Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt,karena berkat taufit dan rahmatnyalah makalah ini dapat kami selesaikan.
Sesuai dengan system baru yang di turuti perguruan-perguruan tinggi umum,yaitu
mengadakan pengantar bagi segenap maddan di tingkat permulaan,kami berusaha
menyusun makalah ini untuk menjadi bahan pengetahuan tentang OTONOMI DAERAH.
Kami sangat berterimakasih apabila para pembaca atau pemakai makalah ini
terutama mahasiswa STAIN KERINCI.
Semoga allah swt senantiasa memberikan petunjuk dan melimpahkan hidayahnya kepada
kita semua,.

Sungai penuh, 19 oktober 2010


Penyusun

Kelompok VII

ARTI OTONOMI DAERAH


Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat
dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.

ISI OTONOMI DAERAH


Otonomi dapat berarti keseimbangan yang dibangun dengan konstruksi hukum
antara kedaulatan negara dan ekspresi dari identitas kelompok etnis atau bangsa dalam
suatu negara. Secara konstitusional tingkat dari otonomi sendiri dapat ditentukan melalui
pengalihan kekuasaan legislative dari organ nefara kepada lembaga dari daerah otonomi
tersebut. Dengan mendasarkan prinsip kedualatan negara, satu atau lebih wilayah dapat
diberikan status khusus sebagai daerah otonomi yang berhak menikmati local selfgovernment yang menurut Lauri Hannikainen mencakup beberapa kewenangan dan isu
tertentu yang penting antara lain:
1. Status dari daerah otonomi harus ditentukan dalam konstitusi atau UU yang berada
diatas ketentuan perundang-undangan di sutau negara. Ini juga bisa didasarkan pada
perjanjian antara pemerintah pusat dan masyarakat di daerah tersebut

2. Daerah otonomi harus mempunyai DPR yang dipilih secara demokratis oleh
masyarakat di daerah tersebut dan memiliki bebarapa kewenangan legislatif yang
mandiri
3. Adanya kewenangan ekslusif dari pemerintah otonomi yang meliputi: pendidkan dan
kebudayaan, kebijakan kebahasaan, urusan sosial, kebijakan agraria dan sumber daya
alam, perlindungan lingkungan, pembangunan ekonomi dan perdagangan daerah,
kesehatan, tata ruang, dan transportasi
4. Daerah otonomi mempunyai kemungkinan untuk menjadi salah satu pihak dalam
proses pengambilan kebijakan dalam level nasional
5. Peradilan lokal harus menjadi bagian dari otonomi dan dapat menikmati kemandirian
dari kekuasaan eksekutif dan legislatif
6. Kewenangan dalam perpajakan akan memberikan dasar kuat bagi pembanguan
ekonomi dari daerah otonomi
7. Daerah otonomi juga harus mempunyai hak untuk bekerja sama dengan daerah atau
masyarakat lain di negara tetangga terutama dalam hal ekonomi dan budaya

SEJARAH OTONOMI DAERAH


Istilah otonomi sendiri muncul dalam berbagai konteks hukum. Dalam hukum
nasional otonomi adalah bagian dari pemerintahan sendiri dari sebuah institusi dan
organisasi publik. Dalam hak ini termasuk kewenangan membuat peraturan perundangundangan, yang menyatakan bahwa pemerintahan otonomi berhak mengatur urusannya
sendiri melalui pengesahan sebuah Undang-undang. Dalam hukum internasional,
otonomi berarti bahwa sebagian dari wilayah suatu negara diberikan kewenangan untuk
mengatur urusannya sendiri yang dalam beberapa hak dengan cara mengesahkan suatu
undang-undang tanpa diikuti pembentukan satu bangunan kenegaraan yang baru.

Secara

prinsip,

otonomi

diberikan

sebagai

perolehan

suatu

wilayah

berpemerintahan sendiri (internal-self government), sebagai pengakuan kemerdekaan


parsial dari pengaruh pemerinthan pusat. Kemerdekaan ini hanya dapat ditetntukan
melalui tingkatan otonomi dalam proses pengambilan keputusan politik.
Perolehan otonomi khusus dalam konteks hukum internasional pada umumnya
didasarkan pada suatu perjuangan untuk memperoleh status politik dalam suatu negara
yang telah merdeka. Hukum Internasional memang secara khusus membatasi hak untuk
menentukan nasib sendiri yang berujung pada terbentuknya negara baru pada tiga
kategori yaitu:
1. Masyarakat yang berada di bawah penguasaan (penjajahan) dari negara lain
2. Masyarakat yang berada dibawah pendudukan pemerintahan asing
3. Masyarakat yang masih tertindas oleh suatu pemerintahan yang otoriter.
Otonomi khusus dalam hukum internasional telah diakui sebagai salah satu jalan
untuk menghindari proses disintegrasi dari suatu negara. Oleh karenanya Hukum
internasional memberikan penghormatan terhadap perlindungan dari suatu kelompok
bangsa atau etnis untuk mempertahankan identitasnya. Untuk itu salah satu keuntungan
dari penerapan otonomi adalah sebagai salah satu sarana penyelesaian konflik.
Perkembangan dari prinsip-prinsip otonomi ini sebagai hasil dari perkembangan hukum
internasional secara umum yang didasarkan pada perlindungan terhadap hak asai manusia
yang secara langsung berdampak pada pemajuan standar umum bagi kepercayan terhadap
demokrasi, kesetraan, dan partisipasi rakyat dalam bidang ekonomi, social, budaya,
politik, dan hukum dari suatu negara.
Adanya daerah otonomi dalam suatu negara (a self-governing intra state region)
sebagai suatu mekanisme penyelesaian konflik adalah suatu tindakan pilihan bagi
penyeleisan konflik internal, sehingga memaksa pemerintah pusat utnuk menciptakan
daerah otonomi sebagai suatu intra state region with unique level of local selfgovernment. Untuk itu daerah otonomi harus mendapatkan pengakuan konstitusional dari

negara induk yang didasarkan pada prinsip pemerintahan sendiri yang derajat
kemandiriannya lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya dalam suatu Negara.

PRINSIP-PRINSIP OTONOMI DAERAH


1. Daerah di berikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintah di luar yang menjadi pemerintah yanmg di tetapkan dalam uu.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi
pelayanan,

meningkatkan

peran

serta,

prakarsa,

dan

pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat


2. Untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban senyata-nyata telah ada berpotensi untuk tumbuh,
hidup, dan bersumbang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
3. Penyelenggaraan harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk membedakan dearah termasuk
meningkatkan kesejateraan rakyat yang merupakan bagian utama.

PEMBAGIAN KEKUASAAN ANTARA PUSAT DAN


DAERAH DALAM UU NO. 22 TAHUN 1999
1.

Dengan terjadi perluasan wewenang pemerintah daerah, terutama pada


Kabupaten/Kota yang kebagian otonomi penuh merentangkan harapan akan
terwujudnya local accountability, yakni meningkatkan kemampuan pemerintah
daerah dalam memperhatikan hak-hak dari komunitasnya bukan lagi suatu hal
yang mustahil.

2.

Dengan terjadinya pengesahan oleh DPR dan kini hanya tinggal menunggu
pengundangan dalam lembaran negara. Hal ini tentu menjadikan masalah
otonomi daerah menarik untuk dipahami kembali dalam perspektif terwujudnya
local accountability.

DAFTAR PUSTAKA

Sarundajang,S.H, 1999, Arus balik Kekuasaan Pusat Ke daerah,


Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Soejito, Irawan, 1976, Sejarah Pemerintahan Daerah Di Indonesia
jilid 1&2, Pradnya Paramita, Jakarta
Sujamto, 1990, Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung
jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai