Anda di halaman 1dari 40

BAB I

GESER LANGSUNG
(DIRECT SHEAR)
: GESER LANGSUNG

CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian Geser
Langsung (Direct Shear Test) dengan prosedur yang benar serta melakukan
perhitungan dan penggambaran grafik untuk menentukan parameter-parameter
geser, yaitunilai kohesi (c) dan sudut geser dalam ()
1.1

PENDAHULUAN
Pengujian Geser Langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan

sangat sederhana untuk menentukan parameter kuat geser tanah (shear strength
parameter) c dan . Dalam pengujian ini dapat dilakukan pengukuran secara
langsung dan cepat nilai kekuatan geser tanah dengan kondisi tanpa pengaliran
(undrained) atau dalam konsep tegangan total (total stress). Pengujian ini pada
awalnya diperuntukkan bagi jenis tanah nonkohesif, namun dalam perkembangannya dapat pula diterapkan pada jenis tanah kohesif.
Bidang keruntuhan geser yang terjadi dalam pengujian geser langsung
adalah bidang yang dipaksakan, bukan merupakan bidang terlemah seperti yang
terjadi pada pengujian kuat tekan bebas ataupun triaksial. Dengan demikian
selama proses pembebanan horisontal, tegangan yang timbul dalam bidang geser
sangat komplek.Ini sekaligus merupakan salah satu kelemahan utama dalam
pengujian geser langsung.
Nilai kekuatan geser tanah antara lain digunakan dalam merencanakan
kestabilan lereng serta daya dukung tanah pondasi dan lain sebagainya.
Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban secara horisontal
terhadap benda uji melalui cincin/kotak geser yang terdiri dari dua bagian dan
dibebani vertikal dipertengahan tingginya, dimana kuat geser tanah adalah
tegangan geser maksimun yang menyebabkan terjadinya keruntuhan.

Selama pengujian pembacaan beban horisontal dilakukan pada interval


regangan tetap tertentu (Strain controlled).
Umumnya diperlukan minimal 3 (tiga) benda uji yang identik, untuk
melengkapi satu seri pengujian geser langsung.Prosedur pembebanan vertikal dan
kecepatan regangan geser akibat pembebanan horisontal sangat menentukan
parameter-parameter kuat geser yang diperoleh.
Dalam pelaksanaannya, pengujian geser langsung dapat dilaksanakan dalam
3 (tiga) cara:
1. Consolidated Drained Test: Pembebanan horisontal dalam pengujian ini
dilaksanakan dengan lambat, yang memungkinkan terjadi pengaliran air,
sehingga tekanan air pori bernilai tetap selama pengujian

berlangsung.

Parameter c dan yang diperoleh digunakan untuk perhitungan stabilitas


lereng
2. Consolidated Undrained Test: Dalam pengujian ini, sebelum digeser benda
uji yang dibebani vertikal (beban normal) dibiarkan dulu hingga proses
konsolidasi selesai. Selanjutnya pembebanan horisontal dilakukan dengan
cepat
3. Unconsolidated Undrained Test: Pembebanan horisontal dalam pengujian
ini dilakukan dengan cepat, sesaat setelah beban vertikal dikenakan pada
benda uji. Melalui pengujian ini diperoleh parameter-parameter geser c u dan
u.
1.2

PERALATAN

1. Mesin geser langsung yang terdiri dari:


- Alat penggeser horisontal,dilengkapi dengan cincin beban (proving ring),
arloji regangan horisontal dan arloji deformasi vertikal
- Kotak uji yang terbagi atas dua bagian dilengkapi baut pengunci.
- Pelat berpori 2 (dua) buah.
- Sistem pembebanan vertikal,terdiri dari penggantung dan keping beban
2. Alat pengeluar sampel (extruder) dan pisau pemotong
3. Cetakan untuk membuat benda uji benda uji
4. Pengukur waktu (stopwacht)

5. Timbangan dengan ketelitian 0,1gram


6. Peralatan untuk penentuan kadar air
7. Peralatan untuk membuat benda uji buatan
1.3

BENDA UJI

1. Benda uji yang digunakan berbentuk bujur sangkar


2. Benda uji mempunyai tebal minimum 1,25cm tapi tidak kurang dari 6 kali
diameter butir tanah maksimum
3. Perbandingan antara diameter/lebar terhadap tebal benda uji minimal 21
4. Untuk benda uji asli, sampel tanah yang digunakan harus cukup untuk
membuat sebanyak minimal 3 (tiga) benda uji yang identik
Mengusahakan benda uji tidak kehilangan kadar air, dan berhati-hati dalam
melakukan pencetakan benda uji (terutama pada jenis tanah dengan nilai
kepekaan tinggi) agar struktur tanah asli tidak berubah
1.4

PROSEDUR PENGUJIAN

1. Mengukur tinggi dan lebar, serta menimbang berat benda uji


2. Memindahkan benda uji dari cetakan kedalam kotak geser dalam sel
pengujian yang dikunci oleh dua baut dengan bagian bawah dan atas
dipasangi pelat/batu berpori
3. Menimbang dan mencatat berat penggantung beban vertikal lalu memasang
beban tersebut untuk memberi beban normal pada benda uji. Mengatur arloji
deformasi vertikal pada posisi nol pembacaan
4. Memasang batang penggeser horisontal untuk memberi beban mendatar
pada kotak penguji. mengatur arloji regangan dan arloji beban sehingga
menunjukkan angka nol
5. Memberi beban normal yang pertama sesuai dengan beban yang diperlukan.
Sebagai pedoman besar beban normal pertama (termasuk berat penggantung) yang diberikan, diusahakan agar menimbulkan tegangan pada benda
uji minimal sebesar tegangan geostatik di lapangan
Pada pengujian Consolidated Drained/Undrained, segera beri air sampai
diatas permukaan benda uji dan pertahankan selama pengujian.

6. Pada pengujian tanpa konsolidasi (Unconsolidated), beban geser dapat


segera diberikan setelah pemberian beban normal pada langkah (5)
Sedangkan pada pengujian dengan konsolidasi (Consolidated), sebelum
melakukan penggeseran, mencatat terlebih dahulu proses konsolidasi
tersebut pada waktu-waktu tertentu dan menunggu sampai konsolidasi
selesai.
Menggunakan cara Taylor untuk menetapkan waktu (t50), yaitu pada saat
derajat konsolidasi (U) = 50%
7. Menentukan kecepatan penggeseran horisontal berdasarkan jenis pengujian:
- Pada pengujian tanpa pengaliran (undrained test) ditetapkan sebesar 0,50
s/d 2,00 mm/menit
- Pada pengujian dengan pengaliran (drained test) kecepatan pergeseran
horisontal didapat dengan cara membagi deformasi geser dengan 50 x
t50. Deformasi maksimum diperkirakan sebesar 10% diameter/lebar asli
benda uji.
8. Melepas baut pengunci, kemudian memasangkan pada 2 (dua) lubang yang
lain, memutar secukupnya sehingga kotak geser atas dan bawah terpisah
5mm
9. Melakukan penggeseran sampai jarum pada arloji beban pada 3 (tiga) pembacaan terakhir berturut-turut menunjukkan nilai konstan. Membaca arloji
geser dan arloji beban setiap 15 detik sampai terjadi keruntuhan
10. Melepaskan benda uji kemesin,mencari kadar air, berat isi dan lain
sebagainya
11. Memberi beban normal 2 (dua) kali beban normal yang pertama pada benda
uji kedua kemudian mengulangi langkah-langkah (6 s/d 10)
12. Memberi beban normal 3 (tiga) kali beban normal yang pertama pada
benda uji ketiga kemudian ulangi langkah-langkah (6 s/d 10).

1.5

PERHITUNGAN DAN PELAPORAN

1.)Nilai kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dalam
persamaan berikut ini:
= c + n.Tan................................................................................ (1.1)

dengan :
S

= kekuatan geser maksimum [kg/cm]

= kohesi [kg/cm]

n = tegangan normal [kg/cm]


= sudut geser dalam []
Contoh Perhitungan
Pada benda uji ke-1
S = 0,258 + 0,167 . tan 54,01
= 0,488 kg/cm2
Hasil selengkapnya pada tabel 1.1
i

Pi
[kg/cm]
A
2.)Menghitung tegangan geser (terkalibrasi), i untuk setiap

pergeseran horisontal ke-i dari ketiga benda uji, dengan rumus:


..............................................................................

(1.2)

dengan :
i = tegangan geser untuk pergeseran horisontal ke-i [kg/cm]
Pi = gaya geser untuk pergeseran horisontal ke-i [kg]
A = luas bidang geser [cm]
Contoh Perhitungan
Pada benda Uji ke-1 regangan horisontal 0,40 mm
i=

8,25
36

= 0,229 kg/cm2

Hasil selengkapnya pada tabel 1.1


3.) Menggambarkan grafik hubungan antara tegangan geser terhadap pergeseran horisontal untuk masing-masing tegangan normal (lihat Gambar 1.1 (a))
Menentukan tegangan geser maksimum (maks) dari grafik yang diperoleh.

4.)

ni

Wi
[kg/cm]
A
Menghitung tegangan normal (n) yang dikenakan

pada masing-masing benda uji dengan rumus:


.................................................................... (1.3)
dengan :
ni = tegangan normal dari benda uji ke-i
Wi= beban vertikal pada benda uji ke-i (termasuk berat penggantung)
A = luas permukaan bidang geser
Contoh Perhitungan
Pada benda uji ke-1
ni =

6
36

= 0,167 kg/cm2

Hasil selengkapnya pada tabel 1.1


5. ) Membuat grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan geser
maksimum. Menhubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertikal. Nilai kohesi (c) adalah
jarak yang dihitung dari titik potong tersebut sampai sumbu mendatar dan
sudut geser dalam () adalah sudut kemiringan garis tersebut terhadap
sumbu horisontal, yang memenuhi persamaan (1.1), (lihat Gambar 1.1
(b)).
1.6 KESIMPULAN
Kesimpulan pada Pratikum Direct Shear ini adalah :
Berdasarkan pada Gambar 1.1 diperoleh hasil sebagai berikut :
Nilai = 54,01
Nilai c = 0,258 kg/cm2
Dengan data diatas dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut termasuk
kategori jenis tanah lempung padat kohesif.

Tabel 1.1 Hasil pengujian geser langsung (direct shear)

Gambar1.1 Hasil pengujian geser langsung (direct shear) lanjutan.

BAB II
KUAT TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH)
: KUAT TEKAN BEBAS

CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujianKuatTekan
Bebas (Unconfined Compressive Strength Test) dengan prosedur yang
benar,melakukan perhitungan, penggambaran grafik, menentukan nilai kuat tekan
bebas (qu) serta melakukan pengujian dengan benda uji buatan (remoulded) untuk
menentukan nilai kepekaan (sensitivity) tanah.
2.1

PENDAHULUAN
Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban vertikal yang

dinaikkan secara bertahap terhadap benda uji berbentuk silinder yang didirikan
bebas, sampai terjadi keruntuhan. Pembacaan beban dilakukan pada interval
regangan aksial tetap tertentu yang dapat dicapai dengan cara mempertahankan
kecepatan pembebanan dengan besaran tertentu pula selama pengujian berlangsung (strain control).
Oleh karena beban yang diberikan hanya dalam arah vertikal saja, maka
pengujian ini dikenal pula sebagai pengujian tekan satu arah (uniaxial test).
Metoda pengujian ini meliputi penentuan nilai kuat tekan bebas (unconfined
compressive strength) - qu untuk tanah kohesif dari benda uji asli (undisturbed)
maupun buatan (remoulded or recompacted samples).
Yang dimaksud dengan kuat tekan bebas (qu) adalah besarnya beban aksial
persatuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan (beban maksimum),
atau bila regangan aksial telah mencapai 15%.
Nilai qu yang diperoleh dari pengujian ini dapat digunakan untuk menentukan konsistensi dari tanah lempung, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Selain itu, melalui pengujian ini dapat ditentukan nilai kepekaan (sensitivity)
dari tanah kohesif, yaitu perbandingan antara nilai qu tanah asli terhadap qu tanah
buatan.

10

Pengujian Kuat Tekan Bebas pada dasarnya merupakan keadaan yang


khusus pada pengujian Triaksial, dimana tegangan sel (confining pressure) - 3,
besarnya sama dengan nol. Dengan demikian dapat pula ditentukan nilai kohesi
(c) dalam konsep tegangan total (total pressure), yaitu sebesar dari nilai qu.
Tabel 2.1 Kosistensi tanah berdasarkan nilai kuat geser undrained (qu)
Kuat Geser Undrained(qu)
Konsistensi Tanah
(kg/cm)
Sangat lunak
< 2,0
Lunak
2,0 4,0
Lunak s/d kenyal
4,0 5,0
Kenyal
5,0 7,5
Sangat kenyal
7,5 10,0
Kaku
10,0 15,0
Sangat kaku s/d keras
>15,0
2.2

PERALATAN

1. Mesin beban (load frame), dengan ketelitian bacaan sampai 0,01kg/cm


2. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter
3. Alat untuk mengeluarkan sampel tanah (extruder).
4. Pengukur waktu (stopwatch)
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1gram
6. Pisau tipis, kawat serta talam
7. Peralatan untuk keperluan penentuan kadar air
2.3

BENDA UJI
1. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder diameter minimal 3,00cm
dan tinggi diambil 2 kali diameter
2. Benda uji asli (Undisturbed) dari tabung sampel tanah
3. Mengeluarkan sampel tanah dari tabung sepanjang 2cm dengan alat
pengeluar sampel (extruder)kemudian potong dengan pisau kawat
4. Memasang cetakan benda uji diatas tabung sampel, mengeluarkan sampel
dengan alat pengeluar sampel sepanjang cetakan dan potong dengan
pisau kawat
5. Meratakan kedua sisi benda uji dengan pisau tipis dan mengeluarkannya
dari cetakan.

11

2.4

PROSEDUR PENGUJIAN

1. Menimbang benda uji, kemudian meletakan pada mesin tekan bebas secara
sentris sampai permukaan piston bagian bawah menyentuh permukaan
benda uji bagian atas.
2. Mengatur arloji beban dan arloji regangan pada angka nol
3. Menjalankan mesin beban, membaca dan mencatat beban pada regangan
seiap 20 divisi regangan.
4. Menghentikan putaran alat pengujian apabila telah tercapai pembacaan
beban telah menurun atau relatif tetap untuk 3 (tiga) pembacan terakhir
berturut turut.

2.5

PERHITUNGAN DAN PELAPORAN

1.) Besar regangan aksial dihitung dengan rumus:

L
x 100%
Lo
............................................................................
(2.1)

dengan :
= regangan aksial [%]
L = perubahan panjang benda uji [cm]
Lo = panjang benda uji semula [cm]
Contoh Perhitungan
Pada bacaan regangan 20 div
=

0,02
7,621

x 100% = 0,262 %

Hasil selengkapnya pada tabel 2.1

A=

Ao
[cm]
1-
2.)

Luas penampang benda uji rata-rata pada regangan

tertentu:
...........................................................................(2.2)
dengan :

12

Ao = luas penampang benda uji mula-mula [cm]


Contoh Perhitungan
10,58
10,262

A=

= 10,611 cm2

Hasil selengkapnya pada tabel 2.1


3. Nilai tegangan normal :

P
[kg/cm]
A
............................................................................
(2.3)

dengan :
P

= n x [kg]

P = 0,142299 x 4 + 0,9805
= 1,55 kg
n = tegangan normal [kg/cm]
P

= gaya aksial [kg]

= luas penampang rata-rata pada regangan tertentu [cm]

= bacaan arloji beban [div]

= kalibrasi dari ring beban [kg/div]

Contoh Perhitungan
n =

1,55
10,611

= 0,146 kg/cm2

Hasil selengkapnya pada tabel 2.1


2.6 Kesimpulan
Kesimpulan pada Pratikum Unconfined ini adalah :
Berdasarkan pada gambar 2.1 diperoleh hasil sebagai berikut :
Regangan Runtuh : 9,71 %
Nilai c = 0,528 kg/cm2
Dengan data diatas dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut memiliki
konsistensi sangat kenyal karena regangan runtuh bernilai 9,71 dengan
tegangan 1,043.
13

Tabel 2.1 Hasil pengujian kuat tekan bebas (unconfined compressive strength)

14

Gambar 2.1 Hasil pengujian kuat tekan bebaslanjutan

15

BAB III
TRIAKSIAL (TRIAXIAL)
: TRIAKSIAL

16

CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujianTriaksial
(Triaxial) dengan prosedur yang benar,menggambarkan lingkaran Mohr, serta
menentukan besarnya nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam () dari sampel
tanah yang diuji.
3.1

PENDAHULUAN
Dibandingpengujian

Geser Langsung maupun Kuat Tekan

Bebas,

pelaksanaan pengujian Triaksial diketahuilebih rumit, namun diakui sebagai cara


yang paling baik untuk mendapatkan parameter-parameter geser tanah c dan ,
oleh karena kondisi tegangan-tegangan dilapangan dapat ditirukan dengan cara
pemberian tegangan sel (3) pada benda uji. Selain itu pada percobaan Triaksial
tersedia pula fasilitas untuk mengukur tekanan air pori dan perubahan volume
selama pelaksanaan pengujian.
Beberapa jenis pengujian yang dapat dilakukan pada pengujian Triaksial
antara lain:
1. Consolidated Drained Test, adalah pengujian dengan konsolidasi dan
pengaliran, disebut juga pengujian konsolidasi-lambat atau CD-test. Pada
semua tahapan pengujian keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam
keadaan terbuka. Seperti halnya pada CU-test, beban deviator diberikan
setelah proses konsolidasi selesai. Pembebanan dilakukan dengan lambat,
dimana tegangan air poriyang timbul cukup kecil, sehingga tidak mempengaruhi parameter geser yang diperoleh. Seperti halnya pada CU-test
parameter geser yang diperoleh berdasarkan konsep tegangan efektif
(effective stress) yang dinyatakan dalam notasi c' dan '.
Ukuran sel Triaksial yang sesuai dengan diameter benda uji tersedia dalam
berbagai ukuran, namun yang umum digunakan adalah sel untuk benda uji
berdiameter 3,63 cm dengan ukuran tinggi 2 kali diameter. Sesuai dengan
keperluannya benda uji dapat dibuat dari sampel tanah asli (undisturbed) maupun
buatan (remoulded).

17

Untuk satu seri pengujian Triaksial, diperlukan minimal 2 (dua) buah benda
uji dengan kadar air dan berat isi yang kurang lebih sama (identik).
Prinsip dasar dari pelaksanaan pengujian yaitu : mula-mula terhadap
masing-masing benda uji diberikan tegangan sel dan ditunggu sampai stabil,
selanjutnya berikan tegangan deviator dimana beban dibaca pada regangan tetap
tertentu (strain controlled), hingga tercapai keruntuhan. Tergantung pada jenis
pengujian, selama pemberian tegangan sel, keran pengaliran dapat dalam keadaan
tertutup (unconsolidated) atau terbuka (consolidated).
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian, dapat digambarkan grafik lingkaran Mohr untuk menentukan kohesi (c) dan sudut geser
dalam () tanah yang diperlukan untuk berbagai perhitungan stabilitas.
3.2

PERALATAN

1. Mesin tekan yang dilengkapi dengan cincin beban dan arloji regangan
dengan ketelitian 0,01 mm
2. Sel Triaksial
3. Tabung belah pencetak benda uji
4. Karet membran, karet seal, penjepit dan batu pori
5. Pompa vakum dan tabung isap
6. Timbangan dengan ketelitian 0,1gram, jangka sorong, pisau tipis, dll.
7. Tabung air bertekanan, dilengkapi manometer pengukur tegangan
8. Peralatan untuk penentuan kadar air.

3.3

BENDA UJI
Cara pembuatan benda uji dari sampel tanah nonkohesif (pasir lepas) jauh

lebih sulit dibandingkan dengan tanah kohesif (lempung).


18

Berikut ini dijelaskan cara pembuatan benda uji dari jenis tanah kohesif,
yang dapat dicetak langsung dari tabung sampel, sampel kubus ataupun dari
sampel tanah buatan.
1. Benda uji berbentuk silinder dengan perbandingan tinggi (L) terhadap
diameter 3,6 cm.
2. Benda uji dapat dibuat dari :
- Benda uji tanah asli (Undisturbed) dari tabung sampel tanah
- Mengeluarkan sampel tanah dari tabung sepanjang 1 2cm dengan
alatpengeluar sampel (extruder)kemudian potong dengan pisau kawat
- Memasang cetakan benda uji diatas tabung sampel, mengeluarkan
sampeldengan alat pengeluar sampel sepanjang cetakan dan potong
dengan pisau kawat
- Meratakan kedua sisi benda uji dengan pisau tipis dan keluarkan dari
cetakan.
5. Menimbang berat dan ukur diameter serta tinggi benda uji :
- Mencatat tinggi benda uji dari rata-rata 4 (empat) tempat pengukuran
- Mencatat diameter benda uji rata-rata dengan rumus:
do =

da + 2.dt + db
[mm]
4
.................................................................
(3.1)

dengan :
do = diameter benda uji rata-rata, digunakan untuk menghitung luas
penampang mula-mula (Ao)
da = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian atas
benda uji
dt = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian tengah
benda uji
db = diameter rata-rata dari 2 (dua) pengukuran pada bagian bawah
benda uji.

19

6. Memasang karet membran pada benda uji yang telah disiapkan, melakukan
secara hati-hati agar struktur tanah tidak terganggu, menggunakan tabung
isap dan pompa vakum.
3.4

PROSEDUR PENGUJIAN

1. Meletakkan benda uji pada pusat alas mesin tekan secara vertikal
2. Memasang sel Triaksial serta kencangkan kedua mur, agar pada saat pemberian tegangan sel dan air tidak keluar (undrained)
3. Memberi tegangan sel/keliling (3) pada benda uji pertama sebesar nilai
tegangan total horisontal yang ada pada kedalaman pengambilan sampel
tanah, dengan rumus:
3 = h = Ko x v............................................................................

(3.2)

dengan :
h = tegangan horisontal [kg/cm]
Ko = tekanan tanah diam (at rest coefficient), untuk tanah kohesif berkonsolidasi normal diambil sebesar 0,40 s/d 0,80
v = tegangan vertikal =wet . h [kg/cm]
wet
h

berat isi tanah basah [kg/cm]

= kedalaman pengambilan sampel tanah [cm]

4. Menjalankan mesin sampai batang tekan menyentuh cincin beban dan pelat
penutup bagian atas benda uji (ditandai dengan bergeraknya jarum arloji
pada cincin beban)
5. Mengatur arloji regangan dan arloji cincin beban pada posisi nol pembacaan
6. Menjalankan mesin kembali dengan kecepatan konstan/stabil.
7. Mencatat bacaan arloji cincin beban setiap bacaan 20 divisi.
8. Melanjutkan pengamatan hingga tercapai keruntuhan, dengan ketentuan:
- Pembacaan arloji beban telah menunjukkan nilai tetap pada 3 (tiga)
pembacaan terakhir berturut-turut
9.

Melepaskan sel Triaksial, mengambil benda uji,mengamati dan membuat


sketsa bentuk keruntuhannya

10. Menimbang benda uji dan mencari kadar airnya

20

11. Mengganti dengan benda uji yang baru, ulangi langkah seperti yang
pertama.
3.5

PERHITUNGAN DAN PELAPORAN

1. Besar regangan aksial dihitung dengan rumus:


L
x 100%
Lo
............................................................................

(3.3)

dengan :

= regangan aksial [%]

L = perubahan panjang benda uji [cm]


Lo = panjang benda uji semula [cm]
Contoh Perhitungan, pada bacaan regangan sebesar 20 div, benda uji ke-1
= 20% = 0,002 %
85,5
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1
A=

Ao
[cm]
1-
2.

Luas penampang benda uji rata-rata:

............................................................................

(3.4)

dengan :
Ao = luas penampang benda uji semula [cm]
Contoh Perhitungan, pada bacaan regangan sebesar 20 div, benda uji ke-1
A = 10,35 = 10,373 cm2
1-0,002
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1
3. Tegangan deviator:

(d)f =

Pi
A

....................................................................................

(3.5)

21

dengan :
i =
Pi

tegangan deviator untuk regangan ke-i [kg/cm]

= beban aksial (terkalibrasi) untuk regangan ke-i dari masingmasing benda uji [kg]

= luas penampang rata-rata [cm]

Contoh Perhitungan, pada bacaan regangan sebesar 20 div, benda uji ke-1

(d)f = 2,307 = 0,222 kg/cm2


10,373

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1


4. Tegangan utama terbesar (major principle stress):
1i =3i + i.................................................................................

(3.6)

dengan :
1i = tegangan aksial runtuh dari benda uji ke-i [kg/cm]
3i = tegangan keliling dari benda uji ke-i [kg/cm]
i =

tegangan devitor runtuh dari benda uji ke-i [kg/cm]

Contoh Perhitungan, pada perhitungan benda uji ke-1


1i=1 + 1,14 = 2,14 kg/cm2
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1
5. Menggambarkan lingkaran Mohr (Lihat Gambar 3.1) untuk masing-masing
benda uji:
- Jarak pusat lingkaran (OC) diukur pusat sumbu dapat ditentukan dengan
rumus:
OCi =

1i 3i
[kg/cm]
2
............................................................

(3.7)
Contoh Perhitungan, pada benda uji ke-1
OC = 1 + 2,14 = 1,57 kg/cm2
2
- Jari-jari dari masing-masing lingkaran, ditentukan dengan rumus:
ri =

1i - 3i
[kg/cm]
2
.................................................................
(3.8)

22

Contoh Perhitungan, benda uji ke -1


ri = 1 + 2,14 = 1,57 kg/cm2
2
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1
6. Menentukan nilai parameter-parameter geser tanah berdasarkan Gambar3.1
diatas dengan cara sebagai berikut:
- Nilai kohesi (c) adalah jarak vertikal dari pusat sumbu ke titik potong
garis singgung kedua lingkaran dengan sumbu vertikal
- Sudut geser dalam () adalah sudut kemiringan garis singgung kedua
lingkaran terhadap sumbu horisontal
1.6 KESIMPULAN
Kesimpulan pada Pratikum Triaksial berdasarkan gambar 3.1 sebagai berikut:
Sudut geser = 13,007 , Nilai c = 0,223 kg/cm2

Tabel 3.1 Hasil pengujian triaksial (triaxial)

23

24

Gambar 3.1 Hasil pengujian triaksial (Triaxial),lanjutan.

25

BAB IV
KONSOLIDASI
(CONSOLIDATION)
: KONSOLIDASI

CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian
Konsolidasi Satu Dimensi (One Dimensional Consolidation) dengan prosedur
yang benar, menggambarkan kurva konsolidasi dari masing-masing tahap
pembebanan dan menghitung Koefisien Konsolidasi (Cv) berdasarkan cara
Casagrande dan cara Taylor, menghitung dan menggambarkan kurva hubungan
antara perubahan angka pori terhadap tegangan efektif (P') dengan skala
semilog

,menggambarkan

garis

konsolidasi

laboratorium dan

lapangan,

menghitung Indek Pemampatan tanah (Cc) serta menggambarkan dan menetapkan


tegangan prakonsolidasi (Pc).
4.1

PENDAHULUAN
Peristiwa konsolidasi dapat didefenisikan sebagai proses mengalirnya air

keluar dari ruang pori tanah jenuh dengan kemampuan lolos air (permeabilitas)
rendah, yang menyebabkan terjadinya perubahan volume, sebagai akibat adanya
tegangan vertikal tambahan yang disebabkan oleh beban luar.
Bila tanah jenuh dibebani, maka seluruh beban/tegangan tersebut mula-mula
akan ditahan oleh masa air yang terperangkap dalam ruang pori tanah. Hal ini
terjadi karena air bersifat tidak mudah dimampatkan (incompressible), sebaliknya
struktur butiran tanah bersifat dapat dimampatkan (compressible). Tegangan air
yang timbul akibat pembebanan disebut tegangan air pori lebih (excess pore
pressure) dan jika tegangan ini lebih besar dari tegangan hidrostatik, maka air
akan mengalir keluar secara perlahan-lahan dari ruang pori tanah. Seiring dengan
keluarnya air, tegangan akibat pembebanan secara berangsur-angsur dialihkan dan
pada akhirnya akan ditahan seluruhnya oleh kerangka butiran tanah. Kejadian
diatas diikuti dengan proses merapatnya butiran-butiran tanah tersebut satu sama
lainyang mengakibatkan terjadinya perubahan volume (deformasi), yang besarnya kurang lebih sama dengan volume air yang keluar.

26

Kecepatan perubahan volume pada proses konsolidasi selain bergantung


pada besar tegangan vertikal tambahan, juga sangat ditentukan oleh kemampuan
lolos air (permeabilitas) tanah. Pada tanah pasir/berpasir yang biasanya mempunyai koefisien permeabilitas tinggi, waktu yang diperlukan untuk proses
konsolidasi terjadi relatif cepat, sehingga pada umumnya tidak perlu diperhatikan.
Sebaliknya pada tanah-tanah lempung, terutama yang nilai permeabilitasnya
sangat rendah, proses konsolidasi akan berlangsung dalam selang waktu yang
lebih lama, sehingga sangat perlu untuk diperhatikan.
Tujuan pengujian ini meliputi penentuan kecepatan dan besarnya penurunan
konsolidasi tanah (rate and magnitude of settlement consolidation) yang ditahan
secara lateral akibat pembebanan dan pengaliran air secara vertikal.
Kecepatan

penurunan

dinyatakan

dalam

Koefisien

Konsolidasi

(Consolidation Coefficient) Cv sedangkanuntuk menggambarkan besarnya


penurunan, digunakan Indek Pemampatan (Compression index) Cc.
Kegunaan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
besaran kecepatan dan penurunan pondasi bangunan yang didirikan diatas tanah
lempung jenuh.
4.2

PERALATAN

1. (satu) unit alat konsolidasi yang terdiri dari :


- Sistem pembebanan (loading device), yang dapat menimbulkan beban
vertikal pada benda uji secara konstan dalam waktu yang relatif lama,
dengan ketelitian 1% dari beban total serta peningkatan beban dapat
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 (dua) menit tanpa menimbulkan
efek tumbukan
- Sel konsolidasi (consolidometer), terdiri dari cincin konsolidasi yang
cukup kaku dan terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, serta
permukaan dinding bagian dalamnya harus licin untuk menghindari efek
gesekan
- Batu berpori dengan diameter yang lebih kecil 0,20mm dari diameter
dalam cincin, serta ukuran bukaan ruang pori yang cukup halus untuk
menjamin agar tanah tidak tertekan masuk kedalam ruang pori pada saat
pembebanan.
27

2. Peralatan untuk membuat benda uji, termasuk cincin untuk mengambil


sampel tanah, pisau/spatula, serta extruder
3. Arloji pengukur deformasi (extensiometer), ketelitian minimal 0,002mm
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5. Peralatan yang diperlukan untuk penentuan kadar air
6. Pengukur waktu (stopwatch).
4.3

BENDA UJI

1. Bersihkan cincin konsolidasi, ukur diameter kemudian timbang dan catat


beratnya, gunakan timbangan dengan ketelitian 0,1gram
2. Benda uji dapat dicetak langsung dari tabung sampel, dengan menggunakan
alat pengeluaran sampel tanah (extruder), dimana diameter luar cincin
konsolidasi harus lebih kecil minimal 6,00mm dari diameter dalam tabung
sampel. Jika benda uji akan diambil dari sampel kubus, hal ini harus
dilakukan dengan penekanan secara hati-hati. Cara penumbukkan tidak
dianjurkan, untuk menghindari terganggunya struktur tanah benda uji
3. Kedua bidang permukaan benda uji harus benar-benar rata dan tegak lurus
terhadap poros cincin konsolidasi
4. Mengukur tinggi dan timbang serta mencatat berat benda uji dalam cincin
konsolidasi
5. Menggambil sisa-sisa tanah bekas potongan yang cukup representatif untuk
dihitung kadar airnya dan mencari pula berat jenis (Gs) dan Indek
plastisitasnya (IP).
4.4

PROSEDUR PENGUJIAN

1. Memasang kertas saring dan batu berpori yang telah dijenuhkan sebelumnya pada kedua sisi permukaan benda uji yang telah dipersiapkan pada
langkahpenyiapanbendaujidiatas,lalumeletakkankedalamsel konsolidasi
2. Memasang alat penumpu diatas batu berpori sehingga bagian atasnya menyentuh tepat pada sistem pembeban, kemudian berikan pembebanan awal
(seating pressure) sebesar 0,5kg/cm, serta mengatur arloji pengukur
deformasi pada posisi pembacaan awal. Untuk benda uji yang terdiri dari
jenis tanah lempung sangat lunak, beban awal yang diberikan adalah 0,5
kg/cm.

28

3. Sebelum dibebani, menjenuhkan benda uji terlebih dahulu dengan mengisikan air pada sel konsolidasi dan dibiarkan selama 24jam. Jika benda uji
berupa jenis tanah expansif, penambahan air baru dilakukan

pada

pembacaan 1 (satu) menit setelah pembebanan pertama


4. Memasang beban pertama sehingga tegangan yang bekerja pada benda uji
sebesar 0,5 kg/cm. Mencatat perubahan arloji deformasi pada menit-menit
ke: 15; 1; 215; 4; 625; 9; 1225; 16; 25; 36
5. Mencatat pembacaan terakhir dari arloji deformasi dan memberikan beban
berikutnya dengan rasio peningkatan beban (Load Increment Ratio - LIR) =
1, sebagai contoh bila beban pertama adalah 0,5kg/cm, maka dengan LIR =
1, beban kedua adalah 1 kg/cm
6. Mengulangi langkah (4) dan (5) diatas, hingga beban terakhir pada
pengujian menimbulkan tegangan sebesar 16,00kg/cm.
7. Setelah

beban

sebesar

16

kg/cm2,

melakukan

pengujian

dengan

menggunakan beban sebesar 8,00 kg/cm2 dan 2,00 kg/cm2 kemudian


membaca dan mencatat perubahan (pengembangan) dari arloji deformasi
pada menit ke-36
8. Mengeluarkan benda uji dalam cincin dari sel konsolidasai, timbang
beratnya, kemudian mengeringkan di dalam oven, menimbang kembali
beratnya sekaligus mencari kadar airnya.

29

PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


1. Menggambarkan kurva hubungan antara penurunan kumulatif terhadap
waktu berdasarkan cara Casagrande.

Derajat konsolidasi U [%]

Cara Taylor (Square Root-Time Methode, 1942) :

Penurunan kumulatif [mm]

4.5

D
C

R100

Waktu - t
[menit]

Gambar 4.1 Menentukan t90 dengan Metode Taylor


- Setiap beban yang diberikan pada saat tes konsolidasi menghasilkan 1
(satu) kurva h vs t (Lihat Gambar 4.1)
- Menentukan R0 dan t90dengan carasebagai berikut:

Bagian yang lurus dari kurva diperpanjang sampai memotong sumbu


ordinat di titik A

Perpotongan di titik Aadalah R0, R0= derajat konsolidasiU = 0%

Buat garis datar BC (atau 0C) dan tentukan panjangnya

30

Perpanjang garis BC dan tentukan titik D, sedemikian rupa sehingga


panjang CD = 0,15 x panjang BC, [BD = 1,15 x BC] atau panjang
0D = 1,15 x panjang 0C

Mengbungkan titik A dan D hingga memotong kurva di titik E

Absis dari titik E = t90 dan harga t90 = (t90)

Letak teoritis derajat konsolidasi U = 100% pada R100 dapat dicari


dengan cara interpolasi jarak d0 dan d90.

2. Hubungan Derajat Konsolidasi (U%) dengan Faktor Waktu (Tv)


Tabel 4.1 Tabel hubungan derajat konsolidasi (U%) dengan faktor waktu (Tv)
U
(%)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Tv
0
0,00008
0,00030
0,00071
0,00126
0,00196
0,00283
0,00385
0,00502
0,00636
0,00785
0,0095
0,0113
0,0133
0,0154
0,0177
0,0201
0,0227
0,0254
0,0283
0,0314
0,0346
0,0380
0,0415
0,0452
0,0491

U
(%)
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

Tv
0,0531
0,0572
0,0615
0,0660
0,0707
0,0754
0,0803
0,0855
0,0907
0,0962
0,102
0,107
0,113
0,119
0,126
0,132
0,138
0,145
0,152
0,159
0,166
0,173
0,181
0,188
0,197

U
(%)
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75

Tv
0,204
0,212
0,221
0,230
0,239
0,248
0,257
0,267
0,276
0,286
0,297
0,307
0,318
0,329
0,304
0,352
0,364
0,377
0,390
0,403
0,417
0,431
0,446
0,461
0,477

U
(%)
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100

Tv
0,493
0,511
0,529
0,547
0,567
0,588
0,610
0,633
0,658
0,684
0,712
0,742
0,774
0,809
0,848
0,891
0,938
0,993
1,055
1,129
1,219
1,336
1,500
1,781

31

3. Menghitung koefisien konsolidasi (Cv)


Cv =

T90 .H
[mm/menit]
t 90

..............

(4.1)

dari Tabel 4.1, T90 = 0,848, sehingga menjadi :


0,848.H
[mm/menit]
t90
......................................................

Cv

(4.2)

dengan :
H =

panjang pengaliran (ketebalan benda uji rata-rata untuk pengaliran tunggal/ganda) pada tahap pembebanan tertentu [mm]
Hdr = H single drainage
Hdr = .H double drainage

t50 = waktu yang diperlukan untuk derajat konsolidasi 50% [menit]


t90 = waktu yang diperlukan untuk derajat konsolidasi 90% [menit]
4. Menggambarkan kurva hubungan antara perubahan angka pori (e) terhadap
pembebanan/tegangan efektif (P0') menggunakan skala semi-log.
Menghitung tinggi butir tanah awal, 2H0 :
2H0 =

Ws
Gs . A . w

[cm]
...............................................................

.....(4.3)
dengan :
2H0 = tinggi butir tanah awal [cm]
Ws = berat tanah kering [gram]
Gs = berat jenis tanah
A

; w = berat isi air [= 1 gram/cm]

= luas permukaan benda uji [cm]

Contoh Perhitungan pada tabel 4.2

32

52,47 gram
: ( 2,32 x 19,64 ( cm2 ) ) x 10
1+32,40

2H0 =

2H0 = 0,870 cm
= 8,70 mm
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2
Menghitung Angka Pori Awal (e0) :
2H - 2H0
2H0
...........................................................................

e0 =

(4.4)
15,008,70
=0,725
8,70

=
dengan :

2H = tinggi benda uji awal [cm]


2H0 = tinggi butir tanah awal [cm]
5. Evaluasi terhadap riwayat pembebanan (sifat konsolidasi)
Menghitung geostatik efektif (Insitu Effective Stress/tegangan overburden) Po':
P0' =(' .d) ..................................................................................

(4.5)

P0' =(wet .d) (w .dw)..............................................................

(4.6)

dengan :
' = berat isi tanah efektif[gram/cm]
wet

berat isi tanah basah [gram/cm]

w = berat isi air


d

[gram/cm]

= kedalaman lokasi pengambilan benda uji

[cm]

dw = ketinggian muka air [cm]

33

Menghitung tegangan prakonsolidasi (Precompression pressure) Pc':

Angka pori (e)

e0

Jari-jari
minimum

Garis bagi

Garis konsolidasi
laboratorium

Penambahan
beban
Pengurangan beban

0,42.e0
P c'
Log - Tegangan (kg/cm)

Gambar 4.2 Grafik mencari tegangan prakonsolidasi (Pc')


Membandingkan P0' dengan Pc' :
-

Jika P0' Pc' (Normally Consolidated Clay, NC-Soil)

termasuk tanah lempung berkonsolidasi normal


e0
Jika P0'< Pc' (Over Consolidated Clay, OC-Soil)
Angka pori (e)

termasuk tanah lempung berkonsolidasi berlebih.


Jari-jari

Garis bagi

minimum

Garis konsolidasi
lapangan (Cclap.)
Penambahan
beban

Garis konsolidasi
laboratorium (Cclab.)

Pengurangan beban

34

0,42.e0
0

Pc'
Log - Tegangan (kg/cm)

Gambar 4.3 Menentukan indek pemampatan lapangan (Cc-lap) NC-Soil)

Angka pori (e)

e0

Jari-jari
minimum

Garis bagi

Garis konsolidasi
lapangan (Cclap.)

Garis konsolidasi
Pengembangan (Cs Cr)

Garis konsolidasi
Laboratorium(Cclab.)

Penambahan
beban
Pengurangan beban

0,42.e0
0

P0'

P c'
Log - Tegangan (kg/cm)

Gambar 4.4 Cara menentukan indek pemampatanlapangan (Cc-lap) OC-Soil


6. Menghitungan Indek Pemampatan, Cc dan Indek Pengembangan, Cs :

e1

titik ke-1

Angka pori (e)

Garis konsolidasi
lapangan (Cclap.), atau

Garis pengembangan konsolidasi (Cs)

e2

titik ke-2

P1

Log Tegangan (kg/cm)

P2

35

Gambar 4.5 Menentukan indek pemampatan, Cc dan indek pengembangan Cs


Menghitung indek pemampatan tanah (Cc):

Cc, Cs

e1 e 2
=
log P2 log P1

e
P
log 2
P1

........................................

(4.7)
dengan :
e1, e2 = angka pori pada titik ke-1 dan ke-2
P1, P2 = tegangan pada titik ke-1 dan ke-2 [kg/cm]

36

Tabel 4.2 Hasil pengujian konsolidasi (consolidation)

37

Gambar 4.7 Grafik hasil pengujian konsolidasi (consolidation)

38

DAFTAR PUSTAKA
Aponno, G., (2000), Petunjuk Praktikum Laboratorium Mekanika
Tanah, Malang : Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang
ASTM. (2009), Annual Book of ASTM Standart, Pennsylvania, United
States
Bowles, J.E., (1986), Engineering Properties of Soils and their
Measurement, New York :McGraw-Hill Book Inc.
British Standart,(1975), Methods of Test for Soils for Civil
Engineering Purposes, United Kingdom : British Standards
Institution
Dirjen Bina Marga, (1993), Panduan Penyelidikan Jembatan, Jakarta :
Departemen Pekerjaan Umum RI
Dirjen Bina Marga, (1989), Pedoman untuk pengumpulan rutin data
untuk disain pekerjaan peningkatan dan pemeliharaan,
Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum RI
Dirjen Bina Marga, (2009), Pemeriksaan Material/Bahan Jalan, Buku I
: Pengujian Bahan Alam, Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum
RI
Head, K. H., (2006), Manual of Soil Laboratory Testing,Volume1,
Caithness Scotland : Whittles Publishing
Head, K. H., (1994), Manual of Soil Laboratory Testing,Volume 2,
New York : John Wiley & Sons Inc.
Head, K. H., (1998), Manual of Soil Laboratory Testing,Volume 3,
Baffins Lane : John Wiley & Sons Ltd..

39

40

Anda mungkin juga menyukai