PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan observasi/penelitian yang kami lakukan di Rumah Bapak
Sampunyang ada di Desa Sidorejo wetan, Kecamatan. Gambiran, di daerah lain
yaitu di Desa Setembel Kecamatan Tegalsari, Kabupaten. Banyuwangi disana
terdapat koprasi unit desa (KUD) dimana ada organisasi peternak sapi perah yaitu
daerah yang sebagian besar masyarakatnya peternak sapi perah berangkat dari ini
kami buat referensi untuk melihat tentang peternak sapi perah di desa Sidorejo
wetan dan di desa Setembel.
Dari hasil pengamatan yang ada dikandang ternak sapi perah milik Bapak
Sampun ini ternyata dalam proses pemberian makan pada ternak masih rumput
aslinya maupun batang padi yang baru diambil dari sawah oleh pegawai dan di
potong ala kadarnya hanya mengurangi ukuran panjang dan lansung di masukan
pada panilan/tempat wadah makan sapi perah tanpa dipotong terlebih dahulu
hanya saja dikurangi volume rumputnya saja. Untuk satu panilan untuk beberapa
ternak sapi sehingga masih banyak posisi panilan yang berserakan penuh rumput
sisa makan yang terjatuh. Ternyata tidak hanya didesa Sidorejo wetan saja didesa
Setembel kecamatan Tegalsari sudah ada kelompok peternak sapi perah namun
belum ada yang menggunakan mesin pencacah rumput.
Sebenarnya sudah pernah ada mesin yang dibuat tetapi jarang di gunakan
karena untuk memotong rumput gajah maupun batang padi memakan waktu lama
sehingga para peternak tidak mau terlalu sabar hanya untuk hal pemotongan
rumput karena kapasitas dan sistim operasional mesin yang rumit untuk
menyalakan motor diesel 10 hp selain suaranya keras dan tidak efisien karena
termakan faktor usia karena pisau yang penepatannya tidak bisa di lepas sehingga
tumpul dan plat untuk menekan sisa potongan terlalu sedikit sehingga
menghambat rumput untuk keluar jadi terkadang mesin mati karena rumput tidak
bisa keluar. Akibat semakin banyaknya kebutuhan akan rumput gajah dan batang
padi untuk binatang ternak maka akan menimbulkan masalah dalam hal
pemberian makan terhadap ternak. Sebagai contoh pada sapi perah dimana sapi
perah ini membutuhkan jumlah pakan sebanyak 20 25 % dari berat tubuhnya,
Dari hasil observasi yang di lakukan ternyata belum semua masyarakat
desa yang beternak sapi perah yang menggunakan mesin untuk pemberian pakan
terhadap ternaknya. Karena kurangnya sosialisai dari dinas peternakan untuk
memberikan pengarahan tentang atau cara memudahkan pemberian makan
terhadap ternak dengan menggunkan mesin atau alat lainya.
Pada dasarnya para peternak sapi perah kurang mengetahui teknologi
pengolahan pakan ternak meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang
bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan
memperpanjang masa simpan setelah jadi fermentasi rumput gajah dan batang
padi. Pengolahan pakan ternak dilakukan dengan dua macam yaitu pengolahan
bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput sebelum diberikan
pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yang mengkonsumsinya; dan
Pengolahan secara natural dengan menambah beberapa bahan bakterisida contoh
cairan yang ditambahkan untuk fermentasi yaitu obat EM 4 pada bahan pakan
dimana fungsi obat ini hanya mempercepat proses fermentasi saja sehingga
dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak
sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
Peternak harus melakukan pengolahan fisik terhadap pakan ternak sebelum
memberikannya kepada ternak. Peternak membutuhkan alat untuk mengolah
pakan secara fisik. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu adanya mesin
pencacah rumput untuk pakan ternak. Dimana alat ini tidak hanya berfungsi
untuk memotong rumput melainkan juga sebagai alat penghancur untuk rumput
yang struktur keras dan dijadikan makanan fermentasi sehingga lebih efisien
untuk pemberian makan dan lebih bergizi bagi para ternaknya.
Sehingga perlu dilakukan beberapa pembaharuan untuk mendapatkan
mesin pencacah rumput yang lebih baik dan efisien meliputi ;
a. Perubahan pada kontruksi dan dimensi mesin.
b. Jumlah pisau potong dan plat penekan pada mesin.
c. Perubahan kapasitas mesin.
Untuk itu pembuatan mesin ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
dan kuantitas produksinya mampu menghasilkan proses pencacahan rumput gajah
maupun batang padi hingga 100 sampai 300 kg/jam. Karena mesin yang akan di
rancang ini menggunakan motor listrik 1 phase maka harganya pun masih bisa di
jangkau oleh UKM (Usaha kecil dan Menengah) para peternak sapi perah dalam
kuota besar maupun kecil.
Rencana pemasaran mesin ini di wilayah Banyuwangi adalah daerah yang
banyak masyarakatnya adalah para peternak. Untuk itu sebelum dilakukan
pembuatan Mesin pencacah rumput gajah dan batang padi perlu dilakukan analisa
dengan tujuan menghindari kesalahan dalam pembuatan sehingga meningkatkan
efisiensi mesin serta umumya. Berdasarkan latar belakang tersebut, kami sebagai
mahasiswa Universitas Negeri Malang akan mencoba merancang Mesin Pencacah
Rumput Gajah dan Batang Padi menggunakan alat ini diharapkan dapat
mempermudah para peternak sapi untuk pencacahan rumput maupun persediaan
dalam pakan ternak.
1.2
Rumusan masalah
Dalam perencanaan tugas akhir berdasarkan latar belakang, maka
b.
c.
Memperoleh suatu alat dengan metode draf design baru yang dapat
digunakan untuk menciptakan persediaan pakan ternak dengan cara proses
pencacahan rumput dan diolah dengan cara difermentasi guna untuk
memperpanjang masa simpan pakan ternak. Sehingga para peternak tidak
harus mencari rumput banyak setiap harinya. Karena sudah punya pakan
ternak yang telah difermentasi
b.
c.
1.4
pembuatan mesin ini dapat terarah dengan baik, maka dapat diambil metodemetode sebagai berikut :
a.
Observasi
Dengan metode observasi di dua tempat yaitu didesa Sidorejo wetan
Kecamatan Gambiran dan dikelompok peternak sapi perah di Koperasi Unit Desa
(KUD).
Tepatnya
di
desa
Setembel
Kecamatan
Tegalsari
Kabupaten
Interview
Dengan cara interview kepada Bapak Sampun pemilik usaha peternakan
a) Kontruksi mesin yang sudah ada kurang tepat yaitu posisi pisau pencacah
horizontal sehingga untuk proses pemotongan rumput kurang efektif. Sering
terjadi penyumbatan rumput didalam mesin yang berakibat mesin mati tidak
mampu berputar lagi karena plat penekan tidak mampu mendorong rumput
untuk keluar karena faktor rumput yang di potong tidak semuanya terputus
sehingga masalah ini terjadi.
b) Untuk segi perawatan mesin yang ada sulit karena posisi pemasangan
pisau dengan cara dilas menggunakan las listrik. Untuk proses pengasahan
pisau yang sudah tumpul menjadi susah dilakukan sehingga mesin tidak
mampu bekerja dengan maksimal.
c) Untuk proses pencacahan mesin ini hanya mampu menghasilkan 70
kg/jam cacahan rumput yang siap dikonsumsi oleh ternak. Dengan hasil 70
kg/jam masih kurang untuk pakan ternak secara langsung dalam 1 harinya
peternak kurang lebih harus menyediakan 250-300 kg/hari sehingga jika
peternak masih menggunakan alat ini masih merasa lelah untuk pemberian
makan terhadap ternak.
Dari hasil interview kepada pemilik peternakan di 2 wilayah yang berbeda
tersebut ternyata masalah yang dihadapi dalam pemberian makan terhadap ternak
mereka untuk itu penulis mencoba merancang bangun mesin pencacah rumput
gajah dan batang padi ini untuk memecahkan masalah tersebut dengan membuat
alat ini sehingga dapat berguna bagi para peternak sapi perah dengan penyediaan
makanan dengan proses difermentasi terlebih dahulu gunanya untuk menyediakan
pakan dan memperpanjang masa simpan dan peternak tidak harus setiap hari
mencari pakan untuk ternaknya.
c.
Studi Pustaka
Studi pustaka atau studi literatur sangat penting untuk mengolah data dan
d) Manfaat dari mesin pencacah rumput gajah dan batang padi ini dapat
juga didistribusikan kepada para peternak sapi lainya, sehingga dengan
demikian akan meringankan dan menambah produktifitas para peternak sapi
perah di daerah pedesaan.