Anda di halaman 1dari 14

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
KEINSINYURAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

a.

b.

c.

d.

e.

Mengingat :

bahwa sumber daya manusia dalam mengembangkan


dirinya memerlukan pendidikan dan manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan umum, dapat dicapai dengan tersedianya
sumber daya manusia yang andal dan profesional yang
mampu
melakukan
rekayasa
teknik
guna
meningkatkan nilai tambah, daya guna, efisiensi dan
efektivitas anggaran, memenuhi standar keselamatan,
keamanan, dan aspek lingkungan, perlindungan publik,
penguasaan dan pemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pencapaian kebudayaan dan peradaban
bangsa yang tinggi;
bahwa sumber daya manusia yang mampu melakukan
rekayasa teknik masih tersebar dalam berbagai profesi
dan kelembagaan masing-masing sehingga belum
mempunyai standarisasi keahlian, kemampuan, dan
kompetensi profesional;
bahwa saat ini belum ada pengaturan yang terintegrasi
mengenai rekayasa teknik yang dapat memberikan
perlindungan dan kepastian hukum, baik kepada
sumber daya manusia yang melakukan rekayasa teknik
maupun masyarakat pada umumnya;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang
Keinsinyuran;

Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, Pasal 28D ayat (1) dan ayat
(2), dan Pasal 31 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
1

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEINSINYURAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keinsinyuran adalah rekayasa teknik dengan menggunakan ilmu
pengetahuan, teknologi, keterampilan, dan profesionalitas untuk
merancang dan membangun sistem, struktur, proses, material, mesin, dan
perangkat demi tujuan peningkatan nilai tambah dan daya guna barang
atau jasa.
2. Insinyur adalah orang yang berprofesi di bidang Keinsinyuran.
3. Insinyur Asing adalah Insinyur berkewarganegaraan asing yang berprofesi
di bidang Keinsinyuran di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang riset ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Penyelenggaraan Keinsinyuran berasaskan:
a. profesionalitas;
b. integritas;
c. keadilan;
d. keselarasan;
e. kemanfaatan;
f. keamanan dan keselamatan;
g. kelestarian lingkungan hidup; dan
h. keberlanjutan.
Pasal 3
Pengaturan Keinsinyuran bertujuan untuk:
a. memberikan landasan dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
Keinsinyuran;
b. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan profesi Insinyur yang
andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan yang berkualitas;
c. memberikan perlindungan kepada pengguna jasa dan masyarakat dalam
penyelenggaraan Keinsinyuran; dan
d. mendorong penguasaan dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB III
SYARAT INSINYUR
Pasal 4
Untuk menjadi Insinyur, seseorang harus memenuhi persyaratan:
a. lulusan pendidikan tinggi teknik pada perguruan tinggi dalam negeri yang
telah terakreditasi atau perguruan tinggi luar negeri yang diakui oleh
2

Pemerintah Republik Indonesia atau setara dengan penjenjangan


kualifikasi profesi di bidang keinsinyuran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. berpengalaman dalam kegiatan Keinsinyuran sesuai standar atau
kualifikasi yang ditentukan oleh organisasi profesi; dan
c. lulus uji kompetensi.
BAB IV
SERTIFIKASI, REGISTRASI, DAN IZIN KERJA
Bagian Kesatu
Sertifikasi
(1)
(2)

(3)
(4)

Pasal 5
Seseorang yang telah lulus uji kompetensi berhak memperoleh sertifikasi
kompetensi kerja.
Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan dan
telah mendapat lisensi dari badan yang berwenang melakukan sertifikasi
profesi.
Sertifikat kompetensi kerja untuk Insinyur diterbitkan oleh lembaga
sertifikasi profesi atas usul organisasi profesi.
Pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Registrasi

Pasal 6
(1) Seseorang yang telah memenuhi sertifikasi kompetensi kerja sebagai
Insinyur wajib melakukan registrasi.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
organisasi Insinyur.
Bagian Ketiga
Izin Kerja
Pasal 7
(1) Insinyur yang akan melakukan praktik keinsinyuran harus mendapatkan
izin kerja dari pemerintah.
(2) Untuk mendapatkan izin kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Insinyur harus lulus uji kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikasi
kompetensi kerja dan teregistrasi oleh organisasi Insinyur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6.
(3) Insinyur yang telah mendapatkan izin kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat melakukan kegiatan Keinsinyuran di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 8
(1) Insinyur yang melakukan kegiatan Keinsinyuran tanpa memiliki izin kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran.
(3) Dalam hal kegiatan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3

menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif berupa


denda.
Pasal 9
(1) Dalam hal Insinyur yang telah mendapatkan izin kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 melakukan kegiatan keinsinyuran yang
menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran;
c. pembekuan izin kerja;
d. pencabutan izin kerja; dan/atau
e. denda.
Bagian Keempat
Insinyur Asing
Pasal 10
Setiap warga negara asing yang bekerja pada bidang Keinsinyuran di Indonesia
harus:
a. dinyatakan sebagai Insinyur menurut hukum negaranya;
b. mengikuti sertifikasi Keinsinyuran;
c. melakukan registrasi; dan
d. memiliki izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 11
Insinyur asing yang bekerja di Indonesia wajib melakukan alih ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pasal 12
(1) Insinyur Asing yang melakukan kegiatan Keinsinyuran di Indonesia tanpa
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal
11 dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran;
c. pembekuan izin kerja; dan/atau
d. pencabutan izin kerja.
(3) Dalam hal kegiatan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif berupa denda.
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi Insinyur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, izin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Insinyur asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11, serta penetapan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 12 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB V
PENGEMBANGAN PROFESI
Pasal 14
(1) Untuk menjamin kompetensi dan meningkatkan mutu profesi, Insinyur
mengikuti pengembangan profesi dan pemeliharaan kompetensi oleh
4

organisasi profesi keinsinyuran.


(2) Pengembangan
profesi
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
diselenggarakan untuk:
a. membentuk dasar-dasar kompetensi profesional Keinsinyuran;
b. meningkatkan mutu Insinyur agar profesional dalam pelaksanaan tugas
dan tanggungjawab; dan
c. menjamin kompetensi profesional Insinyur.
(3) Pengembangan profesi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
diselenggarakan untuk menentukan jenjang kualifikasi profesi.
(4) Pengembangan profesi diselenggarakan berdasarkan suatu standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban Insinyur
Pasal 15
Insinyur dan Insinyur asing berhak:
a. melakukan kegiatan Keinsinyuran sesuai standar kompetensi profesi;
b. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi;
c. memperoleh informasi, data, dan dokumen yang lengkap dan jujur dari
pengguna jasa Keinsinyuran;
d. menerima imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan;
e. mendapat jaminan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
f. mendapatkan pembinaan dan pemeliharaan kompetensi profesi
keinsinyuran.
Pasal 16
Insinyur dan Insinyur asing berkewajiban:
a. melaksanakan kegiatan Keinsinyuran sesuai keahlian dan berdasarkan
Kode Etik Insinyur;
b. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan keahlian dan jenjang kualifikasi
yang dimiliki Insinyur;
c. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan standar keselamatan,
keamanan, dan aspek lingkungan;
d. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya atas kerahasiaan
hubungannya dengan pengguna jasa tentang pekerjaan yang sedang
dilaksanakan, bahkan setelah selesai pekerjaan dilaksanakan;
e. melaksanakan profesinya tanpa membedakan suku, agama, ras, gender,
golongan, latar belakang sosial, politik dan budaya; dan
f. memelihara kompetensi, memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan
dan teknologi serta mengikuti perkembangan Keinsinyuran.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa
Pasal 17
Pengguna jasa Keinsinyuran berhak:
5

a. memperoleh perlindungan hukum sebagai konsumen atas jasa


Keinsinyuran yang tidak kompeten dan tidak profesional;
b. mendapatkan informasi secara lengkap dan benar atas jasa Insinyur yang
akan dipakai atau digunakan;
c. mendapatkan pelayanan dan jasa sesuai dengan perjanjian kerja; dan
d. melakukan tindakan hukum atas pelanggaran kontrak dan kerugian lain
diluar kontrak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 18
Pengguna jasa Keinsinyuran berkewajiban:
a. memberikan informasi, data, dan dokumen yang lengkap dan jujur tentang
pekerjaan dan jasa yang akan dilaksanakan Insinyur;
b. mempertimbangkan nasihat dan petunjuk Insinyur atas sebuah pekerjaan
dan jasa yang akan diterima; dan
c. memberikan imbalan sesuai dengan jasa yang diterima.

BAB VII
ORGANISASI INSINYUR
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Organisasi Insinyur merupakan satu-satunya wadah berhimpun organisasi
profesi Insinyur yang bebas dan mandiri yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang ini.
(2) Organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh
organisasi profesi di bidang Keinsinyuran.
(3) Ketentuan mengenai susunan dan keanggotaan organisasi Insinyur
ditetapkan oleh para Insinyur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
Bagian Kedua
Fungsi, Tugas, dan Wewenang
Pasal 20
Organisasi Insinyur mempunyai fungsi pengembangan dan pengawasan
terhadap Insinyur dan penyelenggaraan Keinsinyuran.
Pasal 21
Organisasi Insinyur bertugas:
a. mengembangkan standar kompetensi Keinsinyuran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. melakukan pemeliharaan kompetensi insinyur;
c. melakukan registrasi terhadap Insinyur;
d. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan jasa Keinsinyuran yang
6

dilaksanakan bersama instansi terkait sesuai dengan fungsi dan


kewenangan masing-masing; dan
e. melakukan pembinaan bersama Pemerintah terhadap Insinyur mengenai
pelaksanaan etika profesi.
Pasal 22
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 organisasi
Insinyur berwenang:
a. menetapkan bakuan kompetensi Insinyur;
b. menetapkan kode etik Insinyur; dan
c. menegakkan disiplin dan kehormatan Insinyur.
Bagian Kelima
Kode Etik Insinyur

(1)
(2)

Pasal 23
Untuk menjamin mutu jasa Keinsinyuran dibuat Kode Etik sebagai
landasan tata laku Insinyur.
Kode Etik Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh
organisasi Insinyur.

Pasal 24
Kode etik insinyur harus dijadikan pedoman dan landasan tingkah laku setiap
insinyur dalam menjalankan penyelenggaraan kegiatan Keinsinyuran.
Bagian Keenam
Pembiayaan

(1)

(2)

(3)

Pasal 25
Pembiayaan organisasi Insinyur bersumber dari:
a. iuran anggota; dan
b. sumber pendanaan lain yang sah menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pembiayaan organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikelola secara transparan dan akuntabel sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pengelolaan pembiayaan organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diaudit secara berkala oleh akuntan publik.

BAB VIII
PEMBINAAN JASA KEINSINYURAN

(1)
(2)
(3)

Pasal 26
Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan jasa Keinsinyuran.
Tanggung jawab pembinaan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri.
Pembinaan jasa Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan:
a. menetapkan standar kompetensi Insinyur;
7

b. menetapkan standar layanan jasa Keinsinyuran;


c. melakukan pemberdayaan Keinsinyuran; dan
d. melakukan pengawasan atas penyelenggaraan jasa Insinyur.
Pasal 27
Pembinaan jasa Keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
diarahkan untuk :
a. meningkatkan mutu dan kualitas jasa Keinsinyuran;
b. menjamin perlindungan bagi masyarakat atas pemberian jasa yang
dilakukan oleh insinyur; dan
c. memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.
Pasal 28
(1) Dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dapat
dilakukan audit kinerja Keinsinyuran.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit kinerja Keinsinyuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 29
Setiap Insinyur atau Insinyur asing yang melaksanakan tugas profesi tidak
memenuhi standar keselamatan, keamanan, dan aspek lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c yang mengakibatkan
kecelakaan dan/atau kematian dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai Keinsinyuran, tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan hingga ditetapkan pengaturan lain
yang diamanatkan oleh Undang-Undang ini;
b. Insinyur yang telah memiliki sertifikat dari organisasi profesi dan nomor
registrasi dari lembaga berwenang yang telah ada, dinyatakan sebagai
Insinyur yang telah teregistrasi; dan
c. sertifikasi dan registrasi Insinyur harus disesuaikan paling lambat 3 (tiga)
tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan
undang-undang ini harus sudah dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 32
Organisasi Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 harus dibentuk
paling lambat 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Undang-Undang ini
8

diundangkan.
Pasal 33
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan UndangUndang ini dengan penempatannya dalam Lembaga Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

RANCANGAN
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN
TENTANG
KEINSINYURAN
I. UMUM
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan dirinya
memerlukan pendidikan dan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
umum. Untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan tersebut
salah satunya dapat dicapai dengan tersedianya sumber daya manusia
yang andal dan profesional yang mampu melakukan rekayasa teknik guna
meningkatkan nilai tambah, daya saing, daya guna, efisiensi dan efektivitas
anggaran, perlindungan publik, kemajuan ilmu dan teknologi, serta
pencapaian kebudayaan dan peradaban bangsa yang tinggi.
Sumber daya manusia yang mampu melakukan rekayasa teknik
masih tersebar dalam berbagai profesi dan kelembagaan masing-masing
sehingga belum mempunyai standarisasi keahlian, kemampuan, dan
kompetensi profesional. Insinyur sebagai salah satu komponen utama yang
melakukan layanan jasa rekayasa teknik harus memiliki kompetensi untuk
melakukan pekerjaan secara profesional, sehingga kegiatan yang
dilakukannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dirinya.
Hasil karya Insinyur harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara
moril-materiil maupun di muka hukum, sehingga layanan jasa di bidang
Keinsinyuran memiliki kepastian hukum, perlindungan bagi Insinyur
maupun
pengguna
jasa,
serta
dilakukan
secara
professional,
bertanggungjawab dan menjungjung tinggi etika profesi.
Salah satu unsur penting dalam memberikan layanan jasa rekayasa
teknik adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kompetensi
teknik yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
Pengetahuan yang dimiliki Insinyur harus terus menerus dipertahankan
dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta kebutuhan industri. Perangkat keilmuan yang dimiliki seorang
Insinyur mempunyai karakteristik yang khas yang terlihat dari kemampuan
untuk melakukan upaya rekayasa teknik sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik lingkungan serta menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi yang ada. Kemampuan untuk melakukan upaya rekayasa teknik
ini untuk meningkatkan keunggulan infrastruktur, keselamatan dan
kesejahteraan umat manusia.
Layanan jasa di bidang Keinsinyuran yang berkualitas hanya dapat
diberikan oleh Insinyur yang memiliki kompetensi untuk melakukan
pekerjaan di bidangnya, sehingga kegiatan yang dilakukannya dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dirinya. Namun kenyataan
saat ini, profesi Insinyur belum memiliki aturan hukum yang memadai dan
terintegrasi mengenai rekayasa teknik yang dapat memberikan
10

perlindungan dan kepastian hukum, baik kepada sumber daya manusia


yang melakukan rekayasa teknik maupun masyarakat pada umumnya.
Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum baik kepada
Insinyur maupun pengguna jasa Keinsinyuran, meningkatkan keselamatan
kerja, keunggulan hasil rekayasa, serta bertambahnya kualitas hidup dan
kesejahteraan Insinyur dan masyarakat, maka perlu diatur kegiatan
Keinsinyuran dalam suatu peraturan perundang-undangan, sehingga
kegiatan Keinsinyuran benar-benar dilakukan berdasarkan atas penguasan
ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian dan standarisasi professional
serta berdasarkan suatu kerangka hukum yang jelas.
Adapun
lingkup
pengaturan
dari
Undang-Undang
tentang
Keinsinyuran mengatur tentang kegiatan Keinsinyuran oleh Insinyur yang
profesional dan bertanggung jawab yang telah memenuhi persyaratan atau
kualifikasi profesi yang dibuktikan dengan telah mendapatkan sertifikasi,
registrasi dan izin kerja di bidang Keinsinyuran. Kemudian pengaturan
mengenai kelembagaan yang bertanggung jawab menetapkan dan
mengembangkan standar profesi dan kode etik Insinyur, pengembangan
profesi di bidang Keinsinyuran, pemenuhan hak dan kewajiban Insinyur
maupun pengguna jasa, serta pembinaan jasa Keinsinyuran oleh
pemerintah.
Undang-Undang ini juga mengatur peralihan terkait dengan
kenyataan bahwa kegiatan Keinsinyuran telah lama dipraktikan dalam
masyarakat sebelum lahirnya undang-undang ini, terutama terkait
pengakuan dan status Insinyur yang sudah bekerja secara professional di
bidang Keinsinyuran sebelum lahirnya Undang-Undang ini.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas profesionalitas adalah dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya setiap Insinyur harus mempunyai
keahlian dan keilmuan, serta menjunjung tinggi kode etik profesi.
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas integritas adalah dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya, Insinyur harus mengikuti sistem dan standar
yang berlaku.
Huruf c
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah Insinyur sadar akan
fungsinya dalam penyelenggaraan praktik Keinsinyuran serta
bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh
haknya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas keselarasan adalah penyelenggaraan
Keinsinyuran harus seimbang dan sejalan dengan kepentingan
masyarakat dan negara, serta selaras dengan kebudayaan dan
peradaban Indonesia.
11

Huruf e
Yang dimaksud dengan asas kemanfaatan adalah penyelenggaraan
Keinsinyuran dapat menjamin terwujudnya nilai tambah dan daya
guna yang optimal bagi para pihak dan bagi kepentingan nasional.
Huruf f
Yang dimaksud dengan asas keamanan dan keselamatan adalah
terpenuhinya tertib penyelenggaraan Keinsinyuran, keamanan
lingkungan dan keselamatan kerja, serta pemanfaatan hasil
pekerjaan Keinsinyuran dengan tetap memperhatikan kepentingan
umum.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas kelestarian lingkungan hidup adalah
penyelenggaraan Keinsinyuran memperhatikan dan mengutamakan
perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup untuk generasi
sekarang dan generasi yang akan datang demi kepentingan bangsa
dan negara.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "asas keberlanjutan" adalah penyelenggaraan
Keinsinyuran
berlangsung
secara
terus-menerus
dan
berkesinambungan demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Huruf a
Yang dimaksud dengan lulusan pendidikan tinggi teknik adalah
lulusan
pendidikan
tinggi
atau
teknologi
sesuai
dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknik, dan
teknologi yang antara lain meliputi teknik arsitektur, teknik sipil,
teknik mesin, teknik elektro, teknik lingkungan, teknik nuklir, teknik
computer, teknik informatika, teknik industri, teknik kimia, teknik
fisika, teknik geodesi, teknik metalurgi, teknik perminyakan, teknik
pertambangan, teknologi kedirgantaraan, teknologi pertanian,
teknologi perikanan, teknologi kehutanan, teknologi pangan, dan
teknologi kelautan.
Yang dimaksud dengan setara dengan penjenjangan kualifikasi
profesi di bidang keinsinyuran adalah bersertifikat 6 (enam)
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia bidang perekayasaan teknik.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan uji kompetensi adalah proses sertifikasi
kompetensi kerja yang dilakukan secara sistematis dan objektif
sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
Pasal 5
Cukup jelas.

12

Pasal 6
Registrasi dimaksudkan hanya sebagai kegiatan pencatatan administrasi
dalam rangka pendataan profesi Insinyur.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
13

Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah upaya
pembinaan yang dilakukan antara lain melalui pendidikan,
pelatihan, dan kegiatan lain yang dapat meningkatkan
kompetensi Insinyur dan kualitas layanan jasa Keinsinyuran.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

14

Anda mungkin juga menyukai