c. Obat-obatan
1) Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptoserin
2) Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll
C. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Polifagia
4. Penurunan BB
5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6. Malaise
7. Kesemutan pada ekstremitas
8. Infeksi kulit dan pruritas
9. Timbul gejala ketoasidosis dan samnolen bila berat
D. Patofisiologi
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan
sebagai lubang kecil pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kunsinya
kurang, sehingga biarpun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang maka glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar (glukosa) dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar
glukosa tinggi juga kadar insulin tinggi / normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
E. Penatalaksanaan
1. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika merekomendasikan = 50-60 %
kalori yang berasal dari karbohidrat 60-70 %, protein 12-20 %, lemak 20-30 %
2. Latihan
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah
3. Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
4. Pendidikan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gula darah meningkat
a. Glukosa plasma sewaktu > 200mg / dl (11,1 mmol/L) (random)
b. Glukosa plasma puasa > 140mg / dl (7,8 mmol/L) (nuchter)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat ( 2 jam post prandial)
2. Tes toleransi glukosa
G. Komplikasi
Komplikasi metabolic (ketoasidosis diabetik dan hiperglikemik hiperosmolar nonketotik).
Tinjau kembali kesehatan pasien sebelumnya dan tinjau kembali indikasi terjadinya penyakit
DM.
b. Cata keluhan yang disampaikan oleh pasien dan catat tanda-tanda vital dari pada pasien.
c.
Tinjau kembali kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit DM.
2. Data dasar
a.
Aktivitas
Gejala
Tanda
b. Istirahat
Gejala
Gejala
Gangguan tidur/istirahat
Tanda
c.
Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi, MCI, kesemutan pada ekstremiitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama.
Tanda
Takikardia, hipertensi
Nadi yang menurun / tidak ada
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
d. Eliminasi
Gejala
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen.
Diare.
Tanda
Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi
hipovolemia berat)
Urine berkabut, bau busuk (infeksi)
Abdomen keras, adanya asites
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
e.
Makanan/cairan
Gejala
Tanda
f.
Gejala
Pernapasan
:
Tanda
Lapar udara
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (infeksi)
Frekuensi pernapasan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien diabetes melitus meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda
vital dan head to toe.
4. Pemeriksaan diagnostik
a.
Elektrolit
1) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
Gemoglobin glukolisat
Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir dan karenanya sangat bermanfaat dan membedakan DKA dengan kontrol
tidak dekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (misalnya ISK baru).
Ureum/kreatinin
Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
j.
Amilase darah
Mungkin meningkat yang mengindikjasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab DKA.
k. Insulin darah
Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resistensi insulin dpt berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).
l.
Urine
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka
(Doengoes, 1999).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperglikemia
Tujuan : Kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ostostatik.
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan ikeh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya
hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari
posisi berbaring ke posisi duduk.
b. Pola nafas seperti adanya pernapasan kussmaul atau pernapasan yang berbau keton.
R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi
alkalosis respiratorius terhadap keadaan ketoasidosis. Pernapasan yang berbau aseton
berhubungan dengan pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
c. Frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan alat bantu nafas dan adanya periode apnea dan
munculnya sianosis.
R : Koreksi hiperglikemia akan menyebabkan pola dan frekuensi pernapasan mendekati normal.
Tetapi peningkatan kerja pernapasan ; pernapasan dangkal, pernapasan cepat dan munculnya
sianosismungkin merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan dan/atau mungkin pasien itu
kehilangan kemampuannya untuk melakukan kompensasi pada asidosis
d. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
R : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi,
demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cermin dari dehidrasi.
e. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan.
R : Mempertahankan hidrasi/volime sirkulasi.
c. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif. Kadar glukosa tinggi akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
d. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan.
Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan infeksi.
e.Bantu pasien melakukan oral higiene. Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut.
f. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat. Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
g.Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai penanganan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis.