Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS CORPUS ALIENUM

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tuan S

Usia

: 38 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku

: Bugis

Alamat

:-

Pekerjaan

: Pekerja bangunan

Pendidikan tertinggi

: SMA

No. RM

:-

Tanggal masuk RS

: 9 November 2015

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 9 November 2015 jam 10.00
WITA di Poli mata RS Ibnu Sina
Keluhan Utama : Mata merah
Perjalanan Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli dengan keluhan mata kanan
merah yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Mata merah timbul secara tiba-tiba
setelah pasien menggerenda dan mata kanan pasien terkena serpihan gerenda. Mata
merah dirasakan semakin lama semakin berat dan terus menerus sepanjang hari
disertai nyeri sehingga aktivitas pasien terganggu. Untuk mengurangi keluhan pasien
meneteskan tetes mata yang dijual bebas diwarung tetapi keluhan tidak berkurang.
Terdapat serbukan besi pada kornea berwarna kuning kecoklatan. Pasien merasakan

air mata mengalir terus menerus, silau, seperti ada yang mengganjal di mata kanan,
dan pusing. 2 hari yang lalu pasien merasakan pandangan kabur secara perlahan-lahan.
Riwayat Penyakit Lain / Sebelumnya : pasien tidak pernah merasakan keluhan yang
sama sebelumnya. Pasien menyangkal adanya darah tinggi, kencing manis, alergi obat,
jatuh yang menyebabkan mata pasien terbentur, dan riwayat operasi mata sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
yang sama, riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi : pasien bekerja sebagai

pekerja bangunan. Biaya

ditanggung BPJS. Kesan social ekonomi cukup.


PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 9 November 2015 jam 10.10 WITA di poli
mata RS Ibnu Sina
Status Generalis
Keadaan Umum

: tampak kesakitan

Kesadaran

: compos mentis

Tensi

: 130/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup

Nafas

: 16 x/menit

Suhu

: 370 C (axiller)

Kulit

: warna kulit sawo matang

Kepala

: mesosefal

Jantung

: tidak ada kelainan

Paru

: tidak ada kelainan

Hati

: tidak ada kelainan

Limpa

: tidak ada kelainan

Limfe

: tidak ada pembesaran

Ekstremitas

: tidak ada kelainan

STATUS OFTALMOLOGI

Oculi Dekstra
0,7
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas di
segala

arah,

Pemeriksaan
Visus
Koreksi
Sensus Coloris
Parese/ Paralysis

ortophori,

eksoftalmos (-)
Trikiasis (-), distikiasis (-),
bulu mata rontok (-), krusta (-)
Hiperemis (-), spasme (-),

Oculi Sinistra
1,0
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas di
segala

arah,

ortophori,

Supercilia

eksoftalmos (-)
Trikiasis (-), distikiasis (-),

Palpebra Superior

bulu mata rontok (-), krusta (-)


Hiperemis (-), spasme (-),

ptosis (-), belvenomen (+),

ptosis (-), belvenomen (+),

nyeri tekan (+), massa (-),

nyeri tekan (-), massa (-),

udem

udem

(-),

entropion

(-),

ektropion (-)
Hiperemis (-), spasme (-),

Palpebra Inferior

(-),

entropion

(-),

ektropion (-)
Hiperemis (-), spasme (-),
3

ptosis (-), belvenomen (+),

ptosis (-), belvenomen (+),

nyeri tekan (-), massa (-),

nyeri tekan (-), massa (-),

udem

(-),

udem

(-),

ektropion (-)
Hiperemis (-), corpal (-), secret

(-),

entropion

ektropion (-)
Hiperemis (+),
secret

(-)

Conjunctiva Palpebra

mukopurulent,

cobelstone (-)
Hiperemis (+),
secret

corpal

(-)

corpal

(-),

(+),

hiperemis

(-),

(+),

corpal

Conjunctiva Fornices

Conjunctiva Bulbi

efek

(-),

Hiperemis (-), corpal (-), secret

Injeksi

(-),

hiperemis

(-),

corpal

(-),

pterygeum

(-),

simblefaron (-), secret (-)


Sclera
Cornea

neovaskularisasi (-), udem (-),


corpal (+)
Keruh, tyndal

(-),

(-), cobelstone (-)

pterygeum (-), simblefaron (-),


secret (-) mukopurulen
Ikterik (-), hiperemis (+)
Jernih
(+),
defek(-),

entropion

(-), cobelstone (-)

mukopurulent,

cobelstone (-)
Injeksi
konjungtiva

(-),

Ikterik (-), hiperemis (-)


Jernih
(+),
defek

(-),

neovaskularisasi (-), udem (-)


Camera Oculi Anterior

Jernih,

tndal

efek

(-),

kedalaman cukup, hifema (-),

kedalaman cukup, hifema (-),

hipopion (-)
Coklat, kripte (+), tremulan

Iris

hipopion (-)
Coklat, kripte (+), tremulan

Pupil

(-), neovaskularisasi (-)


Bulat,
central,
regular,

(-), neovaskularisasi (-)


Bulat,
central,
regular,
diameter 3 mm, reflek cahaya

diameter 3 mm, reflek cahaya

(N +)
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

(N +)
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Lensa
Fundus Reflek
Corpus Vitreum
Tensio Oculi
System Canalis Lacrimalis
Tes Fluorescein
Funduscopy

RESUME
Laki-laki 38 tahun datang dengan keluhan mata merah pada okuli dekstra, disertai
nyeri, fotofobia, dan pusing sejak 3 hari yang lalu. Terdapat corpus alienum pada
kornea dektra. 2 hari yang lalu pandangan pasien kabur pada okuli dekstra. Riwayat
sosial ekonomi pasien kesan cukup.
Status Oftalmologi
Visus
Conjunctiva palpebra

Oculi Dekstra
Oculi Sinistra
0.7
1.0
Hiperemis (+), secret (-) Hiperemis (-), secret (-)

Conjunctiva fornices

mukopurulen
Hiperemis (+), secret (+) Hiperemis (-), secret (-)

Conjunctiva bulbi

mukopurulen
Injeksi konjungtiva (+), Injeksi (-), hiperemis (-)

Sclera
Kornea

hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Defek, udem (-), hipopion Defek (-), udem
(-) , Corpal (+)

(-),

hipopion (-)

DIAGNOSIS BANDING
1. Corpus Alienum kornea et grass
2. Corpus Alienum palpebra superior
DIAGNOSIS
Corpus Alienum kornea OD et grass
INISIAL PLAN
1. Corpus Alienum
Terapi
- Ekstraksi Corpal
- C- Polygran ED 6x1 g tts
- C- Reepithel EMD 6x1 g tts
- Ciproflocaxin 2 x 500mg perhari

Natrium diklofenat 2x 500 mg perhari


Verban OD

Edukasi
- Menjelaskan
-

ke

pasien

mengenai

Corpus

alienum

serta

komplikasinya
Meminum (Ciproflocaxin secara teratur 2x sehari, Natrium
diklofenat 2x sehari ) dan meneteskan (C- Polygran dan C-

Reepithel) secara teratur 6x sehari.


Tidak mengucek mata
Menggunakan kacamata APD saat bekerja
Kontrol kembali saat obat sudah habis

PROGNOSIS

Qua ad visam : ad bonam


Qua ad sanam : ad bonam
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad cosmeticam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

1. KORNEA
1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 1

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan dan terdiri atas 5 lapis1,3 :
1. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 m dan
berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea
berakhir pada epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan
sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup
besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa
membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis
yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk
kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan
terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen
yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di
antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang
menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar
air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan
penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi
kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam
stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau
jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea
dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan
kornea terlihat keruh.

Gambar 2
4. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan
bening, terletak di bawah stroma. Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi
dan masuknya pembuluh darah.
5. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk
mempertahankan kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di
dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi
kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu
fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan
jumlah endotel berkurang.Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan
bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi
oleh nervus V1,3.
1.2.

Fisiologi kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas

cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif

jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel.Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih
penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh
lebih parah daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan
edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya
menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel
epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan
hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain
dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan
keadaan dehidrasi3.
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya
kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang
hebat terutama bila letaknya di daerah pupil3.
2.

CORPUS ALIENUM
2.1. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya

cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan
bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum
masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul
kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut
dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya2,4.
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian

10

3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan
tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng,
nikel, alumunium, tembaga

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari4 :


a.
b.
c.
d.

Besarnya corpus alienum,


Kecepatan masuknya,
Ada atau tidaknya proses infeksi,
Jenis bendanya.

2.2. Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda
asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut
diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva
dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli
anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat
menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4
2.3. Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya
2.4. Gambaran Klinik
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah
dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau

11

menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola
mata, fluorescein (+)3,4.
2.5. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola
mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka
dengan

mudah

dapat

dilepaskan

setelah

pemberian

anatesi

lokal.

Untuk

mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah
pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat
dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik,
dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban3.
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus,
melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila
tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing
tersebut3.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan
magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit,
sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran
lensa dengan ekstraksi linier

untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau

intrakapsuler untuk usia yang tua2,3.


Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan
giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan
operasi vitrektomi3.
2.7. Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja
atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung4.

12

2.8. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari
corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus
cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi
inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea merupakan
benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus
cukup dalam2,3,4.
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti
inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi
yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik2,3,4.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
2. Anonim, 2008. Trauma Mata. Available on
http://www.rsmyap.com/component/option,com_frontpage/Itemid,1/

13

3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika Jakarta.
4. Bashour M., 2008. Corneal Foreign Body. Available on
http://emedicine.medscape.com/ article/

14

Anda mungkin juga menyukai