Anda di halaman 1dari 9

2.6.3.

Reservoir Berdasarkan Mekanisme Pendorong


Telah diketahui bahwa minyak bumi tidak mungkin mengalir sendiri dari reservoirnya ke lubang
sumur produksi bila tidak terdapat suatu energi yang mendorongnya. Kenyataan seperti ini tidak cukup
menjelaskan tentang cara dan sebab-sebab timbulnya masalah saat minyak bumi diproduksikan.
Jenis reservoir berdasarkan mekanisme pendorong reservoir dibagi menjadi lima, yaitu : solution gas
drive reservoir, gas cap drive reservoir, water drive reservoir, gravitational segregation drive reservoir, dan
combination drive reservoir.
2.6.3.1. Solution Gas Drive Reservoir
Reservoir jenis ini disebut solution gas drive disebabkan oleh karena energi pendesak minyaknya
adalah terutama dari perubahan fasa pada hidrokarbon-hidrokarbon ringannya yang semula merupakan fasa
cair menjadi gas. Kemudian gas yang terbentuk ini ikut mendesak minyak ke sumur produksinya pada saat
penurunan tekanan reservoir karena produksi tersebut (Gambar 2.33).
Setelah sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi minyak dimulai, maka akan terjadi
suatu penurunan tekanan di sekitar lubang bor. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan fluida mengalir
dari reservoir menuju lubang bor melalui pori-pori batuan. Penurunan tekanan disekitar sumur bor akan
menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat awal, karena saturasi gas tersebut masih kecil (belum
membentuk fasa yang kontinyu), maka gas tersebut terperangkap pada ruang antar butiran reservoirnya,
tetapi setelah tekanan reservoir tersebut cukup kecil dan gas sudah terbentuk banyak atau dapat bergerak
maka gas tersebut turut serta terproduksi ke permukaan (Gambar 2.34).
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih terperangkap pada sela-sela pori
batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil
ratio produksi akan bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir, hal ini
terus-menerus berlangsung hingga tekanan reservoir menjadi rendah. Bila tekanan telah cukup rendah maka
gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas
oil ratio dan gas oil produksi reservoirnya harganya hampir sama reservoir jenis ini pada tahap teknik
produksi primernya akan meninggalkan residual oil yang cukup besar. Produksi air hampir-hampir tidak ada
karena reservoirnya terisolir, sehingga meskipun terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat
terproduksi.

2.6.3.2. Gas Cap Drive Reservoir


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi, kadang-kadang pada kondisi
reservoirnya komponen-komponen ringan dan menengah dari minyak bumi tersebut membentuk suatu fasa
gas. Gas bebas ini kemudian melepaskan diri dari minyaknya dan menempati bagian atas dari reservoir itu
membentuk suatu tudung. Hal ini bisa merupakan suatu energi pendesak untuk mendorong minyak bumi dari
reservoir ke lubang sumur dan mengangkatnya ke permukaan.

Bila reservoir ini dikelilingi suatu batuan yang merupakan perangkap, maka energi ilmiah yang
menggerakkan minyak ini berasal dari dua sumber, yaitu ekspansi gas cap dan ekspansi gas yang terlarut lalu
melepaskan diri.
Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak pertama kali diproduksikan,
permukaan antara minyak dan gas akan turun, gas cap akan berkembang ke bawah selama produksi
berlangsung. Untuk jenis reservoir ini, umumnya tekanan reservoir akan lebih konstan jika dibandingkan
dengan solution gas drive. Hal ini disebabkan bila volume gas cap drive telah demikian besar, maka tekanan
minyak akan jadi berkurang dan gas yang terlarut dalam minyak akan melepaskan diri menuju ke gas cap,
dengan demikian minyak akan bertambah ringan, encer, dan mudah untuk mengalir menuju lubang bor
(Gambar 2.35).
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke bawah, air hampir-hampir tidak
diproduksikan sama sekali. Karena tekanan reservoir relatip kecil penurunannya, juga minyak berada di
dalam reservoirnya akan terus semakin ringan dan mengalir dengan baik, maka untuk reservoir jenis ini akan
mempunyai umur dan recovery sekitar 20 - 40 %, yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis solution
gas drive. Sehingga residu oil yang masih tertinggal di dalam reservoir ketika lapangan ini ditutup adalah
lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis solution gas drive (Gambar 2.36).
2.6.3.3. Water Drive Reservoir
Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong minyak untuk mengalir
adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama dengan minyak pada batuan reservoirnya.
Apabila dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air merupakan fluida pertama
yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan adanya migrasi minyak bumi maka air yang berada
disana tersingkir dan digantikan oleh minyak. Dengan demikian karena volume minyak ini terbatas, maka
bila dibandingkan dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya akan jauh lebih kecil (Gambar
2.37).
Gas oil ratio untuk reservoir jenis ini relatip lebih konstan jika dibandingkan dengan reservoir jenis
lainnya. Hal ini disebabkan karena tekanan reservoir relatip akan konstan karena dikontrol terus oleh
pendesakan air yang hampir tidak mengalami penurunan. Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi
apabila permukaan air telah mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin
lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut ditinggalkan karena produksi minyaknya tidak
ekonomis lagi (Gambar 2.38).
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak yang terproduksi akan
lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan lainnya, yaitu antara 35 - 75% dari volume minyak
yang ada. Sehingga minyak sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan lebih sedikit.
2.6.3.4 Gravitational Segregation Drive Reservoir
Gravity drainage atau gravitational segregation merupakan energi pendorong minyak bumi yang
berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya
(karena gaya gravitasi).

Gravity drainage mempunyai peranan yang penting dalam memproduksi minyak dari suatu
reservoir. Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery dari solution gas drive reservoir bisa
ditingkatkan dengan adanya gravity drainage ini. Demikian pula dengan reservoir-reservoir yang
mempunyai energi pendorong lainnya.
Seandainya dalam reservoir itu terdapat tudung gas primer (primary gas cap) maka tudung gas ini
akan mengembang sebagai proses gravity drainage tersebut. Reservoir yang tidak mempunyai tudung
gas primer segera akan
mengadakan penentuan tudung gas sekunder (secondary gas cap).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang terletak pada struktur yang lebih
tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu program penutupan sumur-sumur tersebut.
Diharapkan dengan adanya program ini perolehannya minyaknya dapat mencapai maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas zona produktip, dan juga
dari kemiringan dari formasinya. Faktor-faktor kombinasi seperti misalnya, viskositas rendah, specipic
gravity rendah, mengalir pada atau sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan
cukup curam, ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak dalam struktur
lapisannya (Gambar 2.39).

Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir tidak

ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergandung pada jumlah gas yang ada. Jika produksi semata-mata
hanya karena gas gravitasi, maka penurunan tekanan dengan berjalannya produksi akan cepat. Hal ini
disebabkan karena gas yang terbebaskan dari larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan
cepat akan habis.
Recovery yang mungkin diperoleh dari jenis reservoir gravity drainage ini sangat bervariasi. Bila
gravity drainage baik, atau bila laju produksi dibatasi untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari gaya
gravity drainage ini maka recovery yang didapat akan tinggi. Pernah tercatat bahwa recovery dari gravity
drainage ini melebihi 80% dari cadangan awal (IOIP). Pada reservoir dimana bekerja juga solution gas drive
ternyata recovery-nya menjadi lebih kecil (Gambar 2.40).
2.6.3.5. Combination Drive Reservoir
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi dalam beberapa jenis sesuai
dengan jenis energi pendorongnya. Tidak jarang dalam keadaan sebenarnya energi-energi pendorong ini
bekerja bersamaan dan simultan. Bila demikian, maka energi pendorong yang bekerja pada reservoir itu
merupakan kombinasi beberapa energi pendorong, sehingga dikenal dengan nama combination drive
reservoir. Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan water drive. (Gambar 2.41).
Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap akan mendesak kedalam
formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat
produksi minyak tidak sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan reservoir masih cukup tinggi karena
dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa depletion untuk reservoir
jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih tersisa di dalam reservoir semakin kecil karena
recovery minyaknya tinggi dan effesiensi produksinya lebih tinggi.

Gambar 2.42 merupakan salah satu contoh kelakuan dari combination drive dengan water drive yang
lemah dan tidak ada tudung gas pada reservoirnya. Gas oil ratio yang konstan pada awal produksi
dimungkinkan bahwa tekanan reservoir masih di atas tekanan jenuh. Di bawah tekanan jenuh, gas akan bebas
2.7. Productivity Index dan Inflow Performance Relationship (IPR)
2.7.1. Productivity Index
Persamaan aliran darcy merupakan pengembangan dari aliran fluida dari media berpori dengan
melakukan anggapan sebagai berikut :
Fluida formasi terdiri dari satu fasa
Formasi homogen
Fluida tidak bereaksi terhadap formasi
Aliran steady state (mantap)
Fluida incompressible
Productivity Index (PI) secara umum didefinisikan sebagai perbandingan laju produksi yang
dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan aliran dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan
dasar sumur pada keadaan statis (Ps) dan tekanan dasa sumur pada saat terjadi aliran (P wf) yang secara
matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :
PI J

q
(Ps - Pwf)

..... (2.34)

dimana :
PI = J = Produktivity Index, bbl/hari/psi
q

= laju produksi aliran total, bbl/hari

Ps

= Tekanan statis reservoir, psi

Pwf

= Tekanan dasar sumur waktu ada aliran, psi


Secara teoritis persamaan (2.34) dapat didekati oleh persamaan radial dari darcy untuk fluida

homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian untuk aliran minyak saja berlaku hubungan :
PI

7.082 x 10-3 x k x h
Bo x o x ln (re/rw)

PI

7.082 x 10-3 h
ln (re/rw)

..... (2.35)

ko
kw

w Bw
o Bo

dimana :
PI

= productivity index, bbl/hari/psi

= permeabilitas batuan, mD

kw

= permeabilitas efektif terhadap sumur, mD

ko

= permeabilitas efektif terhadap minyak, mD

= viscositas minyak, cp

= viscositas air, cp

......(2.36)

Bo

= faktor volume formasi minyak, bbl/STB

Bw

= foktar volume formasi air, bbl/STB

re

= jari-jari pengurasan sumur, ft

rw

= jari-jari sumur, ft
Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu lapangan terutama bila

tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan Specific Productivity Index (SPI) yang merupakan
perbandingan antara Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis dapat dituliskan :
SPI Js

PI
7.082 x 10 -3 x k

h
Bo x ln (re/rw)

.. (2.37)

Pada beberapa sumur harga Productivity Indek akan tetap konstan untuk laju aliran yang bervariasi,
tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih besar productivity index tidak lagi linier tetapi justru
menurun, hal tersebut disebabkan karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju
produksi, berkurangnya laju produksi, berkurangnya permeabilitas terhadap minyak oleh karena
terbentuknya gas bebas sebagi akibat turunnya tekanan pada lubang bor, kemudian dengan turunnya tekanan
di bawah tekanan jenuh maka viscositas akan bertambah (sebagai akibat terbebasnya gas dari larutan) dan
atau berkurangannya permeabilitas akibat adanya kompressibilitas batuan.
Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas maksimum akan merugikan
reservoir dikemudian hari, karena akan mengakibatkan terjadinya water atau gas coning dan kerusakan
formasi (formation demage).
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba memberikan batasan terhadap
besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai berikut :
PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5
PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5
PI tinggi jika lebih dar 1,5
2.7.2. Inflow Performance Relationship (IPR)
Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu studi tentang performance aliran fluida dari
reservoir menuju lubang bor (sumur), dimana performance (ulah) ini akan tergantung kepada PI secara
grafis.
Jika PI suatu sumur dianggap konstan, tidak tergantung pada laju produksi, maka persamaan (2.34),
dapat ditulis :
Pwf Ps -

q
PI

.. (2.38)

Pada persaman (2.39) terlihat bahwa Pwf dan laju produksi mempunyai hubungan yang linier, yang disebut
Inflow Performance Relationship, yang menggambarkan reaksi-reaksi reservoir bila ada perbedaan tekanan
didalamnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.42.
Bila q = 0, maka Pwf = Ps, dan bila q = PI x Ps, maka Pwf = 0. Sudut yang dibuat oleh garis
tersebut terhadap sumbu tekanan sedemikian rupa, sehingga :

tan

OB PI x Ps

PI
OA
Ps

. (2.39)

Jadi sebenarnya PI merupakan koefisien arah dari kurva IPR, Harga q pada titik B, yaitu PI x Ps
disebut sebagai potensial sumur, yaitu suatu laju produksi maksimum yang dapat diberikan oleh reservoir,
dan akan terjadi bila harga Pwf sama dengan nol. Pada pembuatan grafik 2.43, bahwa PI tidak tergantung
pada laju produksi yang merupakan hasil dari kemungkinan produksi sepanjang garis AB. Hasil ini
berhubungan dengan persaman aliran radial.
Tetapi kurva IPR disini tidak selalu linier tetapi ini tergantung pada jumlah fluida yang mengalir.
Untuk fulida dua fasa kurva yang terbentuk akan lengkung (tidak linier), dan harga PI tidak lagi merupakan
harga yang konstan karena kemiringan garis IPR akan berubah secara kontinyu untuk setiap harga Pwf.
2.7.2.1. IPR untuk Satu Fasa
Penentuan IPR untuk aliran fluida satu fasa ditentukan berdasarkan data-data sebagai berikut :
A. Berdasarkan data hasil uji tekanan dan produksi
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf dan qo.
2. Hitung PI dengan menggunakan persamaan (2.34)
3. Pilih tekanan aliran dasar sumur (Pwf)
4. Hitung laju aliran minyak (qo)dan Pwf Tersebut dengan menggunakan persamaan :

qo = PI (Ps

- Pwf) (2.40)
5. Kembali ke langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot q terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafis kartesian, dengan qo
sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
B. Berdasarkan parameter batuan dan fluida reservoir
1. Siapka data-data yang diperlukan sebagai berikut :
a.

Parameter batuan reservoir, yaitu Ko, H dan r e

b.

Parameter fluida reservoir, yaitu Bo dan o

c.

Parameter sumur, yaitu rw

d.

Tekanan statik dan faktor skin dari uji tekanan yaitu Ps dan s

2. Hitung PI dengan persamaan :


PI

0.007082

o Bo (ln 0,472 re/rw)

(2.41)

3. Pilih tekanan dasar sumur (Pwf)


4. Hitung laju alir (qo) pada Pwf tersebut dengan menggnakan persamaan (2.40)
5. Ulangi langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot qo Vs Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik kartesian, dengan qo sebagai
sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak
Gambar 2.45.
Grafik IPR tidak Linier14)
2.7.2.2. IPR untuk Dua Fasa

Penentuan kurva IPR untu aliran dua fasa pada faktor skin = 0 berdasarkan Ps, Pwf dan Pb adalah sebagai
beriukut :
A. Jika tekanan statik lebih kecil dari tekanan jenuh (Pb)
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu Ps, Pwf dan qo
2. Hitung Pwf/Ps
3. entukan laju produksi maksimum (q.maks) berdasarkan data dari langkah 1, dengan persamaan di
bawah ini :

q max

qo
(2.42)
1 - 0,2 (Pwf/Ps) - 0,8 (Pwf/Ps) 2

4. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan hitung Pwf/Ps


5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan ini :

qo q max 1 - 0,2 (Pwf/Ps) - 0,8 (Pwf/Ps) 2

.... (2.43)

6. Ulangi langkah 4 untuk harga Pwf yang berbeda.


7. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 4 sampai dengan 6 pada kertas grafik kartesian
dengan qo pada sumbu datar dan Pwf pada sumbu tegak
8. Pilih laju aliran (qo) dan hitung qo/qmax
9. Hitung pwf dengan menggunakan persamaan berikut :
Pwf 0,125 Ps -1 81 (qo/Q max) . (2.44)

10. Ulangi langkah 4 untuk harga qo yang berbeda


B. Jika tekanan statik lebih besar dari tekanan jeuh (Pb) dan tekan aliran dasar sumur dari uji produksi lebih
besar dari tekanan jenuh atau (Ps > Pb) dan (Pwf >Pb).
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh data-data : Pwf, Ps dan qo pada Pwf. Dalam ini Pwf dan Pb
harus diketahui.
2. Hitung Index Produktivity untuk sumur Pwf > Pb (kondisi aliran satu fasa)
dengan persamaan (2.35)
3. Dengan menggunakan harga Pi tersebut, hitung q dengan persamaan :
q b PI (Ps - Pb) .... (2.45)

4. Hitung q max dengan persamaan :


max q b

PI x Pb
1,8

.. (2.46)

5. Pilih Pwf < Pb dan hitung Pwf/Pb


6. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :

qo q b (q max - q b ) 1 - 0,2 (Pwf/Ps) - 0,8 (Pwf/Ps) 2

.... (2.47)

7. Ulangi langkah 5 untuk harga pwf yang berbeda


8. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari langkah 5 sampai dengan langkah 7 pada kertas grafik
kartesian dengan meletakkan qo pada sumbu mendatar dan Pwf pada sumbu vertikal

C. Jika tekanan statik lebih besar daripada tekanan jenuh (Ps > Pb) dan tekanan aliran dasar sumur dari uji
produksi lebih kecil dari tekanan jenuh (Pwf < Pb).
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh data-data Pwf, Ps dan qo pada Pwf. Dalam hal ini Pwf < Pb
2. Hitung Pwf/Pb dan tentukan harga A, yaitu :
A 1 - 0,2 (Pwf/Pb) - 0,8 (Pwf/Pb) 2 . (2.48)

3. Hitung harga PI untuk kurva IPR di atas tekanan jenuh yaitu :


PI

qo
Ps - Pb (Pb/1,8)A

.. (2.49)

4. Tentukan laju produksi pada pwf = Pb, yaitu :


q PI (Ps - Pb) . (2.50)

5. Hitung q maks dari persamaan :


q max q b

PI x Pb
1,80

(2.51)

6. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh, kemudian hitung Pwf/Pb
7. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan (2.47)
8. Ulangi lagi untuk langkah 6 dengan harga Pwf yang berbeda
9. Plot Pwf vs qo yang diperoleh dari langkah 6 sampai langkah 8 pada kertas grafik kartesian dengan
qo pada sumbu mendatar dan Pwf pada sumbu vertikal
D. Penentuan kurva IPR dua fasa untuk tekanan statik di bawah tekanan jenuh (Ps < Pb) dan faktor skin
tidak sama dengan nol adalah :
1. Dari uji tekanan tentukan Ps dan s
2. Dari uji produksi tentukan harga Pwf dan qo pada Pwf
3. Hitung konstanta persamaan kurva IPR, yaitu a1, a2, a3, a4 dan a5 masing-masing dengan
menggunakan persamaan sebagi berikut :
a1 = 0,183 e-0,364 s + 1,646 e -0,0556 s
a2 = -1,476 e-0,456 s + 1,646 e-0,442 s
a3 = -2,149 e-0,196 s + 1,646 e-0,220 s
a4 = 0,022 e-0,088 s 0,260 e-0,211 s
a5 = -0,552 e-0,032 s 0,583 e-0,307 s
4. Hitung harga Pwf/Ps berdasarkan data uji tekanan dan produksi
5. Hitung harga ruas kanan dari persamaan kurva IPR :

a 1 a 3 (Pwf/Ps) a 5 (Pwf/Ps) 2
A
. (2.52)
1 a 2 (Pwf/Ps) a 4 (Pwf/Ps) 2
6. Hitung laju produksi maksimum (q maks) apabila s = 0 yaitu :
q max qo/A

dimana : qo adalah laju aliran dari uji produksi


7. Pilih harga Pwf dan Pwf/Ps, kemudian hitung harga A seperti langkah 5
8. Hitung laju produksi (qo) pada Pwf tersebut, yaitu :

qo = q maks pada s = 0
= q maks A
9. Ulangi langkah 7 dengan harga Pwf yang berbeda
10. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari perhitungan pada kertas grafik kartesian dengan qo pada
sumbu mendatar dan pwf pada sumbu vertikal

Anda mungkin juga menyukai