Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ajaran agama Islam adalah suatu ajarana agama yang begitu kompleks. Di
dalamnya memberikan aturan tentang bagaimana cara manusia berhubungan
dengan tuhannya maupun dengan sesama makhluk hidup. Termasuk bagaimana
cara manusia berhubungan dengan lingkungannya.
Dan selanjutnya, manusia pun mengemban tugas untuk beribadah kepada
Allah dan menjaga bumi ciptaan Allah yang telah diamanatkan kepada manusia.
Untuk itu manusia memerlukan sebuah tuntunan tentang tata cara untuk hidup di
muka bumi.
Untuk itu Allah mengutus seorang manusia yang disebut rasul, agar
membawa risalah Islam dan menyampaikannya kepada umat manusia. Agar umat
manusia dapat hidup bahagia dan penuh rasa aman.
Allah SWT menurunkan Al-quran untuk menjadi penuntun umat manusia.
Dan selain itu sumber ajaran yang dijadikan sebagai penuntun kehidupan umat
manusia yaitu Hadits.
Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-quran dimana hadits
mempunyai fungsi penting yang juga berkaitan dengan al-quran.
Maka dari itu, selain dilatarbelakangi karena tugas yang diberikan dari
dosen kepada kami. Melalui makalah ini pula kami ingin menjelaskan bagaimana
kedudukan hadits dalam Islam, dan fungsi-fungsinya terhadap al-quran.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana kedudukan hadits di dalam Islam?
2. Apa saja dalil-dalil kehujjahan hadits?
3. Apa saja fungsi hadits terhadap al-quran?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tuntutan tugas mata kuliah ulumul hadits, yang diampu
oleh.
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan hadits dalam Islam.
3. Untuk mengetahui dalil-dalil tentang kehujjahan hadits.
4. Untuk mengetahui fungsi-fungsi hadits terhadap al-quran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Hadits
Seperti yang telah kita ketahui Al-quran merupakan sumber ajaran utama
bagi umat islam dan merupakan rujukan atas semua problema yang dialami oleh
seluruh umat islam. Dalam Al-quran sendiri penjelasan-penjelasannya masih
bersifat global, oleh karena itu masih perlu dijelaskan lagi oleh sumber ajaran
lainnya seperti hadits, sunnah, ijma, dll.
Seluruh umat islam tanpa kecuali telah sepakat bahwa hadits merupakan
salah satu sumber ajaran islam ( M.Agus Solehudin, Ulumul Hadits. h. 73). Ia
menempati kedudukannya yang sangat penting setelah Al-quran. Kewajiban
mengikuti hadits bagi umat Islam sama wajibnya dengan mengikuti Al-quran.
Hal ini karena hadits merupakan mubayyin (penjelas) terhadap Al-quran. Orang
islam tidak mungkin memahami islam secara mendalam dan lengkap dengan
tanpa kembali kepada dua sumber islam tersebut yakni Al-quran dan hadits.
Banyak ayat Al-quran dan hadits yang memberi pengertian bahwa hadits
itu merupakan sumber hukum islam selain Al-quran yang wajib diikuti, baik
dalam bentuk perintah maupun larangannya.

B. Dalil-dalil Kehujjahan Hadits


1. Al-Quran al-Karim
Banyak ayat al-Quran yang menunjukkan akan kehujjahan Sunnah
diantaranya adalah ayat-ayat yang memerintahkan kepada kaum muslim untuk
taat kepada Rasulullah saw. firman Allah Swt :



(59)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
3

dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(QS An-Nisa : 59)
Kembali kepada Allah maksudnya kembali kepada Al-Quran, dan
kembali kepada Rasul maksudnya kembali kepada Sunnah atau Hadis beliau
Saw.
Perintah untuk mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh Rasulullah
Saw dan menjauhi segala apa yang dilaranagnnya, Allah Swt berfirman:

Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan
apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr :7)
Allah Swt telah memperingatkan kita untuk tidak menyelisihi segala apa
yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw, Allah berfirman:



Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya
takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS An-Nur : 63)
Pada Banyak ayat, Allah Swt menyandingkan kata Kitab yang berarti alQuran dengan kata Hikmah yang berarti hadis atau sunnah diantara ayat-ayat
tersebut adalah firman Allah Swt:


Artinya : Dan (juga karena) Allah Telah menurunkan Kitab dan
Hikmah kepadamu (Muhammad), dan Telah mengajarkan kepadamu apa yang
belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (QS.
An-Nisa: 113)\
Imam al-SyafiI berkomentar perihal ayat yang terakhir ini dengan
mengatakan:
Allah swt menyebutkan al-Kitab yaitu al-Quran dan juga Sunnah
(Hadis). Aku teelah mendengar ahli ilmu al-Quran mengatakan; Hikmah
adalah Sunnah Rasulullah saw. Karena al-Quran disebutkan dan dibarengi

dengan kata Hikmah. Allah swt. Menyebutkan anudrah-Nya kepada makhlukmakhluk-Nya dengan mengajari mereka al-Kitab dan Hikmah, maka tidak
boleh Wallahu alam- ditafsiri maksud Hikmah disini kecuali Sunnah
Rasulullah saw.

2. Hadis Nabi Saw


Terdapat banyak hadis-hadis Rasulullah saw. yang

menunjukkan

kewajiban untuk mengikuti Sunnah Nabawiyah dan menegaskan bahwa


Sunnah itu memliki kedudukan yang sama seperti al-Quran dari segi
keadaannya sebagai sumber untuk menetapkan hukum-hukum. Diantara hadishadis tersebut:
1.

Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan sanadnya dari sahabat


Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:



Artinya : Setiap umatku akan masuk surga, kecuali mereka yang enggan
dan tidak mau. Para Sahabat kemudian bertanya (keheranan); Siapakah
yang tidak mau memasukinya itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab:
orang yang mentaatiku akan masuk surga dan orang yang mendurhakaiku
(melangkar ketentuanku) berarti dia enggan dan tidak mau.

2.

Hadis yang menjelaskan bahwa dengan berpegangteguh kepada Al-Quran


dan Sunnah, maka tidak akan tersesat untuk selamnya sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Malik bin Anas bahwasanya Rasulullah saw bersabda:


Artinya : Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak
akan sesat untuk (selamanya) selama kalian berpegangteguh kepada
keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya

3.

Hadits

yang

memerintahkan

untuk

senantiasa

ber-tamassuk

(berpegangteguh) Sunnah Rasulullah saw dan para sahabat beliau saw dan
larangan melakukan kebidahan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:



Artinya : Hendaklah kalian (mengikuti) Sunnahku dan Sunnah para
khalifah rasyidah yang telah mendapatkan hidayah, berpegangteguhlah
kepadanya, dan gigitlah (Sunnah tersebut) dengan gigi grahammu, dan
jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, krena segala bentuk yang
bersifat baru adalah bidah dan semua bentuk bidah adalah sesat.
4.

Hadits yang menjelaskan bahwa telah diturunkan kepada Rasulullah saw


al-Quran dan yang semidal dengannya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Abu Daud dari sahabat al-Miqdam bin Madi Karib ra, Rasulullah saw
bersabda:

Artinya : Sesungguhnya telah diberikan (diturunkan) kepadaku al-Kitab
(al-Quran) dan bersamanya sesuatu yang semisal dengannya (alSunnah).

C. Fungsi Hadits terhadap Al-Quran

Hadits mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam

ajaran Islam. Ia menempati posisi kedua setelah Al-Quran. AlQuran seagai sumber ajaran pertama memuat ajaran-ajaran
yang masih bersifat umum (global), yang perlu dijelaskan lebih
lanjut dan terperinci. Dalam hal ini hadits menduduki dan
menempati fungsinya sebagai sumber ajaran kedua setelah AlQuran. Ia menjadi penjelas (mubayyin) isi Al-Quran. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 44.

Dalam

hubungan

dengan

Al-Quran,

hadits

berfungsi

sebagai penafsir, pensyarah, dan penjelas dari ayat-ayat AlQuran tersebut.


1. Bayan At-Tafsir
Bayan At-Tafsir adalah menerangkan ayat-ayat yang sangat
umum, mujmal, dan musytarak. Fungsi hadits dalam hal ini
adalah memberikan perincian (tafshil) dan penafsiran terhadap
ayat-ayat Al-Quran yang masih mujmal, memberikan taqyid
(membatasi) ayat-ayat yang masih muthlaq, dan memberikan
takhsish ayat-ayat yang masih umum.
Diantara contoh bayan at-tafsir mujmal adalah seperti
hadits yang menerangkan ke-mujmala-an ayat-ayat tentang
perintah Allah SWT.untuk mengerjakan shalat, puasa, zakat,
dan haji. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan masalah
ibadah tersebut masih bersifat global atau secara garis
besarnya saja. Contohnya :

Berdasarkan hadits tersebut, Rasul memberikan contoh


tata cara shalat yang sempurna. Bukan hanya itu, beliau
melengkapi dengan berbagai kegiatan yang dapat menambah
pahala ibadah shalat.
Contoh hadits Rasulallah yang meng-taqyid ayat-ayat AlQuran yang bersifat muthlaq, antara lain :
Hadits di atas meng-taqyid Q.Sal-Maidah [5]:38 yaitu:









[:]








Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Maidah [5]:


38)
Contoh hadits yang meng-takhsis keumuman ayat-ayat
Al-Quran adalah Hadits Nabi SAW.berikut:
Hadits tersebut meng-takhsis keumuman firman Allah
SWT. Q.S An-Nisa [4]:11 yaitu:


Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anak-anakmu. Yaitu bagian anak laki-laki sama dengan
bagian dua orang anak perempaun. ( Q.S. An-Nisa [4]: 11)
2. Bayan At-Taqrir
Bayan At-Taqrir atau sering juga disebut dengan bayan attakid dan bayan al-isbat adalah hadits yang berfungsi untuk
memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Quran. Dalam
hal

ini

hadits

hanya

berfungsi

untuk

memperkokoh

isi

kandungan Al-Quran. Contoh bayan at-taqrir adalah hadits


Nabi SAW. yang memperkuat firman Allah Q.S. Al-Baqoroh [2]:
185, yaitu:







... Karena itu, barangsiapa yang mempersaksikan pada
waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa...(Q.S. Al-Baqoroh
[2]: 185)
Ayat diatas di-taqrir oleh Hadits Nabi SAW., yaitu:

... Apabila kalian melihat (ruyat) bulan, berpuasalah,


begitu pula apabila melihat (ruyat) bulan itu, berbukalah....
(H.R. Muslim dan Ibnu Umar)
Menurut sebagian ulama, bayan taqrir atau bayan takid
ini disebut juga bayan bayan muwafiq li nash al-kitab al-karim.
Hal ini karena hadits-hadits ini sesuai dan untuk memperkokoh
nash Al-Quran.
3. Bayan An-Nasakh
Secara bahasa,
(membatalkan),

an-nasakh

al-ijalah

bisa

berarti

(menghilangkan),

(memindahkan), atau at-tagyir (mengubah).


Para
ulama,
baik
mutaqaddimin

al-ibthal
at-tahwil
maupun

mutaakhirin berbeda pendapat dalam mendefinisikan bayan


an-nasakh.

Perbedaan

ini

terjadi

berbeda

mendefinisikan kata naskh dari segi kebahasaan.


Menurut
ulama
mutaqaddimin,yang

dalam
dimaksud

dengan bayan an-nasakh adalah adanya dalil syara yang


datang kemudian. Dari pengertian tersebut menurut para
ulama yang setuju adanya fungsi bayan an-nasakh, dapat
dipahami bahwa hadits sebagai ketentuan yang datang
berikutnya dapat menghapus ketentuan-ketentuan atau isi AQuran yang datang kemudian.
Diantara ulama yang membolehkan adanya naskh
hadits

terhadap

Al-Quran,

juga

berbeda

pendapat

dalammacam hadits yang dapat dipakai untuk men-naskh AlQuran. Dalam hal ini mereka terbagi dalam tiga kelompok.
Pertama, yang membolehkan me-nasakh Al-Quran
dengan segala hadits, meskipun hadits ahad. Pendapat ini
diantaranya dikemukakan oleh para ulama mutaqaddimin dan
Ibn Hazm sebagian besar pengikut Zhahiriah.
Kedua, yang membolehkan me-nasakh
syarat

hadits

tersebut

harus

mutawattir.

dengan

Pendapat

ini

diantaranya dipegang oleh Mutazilah.

Ketiga,

ulama

yang

membolehkan

me-nasakh

dengan hadits masyhur, tanpa harus dengan mutawattir.


Pendapat ini diantaranya dipegang oleh ulama Hanafiyah.
Salah satu contoh yang biasa diajukan oleh para
ulama adalah sabda Rasul SAW. dari Abu Umamah Al-Bahili,

Hadits ini menurut mereka me-nasakh isi Al-Quran surat


Al-Baqarah [2]: 180, yakni,











[:]



Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu
kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta
yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya
secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 180)
Kewajiban melakukan wasiat kepada kaum kerabat dekat
berdasarkan

Q.S.

Al-Baqarah

[2]:

180

diatas,

di-naskh

hukumya oleh hadits yang menjelaskan bahwa kepada ahli


waris tidak boleh dilakukan wasiat.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedudukan hadits dalam Islam itu merupakan
sumber hukum Islam kedua setelah Al-quran. Hadits itu
merupakan mubayyin (penjelas) terhadap Al-quran yang
bersifat global (umum).
Adapun fungsi hdits terhadap Al-quran antara lain:
bayan at-tafsir, bayan at-takrir atau bayan at-takid dan
bayan an-nasakh.
Adapun dalil-dalil tentang kehujjahan hadits itu
disebutkan dalm Al-quran surat An-nisa:59, Al-hasyr:7, dan
An-nur:63.
B. Harapan
Kami sebagai penyusun makalah berharap, makalah
ini akan dapat bermanfaat khususnya untuk kami pribadi
dan umumnya untuk para pembaca. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
membangun kemampuan kami dalam penulisan makalah.
Kami harap makalah ini mendapat penilaian positf
dari dosen pengampu.

11

DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai