BAB II
Kajian Pustaka
2.1 Rumput Gajah Dan Batang Padi
Rumput gajah dan batang padi merupakan tumbuhan yang biasa hidup
didaerah yang beriklim panas dan dingin. Di Indonesia tanaman ini tumbuh subur
dengan baik di daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 meter dari
permukaaan laut, sedangkan cara menanamnya sangat mudah, untuk rumput gajah
para petani ternak hanya disemai batannya saja. Sedangkan batang padi para
petani ternak hanya mencari dimana ada petani padi yang memanen padinya.
Mayoritas di daerah Banyuwangi masyarakatnya sebagian besar bekerja di sektor
pertanian sehingga sangat mengguntungkan bilama mana selain usaha tani juga
sambil memelihara ternak. Biasanya untuk didaerah desa para petani tidak hanya
menanam padi dan rumput gajah saja tetapi juga banyak yang menanam tanaman
tumpangsari lainnya sehingga dapat menambah ekonomi selagi musim panen
belum datang.
Selain bekerja di sektor pertanian namun juga ada masyarakat yang
bekerja sebagai pengusaha ternak sapi perah. Ternyata tidak hanya perawatanya
yang mudah namun juga berternak sapi perah berpenghasilan yang cukup banyak
sehingga sangatlah tepat jadi usaha sampingan bagi masyarakat desa. Rumput
gajah dan batang padi merupakan salah satu pakan ternak yang banyak
mengandung nutrisi yang tinggi sehingga banyak ditanam oleh petani ternak
khususnya di daerah pedesaan. Karena selain mudah cara menanamnya rumput
gajah dibutuhkan untuk maupun meningkatkan produk susu pada ternak sapi,
sehingga dengan banyaknya nutrisi pada ternak sapi sangat memungkinkan
10
11
Gambar 2.1 Skema mesin pencacah rumput gajah dan batang padi.
Keterangan.
2.3
1. Puli.
2. Bantalan.
3. Plat Penghancur
4. Poros Dudukan Pisau.
5. Lubang Masuk Rumput.
6. Tutup Cap Mesin.
7. Plat Pendorong Rumput Keluar.
Perencanaan Poros.
Poros adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dan
putaran serta sebagai pendukung beban. Poros merupakan salah satu bagian yang
terpenting dari setiap mesin karena hampir seluruh mesin meneruskan tenaga
bersama-sama dengan putaran. Jadi poros harus mampu menahan getaran yang
timbul akibat putaran. Dengan demikian getaran yang ditimbulkan diusahakan
sekecil mungkin sesuai dengan konstruksi mesin.
Menurut Zainun (1999:111) hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan poros adalah : kekuatan poros, putaran kritis poros, bahan poros.
Sementara menurut Khurmi (1980:407) dalam perencanaan poros perlu
12
dipertimbangkan
poros
yang
mendapatkan
momen
puntir, poros
yang
13
Dimana :
T = Torsi (kg.mm)
= Tegangan izin (kg/mm2
14
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak (kW), maka
berbagai faktor keamanan bisa diambil, sehingga koreksi pertama bisa diambil
kecil. Jika faktor koreksi adalah fc, maka daya perencana adalah :
15
SF = 5,6
S-C = 6,0
Sf2 = Faktor keamanan akibat alur pasak (1,33,0)
Dalam perencanaan diameter poros, ada faktor-faktor lain seperti faktor
koreksi akibat momen puntir (Kt) dan faktor akibat beban lenturan (Cb), maka
persamaan
menjadi :
menjadi :
16
Pisau Pencacah.
Pisau pencacah rumput gajah dan batang padi ini mempunyai sudut
ketajaman tertentu. Pada rancang bangun kali ini digunakan pisau pencacah
berbentuk plat baja dan kedudukan pisau secara vertikal.
17
(m/ det)
Dimana
2 .n 2
rad s
60
18
rad s 2
t
Dimana;
= percepatan sudut (rad/s2)
= kecepatan sudut (rad/s)
t= waktu yang digunakan (60 s)
Suharto (1991: 36) menyatakan perhitungan torsi pengupas T I. kg.m
Dimana;
= percepatan sudut (rad/s2)
I = momen inersia (kg.mm2)
2.5.2 Daya Motor yang dibutuhkan
Proses penghitungan daya motor pada mesin pencacah rumput gajah dan
batang padi ini dapat ditentukan dengan persamaan :
menyatakan perhitungan daya motor yang di butuhkan
P
T
n1 (Sularso dan Suga, 1997)
9,74 10 5
Bantalan
19
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik, maka prestasi seluruh sistem akan
menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya (Sularso dan Suga, 1997:
103). Selain itu bantalan juga mempunyai peran sebagai pembatas gerak dari
poros agar poros selalu berada pada posisi yang benar.
2.6.2 Klasifikasi Bantalan
Pada dasarnya bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sularso dan
Suga, 1997: 103). Klasifikasi berdasarkan gerak bantalan terhadap poros:
2.6.3 Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan
pelumas. Kelebihan dari bantalan luncur adalah menghemat tempat arah radial,
lebih tahan terhadap gaya-gaya kejutan (tumbukan), gaya sentrifugal dan putaran
tinggi, pembuatan mudah dan daya tahan lama. Sedangkan kekurangannya adalah
sering mengalami kesulitan percobaan setelah dipasang, pemasangan sulit,sistim
pelumas, dan gesekan yang terjadi besar.
2.6.4 Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol
jarum dan rol bulat. Kelebihan dari bantalan gelinding ini adalah gesekan sangat
kecil dan suhu yang ditimbulkan tidak terlalu tinggi, perlawanan gesekan
permulaan berputar dan setelah berputar hampir sama, sedikit memerlukan
pelumas tidak mengalami kesulitan mengenai percobaan jalan, penggantian
mudah, keausan poros tidak ada, menghemat tempat arah aksial sehingga ukuran
20
Gambar 2.2 Macam-Macam Bantalan Gelinding (Sularso dan Suga, 1997: 129)
Klasifikasi berdasarkan arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial
Arah beban bantalan radial ini tegak lurus dengan sumbu poros.
b. Bantalan aksial
Arah beban bantalan aksial ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan kombinasi
Bantalan kombinasi ini mampu menumpu beban yang arahnya sejajar dan
tegak lurus dengan sumbu poros.
a.
Puli
Puli adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mengaitkan atau
meletakkan sabuk. Pada dasarnya puli mempunyai prinsip kerja yang sama
dengan sproket, perbedaannya terletak pada media yang dikaitkan. Jika puli yang
21
dikaitkan adalah sabuk, sedangkan sproket media yang dikaitkan adalah rantai.
.Dobrovolsky (tt:227)
Puli banyak dibuat dari bahan besi cor, baja cor, baja tempa dan paduan
alumunium. Puli dari bahan besi cor memiliki nilai koefisien gesek yang lebih
tinggi dibandingkan dengan puli dari bahan baja tempa. Kedudukan puli
penggerak dan puli yang digerakkan pada poros harus senter (lurus) agar sabuk
tidak mudah lepas dari kedudukan puli Rumus-rumus yang digunakan untuk
merencanakan puli yaitu:
2.7.1 Jenis - Jenis Konstruksi puli
Jenis-jenis konstruksi puli dibedakan menjadi tiga, yaitu :
2.7.2 Alur Puli
Jenis konstruksi puli yang didasarkan jenis alur yang digunakan dalam
hubungannya dengan sabuk dibedakan atas alur puli untuk sabuk rata, alur V
tunggal yang digunakan untuk jenis sabuk yang berpenampang V, dan alur V
ganda untuk sabuk berpenampang V dan U.
2.7.3 Puli Tingkat
Jenis konstruksi puli ini dibedakan berdasarkan jumlah sabuk yang
dihubungkan dengan puli bertingkat, satu atau tunggal digunakan untuk
menghubungkan satu buah sabuk saja, dan puli bertingkat lebih dari satu
digunakan untuk puli yang menggunakan lebih dari satu sabuk. Untuk jenis puli
bertingkat ini, ukuran diameter puli berbeda sesuai dengan kenaikan diameter
porosnya. Begitu juga dengan diameter luarnya, dapat berbeda sesuai dengan
kenaikan diameternya.
2.7.4 Pengunci Puli
22
Pengunci puli berguna untuk mengunci antara puli dengan poros sehingga
tidak terjadi pergeseran letak kedudukan puli ketika mentransmisikan putaran.
Jenis pengunci antara puli dan poros ini dapat berbentuk pasak, baut pengunci dan
spi penahan puli
2.7.5 Perhitungan Puli
Dari tabel V-Belt, untuk sabuk tipe A diketahui ukuran-ukuran puli sebagai
berikut : e = 12,5 mm ; c = 3,5 mm ; t = 16 mm ; s = 10 mm ; = 40o
Dobrovolsky (tt:233) menyatakan diameter luar puli penggerak D out D 2.c
Dobrovolsky
(tt:
231)
menyatakan
diameter
dalam
puli
2
2
.B. D out2 D in2
4
= Massa jenis(kg/mm3)
penggerak
23
= Volume puli(mm3)
Sabuk-V
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang sejajar.
Belt atau sabuk digunakan untuk menghubungkan dua buah poros yang
mempunyai jarak renggang yang agak jauh (yang tidak mungkin ditransmisikan
oleh roda gigi). Poros-poros tersebut harus dipisah pada suatu jarak minimum
tertentu yang tergantung pada jenis pemakaian sabuk, agar bekerja secara efisien.
Sabuk dibuat dengan bahan karet, kulit dan campuran getah.
Menurut bentuk dari sabuk sebagai sistem transmisi, sabuk dapat dibagi menjadi 4
macam, yaitu:
2.8.1 Sabuk Rata (Flat Belt):
Sabuk jenis ini biasanya dipasang pada puli silinder dan meneruskan
momen antaradua poros. Sabuk ini umumnya tidak menimbulkan suara (tidak
berisik), efisien pada putaran tinggi, dan dapat mentransmisikan daya besar
dengan jarak yang panjang.
24
digunakan pada jarak pendek dan daya yang dihasilkan besar pada tegangan yang
relatif rendah serta tidak ada sambungan pada sabuknya.
J. Sabuk gilir
25
Gambar 2.7 Konstruksi dan ukuran penampang sabuk-V (Sularso dan suga.,(1994: 164)
26
Gambar 2.8 Diagram Pemilihan Sabuk Dan Penampang Sabuk (Sularso dan
Suga, 1991: 164)
d p n1
60 1000
Dimana:
V= Kecepatan linier sabuk (m/det)
dp= Diameter penggerak (m)
n = Putaran motor (rpm)
Sularso dan Suga (1991: 170) menyatakan jarak sumbu poros
b b 2 8(D p d p ) 2
8
(mm)
Dimana:
L1 panjang sabuk
ab
. t mm 2
2
27
L 2C
d p D p 1 D p d p 2 (mm)
2
4C
Dimana:
L = panjang sabuk (mm)
C = jarak sumbu poros(mm)
dp = jari-jari pully penggerak (mm)
Dp = jari-jari pully yang digerakkan (mm)
Untuk Perhitungan ini perancang menyesuaikan panjang sabuk (belt) yang
ada dipasaran, sesuai dengan tabel panjang sabuk di tabel (Sularso dan Suga,
1991: 168)
Sularso
180 o
dan
Suga
(1991:
173)
menyatakan
sudut
kontak
(D P d p )
C
Dimana:
= sudut kontak (rad)
Dp= diameter Pully yang digerakkan (mm)
dp= diameter Pully penggerak (mm)
C= jarak sumbu poros (mm)
Khurmi (2005: 722) menyatakan berat sabuk
Dimana:
W= berat Sabuk(kg)
A= luas Sabuk(m2)
= massa jenis sabuk (kg/m3)
W A L (kg)
28
L= panjang sabuk(m)
29
102.N
(kg)
v
max 0
p
.v 2
h
Eb
(kg/cm2)
2.z.F 10.g
D
Dimana;
2
0 = tegangan awal sabuk V (12 kg/cm )
2
Khurmi (1980: 669) menyatakan gaya sentrifugal Fc g .v (kg)
T2
30
Dimana;
2,3log
T1
. (N)
T2
Dimana;
31
Gaya yang bekerja pada sabuk terdiri dari gaya vertikal dan gaya
horisontal.
Khurmi (1980: 660) menyatakan gaya-gaya yang bekerja pada sabuk
Sin
r2 r1
x1
Dimana;
r1 = jari-jari puli penggerak (mm)
r2 = jari-jari puli yang digerakkan (mm)
x1 = C
Tv1
Tt1
Tv2
Tt2
Fv Tv 1 Tv 2 Th1
Tt1
Th2
Tt2
32
N base fat
H
3,600.u.X max
jam
Dimana :
7
33
2.9
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur sebagai
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapat ukuran yang
sesuai. Untuk mendapat ukuran baut dan mur, ada beberapa faktor yang harus
seperti gaya gaya yang bekerja pada baut, misalnya : beban geser, beban aksial
bersama dengan beban punter, dan beban tumbukan aksial.
Rumus Perhitungan Pada Perencanaan Ulir Pengikat
2.9.1 Gaya pengencang
Fa =
( kg ) (Hendarsih,1993: 77)
Dimana :
ds = Diameter bidang tumpu mu ( mm ).
dg = Diameter lebar baut ( mm ).
2.9.2 Momen puntir.
Ml =Fa.(0,16 + 0,58 .f.
Dimana ;
f = Koefisien gesek.
p = Kisar ulir yang digunakan.
= Garis tengah sisi
2.9.3 Momen Pelepas Mur.
Ml =Fa + f .0,58 .
(Hendarsih,1993: 77).
- 0,16 .p (kg.mm)