Oleh :
Hajrini Andwiarmi Adfirama, S.Ked
04054821517043
04084821517021
Pembimbing :
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir dengan Judul :
Pelayanan Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Talang Ratu Palembang
Disusun Oleh:
Hajrini Andwiarmi Adfirama, S.Ked
04054821517043
04084821517021
Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 28 Mei 2016 8 Agustus 2016.
Palembang,
Juli 2016
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Talang Ratu
Drg. Indriati
NIP. 196198981989122001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan judul Pelayanan Imunisasi Dasar di Puskesmas Talang Ratu
Palembang. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian IKM-IKK FK UNSRI.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Pimpinan Puskesmas Talang Ratu drg. Indriati dan dr.
Vera Trihandayani selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan
saran yang mendukung sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada staf-staf di Puskesmas Talang Ratu, temanteman, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan
tugas akhir ini, semoga bermanfaat, Amin.
Palembang,
Juli 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................
Halaman Pengesahan.................
ii
Kata Pengantar.......
iii
Daftar Isi............
iv
BAB I PENDAHULUAN... .
24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Angka kematian bayi merupakan indikasi derajat kesehatan penduduk.
Rumusan Masalah
Bagaimana pelayanan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Talang
Ratu Palembang?.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelayanan imunisasi dasar yang didapat oleh bayi yang
datang ke Puskesmas Talang Ratu Palembang.
1.3.2. Tujuan Khusus
Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Imunisasi
2.1.1. Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi berasal dari kata immune yang
berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit yang lain diperlukan imunisasi lainnya. 1-3
Imunisasi merupakan suatu proses transfer antibodi secara pasif dengan
memberikan imunoglobulin. Imunisasi biasanya terutama diberikan pada anakanak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,
sehingga rentan terhadap serangan penyakit infeksi yang berbahaya. Beberapa
imunisasi tidak cukup diberikan hanya satu kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap untuk mendapatkan kekebalan dari berbagai penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.1
Vaksinasi merupakan tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan
pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat
demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit
yang peka, antibodi dan sel memori. Cara ini menirukan infeksi alamiah yang
tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. Tujuannya adalah
memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk
menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya
dikemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk
antibodi dan mematikan antigen yang masuk tersebut.
Vaksin adalah mikroorganisme bakteri, virus atau riketsia) atau toksoid
yang diubah ( dilemahkan atau diamtikan) sedemikian rupa sehingga patogenisitas
atau toksisitasnya hilang, tetapi tetap mengandung sifat antigenisitas. Bila vaksin
diberikan kepada manusia maka akan menimbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit tertentu.
Vaksinasi merupakan upaya pencegahan primer. Secara konvensional,
upaya pencegahan penyakit dan keadaan apa saja yang akan menghambat tumbuh
kembang anak dapat dilakukan dalam tiga tingkatan yaitu pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer adalah semua
upaya
untuk
menghindari
terjadinya
sakit
atau
kejadian
yang
dapat
sekunder adalah upaya kesehatan agar tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan, yaitu meninggal atau meninggalkan gejala sisa, cacat fisik maupun
mental. Pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya gejala sisa tersebut
dengan upaya pemulihan seseorang penderita agar dapat hidup mandiri tanpa
bantuan orang lain.
2.1.2. Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO tahun 2002, setiap tahun terjadi kematian
sebanyak 2,5 juta balita, yang disebabkan penyakit yang dapat dicegah melalui
vaksinasi. Radang paru yang disebabkan oleh pneumokokus menduduki peringkat
utama (716.000 kematian), diikuti penyakit campak (525.000 kematian), rotavirus
(diare), Haemophilus influenza tipe B, pertusis dan tetanus. Dari jumlah semua
kematian tersebut, 76% kematian balita terjadi dinegara-negara sedang
berkembang, khususnya Afrika dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia).1
WHO mengatakan bahwa penyakit infeksi yang dapat dicegah melalui
vaksinasi akan dapat diatasi bilamana sasaran imunisasi global tercapai. Dalam
hal ini bisa tercapai bila lebih dari > 90% populasi telah mendapatkan vaksinasi
terhadap penyakit tersebut.1,2
2.1.3. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.3
2.1.4. Respons Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Dikenal dua
macam pertahanan tubuh yaitu; 1) mekanisme pertahanan nonspesifiik disebut
juga komponen nonadaptif atau innate artinya tidak ditujukan hanya untuk satu
macam antigen , tetapi untuk berbagai macam antigen, 2) mekanisme pertahanan
tubuh spesifik atau komponen adaptif ditujukan khusus terhadap satu jenis
antigen, terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian
antigen berikutnya. Hal ini disebabkan telah terbentuknya sel memori pada
pengenalan antigen pertama kali. Bila pertahanan nonspesifik belum dapat
mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang.
Mikroorganisme yang pertama kali dikenal oleh sistem imun akan dipresentasikan
oleh sel makrofag pada sel T untuk antigen TD (T dependent) sedangkan antigen
TI (T independent) akan langsung diperoleh oleh sel B.
Mekanisme pertahanan spesifik terdiri atas imunitas selular dan imunitas
humoral. Imunitas humoral akan menghasilkan antibodi bila dirangsang oleh
antigen. Semua antibodi adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut
imunoglobulin (Ig) yang dapat dipindahkan secara pasif kepada individu yang
lain dengan cara penyuntikan serum. Berbeda dengan imunitas selular hanya dapat
dipindahkan melalui sel, contohnya pada reaksi penolakan organ transplantasi
oleh sel limfosit dan pada graft versus-host-disease.
Proses imun terdiri dari dua fase, yang pertama adalah fase pengenalan,
diperankan oleh sel yang mempresentasikan antigen (APC atau antigen
presenting cells), sel limfosit B dan limfosit T, fase kedua adalah fase efektor,
diperankan oleh antibodi dan limfosit T efektor.
2.1.5
Keberhasilan Imunisasi
Tergantung dari beberapa faktor, yaitu status imun pejamu, faktor genetik
terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat lebih tinggi. Karena
itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%.
Kualitas dan kuantitas vaksin
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa
sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung
sifat antigenisitas. Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat
menentukan keberhasilan vaksinasi, seperti cara pemberian, dosis, frekuensi
pemberian ajuvan yang dipergunakan, dan jenis vaksin.
Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul.
Misalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal disamping sistemik,
sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja. Dosis
vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang
terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan.
Sedang dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang
tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai
dengan dosis yang direkomendasikan. Frekuensi pemberian juga mempengaruhi
respons imun yang terjadi. Disamping frekuensi, jarak pemberianpun akan
mempengaruhi respons imun yang terjadi. Bila pemberian vaksin berikutnya
diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang
masuk segera dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi tersebut
sehingga tidak sempat merangsang sel imunkompaten. Bahkan dapat terjadi apa
yang dinamakan reaksi arthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan
antigen akibat pembentukan kompleks antigen antibodi lokal sehingga terjadi
peradangan lokal. Karena itu pemberian ulang ( booster ) sebaiknya mengikuti apa
yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji klinis.
Ajuvan adalah zat yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons
imun terhadap antigen. Ajuvan akan meningkatkan respons imun dengan
mempertahankan antigen pada atau dekat dengan tempat suntikan, dan
mengaktivasi APC ( antigen presenting cells ) untuk memproses antigen secara
efektif dan memproduksi interleukin yang akan mengaktifkan sel imunokompeten
lainnya.
Jenis Vaksin, vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik
dibanding vaksin mati atau yang diinaktivasi ( killed atau inactivated ) atau bagian
( komponen ) dari mikroorganisme. Vaksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi.
Tujuan atenuasi adalah untuk menghasilkan organisme yang hanya dapat
menimbulkan penyakit yang sangat ringan. Atenuasi diperoleh dengan
memodifikasi kondisi tempat tubuh mikroorganisme, misalnya suhu yang tinggi
atau rendah, kondisi anerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti
pada pembuatan vaksin BCG yang sudah ditanam selama 13 tahun. Dapat pula
dipakai mikroorganisme yang virulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia
avirulen, misalnya virus cacar sapi.
2.1.6. Persyaratan vaksin
Terdapat empat persyaratan vaksin virus hidup antara lain; mengaktivasi
APC
untuk
mempresentasikan
antigen
dan
memproduksi
interleukin,
mengaktivasi sel T dan sel B untuk membentuk banyak sel memori, mengaktivasi
sel T dan sel Tc terhadap beberapa epitop, untuk mengatasi variasi respons imun
yang ada dalam populasi karena adanya polimorfisme MHC serta memberi
antigen yang persisten, mungkin dalam sel folikular dendrit jaringan limfoid
tempat sel B memori direkrut sehingga dapat merangsang sel B sewaktu-waktu
menjadi sel plasma yang membentuk antibodi terus-menerus sehingga kadarnya
tetap tinggi.
2.1.7
Jenis Vaksin
Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
bakteri liar penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan ( attinuated )
dilaboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang. Misalnya vaksin
campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk mengubah virus liar
campak menjadi virus vaksin dibutuhkan 10 tahun dengan cara melakukan
penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak yang
menderita penyakit campak pada tahun 1954.
Supaya dapat menimbulkan respons imun, vaksin hidup atteuated harus
berkembang biak ( mengadakan replikasi ) di dalam tubuh resipien. Apapun yang
merusak organisme hidup dalam botol ( misalnya panas atau cahaya ) atau
pengaruh luar terhadap replikasi organisme dalam tubuh ( antibodi yang beredar )
dapat menyebabkan vaksin tersebut tidak efektif. Respons imun terhadap vaksin
hidup attenuated pada umumnya sama dengan yang diakibatkan oleh infeksi
alamiah. Respons imun tidak membedakan antara suatu infeksi dengan virus
vaksin yang dilemahkan dan infeksi dengan virus liar. Vaksin virus hidup
attenuated secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula.
Hal ini hanya terjadi pada vaksin polio hidup. Antibodi dapat mempengaruhi
perkembangan vaksin mikroorganisme dan menyebabkan tidak adanya respons.
Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila kena
panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik
dan hati-hati.
Berasal dari virus hidup terdiri dari vaksin campak, gondongan (parotitis),
rubela, polio, rotavirus, demam kuning (yellow fever).
Berasal dari bakteri, contohnya vaksin BCG dan demam tifoid oral.
Vaksin Inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus
dalam media pembiakan untuk kemudian dibuat tidak aktif dengan penambahan
bahan kimia (biasanya formalin). Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat
tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini tidak
menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun) dan tidak
dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. Antigen inactivated tidak
dipengaruhi oleh antibodi yang beredar. Vaksin inactivated dapat diberikan saat
antibodi berada di dalam sirkulasi darah. Vaksin inactivated selalu memerlukan
dosis ganda. Pada umumnya pada dosis pertama tidak menghasilkan imunitas
protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Respons imun
protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. Hal ini berbeda dengan
vaksin hidup, yang mempunyai respons imun yang mirip atau sama dengan
infeksi alami, respons imun terhadap vaksin inactivated sebagian besar humoral,
hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas selular. Titer antibodi terhadap
antigen inactivated menurun setelah beberapa waktu. Vaksin Inactivated yang
tersedia saat ini berasal dari:
Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio, rabies, hepatitis A.
Gambar 11
Manusia dapat terhindar atau sembuh dari serangan penyakit infeksi karena telah
dilengkapi dengan 2 sistem kekebalan tubuh, yaitu :1
1. Kekebalan tidak spesifik (Non Spesific Resistance)
Disebut sebagai sistem imun non spesifik karena sistem kekebalan tubuh kita
tidak ditujukan terhadap mikroorganisme atau zat asing tertentu. Contoh
bentuk kekebalan non-spesifik:
-
Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia atau bulu getar hidung yang
berfungsi untuk menyaring kotoran yang akan masuk ke saluran nafas
bagian bawah.
Pertahanan biokimiawi - air susu ibu yang mengandung laktoferin berperan sebagai antibakteri
Interferon - pada saat tubuh kemasukan virus, maka sel darah putih akan
memproduksi interferon untuk melawan virus tersebut.
Apabila mikroorganisme masuk ke tubuh, maka sistem kekebalan nonspesifik yang diperankan oleh pertahanan selular (monosit dan makrofag)
akan menangkap, mencerna, dan membunuh mikroorganisme tersebut.
Sistem kekebalan spesifik dimainkan oleh dua komponen utama, yaitu sel T
dan sel B. Sistem kekebalan spesifik tidak mengenali seluruh struktur utuh
mikroorganisme, melainkan sebagai prrotein saja yang akan merangsang
sistem kekebalan. Bagian dari struktur protein mikroorganisme yang dapat
Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan
yang lebih berat.
Penyimpanan
Gambar 2. Lokasi Penyuntikan intramuscular Pada Bayi (a) dan Anak Besar (b)
Penyuntikan Subkutan
Perhatian
Penyuntikan subkutan diperuntukan imunisasi MMR, varisela, meningitis
Perhatikan rekomendasi untuk umur anak
Umur
Bayi (lahir
bulan)
1-3 tahun
Tempat
s/d12 Paha
Ukuran jarum
Jarum 5/8-3/4
Insersi jarum
Arah jarum 45o
anterolateral
paha
Spuit no 23-25
Jarum 5/8-3/4
Terhadap kulit
Cubit tebal untuk
anterolateral/
Spuit no 23-25
suntikan subkutan
lengan atas
Lateral
Jarum 5/8-3/4
Aspirasi
lengan atas
Spuit no 23-25
sebelum
Lateral
Anak > 3 tahun
spuit
disuntikan
Untuk
suntikan
multipel diberikan
pada
ekstremitas
berbeda
Penyuntikan Intramuskular
Perhatian
Diperuntukan Imunisasi DPT, DT,TT, Hib, Hepatitis A & B, Influenza.
Perhatikan rekomendasi untuk umur anak
Umur
Tempat
Bayi (lahir s/d Otot
12 bulan
lateralis
paha
1-3 tahun
Ukuran jarum
vastus Jarum 7/8-1
Insersi jarum
1. Pakai jarum yang
daerah
mencpai otot
anterolateral
Otot
vastus Jarum
lateralis
paha
otot
cukup
daerah suntikan
di lakukan
dengan
dengan
masa 15 bulan
deltoid Spuit no 22-25
besar
(pada umumnya
Anak > 3 tahun
Suntik
anterolateral
sampai
5/8-1 2.
umur 3 tahun
Otot deltoid, di Jarum 1-1
bawah akromion Spuit no 22-25
1. Tekan
kulit
sekitar tepat suntikan
dengan ibu jari dan
telunjuk saat jarum
ditusukan
2. Aspirasi
spuit
sblm
vaksin
disuntikan,
untuk
meyakinkan
tidak
masuk ke dalam
vena.Apabilaterdapat
darah, buang dang
ulangi dengan suntik
yang baru.
3. Untuk suntikan
multipel diberikan
pada
bagian
sekstremitas berbeda
Pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup ( vaksin
campak, poliomielitis, rubela ).
Jenis vaksin yang diberikan, termasuk nomor batch dan nama dagang
menyuntik,
sterilitas,
dan
penyimpanan
vaksin.
Dengan
semakin
terlebih
dahulu,
karena
umumnya
perusahaan
vaksin
telah
reaksi alergi serius relatif jarang terjadi, misalnya reaksi alergi serius akibat
campak kemungkinan kejadiannya hanya 1/1000.000 dosis.
Mengingat hampir setiap vaksin mempunyai potensi memberikan reaksi
efek samping atau KIPI, maka sebaiknya bertanya terlebih dahulu kepada petugas
gejala apa saja yang dapat terjadi setelah vaksinasi. Bila keluhan KIPI bersifat
ringan, misalnya demam, nyeri tempat suntikan, atau bengkak maka dapat
dilakukan pengobatan sederhana, misalnya dengan minum obat antipiretik saja.
Tetapi bila kejadian pasca imunisasi bersifat serius, maka harus secepat mungkin
dibawa kerumah sakit. Setiap pelayanan kesehatan yang melakukan pemberian
vaksinasi mempunyai kewajiban untuk melaporkan KIPI ke Dinas Kesehatan
Tingkat Kabupaten, dengan tembusan ke Sekretariat KOMDA PP KIPI yang
berkedudukan di setiap provinsi.
2.2.
Imunisasi Dasar
Tidak semua negara menerapkan kebijaksanaan vaksinasi yang sama pada
Produsen
Cara
Pemberian
Dosis
Engerix B
GSK
IM
Anak
10 mcg
Euvax
Sanofi
pasteur
MSD
IM
Anak
10 mcg
IM
Anak
10 mcg
Kalbuitech
IM
Anak
10 mcg
Bio Farma
IM
Anak
10 mcg
HB VAX II
Hepavax
Gene
Hepatitis B
Interval
Pemberian
Bulan ke0,1,6
Bulan ke0,1,6
Bulan ke0,1,6
Bulan ke0,1,6
Bulan ke0,1,6
Tabel 2. Produsen, Jenis, Cara pemberian, Dosis, dan Interval Pemberian Vaksin Hepatitis B
(Ali sulaiman dan J. Sundoro,2007)
2. Dosis kedua
3. Dosis ketiga
: umur 6 bulan
intramuskular atau subkutan sebanyak 0,5 ml.2 Imunisasi DPT diberikan 3 kali
yaitu sejak umur 2 bulan (DPT I), umur 3 bulan (DPT II) dan pada umur 4 bulan
(DPT III) dengan selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT
ulangan (DPT IV) diberikan 1 tahun setelah DPT III yaitu pada umur 18-24 bulan
dan DPT V diberikan pada saat usia prasekolah (5-6 tahun).2
Imunisasi Difteri
Jenis vaksin difteri yang diberikan harus sesuai dengan usia saat
pemberian. Sebagai imunisasi dasar, vaksin difteri diberikan bersamaan dengan
imunisasi tetanus dan pertusis, dalam bentuk vaksin DPT. Pada beberapa dekade
terakhir, pemberian vaksin DPT telah menjadi imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah. Vaksin DPT diberikan untuk anak usia diatas 6 minggu sampai 7
tahun. Jadwal vaksinasi yang dianjurkan saat ini dimulai pada usia 2 bulan,
melalui suntikan intramuskular. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dengan selang
waktu 6-8 minggu (usia 2-4-6 bulan). Ulangan pertama dilakukan 1 tahun
sesudahnya (usia 15-18 bulan) dan ulangan kedua diberikan 3 tahun setelah
ulangan yang pertama (4-6 tahun).
Reaksi KIPI dari vaksin DPT adalah terjadinya demam ringan dan reaksi
lokal berupa kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi suntikan. Demam yang
timbul dapat mengakibatkan kejang demam (sekitar 0,06%). Vaksin DPT tidak
boleh diberikan pada anak dengan riwayat alergi dan kejang pada pemberian
vaksin yang pertama.
Imunisasi Pertusis
Bayi baru lahir memiliki kekebalan terhadap pertusis yang didapat dari
ibu, namun kekebalan ini hanya bertahan sampai usia 4 bulan. Oleh karena itu,
sebaiknya anak usia kurang dari 1 tahun diberikan vaksin. Vaksin pertusis
diberikan dalam bentuk vaksin DPT dimulai pada saat bayi berusia 2 bulan
melalui suntikan ke dalam otot. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan
selang waktu 6-8 minggu (usia 2-4-6 bulan). Pada awal pembuatan vaksin DPT,
komponen pertusis yang digunakan merupakan whole pertusis (DTwP), yaitu
seluruh bakteri Bordetella pertusis yang telah di non aktifkan. Namun, sejak tahun
1962 mulai beredear vaksin dengan menggunakan fraksi sel/aselular (DtaP) yang
mengandung satu atau lebih protein Bordetella pertusis. Dengan penggunaan
vaksin DtaP, ternyata efek samping, baik lokal maupun sistemik yang ditimbulkan
lebih rendah (75%) jika dibandingkan dengan vaksin DTwP. Vaksin ini tidak dapat
mencegah pertusis seluruhnya, namun terbukti dapat meperingan durasi dan
tingkat keparahan pertusis.
Vaksin tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat alergi berat dan
ensefalopati pada pemberian vaksin sebelumnya. Keadaan lain yang perlu
mendapatkan perhatian khusus adalah bila pada pemberian pertama dijumpai
riwayat demam tinggi, respon dan gerak yang kurang (hipotonik- hiporesponsif)
dalam 48 jam, anak menangis terus menerus selama 2 jam, dan riwayat kejang
dalam 3 hari sesudah imunisasi DPT. Demam ringan dengan reaksi lokal berupa
kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi suntikan. Demam yang timbul dapat
mengakibatkan kejang demam (0,06%), anak gelisah dan menangis terus menerus
selama beberapa jam pasca suntikan (inconsolable crying). KIPI yang berat dapat
terjadi ensefalopati akut atau reaksi alergi berat (anafilaksis).
Imunisasi Tetanus
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT.
DPT diberikan satu seri yang terdiri atas 5 suntikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6
bulan, 15-18 bulan, dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4-6 tahun).
Pemberian vaksin DPT pada anak-anak harus ditunda jika anak mengalami
demam tinggi, memiliki kelainan saraf, atau mengalami gangguan pertumbuhan.
KIPI pemberian vaksinasi tetanus biasanya bersifat ringan, berupa rasa nyeri,
warna kemerahan dan bengkak di tempat penyuntikan, dan demam.
2.2.4. Vaksinasi Polio1,3
Pada saat ini ada dua jenis vaksin polio yaitu OPV (oral polio vaccine) dan
IPV (inactivated polio vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut, sedangkan
IPV diberikan melalui suntikan dengan dosis 0,5 ml dengan suntikan subkutan
dalam 3 kali di lengan dengan jarak 2 bulan. Vaksin polio oral diberikan pada bayi
baru lahir kemudian dilanjutkan dengan imunisasi dasar, diberikan pada usia 2, 4,
dan 6 bulan. Pada PIN (pekan imunisasi nasional) semua balita harus mendapat
imunisasi tanpa memandang status imunisasi kecuali pada penyakit dengan daya
tahan tubuh menurun (imunokompromais).
Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing,
diare ringan, dan nyeri otot. Vaksinasi polio tidak dianjurkan diberikan ketika
seseoarang sedang demam, muntah, diare, sedang dalam pengobatan radioterapi
atau obat penurun daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV, dan alergi pada vaksin
polio. OPV tidak diberikan pada bayi yang masih dirumah sakit karena OPV
berisi virus polio yang dilemahkan dan vaksin jenis ini bisa diekskresikan melalui
tinja selama 6 minggu, sehingga bisa membahayakan bayi lain. Untuk bayi yang
dirawat dirumah sakit, disarankan pemberian IPV.
Jadwal Imunisasi
Jadwal Imunisasi IDAI 2008 secara garis besar sama dibandingkan dengan
BAB III
PROFIL PUSKESMAS TALANG RATU
(GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TALANG RATU PALEMBANG)
3.1.
Induk yaitu Puskesmas Talang Ratu yang diresmikan pada tahun 1984 tetapi tidak
membawahi Puskesmas lainnya.
3.1.2. Sejarah Pemegang Jabatan
1. dr. Aryani (1975-1978)
2. dr. Isnawati (1979-1986)
3. dr. Habibah (1987-1997)
4. dr. Rindang Indah Yani (1997-2000)
5. dr. Nurda (2000-2004)
6. dr. Winata (2004-2009)
7. drg. Indriati (2009-sekarang)
3.2.
Profil Wilayah
Ratu 15.221 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 3.587 KK dan kepadatan
penduduknya 15.855,21 jiwa/km2.
Tabel 1.
Demografi Kependudukan di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu
Tahun 2015
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Keterangan
Jumlah Penduduk
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
a. KK Gakin
b. KK Non Gakin
Jumlah Ibu Bersalin (Bulin)
Jumlah Ibu Hamil (Bumil)
Jumlah Ibu Nifas (Bufas)
Jumlah Wanita Usia Subur (WUS)
Jumlah Wanita Peserta KB Aktif
Jumlah Bayi
Jumlah Anak Balita
Jumlah Anak Batita
Jumlah Anak Baduta
Jumlah Remaja
Jumlah Usila
Jumlah Taman Kanak Kanak (TK)
Jumlah
15.221
3.587
409
3178
295
305
295
5.491
2.351
295
1.239
767
526
2.529
1.962
5
15.
umur 0-4 tahun jumlah laki-laki 473 orang dan perempuan 524 orang, sedangkan
kelompok umur 5-14 tahun laki-laki berjumlah 986 orang dan perempuan 1.076
orang dari jumlah seluruh penduduk. Untuk kelompok umur 45-64 tahun jumlah
laki-laki 691 orang dan perempuan 582 orang dari jumlah penduduk. Sedangkan
untuk kelompok umur lebih dari 65 tahun jumlah laki-laki 337 dan perempuan
372 orang dari jumlah penduduk. Sehingga dari data di atas dapat dilihat bahwa
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu lebih banyak perempuan
dibandingkan laki-laki. Angka sex ratio adalah perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah. Untuk wilayah kerja
Puskesmas Talang Ratu kelurahan 20 Ilir D-IV tahun 2015 angka sex ratio adalah
98,08%. Jadi dalam setiap 100 orang perempuan terdapat 98,08% laki-laki.
3.2.4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk, dalam hal ini adalah angka melek huruf 10
tahun keatas, masih dipakai sebagai indikator tingkat kesejahteraan keluarga
dalam kaitannya dengan kemampuan keluarga meningkatkan penghasilannya.
Untuk wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu kelurahan 20 Ilir D-IV menurut data
kelurahan tahun 2015, jumlah penduduk laki-laki 6.792 dan perempuan 9.814 atau
100% penduduk di wilayah kerja Puskesmas tidak buta huruf.
3.2.5. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu
meliputi TK / PAUD, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas.
Tabel 2.
Data TK / PAUD di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu
Tahun 2015
NO
1
2
3
4
5
TK/PAUD
Rossi
Cahaya Muslimah
Panca Bakti
Mawar
Anggrek
TOTAL
JUMLAH SISWA
PEREMPUAN
LAKI-LAKI
12
16
37
17
21
36
76
115
21
25
167
209
Tabel 3.
Data Penjaringan Murid SD, SMP dan SMA
di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu
Tahun 2015
NO
SEKOLAH
JUMLAH SISWA
PEREMPUAN
LAKI-LAKI
60
83
51
194
69
69
78
216
1
153
154
2
137
139
933
14
947
167
66
6
72
209
SD
SDN 042
SDN 043
MIN 01
TOTAL SD
2
SMP
SMP BINA KARYA
MTSN 01
TOTAL SMP
3
SMA
1. SMKN 02
2. SMA BINA KARYA
TOTAL SMA
TOTAL SD, SMP, SMA
diingatkan
kemampuannya
dan
protap-protap
sebagai
standar
pelayanannya.
a.
Kegiatan yang dilakukan di klinik ini meliputi pelayanan kebidanan terhadap ibu
hamil (Bumil), ibu bersalin (Bulin), ibu yang telah bersalin (Bufas), dan ibu
menyusui (Busui).
Untuk kegiatan KB, Puskesmas Talang Ratu melayani kebutuhan masyarakat,
dalam hal ini pelayanan yang telah dilakukan di Puskesmas berupa IUD, implant,
pil, suntikan, kondom, dan pemeriksaan tes kehamilan.
b.
Klinik ini melayani pengobatan umum bagi pasien umum, meliputi pasien dewasa
dan anak-anak yang usianya diatas lima tahun. Pelayanan kesehatan bagi balita
ditempatkan tersendiri, yaitu di bagian MTBS. Pada pelaksanaannya klinik ini
dilayani oleh seorang dokter umum yang dibantu oleh 3 (tiga) orang perawat
terlatih.
c.
Klinik ini melayani pengobatan dan perawatan gigi bagi seluruh lapisan
masyarakat
yang
membutuhkannya,
terutama
pengobatan
dasar
seperti
Konsultasi Gizi
Imunisasi
Melayani imunisasi BCG, HB 0 hari, DPT Combo, Hepatitis, Campak, TT
Bumil/Caten. Dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis yang dilakukan
oleh seorang Juru imunisasi (Jurim) yang berpengalaman dan terlatih.
3.
e.
Laboratorium
Klinik MTBS melayani pengobatan umum bagi pasien yang usianya dibawah lima
tahun (Balita). Pada pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh seorang dokter umum
dan dibantu oleh 2 (dua) orang bidan dan satu orang perawat yang berpengalaman
dan terlatih.
g.
Ruang Tata Usaha merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan setiap bagian
atau setiap poli dalam Puskesmas Talang Ratu. Semua perencanaan dan
pembuatan anggaran dilaksanakan di ruang tata usaha. Semua arsip baik surat
masuk maupun surat keluar dan data-data dari setiap bagian disimpan di ruang
tata usaha. Selain melayani setiap bagian dari Puskesmas Talang Ratu, ruangan ini
juga digunakan sebagai tempat untuk mengambil surat rujukan baik rujukan
Askes, Jamkesmas, dan Jamsoskes.
h.
Penyuluh Kesehatan
Apotek
Tempat pengambilan obat setelah pasien berobat, dilayani oleh satu orang asisten
apoteker yang untuk memberikan obat dan seorang apoteker yang bertugas
sebagai pengatur obat di Puskesmas.
j.
Lain-lain
Struktur Organisasi
1.
Pimpinan Puskesmas
2.
3.
4.
Untuk lebih jelasnya Susunan Organisasi Puskesmas Talang Ratu Tahun 2015
dapat dilihat pada gambar berikut:
b. Sumber Daya
Sumber daya adalah suatu nilai atau potensi yang dimiliki oleh suatu materi
tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia agar dapat
hidup lebih sejahtera, meliputi sumber daya alam fisik (tangible) dan non fisik
(intagible) dan sumber daya manusia. Nilai dan potensi yang dimiliki oleh
Puskesmas Talang Ratu antara lain meliputi:
1.
2.
Poskeskel
Poskeskel di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu berjumlah 1 unit, terdapat
di jalan Kasnariansyah Rt.14 Nomor 1038. Penanggung jawab Poskeskel
tersebut yaitu Bidan Rosnani Karim.
3.
Anggaran / Dana
Anggaran / Dana Puskesmas Talang Ratu bersumber dari Retribusi Umum,
Dana BOK, Dana Kapitasi BPJS (J K N), dan Jamsoskes Sosial Sumsel
Semesta.
4.
3.5.
Jamkesmas
- Penyuluhan kegiatan gizi, kesehatan lingkungan / sanitasi masyarakat
4. Kesehatan Lingkungan
- Penyuluhan kesehatan lingkungan sekolah
- Pendataan rumah sehat
- PHBS
- Pendataan TPM dan TTU
- Penyuluhan Gilingan Mas
5. P2P
P2 ISPA
- Penyuluhan penyakit ISPA
- Pengobatan penderita ISPA
P2 Diare
-
P2TB
DBD
Imunisasi
- Penyuluhan Gilingan Mas
- Pelayanan imunisasi bayi, bumil dan caten
- Pelayanan imunisasi anak SD
6. Pengobatan
- Pengobatan umum, Jamsoskes
- Pengobatan peserta Askes
- Pengobatan Keluarga Miskin
- MTBS
- Rujukan
7. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
- Pendataan dan penimbangan anak TK
- Pendataan dan screening anak SD kelas I
- Imunisasi (BIAS)
- Penyuluhan kesehatan SD, SMP, SMA
8. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
- Di dalam gedung puskesmas
- Di luar gedung puskesmas
9. Perawatan Kesehatan Masyarakat
- Rujukkan kasus resiko tinggi
- Kunjungan rumah penderita TB Paru dan lain-lain
- Kunjungan rumah bumil, bayi, balita resiko tinggi
10. Kesehatan Gigi dan Mulut
- Pengobatan penyakit gigi dan mulut
- UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)
- UKGMD (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa)
11. Kesehatan Jiwa
- Penyuluhan kesehatan jiwa
- Pengobatan dan rujukan penderita
12. Kesehatan Mata
- Penyuluhan penyakit mata
- Pencarian penderita penyakit katarak
- Pengobatan dan rujukan penderita
13. Laboratorium sederhana
- Pembuatan sediaan untuk pemeriksaan dahak suspek TBC
3.7.
Nama
ISPA
Hipertensi
Gastritis
Rheumatik
Dermatitis dan Eksim
Diare dan Gastroenteritis
Diabetes Melitus
HHD
Gangguan Refraksi dan Akomodasi
Penyakit Mata lainnya
Jumlah ------->
Jumlah
4.451
1.644
1.577
1.258
1.062
507
481
394
341
330
12.045
3.7.1. Visi
Tercapainya kelurahan 20 Ilir D-IV sehat yang optimal dengan bertumpu pada
pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.
3.7.2
1.
2.
3.
4.
Misi
Meningkatkan kemitraan semua pihak
Meningkatkan Profesionalisme Provider dan Pemberdayaan Masyarakat
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal
Menurunkan resiko kesakitan dan kematian dan meningkatkan capaian
program
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
dilakukan dua kali selama satu minggu yaitu setiap hari selasa dan hari kamis.
Pelayanan yang diberikan berupa imunisasi HB0 hari, BCG, DPT COMBO,
Hepatitis, dan campak. Pelayanan imunisasi di Puskesmas Talang ratu
dilaksanakan oleh seorang kordinator imunisasi (Korim) yang berpengalaman dan
terlatih. Pelayanan pemberian imunisasi dasar di Puskesmas Talang Ratu
Palembang dimulai dengan pendaftaran bayi pada loket untuk mendapatkan
nomor antrian, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan umum bayi berupa berat
badan, panjang badan dan suhu tubuh di poli Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Jika didapatkan kondisi bayi sehat, Ibu diminta untuk membawa bayinya
ke ruang imunisasi. Di ruang imunisasi, Ibu diminta untuk menunjukkan kartu
KMS untuk mengetahui jenis imunisasi yang akan diberikan selanjutnya. Setiap
bayi yang datang untuk imunisasi di Puskesmas Talang Ratu Palembang
mempunyai dokumentasi imunisasi seperti kartu imunisasi yang dipegang oleh
orangtua atau pengasuhnya. Sebelum Imunisasi pada bayi diberikan, petugas di
ruang imunisasi memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko
apabila tidak divaksinasi. Ibu diminta untuk mengisi surat persetujuan untuk
dilakukan imunisasi pada anaknya. Vaksin diberikan sesuai dengan kebutuhan
bayi setelah kembali melakukan pemeriksaan identitas pada bayi yang akan diberi
vaksinasi. Setelah imunisasi, petugas mencatat kembali imunisasi yang telah
diberikan pada buku KMS serta memberikan obat anti demam guna mencegah
reaksi dari vaksin imunisasi tersebut.
Dari segi tempat penyimpanan vaksin di Puskesmas Talang Ratu sudah
memenuhi standar dimana penyimpanan yang baik di suhu 2-8 0C agar vaksin
tidak beku. Vaksin imunisasi diminta 1 kali/ bulan ke gudang obat dan disimpan
dalam wadah dingin dengan suhu 50C.
ALUR PELAYANAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS TALANG
RATU PALEMBANG
LOKET
PENDAFTARAN
Mendapat tiket
POLI MTBS
Dilakukan
pemeriksaan
Sehat
Sakit
Ruang
Tidak
memungkinkan
Memungkinkan
Imunisasi
Imunisasi ditunda
Ibu
Imunisasi
menunjukkan
1-2 minggu
kartu KMS
Petugas
memberi Surat
Persetujuan
Imunisasi
Vaksinasi
Pemberian obat
antipiretik setelah
Imunisasi
Pencatatan Imunisasi
dan Kartu Imunisasi
4.2.
Frekuensi
284
Persentase (%)
96,3%
Tidak Sesuai
11
3,7%
Total
295
100 %
Imunisasiatauvaksinmerupakan salahsatucarayangdilakukanuntuk
memberikankekebalanpadabayi,anakdanbalitadalamkeadaansehat.Secara
alamiahtubuhjugamemilikipertahananterhadapberbagaikumanyangmasuk.
Padakenyataannyamemangbanyakpenyakitinfeksiyangdapatdicegahdengan
imunisasi. (Ranuh, I.G.N, dkk. 2008). Pada tabel 4.2 didapatkan bahwa bayi
berusia 09 bulan yang mendapat imunisasi dasar tidak sesuai dengan usia
mencapai3,7%.Halinidapatmengindikasikanbahwamasihbanyakfaktoryang
berpengaruhdalampemberianimunisasidasarpadabayiusia09bulan.Faktor
yangberperansehinggabanyakorangtuayangtidakrutinmelakukanimunisasi
dasar seperti faktor pendidikan, sosial ekonomi, kebudayaan, dan lingkungan
sehinggamasyarakatbelummengetahuisepenuhnyamengenaiimunisasidarisegi
bahanvaksin,manfaatdanefeksamping. Selainitu,menurutGiatiningsihdkk,
2013, kurangnya jumlah tenaga kesehatan, kader dan posyandu yang kurang
berjalan didalam wilayah yangmenyebabkan perankeluarga tidakmendukung
dalampelaksanaanimunisasidasarlengkap.
Menurut Paridawati dkk, 2013, ada hubungan antara tingkat pendidikan
ibu dengan tindakan pemberian imunisasi dasar. Semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin meningkat pula kesadaran ibu akan pentingnya manfaat
imunisasi dan semakin mudah pula informasi yang akan diberikan kepada ibu
mengenai jadwal imunisasi dan efek samping imunisasi. Selain itu juga, tingkat
pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi dasar bagi balita juga berpengaruh
dalam tindakan pemberian imunisasi.
Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap positif responden yaitu
tentang pemberian imunisasi dasar, program imunisasi dasar, dan dukungan
masyarakat dengan tindakan ibu dalam mengimunisasikan anaknya. Salah satu
yang melatarbelakangi sikap ibu yang positif terhadap imunisasi dasar karena
selain petugas imunisasi yang aktif dan secara rutin memberikan pelayanan
imunisasi di puskesmas juga tersedianya sarana dan prasarana dimana puskesmas
terletak di dekat perumahan penduduk. Sedangkan yang melatarbelakangi sikap
ibu yang negatif terhadap imunisasi dasar adalah kurangnya sosialisasi atau
penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit yang timbul akibat imunisasi
yang tidak lengkap dan jadwal pemberian imunisasi sesuai jenis imunisasi
masing-masing. (Paridawati dkk, 2013).
Pada Tabel 4.2 didapatkan bahwa sekitar 3,7% tidak mendapatkan imunisasi
sesuai usia. Hal ini menunjukkan ketepatan pemberian imunisasi dasar di
Puskesmas Talang Ratu Palembang sudah baik.
4.3.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA