Oleh
Warih Pambudi
NIM 5114990007
SARI
Pambudi, Warih. 2005. Pengaruh Penambahan Serat ijuk dan Pengurangan Pasir
terhadap Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton. Skripsi. Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I.
Drs. Haryadi GBW, M.Pd. : II. Yuliarti Kusumawardaningsih ST, MT.
Kata Kunci : Serat ijuk, genteng serat, genteng beton.
Dengan banyaknya gedung-gedung yang dibangun maka sangat dibutuhkan
bahan penutup atap yang baik yaitu yang memenuhi persyaratan kuat, ringan dan
kedap air. Dari berbagai jenis penutup atap, genteng beton merupakan bahan yang
banyak dipakai sebagai penutup atap terutama untuk bangunan rumah tinggal.
Genteng beton sebagai bahan penutup atap yang banyak diminati masyarakat
umumnya saat ini kebutuhannya semakin meningkat, namun sesuai sifat dasar beton
sebagai bahan dasar pembuatnya memiliki sifat kurang mampu menahan tarik, lentur,
bersifat getas dan berat sendirinya besar. Usaha peningkatan kualitas beton sampai
sekarang ini masih terus dilakukan baik peningkatan kuat tekan, tarik maupun lentur,
bahkan sampai pada upaya untuk membuat ringan tetapi mempunyai kekutan tinggi.
Salah satunya dengan penambahan serat dalam adukan yang memberikan perbaikan
beberapa sifat beton. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengaplikasikan beton
serat untuk pembuatan genteng beton yaitu dengan penambahan serat ijuk. Serat ijuk
yaitu serabut berwarna hitam dan liat, yang terdapat pada bagian pangkal dan pelepah
daun pohon aren. Ijuk bersifat lentur dan tidak mudah rapuh, sangat tahan terhadap
genangan asam termasuk genangan air laut yang mengandung garam. Dengan sifat
yang demikian maka penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir diharapkan dapat
meningkatkan beban lentur genteng beton dan berat jenisnya semakin kecil sehingga
genteng beton yang dihasilkan semakin ringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik serat ijuk dan kapur
yang digunakan meliputi : berat jenis, berat satuan dan kadar air, mengetahui
karakteristik pasir yang digunakan meliputi : berat jenis, berat satuan, kadar air dan
gradasi pasir, mengetahui karakteristik genteng beton yang dihasilkan meliputi beban
lentur dan berat jenis serta untuk mengetahui pengaruh penambahan serat ijuk dan
pengurangan pasir terhadap beban lentur dan berat jenis genteng beton.
Pembuatan dan penelitian karakteristik genteng beton dilakukan di
Laboratorium Loka Teknologi Permukiman Semarang yang terletak di Jalan Raya
Kembangarum Km.15 Mranggen Timur Semarang. Sedangkan penelitian
karakteristik bahan susun genteng beton dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang.
Hasil penelitian beban lentur genteng beton dengan panambahan persentase
serat ijuk dan pengurangan pasir sebesar 0; 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5% berturut turut
adalah 62,25; 63,75; 67,84; 70,43; 73,97 dan 75,32 kg. Sedangkan hasil penelitian
berat jenis genteng beton dengan panambahan prosentase serat ijuk dan pengurangan
pasir sebesar 0; 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5% berturut turut adalah 2,106; 2,094; 2,017;
1,930; 1,929; 1,902.
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari
Tanggal
PANITIA UJIAN
Ketua
Sekertaris
Drs. Supriyono
NIP. 131571560
Pembimbing I
Tim Penguji :
Pembimbing II
MOTTO
1. Takkan kau dapatkan ilmu, kecuali dengan enam hal, yaitu: kecerdasan, semangat
keras, rajin, ulet, biaya yang cukup, dan bersahabat dengan guru dalam waktu
yang lama. ( Imam SyafiI).
2. Setinggi tingginya ilmu yang kita miliki, masih ada yang lebih tinggi ilmunya dari
kita
3. Ilmu tidak akan berguna jika tidak diamalkan pada yang lain.
4. Hadapi segala rintangan yang menghadang selama kita masih mampu
menghadapinya.
5. Tolong menolonglah kamu dalam segala hal kebaikan.
PERSEMBAHAN
1. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta.
2. Rekan rekan mahasiswa teknik sipil 99.
3. Teman seperjuanganku yang tak lain adalah Sugeng Nuryanto.
4. Teman-temanku di Ponpes Nimatul Islam yang telah memberikan motivasi dan
ketenangan dalam menyelesaikan skripsi
5. Pembaca yang baik hati.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua
karunia, rahmat dan pertolongan-Nya sehingga skripsi ini dapat diajukan guna
menyelesaikan Studi Strata 1 Program Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Skripsi dengan judul Pengaruh Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan
Pasir terhadap Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton bertujuan untuk
mengetahui karakteristik serat ijuk dan kapur yang digunakan meliputi : berat jenis,
berat satuan dan kadar air, mengetahui karakteristik pasir yang digunakan meliputi :
berat jenis, berat satuan, kadar air dan gradasi pasir, mengetahui karakteristik genteng
beton yang dihasilkan meliputi beban lentur dan berat jenis serta untuk mengetahui
pengaruh penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir terhadap beban lentur dan
berat jenis genteng beton.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Soesanto, MPd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas serta perijinan dalam menyusun
skripsi ini.
2. Drs. Lashari, MT, Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Semarang
Semarang,
Penulis
2005
DAFTAR ISI
SARI ............................................................................................................
ii
iv
KATA PENGANTAR.................................................................................
vi
viii
xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
xiii
xiv
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................
C. Rumusan Masalah..................................................................
E. Kegunaan Penelitian...............................................................
Pencampuran..........................................................................
Pengeringan ...........................................................................
Pemeliharaan..........................................................................
Pengujian ...............................................................................
B. Semen Portland.
10
C. Pasir. .
11
12
14
16
4. Gradasi Pasir
16
D. Kapur .. .
20
E. Air.
21
F. Serat. .
21
G. Mortar.. .
25
H. Kerangka Berpikir
30
30
31
32
32
1. Bahan
32
2. Benda Uji..
33
B. Peralatan
34
C. Pelaksanaan Penelitian.
40
1. Tahap Persiapan.. .
40
40
41
42
44
45
45
D. Analisis Hasil
47
47
48
49
A. Karakteristik Pasir... .
49
49
49
49
4. Gradasi Pasir .. .
50
B. Karakteristik Kapur .
50
50
50
50
51
51
51
51
51
52
52
54
56
58
BAB V
60
A. Kesimpulan...
60
B. Saran..
61
DAFTAR PUSTAKA..
62
LAMPIRAN LAMPIRAN..
64
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Nilai Minimal Beban Lentur Genteng Beton
18
24
28
Tabel 2.5.b. Karakteristik Bahan Susun Genteng Beton Serat Menurut Beberapa
Peneliti....................................................................... 29
Tabel 2.5.c. Kebutuhan Bahan Susun Genteng Beton Serat Menurut Beberapa
Peneliti.................................. 29
Tabel 3.1. Jumlah Persentase Penambahan Serat dan Pengurangan Pasir, Serta
Jumlah Benda Uji Genteng Beton untuk Pengujian Beban Lentur dan
Berat Jenis. .. 34
3.
43
52
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Beban Lentur Genteng Beton dengan Penambahan
Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir..... 53
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Berat Jenis Genteng Beton dengan Penambahan
Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir.....
55
Tabel 4.4. Hubungan Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton dengan
Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir.
57
Tabel 4.5. Kebutuhan Berat Bahan Susun Setiap 1 M3 Adukan Mortar Genteng
Beton
59
59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Berat Jenis Pasir dengan Daerah Pengambilan Pasir Berbeda 14
Gambar 2.2. Berat Satuan Pasir dengan Daerah Pengambilan Pasir Berbeda. 15
Gambar 2.3. Gradasi Pasir... 18
Gambar
Ganbar
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton
dengan Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengujian Berat Jenis Pasir.
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
Lampiran11.
74
75
Halaman
Foto 1. Pasir sebagai Bahan untuk Membuat Genteng Beton
76
76
77
77
78
78
Foto
79
79
80
80
81
81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara berkembang pembangunan di Indonesia dalam arti fisik
seperti perumahan dan sarana lain semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya penduduk. Dalam pelaksanaan pembangunan fisik tersebut, beton
merupakan
jenis
bahan
bangunan
yang
banyak
digunakan,
bahkan
B. Identifikasi Masalah
Genteng
(Sudarmoko 1987 dalam Dwiyono 2000). Serat yang terlalu pendek akan mudah
tercabut dan serat yang terlalu panjang akan mengakibatkan kesulitan dalam
pengerjaan yaitu akan terjadi penggumpalan. Jumlah serat yang sedikit belum
berpengaruh, tetapi sebaliknya jumlah serat yang terlalu banyak akan
mengakibatkan kesulitan dalam pengerjaan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan beban lentur genteng beton dengan penambahan serat
ijuk dan pengurangan pasir yang berbeda.
2. Berapakah besar beban lentur dan berat jenis genteng beton akibat
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir yang berbeda.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui karakteristik serat ijuk dan kapur mill yang digunakan, meliputi:
berat jenis, berat satuan dan kadar air.
2. Mengetahui karakteristik pasir yang digunakan meliputi : berat jenis, berat
satuan, kadar air dan gradasi pasir.
3. Mengetahui karakteristik genteng beton yang dihasilkan, meliputi : beban
lentur dan berat jenis.
4. Mengetahui pengaruh penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir terhadap
beban lentur dan berat jenis genteng beton.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diambil dari penelitian ini adalah:
1. Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan
bagi loka teknologi pemukiman semarang, untuk dikembangkan lebih lanjut
sehingga suatu saat ada perusaahaan genteng beton di wilayah Semarang yang
memproduksi genteng beton serat.
2. Bagi masyarakat khususnya disekitar lokasi pembuatan genteng beton.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam
menentukan pilihan terhadap bahan penutup atap terutama genteng beton.
3. Bagi para peneliti dan mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi atau referensi untuk
melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi beton fiber ke
dalam genteng beton.
F. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Serat ijuk yang dipakai dalam penelitian ini dalam kondisi jenuh kering muka
atau SSD (Saturated Surface Dry) dan dipotong-potong dengan panjang 1-2
cm dengan persentase 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2% dan 2,5% terhadap berat pasir
yang digunakan. Serat ijuk ini diperoleh dari desa Subah, kecamatan Subah,
kabupaten Batang.
2. Semen yang digunakan dalam penelitian ini merk Nusantara dengan kemasan
isi 40 kg, tertutup rapat dan butirannya halus tidak menggumpal, dan semua
butiran lolos ayakan 0,09 mm.
3. Pasir yang digunakan dalam penelitian adalah pasir Muntilan. Butiran yang
digunakan lolos ayakan 5 mm.
4. Kapur yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari toko bangunan Bintang
Jaya yang terletak di Jalan Raya Mranggen No. 68 Semarang. Kapur mill
yang digunakan semua butirannya lolos ayakan 0,09 mm.
5. Air yang digunakan dalam pembuatan genteng beton ini adalah air sumur
yang berada ditempat pengujian.
6. Beban lentur dan berat jenis genteng beton diteliti pada umur 28 hari dengan
jumlah benda uji masing-masing 3 buah.
7. Perbandingan volume semen : kapur : pasir = 1 : 0,997 : 2,990.
8. Menggunakan nilai faktor air semen (fas) yang cocok untuk pembuatan
genteng beton serat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Genteng Beton
Menurut SNI 0447-81 (Dwiyono, 2000) genteng beton atau genteng
semen adalah unsur bangunan yang dipergunakan untuk atap yang dibuat dari
beton dan dibentuk sedemikian rupa serta berukuran tertentu. Menurut SNI 044781 (Dwiyono, 2000) genteng beton dibuat dengan cara mencampur pasir dan
semen ditambah air, kemudian diaduk sampai homogen lalu dicetak. Selain
semen dan pasir, sebagai bahan susun gentang beton dapat juga ditambahkan
kapur.
Menurut PUBI 1982 genteng beton ialah unsur bahan bangunan yang
dibuat dari campuran bahan semen portland, agregat halus, air, kapur (trass), dan
bahan pembantu lainnya yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
dipergunakan untuk atap.
Menurut
PUBI 1982
ada 2
pembentuknya yaitu :
(1) Genteng beton biasa yaitu genteng beton yang terbuat dari campuran bahan
semen portland, agregat halus, air dan kapur tanpa tambahan bahan lainnya.
(2) Genteng beton khusus yaitu genteng beton yang terbuat dari campuran bahan
semen portland, agregat halus, air dan kapur ditambah bahan lain yang
mungkin berupa bahan kimia, serat ataupun bahan lainnya. Untuk selanjutnya
genteng beton yang terbuat dari campuran bahan semen portland, agregat
halus, air dan kapur ditambah serat disebut genteng beton serat.
Genteng beton serat merupakan bentuk aplikasi beton serat yang
digunakan sebagai bahan pembuat bahan bangunan yang bersifat non struktural.
Dorongan untuk mengaplikasikan beton serat dalam pembuatan bahan-bahan
bangunan yang bersifat non struktural adalah adanya keuntungan yang didapatkan
dengan penambahan serat yaitu berupa perbaikan beberapa sifat beton diantaranya
kuat tarik, keuletan ketahanan kejut dan kuat lelah.
Menurut SNI.0447-81 (Dwiyono, 2000) pembuatan genteng beton dapat
dilakukan dengan 2 cara sederhana yaitu secara manual (tanpa dipres) dan secara
mekanik (dipres). Pembuatan genteng secara mekanik tentu saja hasilnya akan
lebih baik jika dibandingkan dengan proses pembuatan secara manual.
Proses pembuatan genteng beton (Dwiyono, 2000) meliputi :
1. Persiapan dan Penimbangan
Tahap ini meliputi persiapan dan penimbangan bahan susun yang akan
dipakai dalam pembuatan genteng beton serat diantaranya semen portland,
pasir, kapur, air dan serat ijuk.
2. Pencampuran
Pencampuran bahan susun genteng beton akan memberikan hasil yang baik
apabila dilakukan dalam 2 tahap yaitu pencampuran bahan secara kering (air
belum dimasukkan) dan pencampuran bahan secara basah
dimasukkan).
Masing-masing
tahap
sebaiknya
(air sudah
dilakukan
dengan
Tingkat
Mutu
Beban Lentur Rata-rata dari Beban Lentur Masing10 Genteng yang Diuji (Min) masing Genteng (Min)
Dalam Kg
Dalam Kg
I
150
120
II
80
60
Sumber : SNI 0447-81, Mutu dan Cara Uji Genteng Beton
B. Semen Portland
Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Semen portland jika diaduk dengan air akan terbentuk
menjadi pasta semen, sedangkan jika dicampur dengan pasir kemudian diaduk
dengan air menjadi mortar semen, dan jika ditambah lagi dengan kerikil atau batu
pecah disebut beton.
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan (PUBI, 1982).
Fungsi semen portland adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar
terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain itu juga untuk mengisi ronggarongga diantara butir-butir agregat (Tjokrodimuljo, 1996).
Menurut
SNI
0447-81
(Dwiyono,
2000)
sesuai
dengan
tujuan
Jenis II
Jenis III
Jenis IV
Jenis V
C. Pasir
Pasir adalah butiran halus yang terdiri dari butiran berukuran 0,15-5 mm
yang didapat dari hasil desintregrasi batuan alam atau juga dari pecahan batuan
alam (Tjokrodimuljo, 1996).
lebih dari 2,8 dan berat jenis pasir dari agregat ringan adalah kurang dari 2,0
(Tjokrodimuljo, 1996).
Menurut Erniawati (1998) pasir yang berasal dari Sungai Progo, Kulon
Progo memiliki rata-rata berat jenis 2,548; sehingga dapat dikategorikan sebagai
agregat normal.
Pasir yang berasal dari Sungai Krasak, Sleman, Yogyakarta, menurut
Gonita (1999) memiliki rata-rata berat jenis 2,456, menurut Sulastari (1996)
memiliki rata-rata berat jenis 2,667 sedangkan menurut Suzan (1995) memiliki
rata-rata berat jenis 2,655.
Menurut Timuranto (2001) pasir yang berasal dari Sungai Bebeng,
Muntilan, Jawa Tengah memiliki rata-rata berat jenis 2,629; sehingga
dikategorikan sebagai agregat normal.
Pasir dari breksi batu ringan asal desa Bawuran, kecamatan Pleret,
kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut Tjokrodimuljo (2002)
memiliki rata-rata berat jenis 1,2 sedangkan menurut Setiaji (2002) memiliki ratarata berat jenis 1,375 sehingga masih dapat dikategorikan sebagai agregat ringan.
Pada Gambar 2.1 dapat diketahui berat jenis pasir dengan daerah
pengambilan pasir yang berasal dari Sungai Progo (Kulon Progo), Sungai Krasak
(Sleman, Yogyakarta), Sungai Bebeng (Muntilan, Jawa Tengah) dan desa
Bawuran (Bantul, Yogyakarta).
Gambar 2.1. Berat Jenis Pasir dengan Daerah Pengambilan Pasir Berbeda
(Kusumawardaningsih, 2003)
(1996) memiliki rata-rata berat satuan 1,250 gram/cm sedangkan menurut Suzan
(1995) memiliki rata-rata berat satuan 1,550 gram/cm.
Menurut Timuranto (2001), pasir yang berasal dari Sungai Bebeng,
Muntilan, Jawa Tengah memiliki rata-rata berat satuan 1,594 gram/cm; termasuk
dalam kategori agregat normal.
Menurut Tjokrodimuljo (2002) pasir dari breksi batu ringan asal desa
Bawuran, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,
memiliki berat satuan 0,97 gram/cm sehingga dapat dikategorikan sebagai
agregat ringan.
Pada Gambar 2.2. dapat diketahui berat satuan pasir dengan daerah
pengambilan pasir yang berasal dari Sungai Progo (Kulon Progo), Sungai Krasak
(Sleman, Yogyakarta), Sungai Bebeng (Muntilan, Jawa Tengah) dan desa
Bawuran (Bantul, Yogyakarta).
Gambar 2.2. Berat Satuan Pasir dengan Daerah Pengambilan Pasir Berbeda
(Kusumawardaningsih, 2003)
x 100%
W4
dengan, W0 = berat pasir SSD (gram)
W4 = berat pasir kering tungku (gram)
4. Gradasi Pasir
Menurut Tjokrodimuljo (1998), gradasi pasir adalah distribusi ukuran
butir pasir. Bila butir-butir pasir mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume
pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirannya bervariasi akan terjadi volume
pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran
yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi lebih sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi.
Lubang
Ayakan
(mm)
10
4,8
2,4
1,2
0,6
0,3
0,15
Keterangan :
100
90-100
75-100
55-90
35-59
8-30
0-10
= pasir kasar
= pasir agak kasar
= pasir agak halus
= pasir halus
100
90-100
85-100
75-100
60-79
12-40
0-10
Daerah IV
100
95-100
95-100
90-100
80-100
15-50
0-15
Menurut Erniawati (1998) pasir yang berasal dari sungai Progo, Kulon
Progo memiliki mhb 3,269 dan tingkat kekasaran pada Daerah II yaitu pasir agak
kasar.
Pasir yang berasal dari Sungai Krasak, Sleman, Yogyakarta, menurut
Gonita (1999) memiliki mhb 2,69 dan menurut Sulastari (1996) memiliki mhb
2,32 serta memiliki tingkat kekasaran pada Daerah II yaitu pasir agak kasar.
Sedangkan menurut Suzan (1995) pasir yang berasal dari Sungai Krasak, Sleman,
Yogyakarta memiliki mhb 2,611 dan tingkat kekasaran pada Daerah I yaitu pasir
kasar.
Menurut Timuranto (2001) pasir yang berasal dari Sungai Bebeng,
Muntilan, Jawa Tengah memiliki mhb 3,4 dan tingkat kekasaran pada Daerah II
yaitu pasir agak kasar.
Menurut Setiaji (2002) pasir dari breksi batu ringan asal desa Bawuran,
kecamatan Pleret, kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki mhb
2,711 dan tingkat kekasaran pada Daerah II yaitu pasir agak kasar.
Pada Gambar 2.4 dapat dilihat diagram yang menunjukkan nilai mhb pasir
dengan daerah pengambilan pasir yang berasal dari Sungai Progo (Kulon Progo),
Sungai Krasak (Sleman, Yogyakarta), Sungai Bebeng (Muntilan, Jawa Tengah)
dan desa Bawuran (Bantul, Yogyakarta).
Gambar 2.4. Nilai Modulus Halus Butir (Mhb) Pasir dengan Daerah Pengambilan
Pasir Berbeda (Kusumawardaningsih, 2003)
D. Kapur
Kapur adalah bahan bangunan
dibakar sampai menjadi klinker dan digiling sehingga menjadi bubuk halus
seperti semen (PUBI, 1982). Kapur juga dapat disebut dengan semen non hidrolik
karena fungsinya hampir sama dengan semen tetapi kapur tidak dapat mengikat
dan mengeras dalam air. Kapur akan mengikat dan mengeras apabila
berhubungan dengan udara.
Fungsi utama kapur dalam pembuatan genteng beton sebagai bahan
pengikat seperti halnya semen yang bertujuan agar genteng beton yang dihasilkan
diperoleh permukaan yang halus serta tidak terjadi porous.
E. Air
Tjokrodimuljo (1998) menjelaskan bahwa air merupakan bahan dasar
untuk membuat beton atau mortar yang penting, namun harganya paling murah.
Air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, memenuhi syarat pula
sebagai bahan campuran dalam adukan mortar atau beton.
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas
antara butir-butir agregat supaya mortar atau beton mudah dikerjakan dan
dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, diperlukan air sekitar 0,30 kali berat
semen, namun kenyataannya apabila dipakai nilai fas kurang dari 0,35 adukan
beton atau mortar menjadi sulit dikerjakan, sehingga umumnya berat air lebih dari
0,35 berat semen, yaitu antara 0,4 - 0,6. Adanya kelebihan air tersebut berfungsi
sebagai pelumas.
F. Serat
Ada bermacam-macam jenis serat yang dapat dipakai untuk pembuatan
beton serat dan aplikasinya dalam pembuatan genteng beton serat. Macam-macam
jenis serat tersebut adalah (Dwiyono, 2000) :
(1) Serat asbestos
Serat asbestos dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a). Crhysotile asbestos (serat asbestos putih) mempunyai rumus kimia
3MgO.2SiO2.H2O dan merupakan mineral yang tersedia cukup banyak di
alam. Serat ini mempunyai diameter minimum 0,001 m. Ditinjau dari segi
kekuatannya cukup baik, tetapi serat ini jarang tersedia dipasaran umum
karat (korosi), adanya kecenderungan serat baja tidak menyebar secara merata
dalam adukan dan serat baja hasil produksi pabrik harganya cukup mahal.
(4) Serat karbon
Serat karbon mempunyai beberapa kelebihan yaitu : tahan terhadap
lingkungan agresif, stabil pada suhu yang tinggi, tahan terhadap abrasi, relatif
kaku dan lebih tahan lama. Tetapi penyebaran serat karbon dalam adukan
beton lebih sulit dibandingkan dengan serat jenis lain.
(5) Serat polypropylene
Serat polypropylene dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai tali rafia.
Serat polypropylene mempunyai sifat tahan terhadap serangan kimia,
permukaannya tidak basah sehingga mencegah terjadinya penggumpalan serat
selama pengadukan. Serat polypropylene mempunyai titik leleh 165C dan
mampu digunakan pada suhu lebih dari 100C untuk jangka waktu pendek.
(6) Serat polyethylene
Serat polyethylene dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai tali tambang
plastik. Serat polyethylene ini hampir sama dengan serat polypropylene hanya
bentuknya berupa serat tunggal.
(7) Serat alami
Ada bermacam-macam serat alami antara lain : abaca, sisal, jute, ramie, ijuk,
serat serabut kelapa dan lain-lain. Kuat tarik beberapa serat serat tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2.3. dan Tabel 2.4.
Serat
Kuat tarik (MPa)
Abaca
427
Sisal
278
Henequin
205
Phormium
230
Cantala
120
Sanseivera
286
Sumber : Spence & Cook,1983
Serat
Kuat tarik (MPa)
Flax
340
Jute
218
Hemp
309
Sunn
282
Ramie
292
Kenaf
180
Urena
122
Rosele
187
Sumber : Spence & Cook,1983
Dari bermacam-macam serat alami hanya akan kami uraikan mengenai
serat ijuk. Serat ijuk yaitu serabut berwarna hitam dan liat, yang terdapat pada
bagian pangkal dan pelepah daun pohon aren (Soeseno, 1992 dalam Jatmiko,
1999). Pohon aren menghasilkan ijuk pada 4-5 tahun terakhir. Serat ijuk yang
memuaskan diperoleh dari pohon yang sudah tua, tetapi sebelum tandan (bakal)
buah muncul (sekitar umur 4 tahun), karena saat tandan (bakal) buah muncul ijuk
menjadi kecil-kecil dan jelek. Ijuk yang dihasilkan pohon aren mempunyai sifat
G. Mortar
Menurut Tjokrodimuljo (1996), mortar sering disebut mortel atau spesi
yaitu adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat dan air. Bahan perekat dapat
berupa tanah liat, kapur maupun semen. Bila tanah liat yang dipakai sebagai
bahan perekat disebut mortar lumpur, bila dari kapur disebut mortar kapur, begitu
juga bila semen portland yang dipakai sebagai bahan perekat maka disebut mortar
semen. Bila mortar dibuat dengan cara menambahkan bahan khusus seperti fiber
pada mortar semen atau mortar kapur, maka disebut mortar khusus.
Rosadhan (2000) melakukan penelitian mengenai genteng beton dengan
bahan tambahan serat serabut kelapa yang berasal dari daerah Wonokerto Kasihan
Bantul Yogyakarta, menggunakan pasir dari sungai Bebeng Muntilan, semen
portland yang dipakai merk Nusantara, sedangkan kapur yang digunakan merk
Mustika Jaya dari Gunung Kidul. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan
serat serabut kelapa pada bahan susun genteng beton, dengan variasi berat serabut
kelapa 100; 200; 300; 400 dan 500 gram panjang @1-2 cm, kadar air 4,153 %
dengan berat jenis 0,456 dan berat satuan serat serabut kelapa 0,2632 gram/cm3;
pada perbandingan bahan susun semen portland : kapur : pasir = 1 : 2 : 3, dengan
fas 0,42, nilai rata-rata sebaran mortarnya 20,8 cm; menghasilkan kuat lentur
masing-masing sebesar 144,243; 158,705; 165,777; 138,868 dan 121,474 kg/cm.
Berat benda uji genteng beton akibat penambahan serat serabut kelapa dengan
variasi berat serabut kelapa 100; 200; 300; 400 dan 500 gram adalah 4501; 4440;
4377; 4285 dan 4141 gram dan daya serap airnya masing-masing 5,47%; 5,98%;
6,32%; 6,85% dan 7,76%. Dari hasil pengujian daya rembes genteng beton tiap
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pada semua penambahan serat serabut
kelapa dengan variasi persentase
genteng beton tidak rembes kecuali pada penambahan 500 gram; selain itu pada
pandangan luar genteng beton menunjukkan permukaan genteng beton tidak
mengalami retak dan tidak mudah repih, serta halus kecuali pada variasi
penambahan 400 dan 500 gram permukaannya agak kasar.
Dwiyono (2000) melakukan penelitian mengenai mutu genteng beton
dengan bahan tambahan serat serabut kelapa. yang berasal dari daerah Tambakan
Jogonalan Klaten, menggunakan pasir dari sungai Boyong Sleman, semen
portland pozolan yang dipakai
digunakan bermerk Mustika Jaya dari Gunung Kidul. Penelitian ini menunjukkan
bahwa penambahan serat serabut kelapa pada bahan susun genteng beton, dengan
variasi persentase tambahan berat serabut kelapa 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dan
2,5% dari volume pasir, panjang serat @1-2 cm, kadar air 4,235 % dengan berat
jenis 0,453 dan berat satuan serat serabut kelapa 0,2641 gram/cm3, fas 0,43, nilai
rata-rata sebaran mortarnya 19,8 cm; pada perbandingan bahan susun semen
portland : kapur : pasir = 1 : 3 : 3 menghasilkan kuat lentur masing-masing
sebesar 137,8573 ; 124,8034 ; 124,7776 ; 114,8407 ; 135,2855 dan 144,7225
kg/cm. Berat benda uji genteng beton akibat penambahan serat serabut kelapa
dengan variasi berat serabut kelapa 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dan 2,5% dari
volume pasir adalah 4828,0; 4723,7; 4692,6; 4605,2; 4676,2 dan 4680,6 gram.
Daya serap airnya masing-masing adalah 5,487%; 4,599%; 5,569%; 8,183%;
6,504%
dan 6,648%. Dari hasil pengujian daya rembes genteng beton tiap
kuat lentur
4,97%; 5,12%; 5,35%; 5,52%; dan 5,78%. Dari hasil pengujian daya rembes
genteng beton tiap kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pada semua
penambahan serat ijuk dengan variasi persentase 0%; 1%; 2%; 3%; 4% dan 5%
genteng beton tidak rembes, selain itu pada pandangan luar genteng beton
menunjukkan permukaan genteng beton tidak mengalami retak dan tidak mudah
repih, serta
kasar.
Dari penelitian-penelitian tentang genteng beton serat yang telah
diuraikan di atas, maka dapat kita lihat hasilnya dalam Tabel 2.5.a, Tabel 2.5.b
dan Tabel 2.5.c.
No Peneliti
(tahun)
Fas
Nilai sebaran
(cm)
Rosadhan
(2000)
0,42
20,8
Dwiyono
(2000)
0,43
19,8
Wiyadi
(1999)
0,35
21,2
Penambahan
serat
100 gram
200 gram
300 gram
400 gram
500 gram
0%
0,5%
1%
1,5%
2%
2,5%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
Kuat lentur
(gram/cm2)
144,243
158,705
165,777
138,868
121,474
137,8573
124,8034
124,7776
114,8407
135,2855
144,7225
124,850
124,944
126, 670
129,724
131,442
127,556
Serapan
(%)
5,47
5,98
6,32
6,85
7,76
5,487
4,599
5,569
8,183
6,504
6,648
4,74
4,97
5,12
5,35
5,52
5,78
Berat
(gram)
4501
4440
4377
4285
4141
4828,0
4723,7
4692,6
4605,2
4676,2
4680,6
4936
4727
4696
4625
4563
4554
Tabel 2.5.b. Karakteristik Bahan Susun Genteng Beton Serat Menurut Beberapa Penelitian
No
Peneliti
(tahun)
Rosadhan
(2000)
Dwiyono
(2000)
Wiyadi
(1999)
Asal
Sungai
Bebeng
(Muntilan)
Sungai
Boyong
(Sleman)
Sungai
Bebeng
(Muntilan)
Pasir
Berat
satuan
1,654
Berat
jenis
2,379
1,587
2,362
Serabut
kelapa
Jogonalan
(Klaten)
1,665
2,375
Ijuk
Sayung
(Demak)
Jenis
Serabut
kelapa
Serat
Berat
satuan
Kasihan
0,263
(Bantul)
Asal
Semen
Berat
satuan
1,395
Berat
jenis
2,981
Kapur
Berat
Berat
satuan
jenis
1,210
1,782
SPP**
(Nusantara)
1,396
3,011
1,211
1,797
1 : 3 : 3
SP*
(Nusantara)
1,394
2,980
1 : 0 : 2,5
Berat
jenis
0,436
Kadar
air
4,123
Jenis
(merk)
SP*
(Nusantara)
0,264
0,423
4,235
0,243
0,834
3,922
Tabel 2.5.c. Kebutuhan Bahan Susun Genteng Beton Serat Menurut Beberapa Peneliti
No
Peneliti
(tahun)
Rosadhan
(2000)
Dwiyono
(2000)
Wiyadi
(1999)
2
3
752,000
1791,5
2070,000
3530,700
300,001
2500
549,700
1278,428
3105,000
3085,714
101,900
2500
219,954
628,440
2284,554
37,704
1425
Perbandingan volume
semen : kapur : pasir
1 : 2 : 3
H. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Penambahan Serat Ijuk terhadap Beban Lentur dan Berat
Jenis Genteng Beton
Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai sifat getas dan kurang
mampu menahan tegangan tarik (Dwiyono, 2000). Genteng beton merupakan
bentuk aplikasi penggunaan beton sebagai bahan bangunan non struktural
secara otomatis memiliki kelemahan yang sama.
Upaya untuk memperbaiki sifat beton, salah satunya dengan
menambahkan serat kedalam adukan beton. Penambahan adukan serat
kedalam adukan beton memberikan peningkatan terhadap mutu beton.
Penambahan serat yang terlalu pendek diperkirakan kurang efektif
karena tidak cukup ikatan yang terjadi antara bahan pengikat dengan serat
yang ada didalamnya, sebaliknya penambahan serat yang terlalu panjang juga
kurang efektif karena akan terjadi penggumpalan dan penyebaran serat tidak
merata (Sudarmoko, 1993). Penentuan panjang serat yang digunakan
berpedoman pada aspek rasio serat, yaitu perbandingan panjang dengan
diameternya (antara 50-100). Jumlah serat yang sedikit diperkirakan belum
berpengaruh, tetapi sebaliknya jumlah serat yang terlalu banyak menjadikan
adukan genteng beton sulit dikerjakan. Konsentrasi serat yang efektif
digunakan adalah 2% volume (Sudarmoko, 1993).
Penambahan serat ijuk dalam adukan genteng beton berpengaruh
terhadap beban lentur genteng beton yang dihasilkan. Pada genteng beton
tanpa serat, beban lentur yang bekerja ditahan oleh ikatan antara semen, pasir,
dan kapur. Sedangkan pada genteng beton serat, beban lentur yang bekerja
ditahan oleh ikatan antara semen, pasir, dan kapur ditambah oleh serat,
sehingga genteng beton serat akan lebih mampu menahan tegangan lentur.
Penambahan serat pada adukan genteng beton berpengaruh terhadap berat
jenis genteng beton yang dihasilkan. Pada genteng beton serat, berat jenisnya
akan lebih kecil dibandingkan dengan genteng beton tanpa serat.
2. Pengaruh Pengurangan Pasir terhadap Beban Lentur dan Berat Jenis
Genteng Beton
Pengurangan pasir dalam adukan genteng beton berpengaruh terhadap
mutu genteng beton yang dihasilkan yaitu beban lenturnya bertambah dan
berat jenisnya makin kecil (Dwiyono, 2000). Ikatan antara bahan penyusun
genteng beton serat yang kuat menyebabkan :
(1) Genteng beton serat yang dihasilkan tidak mudah retak, sehingga memiliki
penampakan permukaan luar yang baik.
(2) Genteng beton yang dihasilkan lebih mampu menahan tegangan lentur.
(3) Pengurangan pasir dalam adukan genteng beton menyebabkan
jenisnya lebih kecil.
berat
BAB III
METODE PENELITIAN
e. Serat ijuk
Serat ijuk yang dipakai dalam penelitian ini berdiameter 0,3 mm dalam
kondisi jenuh kering muka atau SSD (Saturated Surface Dry) dan dipotongpotong dengan panjang 1-2 cm dengan persentase 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2%
dan 2,5% terhadap berat pasir yang digunakan. Serat ijuk ini diperoleh dari
desa Subah, kecamatan Subah, kabupaten Batang.
2. Benda Uji
Pada penelitian ini dibuat 1 macam bentuk benda uji genteng beton
(lihat Gambar 3.1.) dengan jumlah benda uji untuk setiap pengujian masingmasing 3 buah. Jumlah benda uji pada setiap variabel dan jenis pengujian dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jumlah Persentase Penambahan Serat dan Pengurangan Pasir, serta
Jumlah Benda Uji Genteng Beton untuk Pengujian Beban lentur dan Berat
Jenis.
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :
1. Ayakan dan mesin penggetar
Ayakan dan mesin penggetar digunakan untuk memeriksa gradasi pasir.
Ayakan yang digunakan bermerk RETSCH buatan Jerman, sedangkan mesin
penggetar yang digunakan dari Pascal England Engeneering. Susunan lubang
untuk ayakan pasir, berturut-turut adalah : 4,80mm; 2,40mm; 1,20mm;
0,60mm; 0,30mm dan 0,15mm serta dilengkapi dengan tutup dan pan (lihat
Gambar 3.2).
3. Jangka sorong
Jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm digunakan untuk pengujian ukuran
genteng beton (lihat Gambar 3.5).
4. Timbangan
Penelitian ini menggunakan 2 buah timbangan :
12. Mistar
Digunakan untuk mengukur panjang serat yang akan dipotong.
13. Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur volume air yang digunakan dalam campuran
bahan genteng beton.
14. Cetok
Digunakan untuk mengambil atau mengangkat bahan susun genteng beton.
15. Sekop
Digunakan untuk menuangkan bahan-bahan genteng beton ke alat pengaduk
dan ke alat pengangkut.
16. Takaran adonan
Digunakan untuk menakar adonan yang akan dicetak.
17. Tempat pengeringan genteng
Terbuat dari kayu yang tersusun rapi, digunakan untuk mengeringkan
genteng beton yang telah dicetak.
18. Bak perendam
Bak perendam yang ada di Loka Teknologi Penelitian Semarang sudah
didesain khusus, terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran 3m x 1m,
dengan kedalaman 1 m. Bak perendam digunakan untuk merendam genteng
beton yang sudah dikeringkan selama 24 jam, dengan lama perendaman
minimal 24 hari.
C. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu di Laboratorium
Mekanika Tanah dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
UNNES dan di tempat pembuatan benda uji genteng beton di Laboratorium Loka
Teknologi Permukiman Semarang yang terletak di Jalan Raya Kembangarum
Km.15 Mranggen Timur Semarang..
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian, dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan meliputi :
a. Persiapan pasir yang akan digunakan, yaitu mengayak pasir sehingga pasir
lolos lubang ayakan 5mm, kemudian pasir dikondisikan dalam keadaan
jenuh kering muka atau SSD (Saturated Surface Dry). Pasir tersebut
selanjutnya disimpan untuk digunakan pada tahap penelitian selanjutnya.
b. Persiapan semen portland yang akan digunakan, yaitu dengan memeriksa
apakah semen dalam kondisi halus tidak menggumpal. Semen yang
digunakan semua butirannya lolos ayakan 0,09 mm.
c. Persiapan kapur yang akan digunakan, semua butirannya lolos ayakan 0,09
mm.
d. Persiapan serat ijuk yang akan digunakan, yaitu dengan memilih serat ijuk
yang berdiameter 0,3 mm dan memotongnya dengan panjang 1-2 cm.
2. Pemeriksaan Karakteristik Pasir
Pemeriksaan karakteristik pasir bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik
pasir sebenarnya. Pemeriksaan karakteristik pasir yang digunakan adalah sesuai
dicetak. Dalam
Sedangkan
kebutuhan serat ijuk yang digunakan untuk membuat genteng beton serat setiap
perlakuan adalah 0%; 0,5%; 1,5%; 2% dan 2,5% dari berat pasir yang
diperlukan.
Dalam penelitian ini telah dilakukan penelitian pendahuluan dengan cara
coba-coba pada penambahan persentase serat ijuk dan pengurangan pasir yang
paling besar yaitu sebesar 2,5%. Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan
itu, diperoleh nilai fas yang cocok sebesar 0,56; sehingga pembuatan benda uji
genteng beton mudah dikerjakan. Adapun berat satuan dari masing-masing
bahan pembuat benda uji genteng beton adalah sebagai berikut :
Berat satuan semen
Perbandingan volume
Perbandingan berat satuan
Perbandingan berat pemakaian bahan susun
Perbandingan berat pemakaian bahan susun
dengan penambahan persentase serat ijuk
dan pengurangan pasir sebesar 2,5%
Keterangan
Air
0,56**
0,56**
Semen
1
1,250*
1
1
Kapur
0,997
1,086*
0,866
0,866
Pasir
2,990
4,467*
3,562
3,473
Serat
-
0,089
= 1,250
= 1,086
= 1,489
kapur, pasir, serat dan air sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan. Pasir
yang akan ditimbang harus sudah dicuci dengan air bersih dan disimpan dalam
keadaan SSD.
Untuk mengetahui kondisi pasir tersebut SSD atau tidak, dilakukan
pengujian dengan Kerucut Abrams yang dilakukan dengan cara memasukkan
pasir ke dalam kerucut, kemudian dipadatkan dengan 25 pukulan, selanjutnya
kerucut diangkat. Bila pasir runtuh dan membentuk kerucut lancip, berarti pasir
tersebut SSD.
b. Tahap Pencampuran dan Pengadukan Bahan Susun Genteng Beton
Bahan susun genteng beton serat (semen, kapur, pasir, dan serat) setelah
ditimbang kemudian dimasukkan kedalam talam baja (atau ember) dan dicampur
dalam keadaan kering dengan menggunakan cetok sampai adukan menjadi
homogen, yaitu jika warnanya sudah sama. Selanjutnya tambahkan air 75% dari
jumlah air yang diperlukan, kemudian adukan diratakan dan sisa air yang
diperlukan ditambahkan sedikit-sedikit sambil adukan terus diratakan sampai
homogen.
c. Tahap Pencetakan Bahan Susun Genteng Beton
Adukan yang telah homogen, selanjutnya dituang dalam cetakan genteng
beton sampai penuh yang sebelumnya telah diolesi pelumas, kemudian
Pengujian
dilakukan
setelah
perekat
cukup
keras.
Kekuatan lentur dinyatakan sebagai beban lentur dengan satuan kg. Alat uji
lentur dan keterangannya dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Keterangan :
1. Alat untuk mendeteksi
kekuatan lentur.
2. Hendle untuk menaikkan/
menurunkan landasan.
3. Penumpu dari besi.
4. Tatakan penumpu dari kayu.
5. Benda uji genteng beton.
6. Plat landasan dari besi
D. Analisis Hasil
1. Karakteristik Pasir dan Serat
(a) Berat jenis pasir / serat
Berat jenis pasir / serat dapat dihitung dengan rumus :
psr atau srt =
W4
W3 + W0 W5
= berat jenis pasir / serat
dengan, psr atau srt
W0
= berat pasir / serat dalam keadaan jenuh kering
muka (gram)
W3
= berat piknometer berisi air (gram)
W5
= berat piknometer berisi pasir / serat + air (gram)
= berat pasir / serat kering tungku (gram)
W4
W4
= berat pasir / serat SSD (gram)
= berat pasir / serat kering tungku (gram)
W6
W6 W7
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasir
Pemeriksaan karakteristik pasir yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi; pemeriksaan gradasi, berat jenis, berat satuan dan kadar air seperti yang
diuraikan berikut ini :
1. Berat Jenis
Dari hasil pemeriksaan berat jenis pasir diperoleh berat jenis pasir 2,379 (lihat
Lampiran 1). Menurut Tjokrodimuljo (1996) berat jenis pasir 2,3 masih
digolongkan sebagai agregat normal, sehingga pasir yang digunakan dalam
penelitian ini juga termasuk agregat normal.
2. Berat Satuan
Hasil pemeriksaan berat satuan pasir dapat dilihat pada Lampiran 2, yaitu
1,489 gram/cm3. Menurut Tjokrodimuljo (1996) berat satuan pasir dari
agregat normal adalah 1,2-1,6 gram/cm3. Karena berat satuan pasir yang
diperoleh adalah 1,489 gram/cm3 maka pasir yang digunakan dapat
digolongkan sebagai agregat normal.
3. Kadar Air
Hasil pemeriksaan kadar air pasir dapat dilihat pada Lampiran 3, yaitu
diperoleh 4,204%.
4. Gradasi Pasir
Dari hasil pemeriksaan distribusi ukuran butir (gradasi) pasir, diperoleh nilai
modulus halus butir (mhb) pasir sekitar 2,902 (lihat Lampiran 4); nilai mhb
ini memenuhi persyaratan pasir sebagai agregat halus yaitu antara 1,50-3,80.
Menurut British Standard tentang Standar Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Ringan, tingkat kekasaran pasir ini termasuk dalam
kelompok daerah II yaitu pasir dengan butiran agak kasar.
B. Karakteristik Kapur
Pemeriksaaan karakteristik kapur yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi; pemeriksaan berat jenis, berat satuan dan kadar air seperti yang
diuraikan berikut ini :
1. Berat Jenis Kapur
Dari pemeriksaan berat jenis kapur yang digunakan dalam penelitian ini (lihat
Lampiran 5) diperoleh berat jenis kapur 1,795.
2. Berat Satuan Kapur
Hasil pemeriksaan berat satuan kapur dapat dilihat pada Lampiran 6, yaitu
diperoleh 1,086 gram/cm3.
3. Kadar Air Kapur
Hasil pemeriksaan kadar air kapur yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Lampiran 7, yaitu diperoleh 3,209%.
rata-rata nilai sebar mortar sebesar 70,5%. Hasil pengujian yang dilakukan ini
sesuai dengan ASTM D: C270-57T (Sulastri, 1996 dalam Kusumawardaningsih
2002) yang menetapkan nilai sebar adukan mortar sebesar 70-115%, hal ini
berkaitan dengan kemudahan pengerjaan pada adukan mortar semen.
Nomor
adukan
1
Perbandingan volume
Semen
Kapur
Pasir
1
0,997
2,990
2
1
Rata-rata =
0,997
2,990
FAS
0,56
0,56
0,56
Pembacaan
Flow table
17,5
17,5
18
17,5
17
18
17,5
18
Nilai sebar
(%)
70,5
70,5
70,5
Dari hasil pemeriksaan nilai sebar mortar diatas maka fas 0,56
digunakan untuk merencanakan kebutuhan bahan adukan mortar untuk membuat
genteng beton.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Beban Lentur Genteng Beton dengan Penambahan
Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir
No
Kelompok Perlakuan
0%
0,5%
1%
1,5%
2%
2,5%
ru
tn
e
L
na
be
B
)g
K
(
80
60
40
20
0
62.25
63.75
Beban Lentur
(kg)
65,48
59,04
62,22
63,66
66,63
60,95
64,44
63,25
75,82
70,66
72,56
68,08
75,38
72,47
74,05
75,79
75,96
74,20
67.84
70.43
0%
0.5
1%
1.5
Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir
Rata-rata
(kg)
62,25
63,75
67,85
70,43
73,97
75,32
73.97
2%
75.32
2.5
2,5%. Data hasil pengujian berat jenis genteng beton dapat dilihat pada Tabel
4.3, Gambar 4.2 dan Lampiran 15.
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Berat Jenis Genteng Beton dengan Penambahan
Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir
No
Kelompok Perlakuan
0%
0,5%
1%
1,5%
2%
2,5%
2.5
si
en
tJa
re
B
Berat Jenis
Rata-rata
2,101
2,103
2,114
2,095
2,097
2,090
2,005
2,025
2,023
1,923
1,934
1,932
1,908
1,932
1,947
1,896
1,900
1,911
2.106
2.094
0.5
2.017
2,106
2,094
2,017
1,930
1,929
1,902
1.93
1.929
1.902
2.5
1.5
1
0.5
0
1
1.5
Tabel 4.4. Hubungan Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton dengan
Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir
No
Urut
1
2
3
4
5
6
2,150
2,100
2,050
s
i
n
2,000
e
J
1,950
t
a
r1,900
e
B
1,850
1,800
2.106
Beban Lentur
(kg)
62,25
63,75
67,84
70,43
73,97
75,32
Berat Jenis
2,106
2,094
2,017
1,930
1,929
1,902
2.094
2.017
1.930
1.929
1.902
62.25
69,38
63.75
71,40
67.84
70.43
75,97
78,88
Beban Lentur
(kg)
73.97
82,84
75.32
84,36
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton
dengan Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan
Pasir
Dari hubungan antara beban lentur dan berat jenis genteng beton
pada penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir dengan persentase 0%;
0,5%; 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5%, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
beban lentur genteng beton yang dihasilkan, berat jenis genteng betonnya
semakin kecil.
Tabel 4.5. Kebutuhan Berat Bahan Susun Untuk Setiap 1 M3 Adukan Mortar Genteng Beton
Penambahan
persentase
serat
Berat jenis
genteng
beton
Perbandingan berat
Air
Semen Kapur
Pasir
Serat
Air
(a)
(b)
(c)
(d)
196,95
0,56
1
0,866
3,562
0
0%
2,106
1
0,866
3,544
0,018
195,83
0,5%
2,094
0,56
1
0,866
3,527
0,035
188,63
1%
2,017
0,56
0,866
3,509
0,053
180,49
1,930
0,56
1
1,5%
3,491
0,071
180,40
0,56
1
0,866
2%
1,929
0,089
177,88
1
0,866
3,473
2,5%
1,902
0,56
Keterangan : Digunakan perbandingan volume = semen : kapur : pasir = 1 : 0,997 : 2,990
Berat satuan semen = 1,250 gram/cm3
Berat satuan kapur = 1,086 gram/cm3
Berat satuan pasir = 1,489 gram/cm3
Kapur
Pasir
Serat
Jumlah
351,70
349,70
336,84
322,31
322,14
317,63
304,57
302,84
291,70
279,12
278,98
275,07
1252,77
1239,33
1188,04
1130,99
1124,60
1103,15
0
6,30
11,79
17,08
22,87
28,27
2106
2094
2017
1930
1929
1902
Tabel 4.6. Kebutuhan Volume Bahan Susun Untuk Setiap 1 M3 Adukan Mortar Genteng Beton
Penambahan
Kebutuhan bahan tiap 1 m3 adukan (kg)
persentase serat
Air
Semen
Kapur
Pasir
Serat ijuk
Air
1252,77
0
196,95
0%
196,95
351,70
304,57
195,83
0,5%
195,83
349,70
302,84
1239,33
6,30
188,63
1%
188,63
336,84
291,70
1188,04
11,79
1,5%
180,49
322,31
279,12
1130,99
17,08
180,49
2%
180,40
322,14
278,98
1124,60
22,87
180,40
2,5%
177,88
317,63
275,07
1103,15
28,27
177,88
Keterangan : Digunakan perbandingan volume = semen : kapur: pasir = 1 : 0,997 : 2,990
Berat jenis air
= 1 kg/dm3
Berat jenis semen
= 3,150 kg/dm3
Berat jenis kapur
= 1,795 kg/dm3
Berat jenis pasir
= 2,379 kg/dm3
Berat jenis serat ijuk = 0,823 kg/dm3
M
Volume bahan susun = V =
= M
V
Serat ijuk
0
7,65
14,33
20,75
27,79
34,35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan hal-hal sebagai berikut:
1. Serat ijuk yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari desa Subah,
kecamatan Subah, kabupaten Batang. Serat ijuk ini mempunyai berat jenis =
0,823; berat satuan = 0,210 gram/cm3 dan kadar air sebesar 5,250%.
2. Kapur yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari toko bangunan Bintang
Jaya yang terletak di Jalan Raya Mranggen No. 68 Semarang. Kapur ini
mempunyai berat jenis = 1,795; berat satuan = 1,086 gram/cm3 dan kadar air
sebesar = 3,209%.
3. Pasir yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sungai Bebeng,
Muntilan, Jawa Tengah. Pasir ini mempunyai berat jenis = 2,379; berat satuan
= 1,489 gram/cm3; kadar air = 4,204% dan gradasi pasir yang termasuk dalam
daerah II yaitu pasir agak kasar.
4. Beban lentur genteng beton tanpa serat (dengan penambahan serat ijuk dan
pengurangan pasir 0%) beban lentur rata-ratanya = 62,25 kg, beban lentur
genteng beton tertinggi terjadi pada penambahan serat ijuk dan pengurangan
pasir 2,5% yaitu = 75,32 kg, sedangkan beban lentur genteng beton terendah
terjadi pada penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 0,5% yaitu = 63,75
kg.
5. Berat jenis genteng beton tanpa serat (dengan penambahan serat ijuk dan
pengurangan pasir 0%) berat jenis rata-ratanya = 2,106, berat jenis genteng
beton terendah terjadi pada penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir
2,5% yaitu = 1,902, sedangkan berat jenis genteng beton tertinggi terjadi pada
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 0,5% yaitu = 2,094.
6. Semakin tinggi beban lentur genteng beton yang dihasilkan akibat
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir, semakin rendah berat jenis
genteng beton yang dihasilkan.
7. Genteng beton yang dihasilkan dengan penambahn serat ijuk dan pengurangan
pasir pada penelitian ini, cocok untuk bangunan rumah tinggal sederhana yang
tidak mempersyaratkan mutu genteng karena semua genteng beton yang diuji
tidak memenuhi beban lentur minimalnya dari persyaratan SNI 0447-81 untuk
golongan mutu II.
B. Saran - saran
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dicoba menggunakan persentase serat
ijuk yang lebih tinggi atau bervariasi tetapi campurannya tetap supaya
diketahui peningkatan beban lentur yang maksimal akibat penambahan ijuk
dan pengurangan pasir.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan persentase penambahan serat
ijuk yang sama tetapi perbandingan bahan susunnya berbeda.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat ekonomis, keawetan
dan sifat-sifat genteng beton yang lain dengan penambahan serat ijuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1980, Mutu dan Cara Uji Kapur Bangunan (SNI.0024-80). Jakarta :
Departemen Perindustrian.
Anonim, 1980, Mutu dan Cara Uji Genteng Beton (SNI.0024-80). Jakarta :
Departemen Perindustrian.
Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan
Penelitian dan Pengembangan.
Anonim, 1989, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).
Bandung : Yayasan Lembaga Masalah Bangunan, Departemen
Pekerjaan Umum.
Anonim, 1993, Pengaruh Penambahan Serat pada Sifat Struktural Beton Serat.
Yogyakarta : Penelitian, Universitas Gajah Mada (UGM).
Anonim, 1999, Petunjuk Praktek Teknologi Beton. Yogyakarta : Yogyakarta :
Laboratorium Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Gajah Mada (UGM).
Ariyanto, 1998, Pengaruh Penambahan Serat Serabut Kelapa Terhadap Mutu
Genteng Beton. Semarang : Skripsi, Jurusan Pendidikan Teknik
Bangunan, Fakultas Pendidikan Teknik Kejuruan (FPTK), Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), Semarang :
Dwiyono, 2000, Perbedaan Mutu Genteng Beton yang Dihasilkan Dengan
Penambahan Serat Serabut Kelapa dan Pengurangan Pasir Sesuai
Prosentase Serat Yang Ditambahkan. Yogyakarta : Skripsi, Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY).
Ekowardoyo, K.B., 2002, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis dan
Disertasi. Semarang : Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Gani, M.S.J., 1997, Cement And Concrete, Chapman And Hall, London.
Haryoto, 1995, Membuat Genteng Ijuk Semen. Yogyakarta : Kanisius.
Jouche, R. dkk, 1993, Pengaruh Penambahan Serat Serabut Kelapa Pada
Pembuatan Genteng Beton. Yogyakarta : Majalah Ilmiah BIMN,
No.693/94. 8-12.
Kusumawardaningsih, Y., 2003, Pengaruh Tekanan Saat Proses Percetakan
Terhadap Karakteristik Mortar dari Agregat Ringan. Yogyakarta :
Tesis, Jurusan Ilmu-Ilmu Teknik, Program Pasca Sarjana,
Universitas Gajah Mada (UGM).
Murdock, L.J., dan Brook, K.M., 1991, Bahan dan Praktek Beton. Jakarta :
Erlangga.
Nevile, A.M., dan Brooks, J.J., 1987, Concrete Technology, Longman Scientific
& Technical, New York.
Ola, A.L., dkk, 1993, Penelitian Pemanfaatan Serat Serabut Kelapa Untuk
Plafon. Yogyakarta : Majalah Ilmiah BIMN, No 124. 1-26.
Pangat, 1991, Perbedaan Kuat Desak Mortar dengan Bahan Pengikat Kapur
Mill di Kodya Yogyakarta dan Sekitarnya. Yogyakarta : Lembaga
Penelitian Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Yogyakarta.
Rosadhan, Y., 2000, Pengaruh Penambahan Serat Serabut Kelapa dan Serbuk
Sampah Terhadap Kuat Lentur dan Daya Serap Air. Yogyakarta :
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Gajah Mada (UGM).
Sudarmoko, 1991, Kuat Tarik Beton Serat Bendrat. Yogyakarta : Universitas
Gajah Mada (UGM).
Sujana, 1992, Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sutrisno Hadi, 1989, Statistik Jilid II. Yogyakarta : Andi Omset.
Sutrisno Hadi, 1989, Statistik Jilid III. Yogyakarta : Andi Omset.
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton. Yogyakarta : Nafiri.
Tjokrodimuljo, K., 1998, Pengetahuan Dasar Beton Sebagai Bahan Bangunan
Alternatif, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Beton dan
Aplikasi Software Untuk Perancangan Bangunan Sipil. Yogyakarta :
Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gajah Mada
(UGM).
Wiyadi, 1999, Pengaruh Penambahan Serat Ijuk terhadap Mutu Genteng Beton.
Semarang : Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri
Semarang (UNNES).