ANESTESI LOKAL
Oleh :
Shinta Nareswari
0618011034
Perceptor :
dr. Yuzar Harun, Sp.B, FINACS
SMF BEDAH
RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
PROPINSI LAMPUNG
2011
I.
PENDAHULUAN
Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit.
Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan
yang meliputi pemberian anestesi maupun analgesi, pengawasan keselamatan
pasien dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan
intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri
menahun.
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum.
Pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran,
sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.
II.
DEFINISI
Anestesi regional atau anestesi lokal merupakan penggunaan obat analgetik lokal
untuk menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu
bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversible). Fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya dan dalam keadaan penderita tetap sadar.
Anestesi/analgesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal
tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dilakukan
dengan teknik :
1. Anestesi permukaan, yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal
di atas selaput mukosa seperti mata, hidung, atau faring. Contohnya
Chlorethyl.
2. Anestesi infiltrasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung
diarahkan di sekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering
digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikkan intradermal atau
subkutan.
3. Anestesi blok, yaitu penyuntikan analgetika lokal langsung ke saraf utama
atau pleksus saraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal,
misalnya saraf oksipital dan pleksus brakialis, anestesi spinal, anestesi
epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik lokal
2
STRUKTUR KIMIAWI
Amide :
IV.
Obat anestesi regional/lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal. Anestesi lokal ideal adalah yang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
a. Lidokain
Lidokain (lignokain, xylocain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan
secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Efek anestesi terjadi
lebih cepat, kuat, lebih lama dan lebih ekstensif dibandingkan daripada
yang ditimbulkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Larutan
lidokain 0,25-0,5 % dengan atau tanpa adrenalin digunakan untuk anestesi
infiltrasi, sedangkan larutan 1-2 % untuk anestesi blok dan topikal. Untuk
anestesi permukaan/topikal tersedia lidokain gel 2 %. Sedangkan pada
analgesi/anestesi lumbal digunakan larutan lidokain 5 %.
Anestetik ini efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tapi kecepatan
absorpsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek.
Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap
anestetik lokal golongan ester. Lidokain dapat menimbulkan kantuk. Setelah
4
disuntikkan, obat dengan cepat akan dihidrolisis dalam jaringan tubuh pada
pH 7,4-4,5.
Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anestesia infiltrasi,
blokade saraf, anestesia spinal, anestesia epidural ataupun anestesia kaudal,
dan secara setempat untuk anestesia selaput lendir. Pada anestesia infiltrasi
biasanya digunakan larutan 0,25-0,50 % dengan atau tanpa epinefrin. Tanpa
epinefrin dosis total todak boleh melebihi 200 mg dalam waktu 24 jam, dan
dengan epinefrin tidak boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang
sama. Dalam bidang kedokteran gigi, biasanya digunakan larutan 1-2 %
dengan epinefrin; untuk anestesia infiltrasi dengan mulai kerja 5 menit dan
masa kerja kira-kira 1 jam dibutuhkan dosis 0,5-1,- mL. Untuk blokade
saraf digunakan 1-2 mL.
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP,
misalnya mengantuk, pusing, parestesia, kedutan otot, gangguan mental,
koma, dan bangkitan. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan
kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung.
b. Bupivakain
Struktur mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin dan
butyl piperidin. Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja
yang panjang, dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar daripada
motorik. Karena efek ini bupivakain lebih popular digunakan untuk
memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pascapembedahan.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa bupivakain dapat mengurangi dosis
penggunaan morfin dalam mengontrol nyeri pascapembedahan Caesar. Pada
dosis efektif yang sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada
lidokain. Lidokain dan bupivakain, keduanya menghambat saluran Na+
jantung (cardiac Na+ channels) selama sistolik. Namun bupivakain
terdisosiasi jauh lebih lambat daripada lidokain selama fase diastolik,
sehingga ada fraksi yang cukup besar tetap terhambat pada akhir diastolic.
Manifestasi klinik berupa aritmia ventrikuler yang berat dan depresi
miokard. Keadaan ini dapat terjadi pada pemberian bupivakain dosis besar.
Toksisitas jantung yang disebabkan oleh bupivakain sulit diatasi dan
menimbulkan
anestesia
dibandingkan
bupivakain.
Larutan
c. Levobupivakain
Levobupivakain adalah obat anestesi lokal yang mengandung gugus asam
amino. Ini merupakan enantiomer-S dari bupivakain.
Penggunaan Klinis
Jika dibandingkan dengan bupivakain, levobupivakain menyebabkan lebih
sedikit vasodilatasi dan memiliki duration of action yang lebih panjang.
Obat ini memiliki sekitar 13 persen daya potensial (melalui molaritas) lebih
daripada golongan bupivakain.
Indikasi
Levobupivakain diindikasikan untuk lokal anestesi meliputi infiltrasi, blok
nervus oftalmik, anestesi epidural dan intratekal pada orang dewasa serta
dapat juga digunakan sebagai analgesia pada anak-anak.
Kontraindikasi
Levobupivakain dikontraindikasikan untuk regional anastesia IV (IVRA).
Efek Samping
Jarang terjadi reaksi efek samping jika pemberian obat ini benar. Beberapa
efek samping yang terjadi berhubungan dengan teknik pemberian
(dihasilkan pada systemic exposure) atau efek farmakologikal dari anestesi
yang diberikan, tetapi reaksi alergi jarang terjadi.
Systemic exposure untuk jumlah yang berlebih dari bupivakain terutama
dihasilkan di sistem saraf pusat dan efek kardiovaskular. Efek sistem saraf
pusat biasanya terjadi pada konsentrasi pembuluh darah yang lebih rendah,
sementara efek kardiovaskuler tambahan terdapat pada konsentrasi yang
lebih tinggi, sebelumnya kolaps kardiovaskular dapat juga terjadi dengan
konsentrasi yang rendah.
Efek sistem saraf pusat meliputi eksitasi sistem saraf pusat (gelisah, gatal di
sekitar mulut, tinnitus, tremor, pusing, penglihatan kabur, seizure) dan
diikuti oleh depresi (perasaan kantuk, kehilangan kesadaran, penurunan
pernafasan dan apnea). Efek kardiovaskular meliputi hipotensi, bradikardi,
aritmia, dan/atau henti jantung. Kadang-kadang dapat terjadi hipoksemia
sekunder pada saat penurunan sistem pernafasan.
d. Prokain
7
Prokain, obat anestesi sintetik yang pertama kali dibuat, merupakan derivate
benzoat yang disintesa pada tahun 1905 (Einhorn) dengan sifat yang tidak
begitu toksik dibandingkan kokain. Anestetik lokal dari kelompok ester ini
bekerja dengan durasi yang sangat singkat. Dalam tubuh zat ini dengan
cepat dan sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi dietilaminoetanol
dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja
sulfonamide, sehingga toksisitasnya di dalam vascular (sistemik) dapat
minimal. Akan tetapi, resorpsi prokain di kulit buruk, karena itu, prokain
hanya digunakan sebagai injeksi dan sering kali bersamaan dengan
adrenalin untuk memperpanjang daya kerjanya. Sebagai anestetik lokal,
prokain sudah banyak digantikam oleh lidokain dengan efek samping yang
lebih ringan.
Efek sampingnya yang serius adalah hipertensi, yang kadang-kadang pada
dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek
samping yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap
sediaan kombinasi prokain-penisilin. Berlainan dengan kokain zat ini tidak
memberikan adiksi. Reaksi alergi ini dapat juga terjadi karena pemakaian
secara berulang preparat prokain bagi tubuh. Dosis : anestesi infiltrasi 0,250,5 %, blockade saraf 1-2 %.
e. Tetrakain
Tetrakain (pantokain) adalah obat anestesi lokal yang biasanya digunakan
sebagai obat untuk diagnosis atau terapi pembedahan. Akan tetapi,
penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin (teratogenik
atau embriosidal lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada
wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat
seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan
terhadap bahaya potensial pada janin.
Selain itu, tetrakain yang potensiasinya lebih tingga dibandingkan dengan
dua jenis obat anestesi lokal golongan ester lainnya ini memiliki efek
samping berupa rasa seperti tersengat. Namun efek ini tidak membuat
tetrakain jarang digunakan, hal ini karena salah satu kelebihannya adalah
Onset
Durasi
Dosis maksimum
Lidokain
Bupivakain
Prokain
Tetrakain
(menit)
5
10-15
15-20
15
(menit)
30-60
200
40
200
(mg/kg)
4,5
3
7
1,5
V.
Alat minim dan teknik relatif sederhana sehingga biaya relatif lebih
murah.
Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung
VI.
Sistem pernapasan
Relaksasi otot polos bronkus. Henti napas akibat paralise saraf frenikus, paralise
interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan napas.
Sistem Saraf Pusat (SSP)
SSP rentan terhadap toksisitas anestetika lokal, dengan tanda-tanda awal
parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinnitus, pandangan kabur, agitasi,
twitching, depresi pernapasan, tidak sadar, konvulsi, koma. Tambahan adrenalin
berisiko kerusakan saraf.
Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan
derivate para-amino-benzoic acid (PABA) yang dikenalk sebagai allergen.
Sistem musculoskeletal
10
dsb.)
Bila dicurigai adanya henti jantung (cardiac arrest) resusitasi jantung
paru harus segera dilakukan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Lebih dari sekadar dokumen.
Temukan segala yang ditawarkan Scribd, termasuk buku dan buku audio dari penerbit-penerbit terkemuka.
Batalkan kapan saja.