Induktor Kapasitor
Komponen Resistor, Induktor dan kapasitor apabila dirangkai secara seri dan
dihubungkan dengan tegangan AC dapat digambarkan sebagai berikut :
30
Besaran-besaran yang dapat dihitung pada rangkaian seri R-L-C adalah sebagai
berikut :
1. Tegangan pada rangkaian
31
nilai
tagangan
maksimum Vm
tetap,
maka
nilai
Sehingga
32
Percobaan :
Gambar 3.a
Gambar 3.b
VS
AC
C
C
Gambar 3.c
33
a. Buatlah rangkaian seperti gambar 4 diatas. Tentukan sendiri nilai R, L, dan C yang
digunakan. Hitung nilai impedansinya.
b. Atur tegangan sumber Vs sampai bernilai 2 Volt rms, catat besar tegangan VR, VL,
dan VC.
c. Tampilkan bentuk gelombang tegangan Vs pada kanal 1, kemudian tampilkan
pada kanal 2 gelombang tegangan VR, VC kemudian V L.
34
A
AL
AR
AC
VS
AC
35
DATA PENGAMATAN
1. Karakteristik arus dan tegangan ABB pada komponen R, L & C
Gambar 3.a.
V (volt)
2
R ()
L (mH)
I (mA)
C (F)
I (mA)
Beda Fasa
VS - VR
VS - VL
Gambar 3.b.
V (volt)
2
R ()
Beda Fasa
VS - VR
VS - VC
Gambar 3.c.
V (volt)
2
R ()
L (mH)
C (F)
I (mA)
Beda Fasa
VS - VR
VS - VL
VS - VC
R ()
L
(mH)
C
(F)
I
(mA)
VR
(volt)
VL
(volt)
VC
(volt)
36
Beda Fasa
VS - VR
VS - VL
VS - VC
R ()
L
(mH)
C
(F)
2
Beda Fasa
VS - VR
VS - VL
VS - VC
I
(mA)
IR
(volt)
IL
(volt)
IC
(volt)
37
PENGOLAHAN DATA
1. Karakteristik Arus dan Tegangan ABB pada komponen R, L & C
Rangkaian R dan L
XL 2f L
Z R 2 XL
I
V
Z
Kesalahan Relatif
I perhitungn I percobaan
l perhitungan
100%
XL = I XL
Hitung beda fase antara VS dan VL, gambarkan diagram fasornya
Rangkaian R dan C
XC
1
2f L
Z R 2 XC
I
V
Z
Kesalahan Relatif
I perhitungn I percobaan
l perhitungan
100%
XL = I XL
Hitung beda fase antara VS dan VC, gambarkan diagram fasornya
Rangkaian R, L, dan C
2
Z R2 XL XC
I
V
Z
Kesalahan Relatif
I perhitungn I percobaan
l perhitungan
100%
VL = I XL ; VC =I XC
Hitung beda fase antara VS dan VL , VS dan VC gambarkan diagram fasornya
VRperhitungan VR percobaan
VRperhitungan
100%
Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif
VLperhitungan VL percobaan
VLperhitungan
VCperhitungan VC percobaan
VCperhitungan
100%
100%
1
1
Z C
L
R
I1
V
Z
Z
I
XL
; I2
Z
I
R
; I3
Z
I
XC
Hitung beda fase antara I dan I1, I2 dan I3, gambarkan diagram fasornya
4. Analisa
5. Kesimpulan
38
39
i.
Tujuan Percobaan :
1. Memahami pengertian konstanta waktu secara visual
2. Mencari konstanta waktu dari rangkaian RC dan RL yang dicatu dengan sumber
daya arus searah.
ii.
Teori :
1. Rangkaian RC :
Secara umum, kondisi peralihan transient adalah kondisi pada saat suatu sistem
sedang beralih dari kondisi mantap yang satu ke keadaan mantap lainnya
(misalnya dari kondisi tanpa tegangan menjadi bertegangan). Kondisi peralihan
pada rangkaian RC terjadi pada saat pengisian ataupun pelepasan muatan
pada/dari kapasitor. Kecepatan pengisian/pelepasan muatan tersebut tegantung
dari nilai kapasitansi dari kapasitor, besar perlawanan/tahanan rangkaian serta
tegangan pengisi/tegangan kapasitor. Beberapa kondisi yang bisa terjadi pada
rangkaian RC adalah sebagai berikut :
S
R
E
Gambar 1.a
Sklar S sudah lama terbuka
VC
Gambar 1.b
Saklas S baru saja ditutup
t 0
i
E
, VC 0
R
40
Gambar 1.c
Saklar S sudah lama tertutup
t >>
VC = E
i=0
Kondisi peralihannya sebagai berikut :
Pada saat t = (, saklar ditutup dan arus mulai mengalir. Besar aliran arus
merupakan fungsi dari waktu, nilai tahanan R dan kapasitansi C.
Besar tegangan pada kapasitor C terhadap waktu mengikuti/persamaan :
VC = E (1-e-L/RC)
(3.1)
Bentuk Gelombangnya :
VCK
tk
konstanta waktu
Gambar 2
Sedangkan besar arus pengisian yang mengalir adalah :
I
E t / RC
e
R
(3.2)
Bila besar E diketahui, konstanta waktu yang diperlukan dapat dihitung dan nilai
RC dapat ditentukan. Adakalanya kondisi suatu rangkaian RC adalah sebagai
berikut :
41
Gambar 3.a.
Saklar S sudah lama pada posisi 1
VC = E
i=0
Gambar 3.b.
Saklar S baru sesaat dipindahkan dari
posisi 1 ke posisi 2
Gambar 3.c.
Saklar S sudah lama pada posisi 2
VC = E
i=0
(3.3)
Sedangkan arus pelepasan muatan kapasitor +/- sama dengan arus pengisiannya.
Bentuk gelombang tegangan kepasitor pada persamaan (3.3) tersebut adalah :
42
Gambar 4
2. Rangkaian RL :
Baik kapasitor maupun induktor, kedua-duanya mempunyai kemampuan untuk
menyimpan energi. Pada kapasitor, energi disimpan dalam bentuk akumulasi
muatan listrik. Sedangkan ada induktor, energi disimpan dalam bentuk medan
magnet.
Pada saat suatu rangkaian RL beralih dari kondisi mantap yang satu ke kodisi
lainnya, terjadi proses peralihan.
Kondisi peralihan yang terjadi akan mirip dengan peralihan pada rangkaian RC
(gambar 1, a, b, c dan gambar 3.a, b, c,), hanya saja kalau pada rangkaian RC yang
menjadi titik perhatian adalah perubahan tegangan pada kapasitor C, sedangkan
pada rangkaian RL adalah aliran arusnya.
Kondisi peralihan pada rangkaian RL mengikuti persamaan :
I
E
1 e R / L t
R
(3.4)
E R / L t
e
R
(3.5)
Gambar 5.a
R
E
VL
43
Gambar 5.b.
R
E
VL
Pada gambar 3.5.a, arus tidak bisa secara langsung mengikuti hukum Ohm karena
adanya perlawanan dari inductor (berupa tegangan induksi sebesar L di/dt).
Pada gambar 3.5.b, energi elektromagnit yang tersimpan pada inductor dapat
diubah kembali menjadi energi listrik, sehingga terjadi aliran arus.
44
Percobaan :
3.1 Rangkaian RC :
S
A
R
E
VC
Gambar 6.a
S
A
R
E
VC
Gambar 6.b
3.1.2
45
e) Ulangi prosedur 3.1.2.b. c dan d untuk waktu yang berbeda (1, 1.5, 2 dst.)
sampai t = total waktu pengisian yang didapatkan dari 3.1.1.
Ulangi prosedur 3.1.1. dan 3.1.2. untuk nilai RC yang berbeda (total 3 nilai)
3.1.3 Mengukur waktu pelepasan muatan :
a) Buatlah rangkaian seperti gambar 3.6.b.
b) Masukkan saklar S pada 1 posisi 1 dan tunggu beberapa saat sampai VC = V
c) Pada t = 0 pindah ke posisi 2 dan amati waktu yang diperlukan sampai VC
benar-benar bernilai = 0 volt
d) Ulangi 3.1.3.a dan b. Untuk nilai RC yang berbeda (total 3 nilai)
3.2 Rangkaian RL :
S
A
R
6V
L
Gambar 7.a
S
A
R
6V
L
Gambar 7.b
46
c) Pada t = 0, masukkan S dan amati waktu yang diperlukan sampai arus menjadi
stabil (tidak mengalami kenaikan lagi).
d) Ulangi percobaan 3.2.1.a, b dan untuk nilai R yang berbeda (3 nilai)
3.2.2 Mengukur waktu kondisi mantap pelepasan tegangan :
a) Buat rangkaian seperti gambar 3.7.b.
b) Pilih nilai R yang kecil (sekitar 100)
c) Masukkan saklar S pada posisi 1 dan tunggu beberapa saat sampai arus tidak
mengalami kenaikkan lagi.
d) Pada t = 0, pindah S ke posisi 2 dan amati waktu yang diperlukan sampai arus
benar-benar menjadi 0.
e) Ulangi prosedur 3.2.2.a, c dan d untuk nilai R yang berbeda (3 nilai).
iv.
Tugas :
1. Turunkan persamaan-persamaan kondisi transient, baik untuk tegangan dan
arusnya (untuk rangkaian RC dan RL)
2. Dari data pengamatan waktu dan tegangan yang saudara peroleah dari percobaan
3.1, buatlah gelombang tegangan pengisian dan pelepasan muatan kapasitor.
Secara grafis tentukan konstant waktu masing-masing rangkaian.
3. Hitung konstanta waktu dari masing-masing rangkaian di atas secara matematis
dan bandingkan dengan hasil IV.2.
4. Secara matematis hitung waktu kondisi stabil yang diperlukan oleh rangkaian RL
pada percobaan 3.2.
5. Bandingkan hasil no IV.4. dengan hasil percobaannya.
47
DATA PENGAMATAN
1. Rangkaian RC
a. Total Waktu Pengisian
R ()
C (F)
t (detik)
VC
C (F)
Pengisian
t (detik)
Pelepasan
VC
t (detik)
VC
2. Rangkaian RL
Total Waktu Pengisian Tegangan
R ()
L (mH)
Pengisian
t (detik)
Pelepasan
I
t (detik)
48
PENGOLAHAN DATA
1. Rangkaian RC
Pengisian
VC E 1 e t / RC
E t / RC
e
R
Kesalahan relatif VC
R
()
C
(F)
VCperhitunga n VCpercobaan
VC perhitunga n
t
(detik)
100%
VC (Volt)
Perhitungan
VC (Volt)
Percobaan
Kes Rel
(%)
Pengisian
VC VC ( 0) e t / RC
E t / RC
e
R
Kesalahan relatif VC
R
()
C
(F)
VCperhitunga n VCpercobaan
t
(detik)
VC perhitunga n
100%
VC (Volt)
Perhitungan
VC (Volt)
Percobaan
2. Rangkaian RL
Pengisian
I
E
1 e R / L t
R
Kes Rel
(%)
Kesalahan relatif I
Iperhitungan Ipercobaan
Iperhitungan
100%
Pelepasan
E R / L t
e
R
Kesalahan relatif I
Iperhitunga n Ipercobaan
Iperhitunga n
100%
49
50
V. RANGKAIAN RESONANSI
I.
Tujuan
-
II.
Teori
Gambar 1
Kerapatan arus pada suatu penampang
l
0
R = nilai resistansi
= tahanan jenis
I = janjang penghantar
0 = luas penampang
Maka nilai resistansi akan naik sesuai dengan frekwensi
sumber (karena
mengecilnya nilai 0). Effek ini terkenal dengan sebutan effek kulit (skin effect).
51
(2)
(3)
(4)
ZL RL ZL
Pada gb.2.a di bawah ini terlihat bahwa rangkaian induktor yang sesungguhnya,
bisa digantikan dengan rangkaian yang mengandung resistor dan induktor murni
(gb.2.b)
RL
Lmurni
VR
VL
AC
VS
AC
VS
52
(5)
Diagram vektornya :
Gambar 3
Diagram vektor rangkaian induktif
I
2fC
(6)
Dari persamaan 6 di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi frekwensi sumber,
nilai XC akan semakin kecil. Dengan demikian, pada rangkaian listrik yang bekerja
dengan frekwensi
mungkin muncul akibat dari jalur konduktor yang sejajar dan berdekatan.
Rendahnya reaktansi kapasitif mengakibatkan seolah-olah rangkaian menjadi
terhubung singkat.
VS
AC
AC
53
RL
VR
VL
VC
VS
Gambar 5.a
Gambar 5.b
Gambar 5.c
Gambar 5.c menunjukkan diagram vector tegangan pada saat terjadi resonansi.
Dari persamaan impedansi :
Z R 2 X L X C
(7)
Maka dengan XL = XC, nilai impedansi pada saat resonansi hanya ditentukan oleh
nilai perlawanan/resistansi induktor saja. Nilai absolut tegangan jatuh pada XL dan
XC masing-masing akan melebihi nilai tegangan sumber dan arus akan mencapai
maksimum.
Secara matematis, frekwensi resonansi ditentukan oleh persamaan :
l
2 LC
(8)
54
VR
VC
AC
VS
AC
VS
RL
C
VL
Gambar 6
Kondisi yang berlaku pada resonansi arus sama dengan resonansi tegangan, yaitu :
XL = XC dan f
l
2 LC
Yang berbeda adalah akibatnya. Pada resonansi arus impedansi rangkaian menjadi
besar sekali sehingga arus rangkaian mencapai nilai minimum, walaupun
demikian, arus pada cabang bernilai besar dengan IL = IC namun berlawanan fase.
Diagram vektornya :
Gambar 7.a
Gambar 7.b
Gambar 7.c
Diagram arus
55
Percobaan
AC
VS
Gambar 8
56
perubahan frekwensi
dipertahankan tetap. Catat besar arus yang mengalir (perhatikan batas skala
arus dan kemampuan arus maksimum induktor)
e. Hitung besar reaktansi induktif pada masing-masing frekwensi
f. Ulangi percobaan a s/d e dengan nilai induktansi yang berbeda (paralelkan
induktor yang sudah terpasang dengan 1 buah induktor yang sejenis)
g. Buatlah kurva reaktansi sebagai fungsi dari frekwensi
perlahan-lahan sampai arus mencapai nilai 25 mA. Catat nilai tegangan pada
kondisi ini.
c. Naikkan frekwensi
frekwensi
57
b. Atur tegangan sumber sebesar 3 volt, kemudian carilah frekwensi resonansi dari
rangkaian tersebut dengan cara merubah frekwensi
resonansinya, arus yang mengalir, serta tegangan pada L & C. Perhatikan arus
maks L.
AC
VR
VL
VS
VC
A
Gambar 9
c. Rubah kedudukan frekwensi
58
R
A
A
AC
VS
C
Gambar 10
a. Buatlah rangkaian seperti gambar 10. Gunakan kapasitor dan induktor yang sama
dengan yang digunakan pada percobaan 3.2.
b. Atur tegangan sumber sebesar 3 volt, kemudian carilah frekwensi resonansi dari
rangkaian tersebut dengan cara merubah frekwensi
resonansinya, arus total dan arus cabang yang mengalir pada saat resonansi
terjadi. Perhatikan kapasitas arus maksimum induktor.
c. Rubah kedudukan frekwensi
59
Tugas
a. Catat semua alat yang saudara gunakan
b. Turunkan rumus frekwensi resonansi (f0)
c. Mengapa pada sistem arus searah tidak dikenal adanya resonansi?
d. Hitung lebar kanal (band width) dari rangkaian LC dalam percobaan di atas (baik
rangkaian seri maupun paralel)
e. Bagaimana sifat impedansi rangkaian LC seri di barah frekwensi resonansinya?
Dan bagaimana sfatnya bila di atas frekwensi resonansi?
60
DATA PENGAMATAN
1. Pengaruh Frekuensi
Terhadap R
VS
f (Hz)
R = 470
I (mA)
R = 1 K
V
I (mA)
R = 2.2 K
V
I (mA)
50
3
100
2K
4K
Terhadap L
VS
f (Hz)
L = 2.5 mH
I (mA)
L = 1.25 mH
I (mA)
50
3
100
2K
4K
Catatan :
Induktor diparalel
Terhadap C
VS
f (Hz)
C = 8 F
I (mA)
C = 10 F
V
I (mA)
50
3
100
2K
4K
C = 47 F
V
I (mA)
61
2. Resonansi Tegangan
VL = V C
VS
R ()
L(mH)
C (F)
470
2,5
f (Hz)
I (mA)
VR
VL
VC
f (Hz)
I (mA)
IR
IL
IC
3. Resonansi Arus
IL = IC
VS
R ()
L(mH)
C (F)
470
2,5
62
PENGOLAHAN DATA
1. Pengaruh Frekwensi
Terhadap R
R
V
I
f (Hz)
V (volt)
I (mA)
R ()
50
100
2K
4K
Terhadap L
XL = 2 f L
L (mH)
f (Hz)
XL ()
XL
50
2,5
100
2K
4K
Terhadap C
XC =
I
2 f C
C (F)
f (Hz)
XC ()
XC
50
2,5
100
2K
4K
f
63
2. Resonansi Tegangan
f0
I
2 LC
Kesalahan Relatif f0
f0 hitungan f0 percobaan
f0perhitunga n
100%
Z R 2 XL XC
I
V
Z
XL = 2 f L
C (F)
L (mH)
10
2,5
f (Hz)
XL ()
XC ()
I
3. Resonansi Arus
f0
I
2 LC
Kesalahan Relatif f0
f0 hitungan f0 percobaan
f0perhitunga n
100%