Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses peningkatan kwalitas sumber daya manusia,
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan jaminan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di semua jenjang pendidkan, dan salah satunya
adalah peningkatan mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Tujuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Pendidikan yang selanjutnya dijabarkan menjadi mata pelajaran Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diajarkan di SMK, bertujuan
mengembangkan pengetahuan (Kongnitif) keterampilan (Psikomotor), dan sikap
(Afektif), bagi siswa guna menghadapi permasalahan permasalahan yang akan
di hadapi dalam mengeluti dunia pendidikan sebagai temapt untuk melatih dan
meningkatkan hidup (life skill).
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Somba Opu adalah lembaga
pendidikan yang bertanggung jawab untuk menyiapkan tenaga kerja professional
yang mampu bersaing di dunia kerja dan indusri saat ini.

SMK Negeri 2 Somba Opu memiliki lima bidang keahlian, diantaranya


adalah bidang keahlian teknik bangunan yang mempunyai dua kompetensi
keahlian, yaitu gambar bangunan dan teknik gambar bangunan dan teknik
konstruksi kayu.

Secara khusus tujuan program keahlian teknik konsruksi kayu adalah


membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap kompeten:
(a) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bangunan gedung secara mandiri atau
wirausaha, (b) Mengembangkan paelayanan sebagai teknisi bangunan gedung
yang ada di dunia usaha dan dunia indusrti, (c) Melakukan pekerjaan sebagai
teknisi bangunan gedung yang professional dalam bidang pembuatan komponen
kayu pada bangunan, (d) melakukan pekerjaan sebagai teknisi bangunan gedung
yang profesional dalam bidang konstruksi kayu.
Hasil belajar siswa pada kelas XI teknik konstruksi kayu pada SMK
Negeri 2 somba opu pada ajaran 2012/2013, khususnya kompetensi memasang
kusen, masih ditemui 5 dari 15 siswa nilai kompetensi yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 7.00, sehingga hanya mencapai 70%
ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Hal ini disebaban karena metode yang
diterapkan selama ini hanya menerapkan pembelajaran yang sifatnya masih
konvensional yaitu secara teoritis dan guru hanya demonsrtasikan saja, tanpa
melakukan unjuk kerja, sehingga siswa kurang termotivasi untuk aktif dalam
pembelajaran.

Metode pemberian tugas dapat memberikan kesempatan kepada siswa


untuk bekerja secara perorangan maupun kelompok dalam menyelesaikan tugas
praktiknya, sehingga mereka dapat termotivasi karena dapat menunjukan
kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas praktiTeknya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penulis mencoba untuk


melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Motode pemberian tugas Guna
Meningkatkan Kompetensi Memasang Kusen Oleh Siswa Kelas XI Teknik
Konstruksi Kayu di SMK Negeri 2 somba opu.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah : Apakah penerapan metode
pemberian tugas guna meningkatkan nilai kompetensi memasang kusen oleh
siswa kelas XI Teknik Konstriksi Kayu di SMK Negeri 2 Somba Opu?.
C.Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan kompetensi memasang kusen oleh
siswa oleh siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu di SMK Negeri 2 somba opu
melalui penerapan metode pembrian tugas.

D.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat
bagi berbagai pihak diantaranya adalah:

1.

Bagi sekolah, memberikan masukkan yang berharga berupa informasi


ilmia dan menjadi salah ini bahan pertimbangan positif dalam rangka
menata kembali dan menyempurnakan proses pembelajaran.

2. Bagi guru, dapat dijadikan bahan masukkan tentang metode pengajaran


yang efektif.
3. Bagi siswa, meningkatkan kompetensi belajar, mendorong siswa agar lebih
giat lagi dalam belajar.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Metode Pemberian Tugas


Pengajaran berbasis pemberian tugas memerlukan lingkungan belajar yang
didesain tertentu agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah
yang otentik, terhadap pendalaman materi pada suatu bidang kompetensi.
Metode ini memperkenalkan siswa untuk bekerja mandiri maupun kelompok
dalam pembelajaran dan memunculkan dalam bentuk nyata (Buch institute for
education,

dalam

mengemukakan

Nurhadi,

bahwa

2004),

metode

sedangkan

pemberian

menurut

tugas

segala

tertentu

agar

(2005)
siswa

melaksanakan kegiatan belajar yang harus dipertanggumg jawabkan dan dapat


merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompoknya.
Metode pemberian tugsa diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar
mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta
didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan aatau berkelompok
(Sumantri, 1999:51). Misalnya pemberiaan pekerjaan rumah (PR) oleh guru,
pekerjaan lembar kerja siswa (LKS). Metode penugasan menjadi salah satu cara
penyampaian pengajaran yang dirancang untuk peserta didik agar bersemagat
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban-jawaban atas tugas yang
diberikan guru.
Proses belajar mengajar di kelas, sangat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan potensi dan menanamkan kognisi-

afeksi-psikomotorik secara meyakinkan, tidak cukup hanya dengan proses


belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu pula, kita harus
mengembangkan proses belajar mengajar di luar kelas, salah satunya dengan
memberikan tugas belajar di luar kelas.
2. Hakikat Metode Pemberian Tugas
Hakikat metode tugas adalah untuk mengembangkan potensi anak didik
dalam mencapi tujuan pendidikan. Pemberian tugas ini harus didasarkan aas
kegairahan anak didik memenuhi tugas tersebut, menghindari terjadinya
ketidakjujuran yang dilakukan anak didik dalam memenuhi tugas tersebut, dan
didasarkan atas pengembangan potensi anak didik sesuai dengan tujuan
pendidikan. Pemberian tugas, bertujuan untuk merangsang anak agar aktif
belajar baik secara individu maupun kelompok. Alasan penggunaan metode
penugasan yaitu agar pesesta didik dapat belajar sendiri atau berkelompok
mencari pengayaan atau sebagai tindsk lanjut dari kegiatan sebelumnya.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini memiliki kelebihan dan kekurangan
(Sumantri, 1999:52). Kelebihan metode ini ialah: (a) Membuat peserta didik aktif
belajar, (b) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, baik dekat guru,
maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah, (c)
Mengembangkan kemandirian peserta didik, (d) lebih menyakinkan tentang apa
yang dipelajari oleh guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas
pandangan tentang apa yang dipelajari, (e) Membina kebiasaan peserta didik
untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi, (f) Membuat

peserta didik bergairah belajar karena dapat dilakukan dengan bervarisi, (g)
Membina tanggunag jawab dan disisplin peserta didik, (h) Mengembangkan
kreatifitas peserta didik.
Sedengkan keterbatasan metode penugasan ialah: (a) Sulit mengontrol peserta
didik apakah belajar sendiri atau dikerjakan oleh orang lain, (b) Sulit menberi
tugas yang sesuai dengan perbedaan individu peserta didik, (c) Tugas yang
monoton dapat membosankan peserta didik, (d) Tugas yang banyak dan sering
dapat menbuat dapat membuat beban dan keluhan peserta didik, (e) Tugas
kelompok dikerjakan oleh oleh orang tertentu atau peserta didik yang rajin dan
pintar,
4 Langkah-langkah Penggunaa Metode Pemberian Tugas
Menurut Mahfud Salahuddin (1986) mengatakan bahwa langkah-langkah
yang harus diperhatikan seorang guru agar metode pemberian tugas dapat
berlangsung secara efektif adalah: (a) Tugas yang akan diberikan kepada siswa
harus direncanakan secara jelas dan sistematis terutama tujuan pemberian tuhas
dan cara mengerjakannya sebaiknya tujuan pemberian tugas dikomunikasikan
kepada peserta didik agar mereka tahu arah tugas yang akan dikerjakan, (b)
Tugas yang diberikan harus dipahami oleh siswa, kapan mengerjakannya,
bagaiman cara mengerjakannya, berapa lama tugas harus dikerjakan secara
indvidu atau kelompok. Hal-hal tersebut akan sangat menentukan efektivitas
penggunaan metode pemberian tugas dalam pembelajaran, (c) Apakah tugas
tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh anggota dapat
terlibat secara aktif dalm proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau
tugas tersebut diselesaiakan diluat kelas, (d) Perlu diupayakan guru mengontrol
7

proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik. Jika tugas tersebut
diselesaikan dikelas, guru bias berkeliling mengontrol pekerjaan peserta didik
sambil memberikan motivasi dan bimbingan terutama bagi peserta didik yang
dapat mendapatkan kesulitan dalam menyelesaikan diluar kelas, guru dapat
mengontrol proses penyelesian tugas melalui konsultasi dengan dengan peserta
didik. Oleh karena itu dalm pemberian tugas harus diselesaiakan diluar kelas,
sebaiknya pada peserta didik, di minta untuk memnerikan laporan kemajuan
tugas yang dikerjakan, (e) Berikanlah penilaian secara proposional terhadap
tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Penilaian yang diberikan tidak menitik
beratkan pada prosedur, tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses
penyelesaian tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara langsung
setelah tugas diselsesaikan.

4. Kusen
Kusen pintu dan jendela bias digunakan untuk berlindung bilamana terjadi
gempa. Banyak orang selamat saat gempa terjadi Karena mereka berlindung di
bawah kusen pintu maupun jendela. Oleh karena itu pemasangan kusen pintu dan
jendela harus benar-benar diperhatikan, yaitu kekuatan dan tidak berubah bentuk
jika ada beban di atasnya. Konstruksi kusen pintu dan jendela harus dibuat
sedemikian kaku, sehingga dikemudian hari tidak mengalami pelenturan
(peruban bentuk). Jika kusen pintu dan jendela mengalami perubahan bentuk,
maka akan mengakibatkan daun pintu dan jendela susah ditutup dan dibuka

dengan baik. Disamping itu untuk mencegah terjadinya penyusutan, maka kayu
yang digunakan untuk kusen pintu dan jendela harus mempunyai kualitas yang
baik. Pemasangan kusen harus menggunakan angker, minimal harus dipasang 3
buah angker dengan diameter 10 mm atau setiap 6 pasangan batu bata diberi 1
angker, panjang angker lebih kurang sama dengan panjang bata. Ujung bawah
kusen pintu dipasang umpak (neut) sebagai sepatu dari kusen. Umpak tersebut
terletatak di atas sloof dari beton bertulang dengan campura 1 semen, 2 pasir, dan
3 kerikil sebagai pembungkus baja duk. Diameter baja duk minimal 10 mm,
panjangnya 15 cm. Baja duk masuk ke dalam tiang kusen sedalam 7,5 cm.
Umpak ini berfungsi untuk mencegah penyerapan air dari bawah ke tiang kusen,
disamping juga untuk memperkokoh kedudukan tiang kusen.

5. Prosedur Pemasangan Kusen Pada Bangunan


Adapun prosedur pemasangan kusen pada bangunan adalah:
a. Siapkan kusen dan alat-alat yang diperlukan
b. Dirikan kusen pada tempat yang telah ditentukan
c. Pasang sokong-sokong pada tiang pintu, tetapi bagian bawah (yang
menyentu tanah).
d. Gantungkan unting-unting pada paku yang telah dipasang pada kepala
kusen tersebut, hingga bandul unting-unting hampir menyentuh tanah.
e. Impitkan tali unting-unting tersebut dengan titik tengah batang penguat
datar yang telah ditentukan tadi.
f. Impitkan bidang muka kusen pintu dengan benang-benang yang telah
dipasang pada profil-profil kanan dan kiri.
g. Aturlah bidang muka dari tiang kusen kanan dan kiri dengan
menempelkan alat sipat datar atau unting-unting padanya, sehingga
bidang muka kusen pintu vertical.

h. Untuk mengecek kedataran dapa dilakukan dengan meletakkan


waterpass di atas kusen.
6. Kerangka Berpikir
Peningkatan keterampilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan tertentu akibat adanya proses yang
direncanakan sedemikian rupa sehingga tercipta hubungan timbal balik antara
siswa dengan guru dan siswa denganb siswa.
Berkaitan dengan kompetensi pemasangan kusen pada bangunan,
peningkatan yang diharapkan adalah keberhasilan siswa dalam menguasai
keterampilan. Peningkatan keterampilan akan tergambar dari hasil belajar siswa
yang tentunya tidak lepas dari aktifitas siswa yang dilakukan pada saat
pembelajaran berlangsung pada proses pembelajaran kompetensi pemasangan
kusen pada SMK Negeri 2 Somba Opu.
Hasil belajar siswa pada kelas XI teknik konstruksi kayu pada SMK
Negeri 2 Somba Opu pada tahun ajaran 2012/2013, khususnya kompetensi
memasang kusen pada bangunan, masih ditemui 5 dari 15 siswa nilai kompetensi
yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 7.00, sehingga
hanya mencapai 70% ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Sedangkan
tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah ketuntasan individu
70,0 dan ketuntasan klasikal 75%.
Gambaran kerangka pikir tentang penerapan metode pemberian tugas
untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam praktik pemasangan kusen oleh
siswa kelas XI teknik konstruksi di SMK Negeri 2 Somba Opu dapat dilihat
dalam skema kerangka pikir seperti yang digambarkan berikut ini. Dari skema
10

atau bagan ini dapat dijelaskan, bahwa kondisi awal sebuah kegiata belajar
mengajar belum optimal, karena guru tidak memberikan upaya peningkatan
motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi melalui pembelajaran yang penuh
kreativitas.
Untuk itu dengan menggunakan metode penberian tugas diharapkan
ketuntasa belajar siswa baik secara individu, perorangan, maupun klasikal.
Sesuai yang diharapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS GUNA


MENINGKATKAN
NILAI KOMPETENSI MEMASANG KUSEN OLEH SISWA
KELAS XI TEKNIK
KONSTRUKSI KAYU DI SMK NEGERI 2

Sebelum

Sebelum

menggunakan

menggunakan

Metode pemberian
HASIL BELAJAR
SISWA

11
DIANALISIS
HASIL

Metode pemberian
HASIL BELAJAR
SISWA

Gambar 1. Bagian Kerangka Pikir

7. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis penelitian sebagai berikut: kompetensi belajar praktik memasang kusen
siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu di SMK Negeri 2 Somba Opu dapat
ditingkatkan melalui metode pemberian tugas.

12

BAB III
METODE PENELITIAN
1. Subjek, Metode Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian.
1) Subjek dalam penelitian adalah kelas XI kompetensi keahlian Teknik
konstuksi kayu tahun ajaran 2012/2013.
2) Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
pemberian tugas.
3) Lokasi penelitian berlangsung di SMK Negeri 2 Somba Opu.
4) Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret
2012.

2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilakukan melalui beberapa tahapan dan pelaksanaanya meliputi
perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.
3. Prosedur Penelitian
Rencana penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus: siklus
pertama dilaksanakan dalam empat kali tatap muka dan siklus kedua
dilaksanakan dalam empat kali tatap muka.

13

4. Siklus Pertama
Siklus pertama dilaksanakan pada semester satu (ganjil), kelas XI dan
berlangsung selama empat kali tatap muka, yang dibagi dalam empat tahapan
sesuai dengan kriteria penilaian yaitu: Tahap rencana, tahap tindakan, tahap
observasi, tahap refleksi.
a. Tahap Perencanaa
Yang dimaksud dengan tahap perencanaan adalah:
1) Menelaah kurikulum (silabus) pada semester genap guna
menentukan tindakan yang akan dilaksanakan.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang akan
diberikan.
3) Menyiapkan lembaran penilaian dan soal.
4) Membuat daftar hadir siswa.
5) Menentukan kriteria penilaian kelompok dalam bentuk format untuk
memenuhi kemampuan siswa dalam pengerjaan tugas dari awal
sampai akhir sampai standart kompetensi memasang kosen.
6) Membuat lembaran observasi untuk mengamati dan
mengidentivikasi segala sesuatu yang terjadi selam PBM.
7) Membuat atau menyusun soal-soal untuk evaluasi.

14

8) Melakukan analisis hasil evaluasi.

b. Tahap Tindakan
Tahap tindakan ini adalah tindakan yang akan dilaksanakan setiap
tatap muka antara lain:
1) Pengecekan kelas dan siswa
2) Pembelajaran
3) Diskusi
4) Mengadakan Tes
5) Mengakhiri Pembelajaran

c. Tahap Observasi
Observasi ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.
Mencatat setiap hal-hal yang dialami oleh siswa berdasarkan lembar
observasi yang sudah dibuat, menyangkut: keahlian, perhatian dan
kreatifitas, keaktifan siswa dalam pembelajaran.

d. Tahap Refleksi

15

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap refleksi adalah:


1) Merefleksikan setiap hal yang diperoleh melalui lembar observasi
2) Menilai dan mempelajari perkembangan hasil pekerjaan siswa
dalam bentuk kelompok dan individu yang dilakukan selama siklus
pertama serta nilai akhir siklus pertama.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat refleksi
atau tanggapan ataupun saran-saran perbaikan atas:
a. Metode pembelajaran yang diberikan
b. Kegiatan belajar yang mereka alami setelah melalui tahapan
demi tahapan, selanjutnya dibuat rencana perbaikan dan
penyempurnaan siklus pertama pada siklus ke dua
(berikutnya).
2. Siklus Kedua
Pada dasarnya, hal-hal yang dilakukan pada siklus II adalah
mengulang kembali tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I. Disamping
itu juga dilakukan sejumlah rencana baru untuk memperbaiki atau merancang
tindakan baru sesuai dengan pengalaman dan hasil refleksi yang diperoleh
pada siklus I dan siklus II ini dilaksanakan selama 4 kali tatap muka, yang
pelaksanaannya meliputi:
a. Tahap Tindakan

16

Tindakan siklus II ini, adalah melanjutkan langkah-langkah tindakan


yang dilakukan pada siklus I, kemudian diadakan perbaikan yang
dianggap perlu dan dapat memecahkan masalah yang ditemukan pada
siklus sebelumnya. Adapun tindakan-tindakan yang dimaksud meliputi:
1) Melanjutkan/memperbaiki skenario pembelajaran yang dilakukan
pada siklus I.
2) Siswa yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan praktik akan
diarahkan langsung dengan langkah kerja.

b. Tahap Observasi
Observasi yang dilakukan pada siklus kedua adalah lanjutan
kegiatan pada siklus yang pertama. Observasi dilakukan lebih
ditingkatkan kecermatannya dan diupayakan agar siswa lebih focus
secara aktif dalam mengikuti pembelajaran.

c. Tahap Refleksi
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap refleksi ini adalah:
1) Menilai dan memperbaiki hasil pekerjaan siswa selama siklus II,
serta hasil akhirsiklus kedua.

17

2) Mengamati dan mencatat perkembangan yang dialami siswa selama


proses pekerjaan praktik siklus kedua dan hasil akhir siklus kedua.
3.Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian adalah sengai berikut :
Memberikan penilaian pada aspek kongnitif, aspek psikomotorik dan aspek
afektif. Dengan menggunakan lembar observasi selama proses belajar mengajar
berlangsung.
4.Teknik Analisa Data
Penilaian dapat dilakukan dengan melakukan observasi perilaku peserta didik.
Penggunaan skala penilaian (rating scale) memungkinkan penilai menberi
skor/nilai terhadap sikap/perilaku secara lebih cermat. Berikut comtoh
penggunaan skala :

Tabel skor nilai sikap secara lebih cermat


No

Aspek sikap

Standar perencanaan
Diskripsi

18

Strategi
Skor

penilaian

Kedisiplinan

Mentaati semua peraturan


Secara konsisten tanpa
Instruksi dan pengawas
guru

Observasi
aktivitas selama
melakukan
kegiatan praktik

Selalu

seiring

Kadang-kadang

Jarang

Sangat jarang

Tabel Nilai akhir afektif merupakan konversi dari kualitatif ke keantitatif adalah:
86 - 100

Sangat baik

76 - 85
66 - 75

Baik
Sedang

B
C

56- 65

Kurang

Buruk/Tak baik

<55

Sumber :(Petunjuk Teknis Penilaian hasil Belajar SMK Tahun 2008)


b.Teknik Penilaian projek (Project work)
Penilaian kerja projek (project work) merupakan kegiatan penilaian
terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa kegiatan sekajak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pelaksanaan tugas, pengolahan, dan penyajian produk (barang
dan jasa). Teknik ini di maksudkan untuk menilai kemampuan peserta didik secara

19

menyeluruh (comprehensive) dalam pengorganisasian dan pelaksanaan suatu


kompetensi.
Data penilaian projek (projek work) meliputi skor perolehan dari penilaian
perencanaan,kulminasi, produk, dan attitude.
Tabel penilaian projek perencanaan, kulminasi, produk, dan attitude.
No

Komponen/subkompone
n

Pencapaian Komponen
Tidak

Ya
7,0-7,9

Persiapan kerja

II

Proses(sistimatika dan
cara kerja)

III

Hasil kerja

IV

Waktu

8,0-8,9

Sumber : (petunjuk teknis penilaian hasil belajar SMK Tahun 2008)

20

9,0-1,0

Dalam menilai setiap tahap, guru dapat menggunakan 4(emapt) rentang


skor yaitu:
Tabel skor indikator keberhasilan.
Skor

Predikat

Status

0.00 6.90

Kurang

Tidak komponen

7.00 7.90

Baik

Komponen

8.00 8.90

Sangat baik

Komponen

0.00 10.00

Istimewa

Komponen

Nilai proyek = Skor perolehan x 100


Skor max
Sumber: (petunjuk teknis penialaian hasil belajar SMK Tahun 2008)
5.Indikator Keberhasilan
Idikator yang dapat dijadikan sebagi tolak ukur dalam menyatakan suatu
proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil adalah daya serap terhadap
pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi, baik secara individu maupun
kelompok, ini merupakan indikator pencapaian aspek psikomotorik
(keterampilan), aspek kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap). Data yang
terkumpul dikelompokkan dan dianalisa secara kuantitatif, kemudian
dideskripsikan secara kualikatif. Siswa yang menguasai materi pelajaran dan
memperoleh nilai 7.00 maka siswa tersebut dianggap telah memenuhi
21

persyaratan batas ketuntasan dalam penguasaan materi yang diujikan oleh guru,
atau dengan kata lain siswa tersebut telah berkompeten terhadap bahan ajar
tersebut, dan kriteria keberhasilan dari menggunakan metode pemberian tugas
dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar, apabila tingkat keberhasilannya
mencapai minimal 75% secara klasikal.

22

DAFTAR PUSTAKA
Kurikulum Tingkat Pendidikan (KTSP) SMK Negeri 2 Somba Opu 2012.
Nurhayadi, 2004. Kurikulum 2004. Jakarta; Grasindo.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problem Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Salahuddin Mahfud, 1986. Media pendidikan. Bandung; Remaja Rosda Karya.
Sumantri, 1999, Belajar dan pembelajaran Jakarta: Rineke cipta.
Tim penulis, 2011, Kurikulum tingkat Satuan pendidikan. SMK Negeri 2
Somba Opu.
Tim penulis, 2009. Modul Pemasangan kusen Pada Bangunan. SMK Negeri 2
Somba Opu.
Tim penulis, 2008, Petunjuk Teknis penilaian Hasil Belajar SMK, Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Dasar dan Menegah Direktorat
Pembinaan.

23

24

Anda mungkin juga menyukai