Anda di halaman 1dari 17

PENYAKIT DIABETES

MELITUS DAN
PENANGANANNYA
O
L
E
H

MARIA Y. A. MIA DAPA


XI IPA 3

SMAK GIOVANNI KOTA KUPANG


2010/2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini, banyak orang yang masih mengganggap bahwa penyakit diabetes
mellitus atau kencing manis merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya
dapat timbul karena faktor keturunan. Padahal, semua orang mempunyai kemungkinan
untuk menderita diabetes. Menurut WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di
dunia dalam jumlah penderita diabetes mellitus. Pada tahun 2000 tercatat sebanyak 5,6
juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes mellitus. Namun pada tahun 2006,
jumlah penderita diabetes mellitus melonjak drastis menjadi 14 juta penduduk Indonesia,
dimana baru 50% penduduk yang sadar bahwa ia mengidap diabetes mellitus dan diantara
mereka baru 30% yang sudah berobat teratur.
Di Indonesia, sebagian besar kasus diabetes mellitus adalah diabetes mellitus
karena faktor keturunan. Namun faktor keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan
seseorang mengidap diabetes mellitus karena resikonya hanya 5% dan ternyata faktor
lainnya adalah obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani penderita
tersebut.
Samapi sekarang, banyak orang yang belum mengetahui bahaya dari penyakit
ini, dikarenakan kurangnya informasi mengenai penyakit ini. Padahal, penyakit diabetes
melitus merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan komplikasi
penyakit, seperti aterosklerosis (penimbunan plak lemakdidalam pembuluh darah) yang
disebabkan kadar gula darah yang tak terkontrol sehingga sehingga kadar zat berlemak
dalam darah meningkat dan yang lebih parahnya lagi, jika tidak ditanggulangi dengan
cepat maka dapat menyebabkan kematian.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Sesuai dengan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus?
2. Apa saja faktor pemicu terjadinya penyakit Diabetes Melitus?
3. Apa saja tanda-tanda dan gejala yang dialami penderita Diabetes Melitus?
4. Apa saja tipe-tipe penyakit Diabetes Melitus?
5. Apa saja terapi yang dapat dijalankan oleh penderita diabetes mellitus?
6. Bagaimana cara mencegah terjadinya komplikasi penyakit akibat diabetes mellitus?
2

1.3 TUJUAN PENULISAN


Sesuai dengan permasalahan diatas, tujuan yang dapat dicapai, yaitu:
1. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus.
2. Mendeskripsikan faktor pemicu tejadinya diabetes mellitus.

3.
4.
5.
6.

Manjelaskan tanda-tanda dan gejala yang dialami penderita diabetes mellitus.


Mendeskripsikan tipe-tipe penyakit diabetes mellitus.
Menjelaskan terapi-terapi yang dapat dijalankan oleh penderita diabetes mellitus.
Menjelaskan cara mencegah terjadinya komplikasi penyakit akibat diabetes mellitus.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Penulisan ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai penyakit
Diabetes Mellitus dan penanganannya agar orang yang belum menderita penyakit ini
dapat mengetahui bahaya dari diabetes mellitus dan dapat mencegahnya dan yang sudah
menderita penyakit ini dapat mengikuti anjuran-anjuran yang diberikan agar dapat
mengurangi kadar gula darahnya yang tinggi sehingga dapat menunda terjadinya
komplikasi.

1.5 METODE PENULISAN


Metode yang digunakan adalah metode pustaka.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstrak
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penulisan
1.6 Sistematika Penulisan
3

BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Diabetes Mellitus
2.2 Faktor pemicu terjadinya Diabetes Mellitus
2.3 Tanda-tanda dan gejala Diabetes Mellitus
2.4 Tipe-tipe penyakit Diabetes Mellitus
2.5 Terapi yang dapat dijalankan oleh penderita Diabetes Mellitus
2.6 Cara mencegah komplikasi penyakit akibat Diabetes Mellitus

BAB III Penutup


3.1 Simpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab
untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah
(memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh
manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

2.2 Faktor pemicu terjadinya Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus mempunyai beberapa faktor pemicu, antara lain:
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat memicu timbulnya diabetes mellitus. Mengonsumsi makanan yang berlebihan dan
tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan
kadar gula dalam darah meningkat dan akhirnya akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit diabetes militus.
3. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan
gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.

5
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas dapat menyebabkan radang pankreas.
Radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis
residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada

sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit


seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes
melitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Orang yang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus
karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.
Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus
selain disfungsi pankreas.

2.3 Tanda-tanda dan gejala Diabetes Mellitus


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita penyakit Diabetes
Mellitus yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urin)
penderita yang mengandung gula sehingga urin sering dikerubuti semut.
Penderita Diabetes Mellitus umumnya menampakan tanda dan gejala sebagai
berikut:
- Jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
- Sering atau cepat merasa haus (Polydipsia)
- Lapar yang berlebihan atau makan lebih banyak (Polyphagia)
- Frekwensi urin meningkat/ selalu ingin buang air kecil (Glycosuria)
- Kehilangan berat badan yang tidak jelas penyebabnya
- Kesemutan atau mati rasa pada ujung saraf telapak tangan dan kaki
- Cepat merasa lelah
- Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
- Apabila terluka/tergoes akan lambat penyembuhannya
- Mudah terkena infeksi terutama pada kulit
6

2.4 Tipe-tipe penyakit Diabetes Mellitus


1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 (dahulu disebut insulin-dependent diabetes/IDDM yaitu
diabetes yang bergantung pada insulin) atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anakanak
maupun
orang
dewasa.

Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa
menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes
tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai
dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya
normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic
ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas
dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui
pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus)
dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk
pemberian
masukan
insulin
melalui
"inhaled
powder".
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Perawatan
diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan mempengaruhi aktivitasaktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan
kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa ratarata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120
mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5
mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah. seperti
"frequent hypoglycemic events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali
diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga
7
menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya
membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat
glukosa darah yang rendah, yang disebut hypoglycemia, dapat menyebabkan kejang
atau seringnya kehilangan kesadaran.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah keadaan dimana hormon insulin dalam tubuh
tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan

seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau


berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang
ditandai
dengan
meningkatnya
kadar
insulin
di
dalam
darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin,
diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2,
pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet,
penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian
tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik
mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
3. Gestational Diabetes Mellitus
Gestational diabetes mellitus (GDM) melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi
dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup. GDM terjadi selama kehamilan
dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin dapat mengganggu kesehatan
janin atau ibu, tetapi sekitar 2050% dari wanita penderita GDM dapat bertahan
hidup. GDM terjadi sekitar 25% dari semua kehamilan. GDM menyebabkan janin
mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita
memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.

2.5 Terapi yang dapat dijalankan oleh penderita Diabetes Mellitus


Tujuan utama dari pengobatan diabetes ialah untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal
sulit untuk dipertahankan. Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal,
maka kemungkinan komplikasi sementara maupun jangka panjang semakin berkurang.
Untuk itu diperlukan pemantauan gula secara teratur, baik dilakukan secara mandiri
dengan alat tes kadar gula sendiri atau dilakukan di laboratorium.
8
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olahraga dan diet.
Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan
pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolahraga secara teratur.
Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan
melakukan olahraga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau
obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin, tetapi tipe 2 dapat diobati
dengan obat oaral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka
dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral=mulut) atau menggunakan
insulin.
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:

1.Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


2.Terapi sulih insulin

.Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


Golongan sulfonylurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara
adekuat pada penderita diabetes tipe 2, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe 1.
Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan
kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan
meningkatkan efektifitasnya. Obat lain yaitu metaformin, tidak mempengaruhi pelepasan
insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja
dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe 2 jika
diet dan olahraga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup. Obat ini kadang
bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3
kali pemberian. Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah
dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.

Terapi sulih insulin


Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus
diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan,
Insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk
insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang
berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya. Insulin disuntikan dibawah
kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut dan
9
menggunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri. Insulin terdapat
dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
1. Insulin kerja cepat, contohnya adalah insulin regular, yang bekerja paling cepat.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai
puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat
seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa suntikan setiap harinya
dan disuntikan 15-20 menit sebelum makan.
2. Insulin kerja sedang, contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin
isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimum dalam
waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikan pada pagi
hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikan pada malam hari
untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
3. Insulin kerja lambat, contohnya adalah insulin suspensinseng yang telah
dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.

Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa
dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
a. Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.
b. Keinginan penderita untuk memantau kedar gula darah dan menyesuaikan
dosisnya.
c. Aktivitas harian penderita.
d. Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya.
e. Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
Sediaan yang paling mudah adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja
sedang. Tetapi sediaan ini memberikan control gula darah yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat biasa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu
insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat
makan malam atau ketika hendak tidur malam. Kontrol yang paling ketat diperoleh
dengan menyuntikan insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi hari dan
malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.
Selain pemberian insulin, pengaturan diet sangatlah penting. Biasanya penderita
tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal
yang teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi,
karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya.
Tetapi cara menurunkan kadar kolesterol yang paling baik adalah mengontrol kadar
gula darah dan berat badan. Semua penderita hendaknya memahami bagaimana
menjalani diet dan olahraga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami
10
bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi. Penderita juga harus memberikan
perhatian khusus terhadap infeksi kaki sehingga kukunya harus dipotong secara
teratur. Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa diketahui perubahan yang
terjadi pada pembuluh darah dimata.

2.6 Cara mencegah komplikasi penyakit akibat Diabetes Mellitus


Pemantauan kadar gula darah merupakan bagian yang penting dari pengobatan
diabetes. Adanya glukosa bisa diketahui dari air kemih; tetapi pemeriksaan air kemih
bukan merupakan cara yang baik untuk memantau pengobatan atau menyesuaikan dosis
pengobatan. Saat ini, kadar gula darah dapat dipantau sendiri dengan menggunakan alat
pengukur glukosa dalam darah. Penderita diabetes harus mencatat kadar gula darah
mereka dan melaporkannya kepada dokter agar dosis insulin atau obat hipoglemiknya
dapat disesuaikan. Insulin maupun obat hipoglemik per-oral bisa terlalu banyak
menurunkan kadar gula darah sehingga terjadi hipoglikemia. Hipoglikemia (rendahnya

kadar gula dalam darah) juga bisa terjadi jika penderita kurang makan atau tidak makan
pada waktunya atau malakukan olahraga yang terlalu berat tanpa makan. Jika kadar gula
darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena pengaruhnya adalah otak. Untuk
melindungi otak, tubuh segera membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan dihati.
Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin), yang cenderung menyebabkan rasa
lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan gemetaran.
Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa menyebabkan sakit kepala.
Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit dapat menjadi parah,
menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap. Jika terdapat tanda hipoglikemia
maka penderita harus segera makan gula. Oleh sebab itu, dianjurkan bagi para penderita
diabetes agar selalu membawa permen atau tablet glukosa untuk menghadapi serangan
hipoglikemia, atau penderita segera minum susu, jus buah-buahan atau makanan manis
lainnya.
Kadar gula darah harus dikembalikan secara bertahap untuk mencegah
perpindahan cairan ke dalam otak. Kadar gula darah cenderung lebih mudah dikontrol
dan keasaman darahnya tidak terlalu berat. Jika kadar gula darah tidak terkontrol,
sebagian besar komplikasi jangka panjang akan berkembang secara progresif.
Penelitian terakhir yang dilakukan para ahli menunjukan bahwa, komplikasi
diabetes dapat dicegah, ditunda atau diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah.
Mengontrol kadar gula darah dapat dilakukan dengan mengikuti terapi dan patuh
meminum obat yang diberikan dokter.

11

ABSTRAK

Diabetes Mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula
darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam
darah. Gejala utamanya, yaitu jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria), sering atau
cepat merasa haus (Polydipsia) dan lapar yang berlebihan atau makan lebih banyak (Polyphagia).
Penyebabnya kebanyakan dari faktor keturunan dan obesitas (kegemukan). Diabetes mellitus
dibagi atas 3, yaitu diabetes mellitus tipe 1, 2 dan gestational diabetes mellitus. Diabetes mellitus
juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit didalam tubuh dan yang terparah dapat
menimbulkan kematian. Untuk itu diperlukan penanganan seperti berolahraga, diet, pengendalian
berat badan, pemberian obat hipoglikemik per-oral serta terapi sulih insulin.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Penyakit Diabetes Mellitus dan
Penanganannya
Meskipun dapat selesai dengan baik, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah informasi bagi pembaca agar pembaca mengetahui bahaya
dari penyakit diabetes mellitus dan penangananya bagi yang telah menderita penyakit ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu guru yang telah memberikan tugas ini
sebagai tugas akhir semester, kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini dan orang tua yang juga membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.

Kupang, April 2011

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...vi


Daftar Isi ...vii
Abstrak .. 1
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .. 2
1.2 Rumusan Masalah . 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan . 3
1.5 Metode Penulisan .. 3
1.6 Sistematika Penulisan . 3-4
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Diabetes Mellitus 5
2.2 Faktor pemicu terjadinya Diabetes Mellitus .. 5-6
2.3 Tanda-tanda dan gejala Diabetes Mellitus 6

2.4 Tipe-tipe penyakit Diabetes Mellitus .7-8


2.5 Terapi yang dapat dijalankan oleh penderita Diabetes Mellitus .. 8-11
2.6 Cara mencegah komplikasi penyakit akibat Diabetes Mellitus 11
BAB III Penutup
3.1 Simpulan 12
3.2 Saran .. 12
Daftar Pustaka .. 13

vii

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan diatas adalah:
Diabetes Melitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh,
dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan
tubuh. Gejala utamanya, yaitu:
1. Jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan lebih banyak (Polyphagia).
Penyebab utamanya yaitu faktor keturunan dan obesitas (kegemukan). Diabetes
mellitus dibagi atas 3, yaitu:

1. Diabetes mellitus tipe 1


2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Gestational diabetes mellitus
Diabetes mellitus juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit didalam tubuh
yang disebabkan penurunan kadar glukosa yang berlebihan dan jika tidak segera
mendapat perawatan dan terapi maka dapat menimbulkan kematian. Untuk itu
diperlukan pengobatan dan pencegahan terjadi komplikasi dengan cara berolahraga,
diet, pengendalian berat badan, pemberian obat hipoglikemik per-oral serta terapi
sulih insulin.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan, yaitu:
1. Bagi orang orang yang belum menderita diabetes mellitus, tulisan ini dapat
dijadikan sumber informasi agar sedini mungkin mencegah terkena penyakit ini
misalnya dengan cara rajin berolahraga.
2. Bagi para penderita, tulisan ini juga dapat dijadikan sumber informasi agar dapat
segera menjalankan terapi-terapi dan pengobatan yang dianjurkan agar terjadinya
komplikasi dapat dicegah.
12

DAFTAR PUSTAKA

Dewanti, Sri. 2010. Buku Pintar Kesehatan Kolesterol, Diabetes Mellitus & Asam Urat.
Klaten-Jawa Tengah: Kawan Kita.
http://drahani.wordpress.com/2008/03/05/mengenal-diabetes-dan-antisipasi/
http://drahani.wordpress.com/2008/03/05/penyebab-diabetes-melitus/
http://kulinet.com/baca/faktor-penyebab-diabetes-mellitus/974/
http://mbahcyber.blogspot.com/2009/09/jenis-jenis-diabetes-mellitus.html
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html

13

Anda mungkin juga menyukai