Abstrak
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari
sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
sehingga muncul istilah limfoma malignum. Dalam kondisi normal, sel
limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara sel
limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah
bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma
beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di
dalam pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar
kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan
sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati,
dan otak.
A. Ananmnesis
Keluhan terbanyak pada penderita adalah pembesaran kelenjar getah
bening di leher, aksila, ataupun lipat paha. Berat badan semakin
menurun, dan terkadang disertai dengan demam, sering berkeringat.1,4
B. Pemeriksaan Fisik
Palpasi
pembesaran
kelenjar
getah
bening
di
leher
terutama
ikut
terlibat.
Apabila
area
ini
terlibat
perlu
diperiksa
paling
yang
representative,
maka
tidak
perlu
biopsy
intra
Bone Marrow
Aspirasi sumsum tulang (BMP) dan biopsy sumsum tulang dari dua
sis spina iliaca dengan hasil specimen sepanjang 2 cm.
Pemeriksaan Radiologi
Rutin :
1) Toraks foto PA dan lateral
2) CT-Scan seluruh abdomen
Khusus :
1) CT-Scan Toraks
2) USG Abdomen
3) Limfografi, limfosintigrafi
2
Konsultasi THT
Bila cincin Waldeyer terkena, dilakukan gastroskopi atau foto saluran
cerna atas dengan kontras.
Cairan tubuh lain
Cairan
pleura,
asites,
cairan
serebrospinal
jika
dilakukan
D. Working Diagnosis1,4,5
Limfoma malignum adalah tumor ganas primer dari kelenjar limfe dan
jaringan limfatik di organ lainnya. Tumor ini merupakan salah astu
keganasan system hematopoetic yang terbagi menjadi dua golongan
besar, yaitu Hodgkins Lymphoma (HL) dan Non Hodgkins Lymphoma
(NHL). Belakangan ini insiden limfoma meningkat relatif cepat. Sekitar
90% limfoma Hodgkin timbul dari kelenjar limfe, hanya 10% timbul dari
jaringan limfatik di luar kelenjar limfe. Sedangkan limfoma non-Hodgkin
60% timbul dari kelenjar limfe, 40% dari jaringan limfatik di luar kelenjar.
Tabel 1. Klasifikasi Limfoma Menurut Ann Arbor yang telah dimodifikasi oleh
Costwell1
Keterlibatan/Penampakan
Stadium
I
Kanker mengenai 1 regio kelenjar getah bening atau 1 organ ekstralimfatik (IE)
II
Kanker mengenai lebih dari 2 regio yang berdekatan atau 2 regio yang letaknya
III
IV
Suffix
A
B
Bulky tumor yang merupakan massa tunggal dengan diameter > 10 cm, atau ,
massa mediastinum dengan ukuran >
infeksi
cytomegalovirus,
infeksi
streptococcal,
taraf
parah
disebut
limfadenitis
kronis.
minggu).
Penyakit non Hodgkin
Timbul gejala gejala demam, penurunan berat badan, berkeringat
pada malam hari, tapi insidennya lebih rendah disbanding penyakit
Hodkin. Kira kira 20% atau lebih penderita menunjukan gejala gejala
yang
berkaitan
dengan
pembesaran
kelenjar
limfe
G. Etiologi2
5
mempunyai
peran dalam
timbulnya
semua
jenis
kanker,
termasuk limfoma.
Pada limfoma hodgkin ditemukan adanya perkembangan sel B
abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg akibat pengaruh paparan
virus epstein barr (EBV). Terkait Proses Transkripsi sel B yang terganggu.
Sedangkan pada non hodgkin penyakit berkembang dari limfosit yang
abnormal yang akan terus membelah dan bertambah banyak dengan
tidak terkontrol akibat faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan,
infeksi virus atau bakteria (HIV, HCV, EBV, Helicobacter Sp) dan toksin
lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia). Pembelahan yang
tak terkendali dari limfosit B dan T akibat mutasi sel menjadi sel ganas.
H. Patofisiologi2,4,5s
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat
terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua
yang tengah berada dalam proses tranformasi menjadi imunoblas (terjadi
akibat adanya rangsangan imunogen). Hal yang perlu diketahui adalah
proses ini terjadi di dalam kelenjar getah bening, dimana sel limfosit tua
berada diluar centrum germinativum sedangkan imunoblast berada di
bagian paling sentral dari central germinativum. Beberapa perubahan
yang terjadi pada limfosit tua, antara lain : 1) ukurannya makin besar, 2)
kromatin inti menjadi lebih halus, 3) nukleolinya terlihat, 4) protein
permukaan sel mengalami perubahan (reseptor).
Hal mendasar lain yang perlu diingat adalah bahwa sel yang berubah
menjadi sel kanker seringkali tetap mempertahankan sifat dasarnya.
6
Misalnya sel kanker dari limfosit tua tetap mempertahankan sifat mudah
masuk dalam aliran darah namun dengan tingkat mitosis yang rendah,
sedangkan sel kanker dari imunoblas amat jarang masuk ke dalam aliran
darah, namun dengan tingkat mitosis yang tinggi.
I. Epidemiologi2,4
Insidensi penyakit Hodgkin kira-kira 3 per 100.000 penderita per
tahun. Pada wanita insidensinya lebih sedikit daripada pria. Rasio
perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 1,3-1,4 : 1.
Distribusi umur bimodal yaitu terdapat pada satu puncak dalam distribusi
frekuensi pada antara 20-40 tahun dan satu puncak di atas 50 tahun. Di
Amerika Serikat setiap tahun terdapat sekitar 7000 penderita Hodgkin
Lymphoma, atau kira-kira 1% dari seluruh tumor ganas yang sama.
Limfoma non-Hodgkin (NHL) merupakan penyakit yang terutama
dijumpai pada usia agak tinggi. Insidensi puncak terdapat di atas 40
tahun dan untuk berbagai subtype bahkan di atas 60 tahun. Tetapi ada
beberapa tipe, yaitu NHL derajat tinggi yang juga terdapat pada umur
anak dan remaja muda. Insidensinya adalah 6 per 100.000. Pada tahun
2000 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 54.900 kasus baru, dan
26.100 orang meninggal karena LNH. Di Amerika Serikat 5% kasus LNH
baru terjadi pada pria, dan 4% pada wanita per tahunnya.
Di Indonesia sendiri LNH bersama penyakit Hodgkin dan leukemia
menduduki urutan keenam tersering.
J. Terapi1,6.7
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara,
yaitu:
a) Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan
yang terbatas dalam pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis
limfoma, seperti limfoma gaster yang terbatas pada bagian perut saja
7
masih
menjadi
pilihan
utama. Namun,
sejauh
ini
memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
131
Iodine atau
90
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan banyak obatobatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap limfoma.
Pengobatan Awal:
1) MOPP regimen: setiap 28 hari untuk 6 siklus atau lebih.
o Mechlorethamine: 6 mg/m2, hari ke 1 dan 8
o Vincristine (Oncovine): 1,4 mg/m2 hari ke 1 dan 8
o Procarbazine: 100 mg/m2, hari 1-14
o Prednisone: 40 mg/m2, hari 1-14, hanya pada siklus 1 dan 4
2) ABVD regimen: setiap 28 hari untuk 6 siklus
o Adriamycin: 25 mg/m2, hari ke 1 dan 15
o Bleomycin: 10 mg/m2, hari ke 1 dan 15
o Vinblastine: 6 mg/m2, hari ke 1 dan 15
o Dacarbazine: 375 mg/m2, hari ke 1 dan 15
3) Stanford V regimen: selama 2-4 minggu pada akhir siklus
o Vinblastine: 6 mg/m2, minggu ke 1, 3, 5, 7, 9, 11
o Doxorubicin: 25 mg/m2, minggu ke 1, 3, 5, 9, 11
o Vincristine: 1,4 mg/m2, minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, 12
o Bleomycin: 5 units/m2, minggu ke 2, 4, 8, 10, 12
o Mechlorethamine: 6 mg/m2, minggu ke 1, 5, 9
o Etoposide: 60 mg/m2 dua kali sehari, minggu ke 3, 7, 11
o Prednisone: 40 mg/m2, setiap hari, pada minggu ke 1-10, tapering of pada minggu ke
11,12
4) BEACOPP regimen: setiap 3 minggu untuk 8 siklus
o Bleomycin: 10 mg/m2, hari ke- 8
o Etoposide: 200 mg/m2, hari ke 1-3
o Doxorubicin (Adriamycine): 35 mg/m2, hari ke-1
o Cyclophosphamide: 1250 mg/m2, hari ke-1
o Vincristine (Oncovine): 1,4 mg/m2, hari ke-8
o Procarbazine: 100 mg/m2, hari ke 1-7
o Prednisone: 40 mg/m2, hari ke 1-14
Jika pengobatan awal gagal atau penyakit relaps:
1) ICE regimen
o Ifosfamide: 5 g/m2, hari ke-2
o Mesna: 5 g/m2, hari ke-2
o Carboplatin: AUC 5, hari ke-2
o Etoposide: 100 mg/m2, hari ke 1-3
2) DHAP regimen
o Cisplatin: 100 mg/m2, hari pertama
o Cytarabine: 2 g/m2, 2 kali sehari pada hari ke-2
o Dexamethasone: 40 mg, hari ke 1-4
3) EPOCH regimen Pada kombinasi ini, etoposide, vincristine, dan doxorubicin diberikan
secara bersamaan selama 96 jam IV secara berkesinambungan.
o Etoposide: 50 mg/m2, hari ke 1-4
o Vincristine: 0.4 mg/m2, hari ke 1-4
o Doxorubicin: 10 mg/m2, hari ke 1-4
o Cyclophosphamide: 750 mg/m2, hari ke- 5
o Prednisone: 60 mg/m2, hari ke 1-6
d) Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-, di mana interferon-
berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat pemberian kemoterapi.7
e) Transplantasi sumsum tulang
Transplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila limfoma tidak
membaik dengan pengobatan konvensional atau jika pasien mengalami pajanan ulang
(relaps). Ada dua cara dalam melakukan transplantasi sumsum tulang, yaitu secara
alogenik dan secara autologus. Transplantasi secara alogenik membutuhkan donor
sumsum yang sesuai dengan sumsum penderita. Donor tersebut bisa berasal dari saudara
kembar, saudara kandung, atau siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai dengan
sumsum tulang penderita. Sedangkan transplantasi secara autologus, donor sumsum
tulang berasal dari sumsum tulang penderita yang masih bagus diambil kemudian
dibersihkan dan dibekukan untuk selanjutnya ditanamkan kembali dalam tubuh penderita
agar dapat menggantikan sumsum tulang yang telah rusak
K. Komplikasi7
Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma maligna dihubungkan
dengan penanganan dan berulangnya penyakit. Efek-efek umum yang
merugikan berkaitan dengan kemoterapi meliputi : alopesia, mual,
muntah,
supresi
sumsum
tulang,
stomatitis
dan
gangguan
L. Prognosis6
Menurut The International Prognostic Score, prognosis limfoma hodgkin
ditentukan oleh beberapa faktor di bawah ini, antara lain :
- Serum albumin < 4 g/dL
- Hemoglobin < 10.5 g/dL
- Jenis kelamin laki-laki
- Stadium IV
- Usia 45 tahun ke atas
- Jumlah sel darah putih > 15,000/mm3
- Jumlah limfosit < 600/mm3 atau < 8% dari total jumlah sel darah putih
Jika pasien memiliki 0-1 faktor di atas maka harapan hidupnya mencapai
90%, sedangkan pasien dengan 4 atau lebih faktor-faktor di atas angka
harapan hidupnya hanya 59%.
Sedangkan untuk limfoma non-hodgkin, faktor yang mempengaruhi
prognosisnya antara lain :
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Dessain,
S.K.
2009.
Hodgkin
Disease.
Diunduh
dari
Diunduh
dari
12