Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10g/kg/24 jam (Gunawan S, 2007).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanyalebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Juffri, et, al, 2010).
Diare akut adalah sebagai diare yang berlangsung selama 14 hari,
terjadi

secara

mendadak

pada

bayi

dan

anak

yang

sebelumnya

sehat.keluarnya tinja, air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja
lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur tiga tahun, yang volume
tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut
diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume
tinja (Suraatmaja S, 2010 ).
B. Anatomi & Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan

oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut,
hidung, faring, dan laring.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit


dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esophagus . Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histology, esofagus dibagi
menjadi tiga bagian:
- bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
- bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
- bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke

dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang


berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzimenzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
-

yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.


Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara

membunuh berbagai bakteri.


- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah
dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M
Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).
- Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung


empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
-

sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.


Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus.Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya

berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.


Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)

dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.


6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.Usus besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum,
7

Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).


Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar.Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
8

penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja


disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
C. Etiologi
Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:
1. Infeksi
a Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama pada anak yang disebabkan infeksi bakteri (E. Colli,
Salmonella,Shigella, Vibrio dll) parasit (protozoa:E. hystolitica , G.
lamblia; cacing:Askaris, trikurus; Jamur :kandida ) melalui fecal
oral :makanan , minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung
b

dengan tinja penderita


Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit :
cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan anak umur

dibawah 2 tahun.
2. Malabsorsi

Mal absorpsi kalbohidrat, disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa


dan sukrosa). Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering

adalah intoleransi laktosa.


b Mal absorpsi lemak
c Mal absorpsi protein
3. Makanan
Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologik
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang telah besar.
D. Manisfestasi Klinis
1. Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik
secara menetap atau berulang panderita akan mengalami penurunan
berat badan.
2. BAB kadang bercampur dengan darah.
3. Tinja yang berbuih.
4. Konsistensi tinja tampak berlendir.
5. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
6. Penderita merasakan sekit perut.
7. Rasa kembung.
8. Kadang-kadang demam.
9. Berat badan menurun
10. Malaise
11. Muntah (umumnya tidak lama)
12. Membran mukosa kering
E. Komplikasi
1. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
2. Syok hipovolemik yang terdekompensasi ( hipotensi, asidosis metabolik,
perfusi sistemik buruk).
3. Kejang demam
4. Bakteremia
5. Malnutrisi
Dari komplikasi Gastroentritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok.

10

2. Dehidrasi Sedang.
Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan
dalam.
3. Dehidrasi Berat.
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
F. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi,
faktor makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan
mengalami reaksi inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan
elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor
malabsorbsi makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan
terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga juga meneybabkan isi
rongga usus meningkat. Ketiga faktor makanan, dimana faktor makanan
disini adlah makanan yang beracun, basi maupun alergi terhadap makanan
dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus. Keempat, faktor
psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang menyebabkan adanya
rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan
motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas.
Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air
&

elektrolit,

sedangkan

hipomotilitas

akan

menyebabkan

adanya

pertumbuhan bakteri. Terjadinya peningkatan di isi rongga usus, sekresi air


dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan bakteri menyebabkan terjadi
penyakit gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan &
elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan ekstra
sel dan juga terjadi penurunan cairan interstesial yang menyebabkan turgor
kulit menurun, maka dalam hal ini timbul masalah yaitunya kekurangan
volume cairan dan cemas pada kliennya. Gejala yang kedua yaitu kerusakan
mukosa usus yang menyebabkan si penderita merasakan nyeri. Gejala yang
ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang menyebabkan terjadi resiko

11

kerusakan integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah terjadinya peningkatan


eksresi sedangakan asupan nutrisi tidak terpenuhi, pada hal terjadi
ketidakseimbangan nutrisi.

Makanan

Penyerapan
makanan di usus

Faktor

Ansietas

Infeksi

Makanan

malabsorbsi

Kuman masuk
dan berkembang
di usus halus

Meningkatkan
tekanan osmotik

Diare
Hipereksresi & elektrolit
Frekuensi BAB
Peningkatan isi rongga usus
Hilang cairan
elektrolit berlebih

Sifat asam feses

Mengiritasi otot
dan lapisan
mukosa usus

Mengiritasi kulit

Distensi abdomen

Inflamasi

Gg integritas kulit perianal

Mual & muntah

Pelepasan sitokinin
Gg keseimbangan
cairan &
elektrolit
Dehidrasi

Kekurangan
volume cairan

Asidosis metabolik
Merangsang saraf
vagus

Sesak
Gg pertukaran gas

Res. Syok
(hipovolemi)

Sinyal ke SSP

Pembentukan prostaglandin di otak


Merangsang hipotalamus
meningkatkan suhu tubuh
Hipertermi

12

Nafsu makan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1. Pemeriksaan Tinja
- Makroskopis dan mikroskopis.
- pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
- Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
- pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium,
Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asama basa.
- Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
H. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum, yaitu :
- Cairan peroral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula
dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah
-

sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.


Cairan parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
a. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg
BB / oral
b. Dehidrasi sedang
13

1 jam pertama 50 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg


BB / hari.
c. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit
-

(infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.


7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit

( infus set 1 ml = 20 tetes )


16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral
bila anak mauminum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes /
kg BB / menit atau 3 tetes/ kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10 15 kg


-

1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit


( infus set1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml

= 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak
mauminum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg
BB / menitatau 3 tetes / kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25 kg.


-

1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit

( infus set1 ml = 20 tetes ).


- 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
1. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
tujuanpenyembuhan dan menjaga kesehatan, adapun hal yang perlu
diperhatikan :
- Memberikan asi
- Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineraldan makanan yang bersih.
2. Obat obatan
- Obat anti sekresi
- Obat anti spasmolitik.
- Obat antibiotik.
a. Masalah Keperawatan & Data Pendukung
No

Data Fokus

Etiologi

Masalah

.
1

DS:-

Diare

kekurangan

14

DO: kulit kering


Penurunan turgor kulit
Peningkatan frekuensi nadi
Membran mukosa kering
Penurunan haluaran urin
Peningkatan suhu tubuh
Kelemahan, haus

volume cairan
Frekuensi
meningkat

BAB

Hilang
cairan
elektrplit berlebih

&

Dehidrasi

DS:DO: diare
Berat badan

Kekurangan
cairan
Malabsorpsi

volume
Ketidakseimbanga

n nutrisi kurang
20%/lebih Meningkatkan tekanan
dari kebutuhan
osmotik
dibawah BB ideal
Bising usus Hiperaktif
Kurang
minat
pada Hipersekresi air
makanan

Peningkatan isi rongga


usus
Distensi abdomen
Mual muntah
Nafsu makan menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

15

DS:
Infeksi
Hipertermi
DO: suhu tubuh > 37,50c
Kulit kemerahan
Kuman masuk &
Serangan atau konvulsi berkembang di usus
halus
(kejang)
Kulit kemerahan
Pertambahan RR
Mengiritasi otot dan
Takikardi
lapisan mukosa usus
Saat disentuh tangan terasa
hangat

Inflamasi
Pelepasan sitokinin
Merangsang
vagus

saraf

Sinyal ke SSP
Pembentukan
prostaglandin di otak
Merangsang
hipotalamus
meningkatkan
tubuh

suhu

Hipertermi

2.10

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan yang ditandai dengan turgor kulit lambat, mukosa bibir
kering.

16

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya


intake dan output
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari
diare
2.11

Intervensi

No

Dx Keperawatan Tujuan

Intervensi

.
1

Kekurangan

1. Monitor tanda - Hipotensi,

Setelah

Rasional

volume cairan & dilakukan

tanda

elektrolit

tindakan

(penurunan

demam

berhubungan

keperawatan

kesadaran, tekanan

menunjukan

dengan

1x24

nadi

menurun,

respon terhadap

kedaan kulit
2. Monitor dan ukur

efek kehilangan

jam

pengeluaran yang keseimbangan


berlebihan

yang cairan

dan

dehidrasi

takhikardi
dapat

cairan
intake & output
- Mengetahui
ditandai dengan elektrolit
3. Rencanakan
&
pemasukan
turgor
kulit terpenuhi
berikan
cairan
nutrisi
pada
lambat, mukosa Dengan kriteria
sesuai kebutuhan
pasien
bibir kering.
hasil:
4. Kolaborasi dengan
- Mengetahui
- Intake

dokter
untuk
terjadinya
output
pemberian terapi
dehidrasi
5. Anjurkan keluarga
seimbang
- Memenuhi status
- Kadar
untuk
memberi
cairan
dan
elektrolit
banyak
nutrisi pasien
dalam batas
minum/ASI pada - Mengganti cairan
-

normal
Tanda vital

klien 2-3 liter/ hari


dan

dalam batas

Nutrisi
dari
tubuh

anjurkan

keluargan

normal

yang hilang

untuk

memberikan oralit

kurang Setelah

1.

kebutuhan dilakukan
tindakan

2.

17

jika mencret
Monitor intake-

Mengetahui

dan output 24 jam

jumlah

Diskusikan

dapat

output

berhubungan
dengan

perawatan
tidak selama di sumah

dan jelaskan ttg

merencanakan

pembatasan

jumlah makan

diet

adekuatya intake sakit diharapkan

(makanan berserat-

Serat

& output

kebutuhan

tinggi,

berlemak

lemak,

air

nutrisi terpenuhi

dan

terlalu

terlalu

panas

dengan

panas atau dingin)

kriteria

hasil :

3.

air

tinggi,

atau dingin dpt

Ciptakan

merangsang

1. Nafsu

lingkungan

makan

lingkungan

meningk

bersih jauh dari

saluran usus

at

bau yg tidak sedap -

Situasi

yang

atau sampah

nyaman

rileks

2. Bb
meningk
at

4.

atau

mengiritasi
yang

Berikan
istirahat

normal

serta

sesuai

kegiatan

umur

berlebihan
5.

lambung

jam

&

akan

(tidur)

merangsang

kurangi

nafsu makan

yang-

pemakaian

Kolaborasi
dengan

Mengurangi
energi

tim

yang

berlebihan

kesehatan

lain;-

Mengandung

terapi

diet

zat

gizi

tktp, rendah serat

yang

diperlakukan
untuk

3.

pertumbuhan
suhu - terjadi perubahan

Hypertermi

Setelah

1. Monitor

berhubungan

dilakukan

tubuh setiap 2 jam


2. Berikan kompres

dengan
infeksi
sekunder
diare

proses tindakan

hangat
3. Kolaborasi

dampak keperawatan
dari selama 3x24 jam
tidak

terjadi

peningkatan

18

proses

pemberian
antipiretik
4. Beri
informasi

abnormal
fungsi
(

tubuh
adanya

infeksi)
- Merangsang
pusat pengatur

suhu tubuh/suhu

kepada orang tua

panas

tubuh menurun

pasien agar pasien

menurunkan

Dengan kriteria

menggunakan baju

hasil:

tipis & longgar

produksi panas\
- Merangsang

Suhu

tubuh

dalam batas
normal
-

(36,5-37,5)
Tidak
terdapat
tanda- tanda
infeksi
(rubor, dolor,
kalor, tumor,
fungtiolaesa)

19

untuk

pusat pengatur
panas di otak
- Untuk

Anda mungkin juga menyukai