Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi prosesproses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan
metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga
dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur
dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami
regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan
perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien
yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia
sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap
tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam
ruang perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki
laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 4 : 1.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Konsep Dasar

1. Definisi
Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan
perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis hati adalah
penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai
nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati
membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.
Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah. Sirosis hepatis
ringan dapat memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya, sehingga hati dapat bekerja secara
normal kembali. Sedangkan pada sirosis hepatis parah, jaringan parut yang terlalu banyak
telah membuat fungsi hati tidak dapat berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis
hepatis adalah virus, obat-obatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati. Cara
penyembuhan terbaik bagi sirosis hepatis adalah dengan melakukan pencangkokan hati.
Beberapa pengertian menurut para ahi:

2.

Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros
yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada
nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut
yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat
nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.

Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan
distorsi arsitektur hati yang abnormal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodulnodul regenerasi sel hati.

Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan hati
normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang
mengalami regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan normal (Sylvia
Anderson,2001:445).
Jenis/Klasifikasi/Stadium

Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua faktor pencetus utama untuk sirosis Laennec.
Sisrosis pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling sering dijumpai. Ada
tiga jenis sirosis hati, yaitu:
a. Sirosis portal Laennec disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal
sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar mengecil
dan nodular. Pada sirosis tipe ini yang paling sering ditemukan di negara Barat.
b. Sirosis poscanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin
biasanya berasal dar hepatitis virus akut yang sebelumnya terjadi. Hepar mengecil
dengan banyak nodul dan jaringan fibrosa.
c. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi empedu yang kronis dan infeksi
(kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan sirosis
poscanekrotik.
Dan seacara klinis sirosis hati dibagi menjadi:
a.

Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata.

b.

Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas.
Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada
satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui
biopsi hati.

Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnyanodul, yaitu:
a.

Makronoduler (Ireguler, multilobuler)

Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul
lebih dari 3 mm.
b.

Mikronoduler (reguler, monolobuler)

Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati
mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm.
Sirosis mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
c.

Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler

Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.


3.

Patofisiologi

Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, mengonsumsi
minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Selain pada peminum
alkohol, penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Namun
demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum dan
pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen,
terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis yang menular. Jumlah laki-laki
penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak dari pada wanita, dan mayoritas pasien sirosis
berusia 40 hingga 60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang
melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit
tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan
parut, akhirnya jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi.
Jaringan-jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat
menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan
gambaran mirip paku sol sepatu berkelapa besar dalam (hobnail appearance) yang khas.
Sirosis Hepatis biasanya memiliki awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat
panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih.
Sirosis Pasca Nekrotik (Hepatitis dari Virus tipe B dan C). Infeksi hepatitis virus tipe
B dan C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi
daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus ati dan ini memacu timbulnya
jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodu sel hati, walaupun
etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa
dibentuk dari sel reikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini
dapat meghubungkan daerah porta dan sentra.
Sirosis Billier (Obstruksi Billiaris Pascahepatik). Kerusakan sel hati yang dimulai
sekitar duktus biliaris akan menimbulkan pola sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris.
Penyebabnya oleh karena obstruksi biliaris pascahepatik. Terjadi stasis empedu menyebabkan
penumpukan empedu di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Hati akan membesar
keras, bergranula halus. Ikterus merupakan bagian awal dari dan utama dari sindrom ini.
4. Tanda dan gejala
Terdapat beberapa gejala pada sirosis hati, seperti :
a. kelelahan .
b. hilang nafsu makan.
c. mual-mual.
4

d. badan lemah.
e. kehilangan berat badan.
f. nyeri lambung .
g. air kencing berwarna gelap.
h. kadang-kadang hati teraba keras.
i. gangguan pencernaan.
Selain gejala-gejala yang sudah disebutkan terdapat pula beberapa tanda klinis yang
pada penderita sirosis hepatis, yaitu:

terjadi

a. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis dan Jaundice (Kuning pada
bagian kulit dan putih mata).
b. Timbulnya asites ( akumulasi air di perut ) pada penderita sirosis.
c. Timbulnya edema ( akumulasi air di kaki ) pada penderita sirosis.
d. Hati yang membesar(disebabkan oleh penumpukkan produk empedu dalam hati)
e. Hipertensi portal
f. Pembentukan batu empedu (karena kurangnya empedu dalam batu empedu.
5. Komplikasi
Pada sirosis hepatis terdapat beberapa komplikas yang akan dialami oleh si penderita,
diantaranya yaitu:
a. Edema dan ascites
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam dan air
berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi cairan ini
disebut edema atau pitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah
ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki yang mengalami edema akan
menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah
pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang
tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan
organ-organ perut. Akumulasi cairan ini disebut ascites yang menyebabkan pembengkakkan
perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.
b. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
5

Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak mampu untuk melawan
infeksi secara normal. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Pada beberapa
pasien penderita SBP tidak memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit perut
dan kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites.
c. Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices)
Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan tekanan vena pada
kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya lambung bagian atas. Perdarahan dari
varices-varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa perawatan segera dapat
menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah darah (muntahan
dapat berupa darah merah bercampur dengan gumpalan-gumpalan atau coffee grounds,
yang belakangan disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang
hitam, disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena),
dan kepeningan orthostatic (orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan oleh suatu
kemerosotan dalam tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring).
d. Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara cukup dalam
darah sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur pada siang hari daripada pada
malam hari (berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal) merupakan gejala yang
paling dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lainnya adalah cepat marah,
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau melakukan perhitungan, kehilangan memori,
kebingungan atau tingkat kesadaran yang tertekan (dapat mengakibatkan keparahan pada
penyakit ini bahkan dapat menimbulkan kematian).
e. Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang.
Fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan cara darah mengalir melalui
ginjal. Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjalginjal untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urine
yang memadai. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsurangsur melalui waktu berbulan-bulan dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu
atau dua minggu.
f. Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang
dilepas pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal.
Darah yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil
cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama
dengan pengerahan tenaga.
6

g. Hypersplenism
Adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah
(anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet
yang rendah (thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat
menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah
dan berakibat pada perdarahan yang berkepanjangan (lama).
h. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat meningkatkan risiko kanker
hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa
tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja
didalam tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat
menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
b. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus hepatitis
c. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh keparahan
sirosis hatinya.
d. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik.
Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat membantu
mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
e. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
f. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa, organ
pencernaan.
7. Penatalaksanaan
1)

Penatalaksanaan Medik
a. Pencegahan Pendarahan

Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan kemampuan hati
untuk mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan darah.
b. Tindakan Penjagaan

Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat tidur, menekan


setiap lokasi persuntiakn dan menghinadari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus
memahami kemungkinan melena dan memerikasa feses untuk mengetahui jika terdapat darah
yang merupakan tanda pendarahan internal. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak
feses yang dapat membantu pasien. Pasien harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi
pendarahan gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda vital, cairan intravena dan obat-obatan.
c.

Jika terjadi Hemoragi

Perawat membantu dokter dengan melakukan tindakan untuk menghentikan


pendarahan, memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan. Hemoragi
masih akibat pendarahan dari varises esophagus atau lambung di pindahkan di unit intensif.
Penderita sirosis memerlukan penjelasan tentang kejadian yang telah dialami.
d. Ensefalopati hepatic
Merupakan komplikasi neurology yang mungkin terjadi dan mencakup kemunduran
status mental serta dimensi di samping adanya tanda-tanda fisik seperti gerakan volunteer dan
involunteer yang abnormal. Yang disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan
ditimbulkan pada metabolisme otak.
e.

Terapi

Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang tidak dapat
diserap untuk melakukan kadar anomia.
2)

Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pemantauan

Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran diri pada status
mental. Karena gangguan elektrolit dapat timbul ensefalomati, kadar elektrolit serum harus
dipantau dengan cermat jika abnormal. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan
dirumah.
Selama dirawat di rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan untuk perawatan di
rumah oleh perawatan melalui intruksi diet. Instruksi yang paling penting adalah
menghilangkan alkohol dari diet.
Kebersihan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien tentang perlunya
kepatuhan secara total pada rencana terapinya. Yang mencakup istirahat, kemungkinan
perubahan gaya hidup, diet yang memadai dan pantang alkohol.
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus,
khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama di samping asupan
makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita.Pengkajian pada klien
sirosis hepatis menurut Engram (1998) dan Tucker (1998) diperoleh data sebagai berikut :
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko :
- Alkoholisme
- Hepatitis viral
- Obstruksi kronis dari duktus koledukus dan infeksi (kolangitis)
- Gagal jantung kanan berat kronis berkenaan dengan korpulmona.
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan :
a. Gangguan GI, mual, anoreksia, flatulens, dispepsia, muntah, perubahan kebiasaan usus
(disebabkan oleh perubahan metabolisme nutrien).
b. Nyeri abdomen kuadran kanan atas (disebabkan oleh pembesaran hepar).
c. Pembesaran, hepar dapat diraba (pada tahap lanjut penyakit, peningkatan pembentukan
jaringan parut yang menyebabkan kontraksi jaringan hepar karenanya mengisutkan
hepar.
d. Demam ringan (disebabkan oleh penurunan produksi antibodi).
3. Pemeriksaan diagnostik:
a. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat
menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
b. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus hepatitis.
c. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh keparahan
sirosis hatinya.
d. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik.
Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat membantu
mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
e. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
9

f. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa, organ
pencernaan.
g. Scan CT, atau MRI di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan
aliran darah hepatik.d.
Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan
hiponatremia (disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respons terhadap
kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites).
4. Pemeriksaan psikososial
a. Riwayat Sosial
Keadaan sosial dan ekonomi berpengaruh, apakah pasien suka berkumpul dengan
orang-orang sekitar yang pernah mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orangorang yang dampaknya mempengaruhi prilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena
keadaan lingkungan sekitar yang tidak sehat.
b. Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima,
ada tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian,
karena pada pasien dengan sirosis hati dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan
kepribadian, emosi labil, menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat
perasaan pasien akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari edema,
gangguan integument, dan terpasangnya
alat-alat invasive (seperti infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya hidup, perubaha
peran dan tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper, &
Dirksen, 2000).
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Spasme otot abdomen
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan tonus otot
D. Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Spasme otot abdomen
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 2 x 24 jam gangguan rasa nyaman dapat teratasi
Kriteria Hasil : - Keadaan umum : tenang
10

- Pasien tidak lagi mengeluh sebah diperutnya


- Pasien dapat beraktifitas tanpa merasakan sebah diperutnya
Intervensi :

- Bina hubungan saling percaya

Rasional : dengan pasien percaya pada perawat, akan mempermudah proses


keperawatan
- Kaji dan catat karakteristik, lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi dari
sebah
Rasional : dapat memberikan implementasi keperawatan yang tepat pada pasien
- Berikan kompres hangat pada abdomen yang sakit
Rasional : supaya pasien nyaman dan rasa sebah berkurang
- Ajarkan tehnik distraksi dan rileksasi
Rasional : agar pasien dapat mengalihkan pikiran dari rasa sebah ke hal-hal lain
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesic
Rasional : dapat mengurangi rasa sebah yang dirasakan pasien
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi pada
pasien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil : - Pasien makan dengan lahap
- Nafsu makan naik
- Tubuh pasien tidak lemas
- Pasien tidak menunjukkan bukti penurunan berat badan
- Membran mukosa lembab
- Hemoglobin pasien 10
- Pasien menghabiskan makan 1 porsi penuh
Intervensi :

- Bina hubungan saling percaya


11

Rasional : dengan pasien percaya pada perawat, akan mempermudah proses


keperawatan
- Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama tiap hari
Rasional : mendapatkan data yang akurat
- Pantau asupan dan keluaran pasien
Rasional : berat badan dapat meningkat sebagai akibat dari retensi cairan
- Kaji dan catat bising usus pasien satu kali setiap bergantian tugas jaga
Rasional : memantau peningkatan dan penurunannya

- Berikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang pemenuhan kebutuhan


nutrisi dalam proses penyembuhan
Rasional : memberikan informasi pada pasien dan keluarga tahu pentingnya nutrisi
dalam proses penyembuhan
- Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan perlahan
Rasional : melatih pasien untuk makan lebih banyak lagi, dengan makan sedikit tapi
sering dapat menggugah nafsu makan pasien lebih tinggi
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit pada pasien
Rasional : memenuhi angka kecukupan gizi pasien
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan tonus otot
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam intoleransi aktivitas dapat teratasi
Kriteria Hasil : - Pasien dapat beraktivitas secara mandiri
- Keadaan umum pasien tampak baik tidak lagi lemah
Intervensi :

- Bina hubungan saling percaya

Rasional : dengan pasien percaya pada perawat, akan mempermudah proses


keperawatan
- Kaji tingkat kemampuan mobilisasi pasien
12

Rasional : membantu untuk menentukian rencana keperawatan selanjutnya


- Bantu pasien melakukan perubahan gerak
Rasional : pergerakkan secara bertahap membantu agar tonus otot tidak kaku
- Ajarkan pasien untuk teknik ROM secara berkala
Rasional : melatih pasien mampu menggerakkan extremitas secara mandiri
- Ukur tanda-tanda vital pasien sebelum dan sesudah latihan
Rasional : memonitor kemampuan pasien dan menghindari timbulnya nyeri tambahan
serta kelelahan berat
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain ( fisioterapi )
Rasional : pemberian terapi membantu pasien dapat beraktivitas secara mandiri
- Jelaskan pada pasien untuk tetap menjaga posisi tubuh dalam keadaan
klinis
Rasional : mencegah timbulnya kelainan vertebrata

13

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros
yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang
terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan
disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di
karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang
tidak normal.
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri
bila ditekan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.


Brunner & Suddarths. (2000) Textbook of Medical Nursing. 4thed Philadelphia: Lipponcot
Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wordpress : http://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/07/24/makalah-sirosis-hepatis/.
Dexa medica : http://www.dexamedica.com/images/publish_upload08071125MEDICrev.pdf
Usu : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31644/4/Chapter%20II.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai