Anda di halaman 1dari 18

Pengelolaan dan Penegakan Diagnosis Penyakit pada Kasus Ca Mammae Sinistra

Oldi Nelson Patadungan


102012473
A2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
e-mail: samsons_oldi@yahoo.com
Pendahuluan
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal
dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam
International Classification of Diseases (ICD).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa
ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu
tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian
tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang
belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
Tujuan dari pembuatan makalah ini sendiri agar kita mampu mengetahui hal apa saja yang
menjadi ciri-ciri dari seseorang yang mengalami ca mammae.
Anamnesis
Anamnesis yaitu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan berupa rekam medik pasien. Dapat
dilakukan pada pasiennya sendiri (auto) atau pada keluarga terdekat (allo). Dalam kasus ini,
anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dikarenakan pasien sudah berumur 55 tahun.
1. Pada anamnesis, diawali dengan menanyakan identitas diri pasien. Dari identitas diri pasien,
dapat diketahui umur pasien yang berhubungan dengan tinggi frekuensi suatu penyakit
tertentu. Selain itu, juga dapat diketahui mengenai pekerjaan dari pasien, apakah pasien
terpapar oleh suatu faktor risiko yang berhubungan dengan penyakitnya. Jenis kelamin dari
pasien juga dapat membantu dalam menentukan diagnosis penyakit tertentu yang memiliki
kecenderungan lebih tinggi dalam menyerang salah satu jenis kelamin.1
1

2. Setelah itu dilanjutkan dengan keluhan utama dari pasien. Keluhan utama adalah pernyataan
singkat pasien yang menjelaskan mengapa ia mencari bantuan medis. Dalam skenario ini,
pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kirinya.1
3. Kemudian tanyakan mengenai riwayat penyakit sekarang (RPS). Riwayat penyakit sekarang
menunjukkan perubahan dalam kesehatan akhir-akhir ini yang membuat pasien mencari
bantuan medis sekarang. Pasien menguraikan informasi yang relevan dengan keluhan utama.
Dokter sebagai pewawancara dapat memahami kronologi proses patologis yang terjadi pada
pasien, mulai dari gejala awal hingga pasien datang berobat. Pada tahap ini beberapa hal
yang bisa ditanyakan antara lain:
-

Apakah ada benjolan ?

Apakah benjolannya keras atau lunak ?

Apakah benjolannya semakin membesar ?

Berapa banyak benjolan pada payudara?

Letak benjolannya didaerah mana?

Apakah ada rasa sakit didaerah payudara?

Apakah ada perubahan warna ?

Apakah terdapat abses / darah/ nanah/air susu pada puting susu?

Apakah ada hubungannya dengan hormonal ?

Apakah siklus menstruasinya normal?

Apakah sudah menopause? Pada usia berapa menopause?

Apakah sudah berkeluarga atau belum?

Jumlah anaknya berapa? Pada usia berapa dia melahirkan?1

4. Lalu tanyakan pula mengenai riwayat penyakit dahulu. Riwayat penyakit dahulu adalah
penilaian kesehatan pasien secara keseluruhan sebelum penyakit sekarang. Pada bagian ini,
tanyakan apakah pasien baru pertama kali mengalami hal ini atau sebelumnya sudah pernah.
Apakah pernah ada riwayat penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi dan lain-lain .1
5. Langkah berikutnya adalah menanyakan mengenai riwayat penyakit keluarga. Riwayat ini
memberikan informasi mengenai kesehatan seluruh anggota keluarga. Pewawancara harus
memperhatikan kemungkinan aspek genetik dan familial yang dapat mempengaruhi penyakit
yang dialami pasien.1

6. Riwayat pemakaian obat juga perlu ditanyakan. Apakah pasien sebelum datang ke dokter,
sudah pernah mengonsumsi obat baik yang dibeli sendiri maupun dengan resep dokter. Jika
pasien sudah pernah mengonsumsi obat, apa nama obatnya, sudah berapa lama, dan
bagaimana efek yang ia rasakan. Pertanyaan ini diperlukan dalam pemberian obat lebih lanjut
pada pasien, karena dengan anamnesis riwayat pemakaian obat, dokter dapat memberikan
obat yang lebih efektif dan aman bagi pasien (menghindari alergi obat dari pasien).1
7. Terakhir, tanyakan mengenai riwayat sosial. Pewawancara dapat menanyakan perihal
kebiasaan pasien, lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi faktor risisko dari
penyakitnya.1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara terdiri dari inspeksi, dan palpasi. Untuk pemeriksaan perkusi dan
auskultasi tidak dilakukan untuk kasus ini. 2
Inspeksi
Inspeksi payudara ketika pasien berada dalam posisi duduk dan setelah pakaiannya diturunkan
hingga batas pinggang. Pemeriksaan payudara yang saksama meliputi inspeksi yang cermat
terhadap perubahan kulit (warna kulit, dan apakah ada penebalan kulit/ pori-pori yang tampak
mencolok secara abnormal), ukuran dan kesimetrisan, kontur, karakteritik puting (ukuran dan
bentuknya, apakah ada luka, atau secret, dan sebagainya), dan retraksi dalam empat pandangan.
Empat pandangan/ posisi tersebut antara lain kedua lengan pada sisi tubuh, kedua lengan di atas
kepala, berkacak pinggang, dan mencondongkan tubuh ke depan.2
Palpasi
Palpasi sebaiknya dilakukan ketika jaringan payudara diratakan. Pasien diminta berbaring
telentang. Gunakan permukaan ventral jari tangan ke-2, ke-3, dan ke-4 dengan mempertahankan
agar ketiga jari tangan tersebut berada dalam posisi sedikit menekuk. Pemeriksaan ini dilakukan
secara sistematik.
Untuk memeriksa bagian lateral payudaranya, minta pasien memutar tubuhnya pada sendi paha
yang berlawanan dan meletakkan tangannya pada dahi, namun kedua bahu tetap menempel pada
tempat tidur atau meja periksa. Posisi ini akan membuat rata jaringan payudara bagian lateral.

Untuk memeriksa bagian medial payudara, minta pasien berbaring dengan kedua belah bahunya
rata pada tempat tidur atau meja periksa sementara tangannya diletakkan pada leher dan sikunya
diangkat hingga segaris dengan bahunya.
Periksa payudara dengan cermat untuk mengetahui konsistensi jaringan, apakah ada nyeri tekan,
nodulus (laporkan mulai dari lokasinya, ukuran (dalam sentimeter), bentuk (kontur yang bundar
atau kistik, menyerupai piringan atau ireguler), konsistensi (lunak, kenyal, atau keras), batasnya
tegas atau tidak, mobilitas (dalam hubungannya dengan kulit, fasia pektoralis, dan dinding dada.
Dengan hati-hati, gerakkan payudara mendekati massa dan perhatikan apakah terjadi
cekungan /dimpling. Selanjutnya, coba untuk menggerakan massa itu sendiri sementara pasien
melemaskan kedua belah tangannya dan kemudian dalam posisi berkacak pinggang), serta puting
susu (lakukan palpasi setiap putting dengan memperhatikan elastisitasnya). 2
Aksila
Untuk pemeriksaan aksila dapat diperiksa saat pasien berbaring, ataupun duduk, namun posisi
duduk lebih disukai. Pada inspeksi kulit pada setiap aksila perhatikanlah apakah adanya ruam,
infeksi, serta adanya pigmentasi yang abnormal.
Pada palpasi, untuk memeriksa aksila sebelah kiri, minta pasien agar rileks dengan lengan kiri
tergantung. Berikan bantuan dengan menggunakan tangan kiri anda untuk menahan pergelangan
tangan kiri atau tangan kiri pasien. Kuncupkan jari-jari tangan kanan anda dan coba untuk
menjangkau bagian apeks aksila setinggi-tingginya. Jari-jari tangan anda harus berada langsung
di bawah muskulus pektoralis dengan mengarah ke daerah midklavikula. Sekarang tekan jari-jari
tangan anda ke arah dinding dada dan kemudian gerakkan ke bawah dengan mencoba meraba
nodus limfatikus sentral pada dinding dada (yang paling sering dapat diraba). Jika merasakan
sesuatu, laporkan pula berapa banyak nodus limfatikus yang lunak, ukurannya bagaimana dan
apakah nyeri atau tidak. Begitu pula sebaliknya.
Jika nodus limfatikus sentralnya teraba besar, keras, atau nyeri tekan, atau jika terdapat
kecurigaan lesi pada daerah drainase getah bening untuk nodus limfatikus aksilaris, lakukan
palpasi untuk meraba kelompok nodus limfatikus aksilaris yang lain:

Nodus limfatikus pektoralis : pegang lipatan aksilaris anterior diantara ibu jari dan jari-jari
tangan anda, dan kemudian dengan jari-jaritangan anda lakukan palpasi di sebelah dalam
bagian tepi muskulus pektoralis.
4

Nodus limfatikus lateralis : dari puncak aksila, lakukan palpasi di sepanjang humerus pars

proksimal.
Nodus limfatikus subkapsularis : beralihlah ke belakang pasien dan kemudian dengan jarijari anda lakukan palpasi di sebelah dalam otot pada lipatan aksilaris posterior.

Demikian pula, lakukan palpasi untuk meraba nodus limfatikus infraklavikularis dan memeriksa
kembali nodus limfatikus supraklavikularis. 2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa karsinoma mamae
meliputi :3,4
1. Mamografi.
Merupakan metode pilihan deteksi kanker payudara pada kasus kecurigaan maupun kasus
kanker payudara kecil yang tidak terpalpasi. Ketepatan bisa mencapai sekitar 80%. Indikasi
dilakukannya mamografi antara lain adalah kecurigaan klinis adanya kanker payudara, tindak
lanjut pasca mastektomi, dan pasca breast conserving therapy (BCT) untuk mendeteksi
kambuhnya tumor primer , adanya adenokarsinoma metastastatik dari tumor primer yang
tidak diketahui asalnya, dan sebagai program skrining.
2. Ultrasonografi (USG).
Berguna untuk menentukan ukruan lesi dan membedakan kista dengan tumor solid. Selain itu
dapat pula serta untuk menentukan metastasis di hati.
3. MRI.
MRI dilakukan pada (1) pasien usia muda, kaerena gambaran mamografi yang kurang jelas
pada payudara wanita muda, (2) untuk mendeteksi adannya rekurensi pasca-BCT, (3)
mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara yang dari pemeriksaan fisik dan
penunjang lainnya kurang jelas. Karena tumor mamae mengandung densitas mikrovaskular
(MVD = microvascular density) abnormal, MRI mamae dengan kontras memiliki sensitivitas
dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis karsinoma mamae stadium dini.
4. Biopsi jarum halus (FNAB)
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu diperiksa di
bawah mikroskop. Metode ini sederhana, aman, akurasi bisa mencapai 90% atau lebih. Data
menunjukkan pungsi aspirasi jarum tidak mempengaruhi hasil terapi.
5. Biopsy terbuka
Dilakukan bila pada mamografi terlihat adanya kelainan yang mengarah ke tumor maligna,
hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan. Bila hasil mamografi positif, tetapi FNAB
negative, biopsy terbuka perlu dilakukan. Bila hasil mamografi negative, namun manifestasi
5

klinis pasien mengarah ke kanker payudara, biopsy terbuka wajib dilakukan. Biopsi
eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan menyertakan sedikit jaringan sehat di
sekitar massa tumor, dan biopsy insisional hanya mengambil sebagian massa tumor untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis yang ditemukan yang ada di scenario seperti adanya benjolan pada
payudara kirinya yang semakin membesar sejak 1 tahun yang lalu, dan terasa sakit, serta hasil
pemeriksaan fisik dimana didapatkan konsistensinya keras, batas tidak tegas, melekat pada kulit,
terdapat gambaran khas peau dorange, adanya retraksi papil, nyeri tekan, serta terdapat
pembesaran KGB aksila dan infraklavikularis sinistra, maka saya menduga bahwa wanita
tersebut menderita karsinoma mamae.
Etiologi dan Faktor Risiko
1. Umur
Risiko Ca mammae bertambah seiring dengan umur. Wanita umur 60 tahun memiliki risiko
terkena ca mammae 100 kali lipat dibanding dengan wanita umur 20 tahun.
2. Jenis kelamin
Risiko terkena ca mammae pada pria sangat rendah, namun prognosisnya lebih buruk karena
cenderung terlambat diagnosis.
3. Herediter
BRCA 1 dan BRCA 2 merupakan gen autosomal dominan yang berperan pada familial breast
cancer. Wanita yang mengalami mutasi BRCA berisiko 60%-80% terkena ca mammae.
4. Prior cancer
Orang yang pernah didiagnosa dengan ca ovarium atau ca uterus memiliki risiko terkena ca
mammae lebih tinggi.
5. Faktor makanan
-

Alkohol
Mengkonsumsi alkohol 1-2 gelas/hari memiliki risiko terkena ca mammae 150%
dibanding normal dan mengkonsumsi alkohol 6 gelas/hari memiliki risiko terkena ca
mammae 330% dibanding normal. Alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen dan

androgen, kerentanan gen terhadap bahan carcinogenik, kerusakan DNA mammae,


potensi metastase, proses angiogenesis tumor, dan sebagainya.
-

Intake lemak
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada ca mammae, namun berdasarkan statistik, orang
dengan diet rendah lemak memiliki risiko yang lebih rendah Penggunaan kontrasepsi
hormonal jangka panjang meningkatkan risiko terkena ca mammae daripada diet tinggi
lemak. Intake lemak yang tinggi kemungkinan hanya berpengaruh pada wanita
premenopause

6. Obesitas dan hormon


Peningkatan berat badan setelah menopause dapat meningkatkan risiko terkena ca mammae.
Selain itu pengaruh hormon seperti peningkatan estrogen dan androgen darah yang persisten
dapat meningkatkan risiko ca mammae, namun peningkatkan progesteron dapat menurunkan
risiko pada wanita premenopause
7. Kehamilan dan menyusui
Umur saat melahirkan anak pertama (<24 tahun), memiliki anak (7%/anak), dan menyusui
(4,3%/tahun menyusui) dapat menurunkan risiko terkena ca mammae. Hamil pertama saat
umur 30 tahun mengalamin peningkatan risiko terkena ca mammae dua kali lipat dibanding
pada umur <25 tahun. Tidak mempunyai anak meningkatkan risiko terkena ca mammae
sebesar tiga kali lipat
8. Terapi pengganti hormon
Terapi estrogen + progesteron memiliki efek signifikan pada ca mammae dan meningkatkan
agresivitas serta prognosis yang lebih buruk, namun apabila terapi jangka pendek dengan
indikasi sindrom menopause, maka tidak ada pengaruh pada risiko
9. Perokok pasif
Meningkatkan risiko terkena ca mammae 70% pada wanita premenopause
10. Radiasi
Wanita umur <30 tahun yang menerima radiasi ionisasi dosis tinggi berisiko terkena ca
mammae lebih tinggi dibanding normal
Epidemiologi
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari
seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap
7

tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di


negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis
menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita.
Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000
orang di antaranya meninggal setiap tahunnya. American Cancer Society memperkirakan kanker
payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 19902000.
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher rahim di Indonesia.
Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus
yang banyak, ( insiden minimal 20.000 kasus baru per tahun), terdapat kenyataan bahwa lebih
dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker
payudara menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan peningkatan ,yaitu dari 3,9
menjadi 7,8. Jarang ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat
pada usia 45-66 tahun
Patofisiologis
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi.
Terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan
paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan
perkembangan sel sel atipik. Hyperplasia duktal, ditandai oleh proliferasi sel-sel epitel
poliklonal yang tersebar tidak rata yang pola kromatin dan bentuk inti-intinya saling bertumpang
tindih dan lumen duktus yang tidak teratur, sering menjadi tanda awal kecenderungan keganasan
Perubahan dari hyperplasia ke hiperplastik atipik (klonal), yang sitoplasma selnya lebih jelas,
intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, dan lumen duktus yang teratur, secara klinis
meningkatkan risiko kanker payudara.
Sel sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Setelah sel-sel
tumor menembus membrane basal dan menginvasi stroma, tumor menjadi invasive, dapat
menyebar secara hematogen dan limfogen sehingga menimbulkan metastasis. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang

cukup besar untuk dapat diraba ( kira kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira-kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. 5,6

Gambaran Klinis
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau
deorange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada
payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak . Perubahan pada kulit yang biasa
terjadi adalah:7
1. Tanda lesung. Ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae, ligamen tersebut akan
memendek hingga kulit setempat menjadi cekung, yang disebut dengan tanda lesung
2. Perubahan kulit jeruk (peau deorange). Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel kanker,
hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah tampak
sebagai tanda kulit jeruk

3. Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masing
membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul tersebar, secara
klinis disebut tanda satelit
4. Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwarna merah atau
merah gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk
bunga terbalik, ini disebut tanda kembang kol
5. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut karsinoma mammae inflamatorik, tampil
sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip peradangan, dapat disebut
tanda peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker payudara waktu hamil atau laktasi.
Perubahan papilla mammae pada karsinoma mammae adalah :
1. Retraksi, distorsi papilla mammae. Umumnya akibat tumor menginvasi jaringan subpapilar
2. Sekret papilar (umumnya sanguineus). Sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar
atau tumor mengenai duktus besar
3. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid (Paget
disease). Klinis tampak areola, papilla mammae tererosi, berkrusta, sekret, deskuamasi,
sangat mirip eksim.
Pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter
maupun multipel, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan
jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat
menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian sangat kecil pasien kanker
payudara hanya tampil dengan limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa mammae, ini disebut
sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi.
Klasifikasi
Stadium I (T1 N0 M0)
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran
jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.

10

Gambar 1. Tumor mammae stadium 1

Stadium IIA (T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0)


Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh.

Gambar 2. Tumor mammae stadium IIA

Stadium IIB (T2 N1 M0 / T3 N0 M0)


Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh.

11

Gambar 3. Tumor mammae stadium IIB

Stadium IIIA (T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0)


Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa penyebaran
jauh.

Gambar 4. Tumor mammae stadium IIIA

Stadium IIIB (T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0)


Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan terdapat
penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN)
supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau
dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka
bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga
belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke
bagian lain dari organ tubuh
.

12

Gambar 5. Tumor mammae stadium IIIB

Stadium IIIC (Tiap T N3 M0)


Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral,
atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan
metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.

Gambar 6. Tumor mammae stadium IIIC

Stadium IV (Tiap T-Tiap N -M1)


Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.

Gambar 7. Tumor mammae stadium IV


13

Diagnosis Banding
1. Fibroadenoma Mammae
Ini adalah suatu kelainan tumor jinak dan ini merupakan golongan terbesar dari tumor payudara yaitu 45,28%-50%. Fibroadenoma mammae ini secara klinis diketahui sebagai suatu
tumor di payudara, dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari jaringan
sekitarnya, bentuk bulat lonjong dan berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak ada
perubahan pada kulit. Tidak disertai rasa nyeri. Terdapat pada usia muda (15-30 tahun).
Dapat dijumpai bilateral atau multiple (15%). Dan sebagai tumor jinak tidak ada mtastase
jauh atau pun mtastase regioner (pembesaran kelenjar getah bening ketiak). Pengobatannya
cukup dengan eksisi tumornya.3,7
2. Kistosarkoma filoides
Gambaran klinis dapat seperti fibroadenoma mammae yang besar. Bentuk bulat lonjong permukaan berbenjol, batas tegas, ukuran dapat mencapai 20-30 cm. Konsistensi dapat padat
kenyal tetapi ada bagian yang kisteus. Walaupun besar tidak ada perlekatan ke dasar atau
kulit. Kulit payudara tegang dan berkilat dan venek-tasi melebar. Tidak bermetastase karena
ini adalah kelainan jinak. Namun demikian dalam jumlah kecil ditemukan dalam bentuk
ganas, yang disebut malignant cystosarcoma philloides yaitu 27% dari semua cystosarkoma.
Pengobatan: Simpel mastektomi untuk mencegah residif. Pada orang muda atau belum
berkeluarga dapat dipertimbangkan untuk mastektomi subkutan.3,7
3. Galactocele
Ini bukan suatu kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru, tetapi suatu massa tumor kistik
yang timbul akibat tersumbatnya saluran atau duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang
atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini berisi air susu yang mengental. Klinis tumor
berbatas tegas, bulat dan kisteus.3,7
4. Mastitis
Ini adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara, yang biasanya terdapat pada wanita yang
sedang menyusui. Tanda radang lengkap ditemukan. Sering ditemukan sudah menjadi
abses.3,7

14

Penatalaksanaan3,4
1. Terapi Bedah (kuratif)
-

Mastektomi radikal

Mastektomi radikal modifikasi

Mastektomi total

Mastektomi segmental

2. Terapi non-bedah (paliatif)


a. Kemoterapi
-

Kemoterapi pra-operasi (neoadjuvan)

Kemoterapi adjuvant pasca operasi

Kemoterapi terhadap kanker mammae stadium lanjut atau rekuren dan metastatik

b. Radioterapi
-

Radioterapi murni kuratif

Radioterapi adjuvan

Radioterapi paliatif

c. Terapi Hormon
-

Obat Antiesterogen
Tamoksifen. Merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah
berikatan dengan reseptor esterogen secara kompetitif. Efek samping trombosis vena
dalam, karsinoma endometrium.

Inhibitor Aromatase
Menghambat kerja enzim aromatase, sehingga menghambat atau mengurangi
perubahan androgen menjadi esterogen. Golongan obatnya antara lain anastrozol,
letrozol, dan golongan steroid.

Obat sejenis progestrogen


Medroksiprogesterogen asetat dan megosterol. Mekanisme obat ini adalah melalui
umpan balik hormon progestin menyebabkan inhibisi aksis hipotalamus-hipofisisadrenal, androgen menurun, sehingga mengurangi sumber perubahan manjadi
estrogen dengan hasil turunnya kadar estrogen.

15

Komplikasi
Adanya metastase ke jaringan sekitar secara limfogen dan hematogen merupakan komplikasi
pada carcinoma mamae. Metastase secara limfogen menyebar sampai ke paru, hati dan tulang.
Sedangkan metastase secara hematogen menyebar sampai ke otak. Selain itu komplikasi lain
yang dapat terjadi adalah Terbatasnya gerakan bahu, inflamasi jaringan ikat pada lengan yang
terlibat, tumor maligna pada pembuluh limfe di daerah lengan yang terlibat, perubahan warna
kulit akibat radiasi atau timbul bercak merah hitam, inflamasi paru akibat radiasi.4
Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Telah disepakati bahwa pencegahan
yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi
dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:4
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan
pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer ini juga bisa
berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin
sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa

metode

deteksi

dini

terus

mengalami

perkembangan.

Skrining

melalui

mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi
keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain wanita yang sudah mencapai usia 40
tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey, pada wanita dengan faktor risiko
mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun, dan wanita normal mendapat
rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.

16

c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh
banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan
tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
Prognosis
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh stadium kanker. Semakin dini semakin baik
prognosisnya.
Tabel 1. Stadium kanker

5-years survival rate


Stadium

Survival rate (%)

99

98

II a

82

II b

65

III a

47

III b

44

IV

14

17

Kesimpulan
Ca Mamae adalah sel karsinoma yang tumbuh di daerah payudara. Ca Mamae ini bisa
disebabkan karena konstitusi genetika, pengaruh hormone, virogen, makanan, radiasi daerah
dada, namun untuk penyebab tingginya kasus Ca. mammae disuatu daerah belum diketahui
secara jelas . Tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien Ca Mamae adanya benjolan/massa
di payudara, terasa nyeri, terjadi pembesaran yang abnormal, serta gambaran peau dorange.
Penanganan secara medis dari pasien dengan kanker mamae ada dua macam yaitu dengan
pembedahan dan non pembedahan.

DaftarPustaka
1. Cahyono JBSB. Hepatitis B. Sri I, editor. Yogyakarta: Kanisius; 2010.h.45-9.
2. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC, 2009.h.303-21.
3. Reksoprodjo S, et all. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Binarupa Aksara, 2010.h.32240.
4. Desen Wan. Buku ajar onkologi klinis. Edisi ke-2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2008.h.366-83.
5. Rasad S. Radiologi diagnostic. Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2005.h.489-99.
6. McPhee SJ, Ganong WF. Patofisiologi penyakit : pengantar menuju kedokteran klinis. Edisi
ke-5. Jakarta : EGC, 2010.h.109-12.
7. Sabiston. Buku ajar ilmu bedah. Bagian 1. Jakarta: EGC; 2000.236-250.

18

Anda mungkin juga menyukai