Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orang pernah menderita akibat mengalami nyeri pada leher, bahu,
dan lengan. Nyeri tumpul maupun tajam yang bersifat menjalar dari leher hingga
ke lengan dan jari, dan kadang juga disertai dengan rasa tebal dan kesemutan.
Bahkan pada beberapa kasus dapat terjadi gangguan motorik ekstremitas bawah.
Gejala-gejala tersebut sering disebut dengan nyeri radix cervikal (Radicular
Cervical Pain) yang paling sering disebabkan oleh herniasi diskus intervertebralis
cervikalis sehingga menekan radix (akar saraf) pada cervikal dan menyebabkan
nyeri pada daerag yang dipersarafi radix tersebut. Keadaan ini disebut sebagai
HNP Cervikalis (Hernia Nukleus Pulposus Cervikalis).
HNP cervikalis dapat terjadi akibat proses degeneratif maupun trauma
yang mencederai vertebra cervikalis. Proses degeneratif dan trauma ini
menyebabkan perubahan pada struktur diskus intervertebralis yang terletak
diantara masing-masing badan (corpus) vertebra cervikalis, sehingga fungsinya
sebagai penahan tekanan (shock absorbers) terganggu dan menyebabkan substansi
diskus keluar (herniasi) hingga menekan radix saraf bahkan medula spinalis dan
menyebabkan gejala-gejala tersebut.
HNP secara umum dapat terjadi pada semua columna vertebralis, dari
cervikalis hingga lumbal. HNP cervikalis merupakan HNP tersering kedua setelah
kasus HNP lumbalis. Sekitar 51% dari orang dewasa pernah mengalami periode
nyeri pada leher dan lengan sepanjang hidupnya. 25% diantaranya terdapat
gambaran herniasi diskus pada hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang
terjadi pada kelompok usia kurang dari 40 tahun, dan 60% diantaranya terjadi
pada kelompok usia lebih dari 60 tahun. Di Indonesia angka kejadian HNP
cervikalis sekitar 5-10% dari populasi penderita HNP. Sekitar 60% diantaranya
terjadi pada kelompok usia lebih dari 30-40 tahun.
Nyeri lengan akibat hernia nukleus pulposus cervikalis adalah suatu
kondisi tulang belakang yang seringkali memerlukan penanganan pengobatan.

Hernia nukleus pulposus biasanya berkembang dalam kelompok usia 30-50 tahun.
Meskipun herniasi diskus intervertebralis segmen cervikal mungkin akibat dari
suatu trauma atau luka pada vertebra cervikal, gejala yang meliputi nyeri lengan,
lebih sering terjadi secara spontan. Nyeri lengan akibat dari herniasi diskus
intervertebrali terjadi sebab materi diskus intervertebralis yang mengalami
herniasi menekan nervus spinalis cervikal. Bersamaan dengan nyeri lengan, rasa
kebas dan kesemutan bisa terdapat pada lengan sampai ke jari-jari tangan.
Kelemahan otot mungkin juga didapatkan disebabkan herniasi diskus
intervertebralis cervikal.
Terdapat banyak faktor yang meningkatkan resiko HNP cervikal antara lain :
1. Gaya hidup seperti meroko, tidak berolahrag secara teratur, dan asupan
nutrisi yang tidak cukup dapat menyumbang buruknya kesehatan diskus
intervertebralis.
2. Seiring menuanya tubuh, perubahan biokimiawi secara alami
menyebabakan diskus secara bertahap menjadi kering dan mempengaruhi
kekuatan diskus dan tingkat kekenyalannya.
3. Postur tubuh yang salah, digabung dengan kebiasaan mekanika tubuh yang
tidak benar dapat memberikan tambahan tekananpada vertebra cervikal.
Gabungan dari faktor-faktor tersebut dengan efek dari penggunaan terusmenerus yang menganut azas pakai dan rusak, trauma, cara mengangkat beban
yang salah, maka mudah dipahami mengapa diskus sangan mungkin mengalami
herniasi. Herniasi ini dapa berkembang secara mendadak atau bertahap dalam
kurun waktu atau bulanan.

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia Nucleus Pulposus Cervicalis (HNP Cervicalis) atau Cervicalis
Disc Herniation adalah rupturnya atau penonjolan (bulge) annulus fibrosus pada
diskus intervertebralis cervikalis sehingga isi diskus atau nukleus pulposus keluar
(herniasi) dan menekan radix saraf pada foramina intervertebralis atau medula
spinalis pada kanalis vertebrali sehingga menyebabkan nyeri radikuler sepanjang
daerah yang dipersarafi oleh saraf terjepit tersebut.
2.2 Epidemiologi
Kejadian HNP cervikalis merupakan kejadian HNP terbanyak kedua
setelah HNP lumbalis, yaitu sekitar 5-10% dari populasi penderita HNP di
Indonesia. Secara umum kejadian HNP bertambah seiring dengan pertambahan
usia, namun pada HNP cervikalis sekitar 60% penderita berada pada kelompok
usia 30-40 tahun. Lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan yaitu
sekitar 2:1.
Herniasi dapat terjadi pada setiap diskus intervertebralis di tulang
belakang, tetapi dua tempat paling umum adalag herniasi discuc lumbal dan
herniasi cervikal. Yang pertama adalah yang paling umum, menyebabakan nyeri
pinggang bawah (pinggang) dan sering sakit kaki juga, dalam hal ini sering
disebut sebagai linu panggul.
Herniasi lumbal terjadi 15 kali lebih sering daripada herniasi cervikal, dan
merupakan salah satu penyebab paling umum sakit pinggang bawah. Presentase
kejadian herniasi cervikalis dibanding total herniasi tulang belakang hanya 8%
sedangkan herniasi thorakal bahkan hanya mencapai angka 1-2%.
Lokasi-lokasi berikut tidak memiliki diskus intervertebralis dan karenanya
terhindar dari resiko herniasi : dua teratas ruang intervertebralis vertebra cervikal,
sakrum, dan tulang ekor. Herniatins diskus intervertebralis paling banyak terjadi
ketika seseorang di usia 30 atau 40 saat nukleus pulposus masih berupa zat serupa
gelatin. Dengan penambahan usia, nukleus pulposus kehilangan kadar cairan di

dalamnya dan relatif lebih kering sehingga resiko herniasi sangat berkurang.
Setelah usia 50 atau 60, degenarasi osteoarthritic (spondylosis) atau stenosis
tulang belakang adalah penyebab lebih mungkin dari nyeri pinggang atau sakit
kaki.
Berbeda dengan studi pasien dengan nyeri leher sebagai sindrom, HNP
cervikal adalah diagnosis tertentu. Suatu penelitian yang membahas angka
kejadian HNP cervikal dilakukan oleh Kondo, dkk. Mereka menganalisis warga
Rochester, Minn, 1950-1974 dan membahas kejadian HNP cervikal tahunan
5.5/100, 000 orangtingkat paling sering terlibat adakah C5-6, diikuti oleh C4-5
dan C6-7. Dalam review dari pasien yang diobati pembedahan, tingkat ini pulalah
(C5-6) yang paling sering terlihat.
Kerlsey dan rekan melaporkan 88 orang deng benjolan diskus cervikal
tinggal di New Haven dan Hartfotd, Conn. Emoat puluh yang operasi setelah
diagnosisi HNP cervikal dibuat. Berdasarkan penampilan klinis mereka, 20 telah
dicatat sebagai probable dan 28 sebagai possibleHNP cervikal. Lima puluh dua
pasien pria dan 36 adalah perempuan, dan kebanyakan pasien berada di usia40-an
dan 50-an. Para peneliti membandingkan pasien HNP cervikal dengan kontrol usia
dan kesesuaian jenis kelamin. Sebuah hubungan yang kuat ditemukan antara
tonjolan dan lifting berulang benda berat pada pekerjaan, merokok, dan menyelam
sering dari papan. Mengemudi dan waktu yang dihabiskan dalam kendaraan
bermotor telat lemah terkait. Sering memutar leher pada pekerjaan dan duduk
ditempa kerja tidak berhubungan dengan diagnosis klinis herniasi diskus.
Hubungan mengangkat benda berat dan mengemudi peralatan dengan
prolapsus diskus tidak mengherankan, tetapi hubungan dengan merokok tidak
mudah dijelaskan. Merokok telah terlibat dalam menghambat metabolisme tulang
dan mengganggu perbaikan fraktur, nonunions di patah tulang, di arthrodesing
prosedur, dan meningkatkan angka infeksi luka pasca operasi. Setelah penelitian
telah diidentifikasi merokok sebagai faktor resiko untuk nyeri punggung bawah,
dan meskipun beberapa penjelasan telah diusulkan, mekanisme tersebut belum
dijelaskan.
2.3 Anatomi Vertebra Cervikalis

Tulang belakang manusia (vertebra)merupakan salah satu struktur


penopang tubuh yang tersusun dari 33 ruas vertebra, yaitu 7 ruas vertebra
cervikalis, 12 ruas vertebra thorakalias, 5 ruas vertebra lumbalis, 5 ruas vertebra
sakralis, dan 4 ruas coccigeus yang saling menyatu.

Gambar 2.1 Vertebra


Vertebra cervikalis merupakan penyusus vertebra yang berada dibawah
tulang tengkorak (Skull), yang terdiri dari 7 ruas, yaitu cervikalis-1 (C1) hinggan
cervikalis-7 (C7), yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.

Gambar 2.2 Letak dan Posisi Vertebra Cervikalis

Secara umum seperti struktu vertebra yang lain, vertebra cervikalis juga
tersusun dari struktu yang berupa tulang (bone) dan jaringan lunak (soft tissue).
Struktur yang berupas tulang termasuk diantranya adalah bagian corous dan
proccessus-proccessus. Sedangkan jaringan lunak berupa diskus intervertebralis,
ligamen-ligamen, dan persendian.

Gambar 2.3 Vertebra Cervikalis


Tulang vertebra ini dihubungkan satu sama laiannya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebra
yang dihubungkan satu sama lain olegh diskus fibrokartilago yang disebut diskus
intervertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan
ligamentum longitudinalis posterior. Diskus intervertebralis menyusun seperempat
panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervicaldan lumbal,
tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai
bantalan sendi dan shock absorber agar columna vertebralis tidak cedera bila
terjadi trauma.
Disku intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (hyalin cartilage
plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari
nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebra dapat
mengjungkit ke depan dan ke belakang di atas yang lain, seperti pada flexi dan
6

ektensi columna vertebralis. Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus


maupun nukleus pulposusnya dalah bangunan yang tidak peka nyeri. Stabilitas
vertebra tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis
serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif).

Gambar 2.4 Diskus Intervertebralis (terdiri dari Annulus Fibrosus dan


Nukleus Pulposus)

Gambar 2.5 Ligamentum Penyokong Vertebra


Vertebra yang berdekatan dihubungkan dengan tiga jenis artikulasi
intervertebralis. Sendi sinovial yang terbentuk antara sendi facet inferior dari satu
vertebra dan sendi facet superior vertebra dibawahnya. Sendi ini secara ekstensif
diikat oleh ligamen yang berbeda. Ligamen ini menghubungkan ujung prosessus
spinosus (ligamen supraspinosus), dan prosessus transversus (ligamen
intertransverse). Selain itu lamina vertebra yang berdekatan terkaitt bersam oleh
ligamentum flavum.

Corpus vertebra yang berdekatan dihubungkan oleh sendi kartilaginosa


khusus yang dikenal sebagai diskus intervertebralis. Setiapa diskus terdiri dari inti
pusat dari bahan gel, yang dikenal sebagai nukleus pulposus, dan serangkaian
sekitar cincin berserat yang dikenal sebagai fibrosis annulus. Biasanya berat badan
dikompresi dan transefer loading ke annulus fibrosus. Pada sebagaian besar
indivisu, serat-serat annulus fibrosus efektif menahan beban ini, tapi pada
beberapa orang mereka tidak dan nukleus pulposus dipaksa keluar dari diskus,
atau hernia. Sebuah hernia nukleus pulposus dapat memiliki efek mendalam pada
saraf tulang belakang berdekatan. Dua ligamen menghubungkan bedan vertebra
anterior dan posterior dan dengan demikian menguatkan diskus intervertebralis.
Ligamentum longitudinal anterior kuat dan kokoh diseluruh tapi ligamentum
longitudinal posterior menjadi tipis dan sempit di daerah lumbal. Perubahan
struktur ligamentum longitudinal posterior merupakan bagian dari alasan bahwa
mayoritas herniations diskus posterior terjadi di daerah lumbal.
Ligamentum Longitudinal Anterior
Merupakan ligament yang kuat, berserat luas yang meliputi dan
menghubungkan aspek anterior dari corpus vertebra dan diskus intervertebralis.
Ligamentum ini paling tebal ketika berhadapan dengan diskus. Ligament ini
meluas dari permukaan panggul sakrum ke tuberkulum anterior C1 (atlas) dan
tulang oksipital tengkoran, anterior foramen magnum. Serabut ligamentum ini
tegas melekat pada diskus intervertebralis dan periosteum dari badan vertebra.
Kekuatan ligamen ini membantu untuk menjaga stabilitas sendi antara corpus
vertebralis dan membantu mencegah hiperekstensi dari tulang punggung.
Ligamentum Longitudinal Posterior
Merupakan sebuah ligamen yang lebih sempit dan lebih lemah dari
ligamentum longitudinal anterior ini berjalan sepanjang aspek posterior badan
vertebra, dalam kanal tulang belakang. Dibanding dengan ligamentum
longitudinal anterior, ligamen ini superior perluasannya dimana ia berlanjut
dengan membran tectorial, yang melekat ke tulang oksipital pada aspek interior
foramen magnum. Ligamen ini melekat pada diskus intervertebralis dan tepi
posterior badan vertebra dari sumbu (C2) untuk sakrum. Ligamentum longitudinal

posterior juga membantu untuk mencegeh hypefleksi dari columna vertebralis dan
herniasi posterior nukleus pulposus.
Vertebra Cervikalis I (V.C1)
Vertebra cervikalis I disebut juga dengan tulang atlas. Terletak tepat
dibawah tulang tengkorak. Ciri khas pada tulang ini adalah tidak memiliki corpus,
sehingga hanya berupas arcus anterior dan posterior. Pada masing-masing arcus
anterior terdapat fovea articularis superior yang berhubungan dengan condilus
occipitalis. Sedangkan yang berhubungan dengan vertebre cervikalis II adalah
facies artikularis posterios atau disebut juag fovea dentis. Pada medio sagital
terdapat tubeculum anterior dan posterior. Dan memiliki foramen vertebralis yang
besar.

Gambar 2.6 Vertebra Cervikalis I (Atlas)


Vertebra Cervikalis II (V.C2)
Vertebra cervikalis II disebut juga tulang axis yang ditandai oleh adanyan
epistropheus. Ciri khas lain pada cervikalis II ini adalah adanyan dens atau
processus odontoid. Memliki corpus vertebra yang kecil, apex dentis yang disertai

facies articularis anterior dan facies articularis posterior. Facies articularis lateralis
behubungan dengan facies articularis inferior tulang atlas, serta processus
spinosus yang tidak selalu becabang dua.

Gambar 2.7 Vertebra Cervikalis II (Axis)


Vertebra Cervikalis III-VI (V.C3-C6)
Vertebra cervikalis III-VI memiliki komponen dan bentuk yang sama,
yaitu masing-masing memiliki Corpus vertebrae arcus vertebra yang terdiri dari
pedicle dan lamina, processus articularis yang menghadap ke posterior, processus
articularis inferior yang menghadap ke anterior, incisura vertebralis superior dan
inferior, processus spinosus yang bercabang dua, sepasang processus transversus
pada sisi lateral, serta forame vertebralis.

Gambar 2.9 Vertebra Cervikalis III-VI

10

Vertebrae Cervikalis VII (V.C7)


Merupakan ruas terakhir dari vertebra cervikalis. Secara umum komponen
dan bentuknya sama dengan C3-C6, hanya ciri khas pada ruas ini adalah
processus spinosusunya panjang (prominent).

Gambar 2.10 Vertebra Cervikalis VII


2.4 Etiologi dan Faktor Predisposisi HNP Cervikalis
Hal yang dapat menyebabakan HNP cervikalis adalah :
1. Trauma
Biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda. Trauma pada
vertebra cervikal dapat terjadi akibat adanya gerakan tiba-tiba pada cedera
2.

leher, misalnya whiplash injury.


Proses Degeneratif
Terjadi pada kelompok usia yang lebih tua. Proses degeneratif
menyebabkan perubahan komponen penyusun diskus intervertebralis
menjadi lebih tidak elastis atau kaku sehingga apabila mendapatkan isi
diskus keluar atau secara langsung menyebabkan trauma pada vertebra
cervikalis.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan HNP cervikalis diantaranya adalah:


1. Genetik, individu dengan riwayat genetik kelainan vertebra (skoliosis,
spondilolistesis, dan ankylosing spondilitis) lebih mudah terjadi HNP
2. Kebiasaan beraktivitas dengan posisi tubuh yang tidak tepat, misalnya
mengangkat beban berat dengan menopangkan pada kepala, dan lain-lain.
3. Pola hidup tidak sehat, misalnya merokok, alkohol, kurang gizi, kurang
olahraga, yang akan berakibat penurunan kualitas tubuh sehingga lbih
mudah terjadi kerusakan vertebra.

11

4. Aging, kejadian HNP cervikalis meningkat seiring dengan peningkatan


usia.
2.5 Patogenesis HNP Cervikalis
HNP cervikalis terjadi akibat keluarnya komponen nukleus pulposus dari
diskus intervertebralis cervikalis yang menekan radix saraf atau medula spinalis
sehingga menimnulkan iritasi pada saraf yang tertekan tersebut.
Herniasi dari nukleus pulposus dapat terjadi akibat perubahan penyusu
komponen-komponen diskus intervertebralis, atau trauma. Diskus intervertebralis
terdiri dari nukleus pulposus yang tersusun dari komonel gel dan annulus fibrosus
dengan kolagen sebagai penyusunnya. Pada proses degeneratif komponen gel
nukleus pulposus dan kolagen dari annulus fibrosus lambat laun akan berkurang
sehingga diskus intervertebralis yang seharusnya elastis dan berfunsi sebagai
bantalan atau shock absorber menjadi kaku.
Pada keadaan normal, apabila tubuh menerima beban, oleh gel nukleus
pulposus diskus intervertebralis beban tersebut akan disebarkan ke segala arah
sehingga vertebra dan tubuh tetap pada posisi seimbang dan tidak terjadi prolaps
atau keluarmya nukleus pulposus dari diskus. Namun pada keadaan degeneratif,
kondisi nukleus pulposus yang tidak lagi berupa gel tidak dapat menyebabkan
beban ke segala arah, namun hanya arah tertentu saja, dn pada kondisi yang berat
dapat sampai menembus anulus fibrosus dan menimbulkan penekanan pada radix
maupun medula spinalis.
Pada kasus trauma, beban atau gerakan yang tiba-tiba akan menimbulkan
efek kejut bagi diskus intervertebralis, sehingga beban tidak dapat diterima secara
imbang dan tidak dapat disebarkan ke segala arah, atau trauma tersebut secara
langsung merusak anulus fibrosus sehingga dapat menyebabkan keluarnya
nukleus pulposus.

12

Gambar 2.11 Mekanisme Terjadinya HNP

Gambar 2.12 HNP Cervikalis pada Trauma (trauma menyebabkan


kerusakan pada annulus fibrosus sehingga nukleus pulposus keluar)
2.6 Derajat dan Tipe
Sesuai dengan anatominya, radix saraf cervikalis akan keluar
melaluiforamina intervertebralis yang terletak lateral dari kolumna vertebra dan
medula spinalis terletak pada kanalis vertebralis yang teerletak di sebelah
posterior dari kolumna vertebralis. Karena pada sebelah posterior terdapat
ligamen longitudinal posterior yang tebal, herniasi dari diskus intervertebralis
paling sering terjadi ke arah postero-lateral dan menekan radix saraf, sehingga
gejala yang ditimbulkan bersifat radikuler unilateral.

13

Gambar 2.13 HNP Menekan Radix Saraf dan menumbulkan iritasi pada
Radix

Gambar 2.14 HNP Cervikalis Menekan Medula Spinalis


Derajat HNP
1. Disc Degenration, terjadi perubahan posisi annulus pulposusu sehingga
apabila ada beban nukleus menonjol ke salah satu sisi dengan nulus
fibrosus masih intak, dan belum terjadi herniasi.
2. Prolapse atau bulging disc atau protrution disc, terjadi penonjolan nukleus
pulposus dan anulus fibrosus, anulus fibrosus dan ligamen longitudinat
posterior masih utuh, sudah terjadi herniasi dan mulai terjadi penekanan
pada radix atau medula spinalis.
3. Extrusion, terjadi ruptur anulus fibrosusu, sehingga gel nukleus pulposus
keluar dari diskus intervertebralis, tetapi ligamen longitudinal posterior
masih intak.
4. Sequestration atau Sequestered Disc, telah terjadi ruptur ligamen
longitudinal posterior, sehingga gel nukleus pulposus keluar melewati
celah ligamen menuju ke kanalis spinalis.

14

Gambar 2.15 Derajat HNP


2.7 Manifestasi Klinik
HNP cervikalis paling sering terjadi pada segmen vertebra C5-C6, C6-C7,
dan C4-C5. Hal ini terjadi karena pada vertebra tersebut merupakan daerah yang
paling banyak menerima beban diantara vertebra cervikal yang lain dan yang
paling banyak mengalami pergerakan. Apabila terjadi herniasi pada C5-C6 maka
radix yang tertekan adalah radic C6, sedangkan apabila terjadi herniasi pada C6C7, efek yang terjadi adalah gangguan pada radix C7, dan seterusnya.
Pada umumnya herniasi terjadi pada salah satu sisi (unilateral). Gejalagejala yang dapat timbul pada HNP cervikalis diantaranya adalah nyeri yang dapat
bersifat tajam maupun tumpul pada leher atau daerah bahu, yang dapat memberat
dengan suatu gerakan atau perpindahn posisi leher. Terjadi cervikal radiculopathy,
yaitu nyeri yang menjalar dari lengan hingga jari-jari tangan. Rasa tebal,
kesemutan, hingga kelemahan dari bahu hingga jari-jari tangan. Namun dapat juga
herniasi terjadi dan menekan medula spinalis sehingga terjadi gangguan bilateral,
gangguan dapat berupa nyeri dan kelemahan pada kedua tangan dan kaki
(tetraplegi).
Beberapa gejala yang dapat muncul pada HNP cervikalis adalah sesuai
dengan radix yang terkena, yaitu :
1. C4-C5 (gangguan pada radix C5), terjadi kelemahan pada muskulus
deltoideus dan nyeri pada bahu

15

2. C5-C6 (ganggua pada radix C6), terjadi kelemahan pada muskulus biseps
dan wrist ekstensor, nyeri yang sertai rasa tebal dan kesemuta pada ibu jari
tangan.
3. C6-C7 (gangguan pada radix C7), terjadi kelemahan pada muskulus
triceps dan ektensor jari-jari tangan, nyeri menjalar yang disertai rasa tebal
dan kesemutan dari muskulus triseps hingga jari tengah. (gambar persrafan
radix cervikalis)
2.8 Diagnosis
Anamnesis
Menanyakan pada pasien tentang gejala yang muncul dan mencari faktor
risiko maupun penyebab yang mungkin. Seperti bagaimana sifat gejala yang
muncul, hal-hal yang memperberat dan memperingan gejala, hingga pengobatan
yang telah dilakukan. Ditanyakan juga tentang riwayat penyakit atau trauma
sebelumnya dan riwayat penyakit keluarga serta riwayat sosial dan kebiasaankebiasaan penderita.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakuakn adalah pemeriksaan neurologis
secara obyektif dan untuk menentukan letak herniasi yang terjadi.
Pemeriksaannya seperti memeriksa sistem motorik, sensorik, dan refleks-refleks
yang ada pada regio yang dipersarafi oleh radix cervikalis maupun medula
spinalis segmen vertebra cervikalis, sehingga dapat diketahui gejala tersebut
kemungkinan merupakan akibat dari adanya herniasi atau kelainan yang lain.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis antara
lain :
1. X-Ray, posisi AP (anteroposterior), Lateral, dan Obliq. Pemeriksaan
oenunjang wal yang dapat dilakukan untuk melihat adanya penyempitan
diskus intervertebralis dan foramina intervertebralis pada HNP. Selain itu
juga untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab yang lain misanya
tumor, infeksi, spondilosistesis, fraktur, atau osteoarthtritis.

16

2. Computed Temography Scan (CT Scan), dapat menunjukkan strukut


tulangdan soft tissu vertebra, namun masih belum dapat menunjukkan
dengan jelas proses herniasi.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI), merupakan gold standartpemeriksan


untuk HNP, karena dapat menunjukkan lebih jelas keadaan soft tissue
daripada CT Scan, sehingga gambaran herniasi diskus dapat terlihat jelas.

17

4. Myelography, merupakan suatu pemeriksaan X-ray dengan kontras yang


dapat menunjukkan adanya struktur yang menekan radix dan medula
spinalis seperti HNP, tumor, ataupun spur.
2.9 Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada kasus HNP adalah meredakan nyeri, mengembalikan
fungsi sarafnya, dan mencegah kekambuhan. Terapi berupa konservatif dan
pembedahan atau kombinasi keduanya. Pemilihan terapi dilakukan berdasarkan
gejala dan stadium HNP yang terjadi.
Non-Surgical Treatment (Konservatif)
1. Non-Farmakologis, antara lain :
a. Cervical collar/bracing
b. Rehabilitasi Fisik (traksi dan exercise)
c. Bed Rest
d. Ice and Hot Therapy
2. Farmakologis, antara lain:
a. NSAID, seperti aspirin, naproxen, ibuprofen, dll digunakan untuk
mengurangi inflamasi dan mengurangi rasa sakit
b. Analgesik, seperti Aceraminophen bisa menghilangkan rasa sakit
tetapi ridak memiliki efek anti-inflamasi dari NSAID.
c. Muscle relaxan seperti methocarbamol dapat presribe untuk
mngontrol kejang otot.
d. Steroid dapat diresepkan untuk mengurangi pembengkakan dan
peradangan pada saraf. Diminum oral dalam dosis tapering off
selama periode lima hari.
e. Injeksi steroid ke daerah dick,dapat dilakukan jika sakit parah.
Surgical Treatment
Indikasi operasi :
1.
2.
3.
4.

Hernia diskus sentral dengan kompresi medula spinalis dan diikuti dengan myelopathy.
Hernia discus posterolateral
Radiculopathy yang gagal dengan terapi konservatif
Pasien dengan defisit neurologis progresif
Discectomy (Anterior Cervical Discectomy and Fusion)/ACDF yaitu mebuka dan

membuang diskus intervertebralis yang terjadi herniasi dari arah anterior cervikal, kemudia tempat

18

yang kosong tersebut dapat dilakukan bone grafting dan selanjutnya dilakukan platting untuk
menyatukan kedua segmen vertebra.

Gambar 2.16 Anterior Cervical Discectomy and Fusion (ACDF)


Posterior Cervical Laminoforaminotomy yaitu dengan cara melakukan insisi pada bagian
posterior cervikalis (laminotomy) yang kemudian menuju ke foramina intervertebralis untuk
mngevakuasi diskus intervertebralis yang terjadi herniasi.

Gambar 2.20 Posterior Cervical Laminoforaminotomy


2.10 Komplikasi
Komplikasi pada kasus HNP cervikalis dapat terjadi apabila tidak diterapi dengan baik dan
tuntas. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah gangguan saraf permanen, nyeri kronik,
paralisis, dan gangguan postur tubuh yang permanen.

19

2.11 Prognosis
Prognosis dari HNP cervikalis bergantung pada keadaan masing-masing penderita, stadium
yang terjadi, terapi yang dilakukan, serta faktor penyebab. Semakin ringan stadium, dan dini serta
tepat terapinya, prognosisnya semakin bagus dan angka kekeambuhan menurun. Begitu juga
sebaliknya.
2.12 Pencegahan
Terjadi HNP cervikalis dapat divegah dengan cara merubah faktor risiko yang dapat dirubah,
seperti pola hidup yang sehat, kebiasaan yang baik untuk kesehtan tulang belakang, seperti tidak
membebani kepala dengan beban berat dan menghindari trauma leher.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus intervertebralis
dengan protrusi dari nukleus ke dalam kanalis spinalis mengakibatkan penekanan
pada radiks saraf. Hernia diskus servikalis terjadi ketika annulus fibrosus robek,
sehingga memungkinkan nukleus pulposus keluar. Terdapat empat stage yaitu,
protrusio diskus, prolapsus diskus, ekstrusio diskus, dn sequestrasi dickus. Stage 1
dan 2 disebut sebagai inkomplit, sedang 3 dan 4 adalah herniasi komplit.
Gejala HNP cervical yaitu, radiculopathy, myelopathy, atau keduanya.
HNP cervical lebih sering terjadi pada usia 30-40 tahun, dan lebih banyak terjadi
pada pria daripada wanita. Beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu
dalam menegakkan diagnosis yang tepat dan akurat seperti laboratorium,
pencitraan, elektrodiagnostik serta somatosensory evoked potentials (SEP).
Penatalaksanaan HNP cervikal terdiri dari tata laksana non-farmakologis
(rehabilitasi), farmakologis seperti NSAID, anti depresan, anti analgesik opioid,

20

serta operasi. Pencegahan penyakit ini dengan modifikasi faktor risiko meliputi
sikap tubuh yang buruk dan gerak mekanis tubuh, otot leher yang lemah, merokok
serta obesitas

DAFTAR PUSTAKA
1. Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders:
Cervical Disc Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute.
2.

Colorado.
Sasso Rich C, MD; Traynelis Vincent, MD. 2012. Cervical Herniated

Disc or Rupture Disc: From Diagnosis to Treatments.


3. Cervical Disc Herniation: Condition Treated. 2012. San Diego.
www.spine-institute.com
4. Micheav Antoine, MD; Hoa Denis, MD. 2009. Section: Anatomy of The
Spine and The Spine Cord. www.e-anatomy.com
5. Joseph C, DAngiolillo. Despite a Recomendation for Surgery, A C6-7
Disc Herniation Causing Arm Pain Into the Fingers and Upper Back, An
Inability to Sleep and Emotional Upset Relieved with Cox Technic. J
Somerset. 2012
6. Yang B, Xie J, Yin B, et. al. Treatment of cervical disc herniation through
percutaneous minimally invasive techniques. Eur Spine J. 2013 oct 19 ;
23: 382-388.
7. Manchikanti L, Cash A K, Pampati V, et al. Management of Chronic Pain
of cervical Disc Herniation and Radiculitis with Flouroscopic Cervical
21

Interlaminar Epidural Injections. Int J Med Sci. 2012 jun 23 ; 9(6) : 424434.
8. Denaro V, Martino V. Cervical Spine Surgery. Clin Orthop Relat res. 2011
jan 7 ; 469 : 639-648.
9. Abe T, Miyakoshi N, Hanga M, et al. Symptomatic cervical disc
herniation in teenagers: two case reprts. J Med. 2013 Feb 12 ; 7 ; 42.
10. Tsao S, Pidcao P. The Management of a Patient with a Cervical Disc
Herniation : A Case Report. Virginia Commonwealth University. 2008.
11. Buy x, Gangi A. Percutaneous Treatment of Intervertebral Disc
Herniation. Semin Intervent Radiol. 2010;27;148-159
12. Keramat K U, Gaughram A. Safe physiotherapy interventions in large
cervical dis herniations, British Med J. 2012
13. Yeung J T, Johnson J, Karim A. Cervical disc herniation presenting with
neck pain and contralateral symptoms. Journal of Medical Case Report.
2012.

22

Anda mungkin juga menyukai