ILUSTRASI KASUS
Data Umum
Nama Pasien : Ny. K
Umur
: 43 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
: 44 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Kuli
Medrek
: 831xxx
MRS
: 18- 01 - 2016
Jam MRS
: 10.45 WIB
KRS
: 22 - 01 2016
ANAMNESIS
Dikirim oleh
: Puskesmas
Sifat
Keterangan
: Mola Hidatidosa
ANAMNESA (SUBYEKTIF)
Keluhan utama
Anamnesa khusus
Gumpalan seperti ati ayam sisangkal oleh pasien , Pasien juga mengeluhkan
mual-mual sejak 3 hari yang lalu, dan pada waktu yang bersamaan pasien juga
baru menyadari teraba benjolan di perut bagian bawah disertai dengan nyeri bila
ditekan
Riwayat trauma yang mendahului sebelum terjadi perdarahan disangkal
oleh pasien, Keluhan ini merupakan keluhan yang pertama, tidak ada keluarga
yang memiliki keluhan yang sama. Pergerakan janin belum dirasakan oleh pasien,
keluar cairan bening dan mules-mules disangkal oleh pasien.
RIWAYAT OBSTETRI
KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah pertama
: 17 tahun, SD , IRT
18 tahun, SD , Kuli
HPHT
: Lupa
Siklus: teratur
Darah: Biasa
Lama: 7 hari
Nyeri: Tidak
Menarche : 17 tahun
Kontrasepsi terakhir : Tidak pernah
PNC
: Tidak pernah
: Asma Bronchial
STATUS PRAESENS
Keadaan Umum
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda Vital
Nadi
: 80x/mnt
Pernapasan
: 20x/mnt
Suhu
: 36,6 oC
Kepala
Leher
Thorak
Jantung
Paru
Abdomen
Hepar
: Hepatomegali (-)
Lien
: Splenomegali (-)
Ekstremitas
: Edema: -/-
Varises: -
STATUS GINEKOLOGI
Palpasi
Perkusi
: Timpanik
Auskultasi
jantung
janin
Inspekulo
Vulva
: Tak
Vagina
Portio
Corpus uteri
: Teraba Massa
Parametrium kiri
: T.A.K
Parametrium kanan
: T.A.K
Cavum Douglas
tekan
Ballotment
:(-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (18- januari - 2016 )
Darah Rutin
Hemoglobin
: 11,1 g/dl
Hematokrit
: 32 %
Leukosit
: 6.240 /mm3
Trombosit
: 303.000 /mm3
Eritrosit
: 3.62/mm3
Kimia Klinik
AST (SGOT)
: 43 U/L
ALT (SGPT)
: 72 U/L
Ureum
: 46 mg/dL
Kreatinin
: 0.6 mg/dL
: 99 mg/dL
Asam Urat
: 5.7 mg/dl
Urine
Test Kehamilan
: positif
Mola Hidatidosa
5
Rencana Pengelolaan
-
Pro USG
Pro LS
Pro Kuretase
Informed Consent
LAPORAN OPERASI
Tanggal
Operator
Ahli Anastesi
: Mola Hidatidosa
Indikasi Operasi
: Mola Hidatidosa
Jenis Operasi
: Kuretase
: Mola Hidatidosa
Kategori Operasi
: Sedang
: Betadine
: Dikirim ke PA
Cefadroxil 2 x 500mg
Methergin 3 x 0,125mg
FOLLOW UP
Tanggal/ Jam
20-01-2016
Catatan
Instruksi
O/ KU: Cm
TD: 110/70MmHg
N: 90 x/mnt
R: 20x/mnt
S: 36.6
Pro kuretase
Konsul IPD
Lochia : (-)
A/ Mola Hidatidosa
21-01-2016
S/ nyeri perut
P/ Konsul IPD
O/ KU: Cm
TD: 130/80MmHg
N: 90 x/mnt
R: 20x/mnt
Pro kuretase
S: AF
Lochia: (-)
A/ Mola Hidatidosa
23-01-2016
S/ mual, muntah
O/ KU: Cm
TD: 110/70MmHg
N: 80 x/mnt
R: 20x/mnt
S: AF
Ondansetron 1 x 1
As. Mefenamat 3 x 500mg
24-12-2015
Lochia: (-)
A/ Mola Hidatidosa
S/ pusing
O/ KU: Cm
TD: 110/70MmHg
N: 88 x/mnt
R: 20x/mnt
Pro Kuretase
S: AF
Lochia: (-)
A/ Mola Hidatidosa
25-12-2015
S/ mual
O/ KU: Cm
TD: 90/60MmHg
N: 80 x/mnt
R: 18x/mnt
S: AF
Cefadroxil 2 x 500mg
As. Mefenamat 3 x 500mg
Methergin 3 x 0,125mg
Lochia: (-)
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Pembahasan pada kasus ini antara lain mencakup :
1. Apakah penentuan diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?\
-
Anamnesis :
Pemeriksaan fisik, fundus uteri teraba setinggi pusat, tidak teraba bagianbagian janin, balotement negatif, tidak dirasakan gerakan janin, darah dan
gelembung mola keluar.
9
10
11
hidatidosa yang tinggi pada perempuan muda dan pada perempuan tua dimana
fungsi ovarium telah menurun.3
5. Faktor Lain
Selain teori-teori tersebut di atas, masih ada beberapa teori lain yang
menghubungkan dengan faktor-faktor yang diduga mempunyai peranan dalam
etiologi penyakit trofoblas. Faktor-faktor tersebut ialah faktor malnutrisi, faktor
golongan darah dan faktor sitogenetik.4
a. Faktor Nutrisi
Penelitian-penelitian awal yang dilakukan pada tahun 1960 di Meksiko
dan Filipina menggambarkan bahwa frekuensi penyakit trofoblas gestasional yang
terjadi diantara kelompok sosial rendah di negara-negara berkembang dapat
dijelaskan dengan keadaan malnutrisi dan terutama rendahnya asupan protein. 4
Dikatakan bahwa malnutrisi memegang peranan dalam terjadinya mola
hidatidosa.
protein, angka kejadian mola hidatidosa jauh lebih tinggi. Tetapi penelitianpenelitian di Iran, Alaska, Jepang dan Malaysia mendapatkan angka kejadian mola
hidatidosa yang tinggi dengan makanan sehari-hari mereka yang tinggi protein,
atas dasar ini maka diragukan defisiensi protein sebagai faktor yang berperan
dalam timbulnya mola hidatidosa. Akhir-akhir ini diduga bahwa penderita mola
hidatidosa kurang mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber vitamin A
dan lemak hewani. Dikatakan bahwa terjadinya penyakit ini berbanding terbalik
dengan konsumsi beta karoten.
hidatidosa pada perempuan dengan konsumsi beta karoten di atas rata-rata adalah
0,6 kali. 4
Risiko mola hidatidosa akan meningkat 6,29 kali jika terjadi pada
perempuan kurang dari 24 tahun, hamil dan mengalami defisiensi vitamin A yang
berat.4
b. Faktor Golongan Darah
12
kromosom triploidi / trisomi yang terdiri dari dua set kromosom paternal dan satu
set kromosom maternal yang terjadi karena telur yang normal oleh dua buah
sperma. Mola parsial jarang menjadi ganas. Telah banyak penulis melaporkan
bahwa mola hidatidosa secara genetik umumnya berjenis kelamin perempuan ,
dengan kata lain bahwa kromatin seks positif banyak ditemukan pada mola
hidatidosa dibandingkan dengan abortus. Moegni dan kawan-kawan melaporkan
semakin besar jumlah sel sitotrofoblas yang mengandung kromatin seks, semakin
besar pula kemungkinan menjadi ganas. 5
FAKTOR RESIKO
1. Faktor Umur
Risiko MH paling rendah pada kelompok umur 20-35 tahun. Risiko MH
naik pada kehamilan remaja < 20 tahun, naik sangat tinggi pada kehamilan
remaja < 15 tahun, kira-kira 20 x lebih besar. tinggi pada umur > 40tahun,
naikan sangat menyolok pada umur 45 tahun.
2. Faktor Riwayat Kehamilan MH Sebelumnya
13
2.
14
Banyak teori yang telah dilontarkan tentang patogenesis MHK ini, antara
lain teori Hertig dan teori Park.
1.
umumnya kehamilan MHK terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti
(kosong) atau yang intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh sperma yang
mengandung haploid 23 X, terjadilah hasil konsepsi dengan kromosom 23 X,
yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46 XX. Jadi umumnya MHK
bersifat homozigot, wanita dan berasal dari bapak (androgenetik). Jadi tidak ada
unsur ibu sehingga disebut Diploid Androgenetik.7
Endoreduplikasi
Ovum Kosong
Homozigot
23 X
46 XX
Ovum Kosong
23 X
Heterozigot
Ovum
Ovumkosong
Kosong
A.
46 XY
23 Y
15
46 YY
Nonviable
Kehamilan yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang akan
membentuk bagian embrional (anak) dan unsur ayah yang diperlukan untuk
membentuk bagian ekstraembrional (plasenta, air ketuban, dll) secara seimbang.
Karena tidak ada unsur ibu, pada MHK tidak ada bagian embrional (janin). Yang
ada hanya bagian ekstraembrional yang patologis berupa vili korialis yang
mengalami degenerasi hidropik seperti anggur.11
Ovum yang kosong dapat terjadi karena gangguan pada proses meosis,
yang seharusnya diploid 46 XX pecah menjadi 2 haploid 23 X, terjadi peristiwa
yang disebut nondysjunction, dimana hasil pemecahannya adalah 0 dan 46 XX.
Pada MHK ovum inilah yang dibuahi. Gangguan proses meosis ini, antara lain
terjadi pada kelainan struktural kromosom, berupa balance translocation.
MHK dapat terjadi pula akibat pembuahan ovum kosong oleh 2 sperma
sekaligus (dispermi). Bisa oleh dua haploid 23X, atau satu haploid 23 X dan atau
haploid 23Y. Akibatnya bisa terjadi 46 XX atau 46 XY, karena pada pembuahan
dengan dispermi tidak terjadi endoreduplikasi. Kromosom 46 XX hasil
reduplikasi dan
namun sesungguhnya berbeda, karena yang pertama berasal dari satu sperma
(homozigot) sedangkan yang kedua berasal dari dua sperma (heterozigot). Ada
yang menganggap bahwa 46XX heterozigot mempunyai potensi keganasan lebih
besar. Pembuahan dispermi dengan dua haploid 23 Y (46 YY) dianggap tidak
pernah bisa terjadi (nonviable).11
MANISFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.
Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran uterus lebih
16
besar dari kehamilan biasa, pembesaran uterus yang terkadang diikuti perdarahan,
dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada
pakaian dalam. Tanda dan gejala mola yaitu :
1. Adanya tanda-tanda kehamilan disertai dengan perdarahan pervaginam.
2. Hiperemesis gravidarum
3. Tanda toksemia / pre-eklampsia pada kehamilan trimester I
4. Kista lutein unilateral / bilateral
5. Umumya uterus lebih besar dari usia kehamilan
6. Tidak terdengar denyut jantung janin
7. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin, tidak teraba bagian janin
(balottement), kecuali pada mola parsial
8. Kadar gonadotropin korion tinggi dalam darah dan urin
9. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan
10. Mola hidatidosa parsial biasanya ditemukan pada saat evaluasi pasien yang
didiagnosis sebagai abortus inkomplit atau missed abortion.
11. Kadang-kadang disertai gejala lain yang tidak berhubungan dengan keluhan
obstetri, seperti tirotoksikosis, perdarahan gastrointestinal, dekompensasi kordis,
perdarahan intrakranial, perdarahan gastrointestinal, dan hemoptoe.
Hipertiroidisme pada mola hidatidosa dapat berkembang dengan cepat
menjadi tirotoksikosis. Berbeda dengan tirotoksikosis pada penyakit tiroid,
tirotoksikosis pada mola hidatidosa muncul lebih cepat dan gambaran klinisnya
berbeda. Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih
buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan.
Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid.9
Pemicu tirotoksikosis pada mola hidatidosa adalah tingginya kadar hCG.
Tirotoksikosis merupakan salah satu penyebab kematian penderita mola. Kariadi
menemukan bahwa kadar -hCG serum (RIA) > 300.000 ml pada penderita mola
sebelum jaringan molanya dievakuasi. Hal ini merupakan faktor risiko yang
sangat bermakna untuk terjadinya tirotoksikosis. Hipertiroid dapat diketahui
secara klinis terutama bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan T3 dan T4, yaitu
dengan menggunakan Indeks Wayne.10
17
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium, USG dan histologis.8
1. Anamnesis
Keluhan utama :
a. terlambat haid (amenorea)
b. adanya perdarahan pervaginam
c. perut merasa lebih besar dari lamanya amenorea
d. walaupun perut besar, tidak merasa adanya pergerakan anak
e. hyperemesis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1. Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan.
b. Palpasi
1. Didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus
(tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini
disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya
darah dalam uterus.
2. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus
dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300
18
19
D. Pemeriksaan ultrasonografi
20
2. Diagnosis banding perdarahan uterus dan nyeri perut pada trimester I atau
trimester II kehamilan :
Abortus Mengancam & Abortus Incomplet.
3. Diagnosa banding pemeriksaan USG :
Missed abortion, Massa dirongga panggul, Massa plasenta yang
besar pada kehamilan ganda, Kematian janin dalam rahim.9
TATALAKSANA
Terdiri dari 4 tahap, yaitu :
1. Perbaikan Keadaan Umum
2. Evakuasi Jaringan
3. Profilaksis
4. Follow up
1. Perbaikan Keadaan Umum
Sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola, keadaan umum
penderita harus distabilkan dahulu. Tergantung pada bentuk penyulitnya, kepada
penderita harus diberikan :
a. Tranfusi darah, untuk mengatasi syok hipovolemik
b. Anti hipertensi / konvulsi, seperti pada terapi Th / pre-eklamsi /
eklamsia
c. Obat anti tiroid, bekerja sama dengan penyakit dalam
2. Evakuasi Jaringan
Mola hidatidosa Komplit merupakan suatu bentuk kehamilan yang
patologis yang disertai dengan penyulit, pada prinsipnya gelembung harus
dievakuasi secepat mungkin ada 2 cara yaitu :
a. Kuret vakum
Setelah sebagian besar jaringan dikeluarkan dengan vakum, sisanya
dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali.
Kuretase berikutnya harus ada indikasi.
b. Histerektomi
Hanya dilakukan pada penderita umur 35 tahun ke atas dengan jumlah
anak hidup tiga atau lebih. Yang sering menyulitkan ialah bahwa status eutiroid
21
klinis tidak selalu tercapai secara sempurna setelah pemberian OAT (obat anti
tiroid) karena jaringan mola belum dikeluarkan, sehingga hCG tetap tinggi dan
tetap bertindak sebagai stimulator.11
3. Profilaksis
Ada dua cara :
a. Histerektomi Totalis
b. Kemoterapi diberikan pada GRT yang menolak atau tidak bisa
dilakukan HT, atau wanita muda dengan hasil PA yang
mencurigakan. Caranya :
MTX 20 mg/hari, IM, Asam folat 10 mg 3dd1 dan cursil
35mg 2dd1, selama 5 hari berturut-turut. Profiklaksis
dengan tablet MTX, dianggap tidak bemanfaat. Asam folat
adalah antidote dari MTX, cursil sebagai hepatoprotektor.
Actinomycin D 1 flacon sehari, selama 5 hari berturut-turut.
Tidak perlu antidote ataupun hepatoprotektor.11
4. Follow Up
Seperti diketahui, 15-20% dari penderita pasca MHK bisa mengalami
transformasi keganasan menjadi TTG. Menurut hertig, keganasan bisa dalam
waktu satu minggu sampai tiga tahun pasca evakuasi.10
Tujuan dari follow up ada dua :
a. Untuk melihat apakah proses involusi berjalan secara normal. Baik
anatomis, laboratoris maupun fungsional, seperti involusi uterus, turunnya
kadar -hCG dan kembalinya fungsi haid.11
b. Untuk menentukan adanya transformasi keganasan terutama pada tingkat
yang sangat dini.
Follow
up
bertujuan
menentukan
secara
dini
adanya
transformasi keganasan.
Dalam tiga bulan pertama pasca evakuasi, dimana dilakukan
pemeriksaan kadar -hCG.
Lamanya adalah satu tahun dengan jadwal 3 bulan pertama
22
dan metastasis ke vagina. Adanya perdarahan, Dalam keadaan normal harus tidak
ada perdarahan 7 atau 8 hari setelah evakuasi MH. Uterus tetap besar / sub
involusi, atau bertambah besarnya uterus yang tidak normal. Dalam keadaan
normal uterus harus involusi sempurna pada akhir minggu ke 4 setelah evakuasi.
Adanya massa di panggul. Adanya benjolan berwarna ungu (purplish nodule") di
vagina.
3. Pemeriksaan HCG
Setelah evakuasi MH, terjadi penurunan cepat kadar HCG.
a. Pemeriksaan kadar HCG berulang (dengan radio - immunoassay
HCG),tiap minggu sampai kadar menjadi negative selama 3
minggu selanjutnya tiap bulan selama 6 bulan.Pengamatan lanjutan
dilakukan sampai kadar HCG menjadi negative selama 6 bulan.
b. Jika HCG tidak turun dalam 3 minggu berturut - turut atau naik,
dapat diberi kemoterapi kecuali pasien tidak menghendaki, dalam
hal ini dilakukan histerektomi.
c. Pola penurunan HCG abnormal, yang menunjukkan dugaan kuat
adanya keganasan, yaitu :
Kadar HCG yang tetap tinggi ("PERSISTENT")
Penurunan kadar HCG mendatar ("PLATEAU")
23
hCG yang menurun lambat, dilakukan kuretase vakum ulangan atau USG dan
histeroskopi), perdarahan rekurens pasca evakuasi. Bila sudah terdapat metastase
akan menunjukkan gejala organ spesifik tempat metastase tersebut.11
B. MOLA HIDATIDOSA PARSIAL (MHP)
MHP harus dipisahkan dari MHK, karena keduanya terdapat perbedaan
yang mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya (sitogenetik), klinis,
prognosis, maupun gambaran PA-nya.5
Pada MHP hanya sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi
hidropik sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung
kepada luasnya plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak
dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan
ada yang melaporkan tentang kasus MHP yang janinnya hidup sampai aterm.8
Secara epidemiologi klinis, MHP tidak sejelas MHK, kita tidak
mengetahui dengan tepat berapa insidensinya, apa yang menjadi faktor resikonya
dan bagaimana penyebaran penyakitnya.7
PATOGENESIS
Secara sitogenetik MHP terjadi karena ovum normal dari ibu (23 X)
dibuahi secara dispermi. Bisa oleh dua haploid 23 X, satu haploid 23 X san satu
haploid 23Y atau dua haploid 2Y. Hasil konsepsi bisa berupa 69 XXX, 69 XXY,
69 XYY. Kromosom 69 YYY tidak pernah ditemukan. Jadi MHP mempunyai satu
haploid ibu dan dua haploid ayah sehingga disebut Diandro Triploid. Karena
disini ada unsur ibu, ditemukan bayi. Tetapi komposisi unsur ibu dan unsur ayah
tidak seimbang, satu berbanding dua. Unsur ayah yang tidak normal itu
menyebabkan pembentukan plasenta yang tidak wajar, yang merupakan gabungan
dari vili korialis yang normal dan yang mengalami degenerasi hidropik. Oleh
karena itu fungsinya pun tidak bisa penuh sehingga janin tidak bisa bertahan
sampai besar. Biasanya kematian terjadi sangat dini.9
Ovum Kosong
69 XXX 46 XX
23 23 X
Homozigot
23 X
Ovum Kosong
69 XXY
25
23 X
Heterozigot
23 23 X
Ovum
Kosong
69 XYY
23 Y
69 YYY
Nonviable
Teori Diandro Triploid
Sumber : Novaks Gynecology
MANIFESTASI KLINIS
Berbeda dengan MHK, pada MHP sama sekali tidak ditemukan gejala
maupun tanda-tanda yang khas. Keluhannya pada permulaan sama seperti
kehamilan biasa. Kalau ada perdarahan sering dianggap seperti abortus biasa.
Jarang sekali ditemukan MHP dengan besar uterus yang melebihi tuanya
kehamilan. Biasanya sama atau lebih kecil. Dalam hal terakhir disebut Dying
Mole.3
Gambaran USG tidak selalu khas, tapi MHP dapat didiagnosis bila
ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Pada jaringan plasenta tampak gambaran yang menyerupai kista-kista
kecil disertai peningkatan diameter transversa dari kantong janin.
2. Kadar -hCG juga meninggi, tetapi biasanya tidak setinggi MHK. Hal
ini mungkin disebabkan pada MHP masih ditemukan vili korialis
normal.
3. Jarang sekali ditemukan kista lutein. Di samping itu, MHP jarang sekali
disertai penyulit seperti PEB, tiroktosikosis atau emboli paru.9
26
DIAGNOSIS
Dengan tidak ditemukannya tanda-tanda yang khas, maka sulit untuk
membuat diagnosis kerja, kecuali pada kehamilan yang cukup besar, yang
diagnosisnya dapat ditentukan oleh hasil USG, dimana kita akan melihat
gambaran vesikuler yang khas di samping kantong janin, dengan atau tanpa janin.6
Biasanya diagnosis dibuat setelah dilakukan tindakan dan diperkuat
dengan hasil pemeriksaan PA, dimana ditemukan gambaran khas sebagai berikut :
1. Vili korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropk,
kavitasi, dan hiperplasia trofoblas
2. Scalloping yang berlebihan dari vil
3. Inklusi stroma trofoblas yang menonjol
1. Anamnesis
Keluhan utama :
1. Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada wanita dengan amenore,
perdarahan pervaginan, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan
tidak ditemukan tanda kehamilan dan tidak ditemukan tanda pasti kehamilan,
seperti balotement dan detak jantung janin.4
2. Perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien sudah menurun.
2. Pemeriksaan fisik
a.
Palpasi Abdomen
27
Teraba uterus membesar, tidak teraba bagian janin, gerakan janin dan
balotemen.
b.
Auskultasi
Tidak terdengar BJA atau terdengar BJA
c.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Histologi
Terlihat jaringan janin (fetal tissue), amnion, sel-sel darah merah janin, vili
hidropik, dan proliferasi trofoblas.
Memiliki gambaran yang khas :
1. Villi korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropik,
kavitasi, dan hiperplasi trofoblas
2. Scalloping yang berlebihan dari villi
3. Inklusi stroma trofoblsa yang menonjol
4. Ditemukan jaringan embrionik atau janin
Pemeriksaan Laboratorium
1.
perkembangan koagulopati
4.
28
5.
6.
Thyroxin
Pemeriksaan USG :
Pada pemeriksaan ultrasonografi mola menunjukkan gambaran yang khas
yaitu beupa badai salju (snowstorm pattern) yang mengidentifikasikan villi
korionik hidrofik. Sementara USG yang high resolution mampu menunjukan
suatu massa intrauterine complex yang berisi banyak kista kecil (small cysts).
Pemeriksaan ronegen dada harus dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis
(penyebaran) primer tumor trofoblas ganas (malignant trophoblastic tumor).1
TATALAKSANA
Biasanya dilakukan evakuasi dengan kuret biasa. Selanjutnya tidak perlu
tindakan apa-apa. Histerektomi dan upaya profilaksis lainnya tidak dianjurkan.11
PROGNOSIS
Dibandingkan dengan MHK, prognosis MHP jauh lebih baik. Hal itu
disebabkan oleh tidak adanya penyulit dan derajat keganasannya rendah (4%).
Walupun demikian, dalam kepustakaan ditemukan laporan tentang kasus MHP
yang disertai metastase ke tempat lain. Penderita pasca-MHP harus difollow up
sama ketatnya seperti MHK.9
KOMPLIKASI MOLA HIDATIDOSA
Penyakit trofoblastik ganas (Tumor Trofoblastik Gestasional)
1. Mola Invasif (MI)
2. Koriokarsinoma (Kg)
3. Placental Site Trophoblastic Tumour (PSTT)
4. Persistent Trophoblastic Disease (PTD).10
29
Kariotipe
Paling sering
Sering ada
Tidak ada
Sering ada
Tidak ada
Fokal, bervariasi
Diffuse
sampai sedang
sampai berat
Diagnosa
Abortus tertunda
Kehamilan mola
Ukuran uterus
kehamilan
kehamilan
fetal
Edema vili
Proliferasi trofoblast
Gambaran Klinis
30
Kista theca-lutein
Komplikasi medis
25-30%
Jarang
Sering
Jarang
Daftar Pustaka
management
of
hydatidiform
mole.
Diunduh
dari
31
32