Anda di halaman 1dari 25

9

BAB II
Kajian Pustaka
2.1 Rumput Gajah Dan Batang Padi
Rumput gajah dan batang padi merupakan tumbuhan yang biasa hidup
didaerah yang beriklim panas dan dingin. Di Indonesia tanaman ini tumbuh subur
dengan baik di daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 meter dari
permukaaan laut, sedangkan cara menanamnya sangat mudah, untuk rumput gajah
para petani ternak hanya disemai batannya saja. Sedangkan batang padi para
petani ternak hanya mencari dimana ada petani padi yang memanen padinya.
Mayoritas di daerah Banyuwangi masyarakatnya sebagian besar bekerja di sektor
pertanian sehingga sangat mengguntungkan bilama mana selain usaha tani juga
sambil memelihara ternak. Biasanya untuk didaerah desa para petani tidak hanya
menanam padi dan rumput gajah saja tetapi juga banyak yang menanam tanaman
tumpangsari lainnya sehingga dapat menambah ekonomi selagi musim panen
belum datang.
Selain bekerja di sektor pertanian namun juga ada masyarakat yang
bekerja sebagai pengusaha ternak sapi perah. Ternyata tidak hanya perawatanya
yang mudah namun juga berternak sapi perah berpenghasilan yang cukup banyak
sehingga sangatlah tepat jadi usaha sampingan bagi masyarakat desa. Rumput
gajah dan batang padi merupakan salah satu pakan ternak yang banyak
mengandung nutrisi yang tinggi sehingga banyak ditanam oleh petani ternak
khususnya di daerah pedesaan. Karena selain mudah cara menanamnya rumput
gajah dibutuhkan untuk maupun meningkatkan produk susu pada ternak sapi,
sehingga dengan banyaknya nutrisi pada ternak sapi sangat memungkinkan

10

mempercepat pertumbuhan ternak sapi, dengan demikian dapat menambah


keuntungan bagi para peternak. Oleh sebab itu para peternak sangat menyukai
tanam rumput gajah dan dan batang padi ini selain murah harganya dan mudah
cara menanamnya dibanding dengan pakan ternak yang lain (kosentrat).
2.2 Prinsip Kerja Mesin.
Prinsip kerja yang digunakan dalam mesin pencacah rumput gajah dan
batang padi ini yaitu Prinsip pada saat motor listrik sudah dalam keadaan ON,
maka motor listrik akan menggerakkan sabuk-V dan kemudian diteruskan pada
puli untuk memutar poros pencacah. Saat poros utama berputar maka silinder
tempat dudukan pisau, plat penghancur dan plat penekan juga akan ikut berputar.
Ketika rumput gajah dan batang padi dimasukkan melalui lubang masuk, Bahan
tersebut akan terpotong oleh pisau potong yang berputar searah putaran motor
listrik dan plat penghancur meneruskan rumput yang sudah terpotong menuju plat
pendorong untuk keluar menuju lubang keluar dan begitu seterusnya.

11

Gambar 2.1 Skema mesin pencacah rumput gajah dan batang padi.
Keterangan.

2.3

1. Puli.
2. Bantalan.
3. Plat Penghancur
4. Poros Dudukan Pisau.
5. Lubang Masuk Rumput.
6. Tutup Cap Mesin.
7. Plat Pendorong Rumput Keluar.
Perencanaan Poros.

8. Plat Penghancur Tampak Samping


9. Kerangka Mesin
10. V-Belt
11. Pisau Pemotong Rumput.
12. Motor Listrik 1 Phase
13. Lubang Keluar Rumput.

Poros adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dan
putaran serta sebagai pendukung beban. Poros merupakan salah satu bagian yang
terpenting dari setiap mesin karena hampir seluruh mesin meneruskan tenaga
bersama-sama dengan putaran. Jadi poros harus mampu menahan getaran yang
timbul akibat putaran. Dengan demikian getaran yang ditimbulkan diusahakan
sekecil mungkin sesuai dengan konstruksi mesin.
Menurut Zainun (1999:111) hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan poros adalah : kekuatan poros, putaran kritis poros, bahan poros.
Sementara menurut Khurmi (1980:407) dalam perencanaan poros perlu

12

dipertimbangkan

poros

yang

mendapatkan

momen

puntir, poros

yang

mendapatkan momen bending dan poros yang mendapatkan beban kombinasi


antara torsi dan bending.
Hal hal yang dipertimbangkan dalam sebuah poros antara lain: (Sularso
dan suga,1997:1).
2.3.1 Kekakuan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir dan lentur, juga ada
poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti baling-baling kapal atau
turbin. Bila diameter poros diperkecil (poros bertingkat) atau terdapat alur pasak
maka akan terjadi kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan. Untuk
itu maka sebuah poros harus direncanakan cukup kuat untuk menahan bebanbeban tersebut.
2.3.2 Kekuatan poros
Kekuatan poros adalah kemampuan bahan poros untuk menahan lenturan
atau defleksi putaran yang terjadi. Meskipun poros mempunyai kekuatan yang
cukup tinggi, jika lenturan (defleksi) puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran dan suara.

2.3.3 Putaran kritis


Bila putaran mesin dinaikkan pada suatu harga putaran tertentu dapat
menyebabkan terjadinya getaran yang luar biasa besar, putaran ini disebut putaran
kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor listrik maupun pada poros-poros
yang lain.

13

2.3.4 Macam macam poros


Menurut Sularso (1997:1) poros dapat diklasifikasikan atas pembebanannya
sebagai berikut:
1. Poros transmisi, poros ini mendapatkan beban putir murni atau beban
puntir dan lentur. Daya yang ditransmisikan kepada poros ini melalui
kopling, roda gigi, puli, sabuk, dan rantai.
2. Spindel, poros ini adalah poros transmisi yang relatif pendek dimana
beban utamanya berupa puntiran. Syarat poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
3. Gandar, poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
poros hanya mendapatkan beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh
penggerak mula akan mengalami beban puntir juga.
2.3.5 Poros dengan Beban Puntir
Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban lain
kecuali torsi, maka perencanaan diameter porosnya adalah sebagai berikut :

Supaya konstruksi aman maka timbul

Dimana :

ds = Diameter poros (mm)

T = Torsi (kg.mm)
= Tegangan izin (kg/mm2

14

Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak (kW), maka
berbagai faktor keamanan bisa diambil, sehingga koreksi pertama bisa diambil
kecil. Jika faktor koreksi adalah fc, maka daya perencana adalah :

Dimana Pd = Daya perencana (kW)


Harga fc dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini
Tabel 2.1 Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan.

(Sularso dan Suga;1997 Hal 7)


Untuk menghitung Torsi T (kg.mm) dapat dihitung dari daya perencana (kW)
sebagai berikut :

Tegangan izin dapat dihitung sebagai berikut :

(Sularso dan Suga ;1997 hal 8)


Dimana :

= Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)

Sf1 = Faktor keamanan bahan, untuk bahan

15

SF = 5,6
S-C = 6,0
Sf2 = Faktor keamanan akibat alur pasak (1,33,0)
Dalam perencanaan diameter poros, ada faktor-faktor lain seperti faktor
koreksi akibat momen puntir (Kt) dan faktor akibat beban lenturan (Cb), maka
persamaan

menjadi :

(Sularso dan Suga ;1997 hal 8)


Dimana harga Kt = 1,0 (jika beban halus)
1,0 1,5 (Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan)
1,5 3,0 (Jika beban dikenakan dengan kejutan)
Cb = 1,2 2,3 (jika tidak ada beban lentur maka Cb = 1)
2.3.6 Poros dengan Beban Puntir dan Lentur
Jika poros yang direncanakan mendapat beban puntiran dan lenturan
maka persamaan

menjadi :

Dimana M = Momen lentur (kg.mm)


Dalam perencanaan diameter poros ada faktor-faktor seperti faktor koreksi
akibat momen puntir (Kt) dan faktor koreksi untuk momen lentur (Km), maka
persamaan
(2.17) menjadi :

16

(Sularso dan Suga ;1997 hal 18)


Dimana harga Km = 1,5 (Untuk beban momen lentur yang tetap)
1,5 2,0 (Untuk beban dengan tumbukan ringan)
2,0 3,0 (Untuk beban dengan tumbukan berat)
2.3.7 Putaran Kritis Poros
Bila beberapa diameter poros seragam ds (mm), maka putaran kritis poros adalah :

(Sularso dan Suga ;1997 hal 19)


Dimana

nc = Putaran kritis poros (rpm)

l1 dan l2 = Jarak bantalan terhadap beban (mm)


l = Panjang poros (mm)
W = Beban pada poros (kg)
Bila terdapat beberapa beban pada poros maka putaran kritis poros adalah :

(Sularso dan Suga ;1997 hal 19)


Menurut Sularso dan Suga Perbandingan putaran yang baik antara putaran
sebenarnya dengan putaran kritis adalah lebih kecil dari 0,60,8

(Sularso dan Suga ;1997 hal 20)


2.4

Pisau Pencacah.
Pisau pencacah rumput gajah dan batang padi ini mempunyai sudut

ketajaman tertentu. Pada rancang bangun kali ini digunakan pisau pencacah
berbentuk plat baja dan kedudukan pisau secara vertikal.

17

Kecepatan pisau potong


V=

(m/ det)

Dimana

V = Kecepatan potong ( m / det )


D = Diameter pisau ( m / det )
N = Jumlah putaran poros ( m / det )
2.5

Perencanaan Daya Motor


Motor penggerak digunakan untuk menggerakan poros tabung dalam.

Putaran motor ditransmisikan ke puli dengan menggunakan sabuk (v-belt), adapun


jenis motor yang digunakan pada mesin pencacah rumput gajah dan batang padi
ini adalah motor listrik dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Pengoperasiannya mudah
2. Perawatannya mudah
3. Ringan
4. Hemat

2.5.1 Perhitungan Daya Motor


Suharto (1991: 30) menyatakan momen inersia I 1 .m. r

Suharto (1991: 39) menyatakan kecepatan sudut


Dimana;

2 .n 2
rad s
60

18

= kecepatan sudut (rad/s)


n2 = kecepatan putar (rpm)
Suharto (1991: 32) menyatakan percepatan sudut

rad s 2
t

Dimana;
= percepatan sudut (rad/s2)
= kecepatan sudut (rad/s)
t= waktu yang digunakan (60 s)
Suharto (1991: 36) menyatakan perhitungan torsi pengupas T I. kg.m
Dimana;
= percepatan sudut (rad/s2)
I = momen inersia (kg.mm2)
2.5.2 Daya Motor yang dibutuhkan
Proses penghitungan daya motor pada mesin pencacah rumput gajah dan
batang padi ini dapat ditentukan dengan persamaan :
menyatakan perhitungan daya motor yang di butuhkan
P

T
n1 (Sularso dan Suga, 1997)
9,74 10 5

Dengan : P = Daya motor listrik (kW)


T = Torsi (kg.mm)
n1= Putaran motor listrik yang direncanakan
2.6

Bantalan

2.6.1 Pengertian Bantalan


Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan

19

panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik, maka prestasi seluruh sistem akan
menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya (Sularso dan Suga, 1997:
103). Selain itu bantalan juga mempunyai peran sebagai pembatas gerak dari
poros agar poros selalu berada pada posisi yang benar.
2.6.2 Klasifikasi Bantalan
Pada dasarnya bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sularso dan
Suga, 1997: 103). Klasifikasi berdasarkan gerak bantalan terhadap poros:
2.6.3 Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan
pelumas. Kelebihan dari bantalan luncur adalah menghemat tempat arah radial,
lebih tahan terhadap gaya-gaya kejutan (tumbukan), gaya sentrifugal dan putaran
tinggi, pembuatan mudah dan daya tahan lama. Sedangkan kekurangannya adalah
sering mengalami kesulitan percobaan setelah dipasang, pemasangan sulit,sistim
pelumas, dan gesekan yang terjadi besar.
2.6.4 Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol
jarum dan rol bulat. Kelebihan dari bantalan gelinding ini adalah gesekan sangat
kecil dan suhu yang ditimbulkan tidak terlalu tinggi, perlawanan gesekan
permulaan berputar dan setelah berputar hampir sama, sedikit memerlukan
pelumas tidak mengalami kesulitan mengenai percobaan jalan, penggantian
mudah, keausan poros tidak ada, menghemat tempat arah aksial sehingga ukuran

20

poros dapat diperpendek. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan tempat


agak besar arah radial, daya tahan pendek, kurang tahan terhadap gaya tumbukan
dan putaran tinggi, serta pembuatannya sulit dan teliti.

Gambar 2.2 Macam-Macam Bantalan Gelinding (Sularso dan Suga, 1997: 129)
Klasifikasi berdasarkan arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial
Arah beban bantalan radial ini tegak lurus dengan sumbu poros.
b. Bantalan aksial
Arah beban bantalan aksial ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan kombinasi
Bantalan kombinasi ini mampu menumpu beban yang arahnya sejajar dan
tegak lurus dengan sumbu poros.
a.

Puli
Puli adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mengaitkan atau

meletakkan sabuk. Pada dasarnya puli mempunyai prinsip kerja yang sama
dengan sproket, perbedaannya terletak pada media yang dikaitkan. Jika puli yang

21

dikaitkan adalah sabuk, sedangkan sproket media yang dikaitkan adalah rantai.
.Dobrovolsky (tt:227)
Puli banyak dibuat dari bahan besi cor, baja cor, baja tempa dan paduan
alumunium. Puli dari bahan besi cor memiliki nilai koefisien gesek yang lebih
tinggi dibandingkan dengan puli dari bahan baja tempa. Kedudukan puli
penggerak dan puli yang digerakkan pada poros harus senter (lurus) agar sabuk
tidak mudah lepas dari kedudukan puli Rumus-rumus yang digunakan untuk
merencanakan puli yaitu:
2.7.1 Jenis - Jenis Konstruksi puli
Jenis-jenis konstruksi puli dibedakan menjadi tiga, yaitu :
2.7.2 Alur Puli
Jenis konstruksi puli yang didasarkan jenis alur yang digunakan dalam
hubungannya dengan sabuk dibedakan atas alur puli untuk sabuk rata, alur V
tunggal yang digunakan untuk jenis sabuk yang berpenampang V, dan alur V
ganda untuk sabuk berpenampang V dan U.
2.7.3 Puli Tingkat
Jenis konstruksi puli ini dibedakan berdasarkan jumlah sabuk yang
dihubungkan dengan puli bertingkat, satu atau tunggal digunakan untuk
menghubungkan satu buah sabuk saja, dan puli bertingkat lebih dari satu
digunakan untuk puli yang menggunakan lebih dari satu sabuk. Untuk jenis puli
bertingkat ini, ukuran diameter puli berbeda sesuai dengan kenaikan diameter
porosnya. Begitu juga dengan diameter luarnya, dapat berbeda sesuai dengan
kenaikan diameternya.
2.7.4 Pengunci Puli

22

Pengunci puli berguna untuk mengunci antara puli dengan poros sehingga
tidak terjadi pergeseran letak kedudukan puli ketika mentransmisikan putaran.
Jenis pengunci antara puli dan poros ini dapat berbentuk pasak, baut pengunci dan
spi penahan puli
2.7.5 Perhitungan Puli
Dari tabel V-Belt, untuk sabuk tipe A diketahui ukuran-ukuran puli sebagai
berikut : e = 12,5 mm ; c = 3,5 mm ; t = 16 mm ; s = 10 mm ; = 40o
Dobrovolsky (tt:233) menyatakan diameter luar puli penggerak D out D 2.c
Dobrovolsky

(tt:

231)

menyatakan

diameter

dalam

puli

D in1 D out1 2.e

Dobrovolsky (tt: 231) menyatakan lebar puli B z 1 t 2 s


Dimana:
B = Lebar puli (mm)
Z = Jumlah sabuk yang direncanakan
t = Jarak antara dua alur puli (mm)
s = Jarak antara tepi dan alur puli (mm)
Tabel elemen mesin (ATMI Solo) menyatakan volume puli
Vp2

2
2
.B. D out2 D in2
4

Khurmi (1980: 719) menyatakan berat puli W . V (kg)


Dimana:
W = Berat puli(kg)

= Massa jenis(kg/mm3)

penggerak

23

= Volume puli(mm3)

Dalam perencanaan ini tidak menggunakan pasak karena dari perhitungan


sudah ditentukan menggunakan baut sehingga mempermudah pemasangan dan
kekuatanpun dapat lebih kuat karena ada 2 baut yang mengikat poros.
2.8

Sabuk-V
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang sejajar.

Belt atau sabuk digunakan untuk menghubungkan dua buah poros yang
mempunyai jarak renggang yang agak jauh (yang tidak mungkin ditransmisikan
oleh roda gigi). Poros-poros tersebut harus dipisah pada suatu jarak minimum
tertentu yang tergantung pada jenis pemakaian sabuk, agar bekerja secara efisien.
Sabuk dibuat dengan bahan karet, kulit dan campuran getah.
Menurut bentuk dari sabuk sebagai sistem transmisi, sabuk dapat dibagi menjadi 4
macam, yaitu:
2.8.1 Sabuk Rata (Flat Belt):
Sabuk jenis ini biasanya dipasang pada puli silinder dan meneruskan
momen antaradua poros. Sabuk ini umumnya tidak menimbulkan suara (tidak
berisik), efisien pada putaran tinggi, dan dapat mentransmisikan daya besar
dengan jarak yang panjang.

2.8.2 Sabuk Penampang Trapesium (V-Belt)


Sabuk ini biasanya dipasang dengan cara membelitkannya dikeliling alur
puli berbentuk V dan meneruskan putaran dua poros. Sabuk jenis ini biasanya

24

digunakan pada jarak pendek dan daya yang dihasilkan besar pada tegangan yang
relatif rendah serta tidak ada sambungan pada sabuknya.

Gambar 2.5 Konstruksi Sabuk V Sularso dan Suga (1997: 164)

2.8.3 Sabuk dengan Gigi (Timing Belt)


Sabuk jenis ini biasanya dipasang secara berpasangan dengan jenis puli
untuk meneruskan putaran secara tepat. Sabuk jenis ini memiliki kecenderungan
selip yang kecil, daya yang ditransmisikan konstan dan dengan adanya gigi
memungkinkan untuk mendapatkan putaran rendah atau tinggi.
A. Sabuk V standart
B. Sabuk V unggul
C. Sabuk V penampang pendek
D. Sabuk V tugas ringan (Tipe L)
E. Sabuk V sempit
F. Sabuk V sudut lebar

Gambar 2.6 Macam-Macam Sabuk (Sularso dan Suga, 2004: 187

G. Sabuk V putaran variabel

J. Sabuk gilir

H. Sabuk segi enam

K. Sabuk berusuk banyak

I. Sabuk gigi penampang pendek

L. Sabuk berlapis kulit dan nilo

25

Gambar 2.7 Konstruksi dan ukuran penampang sabuk-V (Sularso dan suga.,(1994: 164)

Rumus-rumus yang digunakan untuk merencanakan sabuk yaitu:


2.8.4 Perhitungan Sabuk
Dalam Perhitungan ini sabuk yang digunakan adalah sabuk V. Daya yang
digunakan untuk menggerakkan mesin pencacah rumput gajah dan batang padi
adalah 1 HP dengan putaran 1450 rpm. Berdasarkan diagram pemilihan sabuk,
maka sabuk yang digunakan sesuai dengan daya dan putaran mesin adalah sabuk
tipe A.

26

Gambar 2.8 Diagram Pemilihan Sabuk Dan Penampang Sabuk (Sularso dan
Suga, 1991: 164)

Kecepatan linier sabuk dapat diketahui dengan persamaan berikut:


Dobrovolsky (tt: 252) menyatakan kecepatan linier sabuk V

d p n1
60 1000

Dimana:
V= Kecepatan linier sabuk (m/det)
dp= Diameter penggerak (m)
n = Putaran motor (rpm)
Sularso dan Suga (1991: 170) menyatakan jarak sumbu poros

b b 2 8(D p d p ) 2
8

(mm)

Dimana:
L1 panjang sabuk

dp = diameter pully kecil

Dp = diameter pully besar


Tabel Elemen Mesin (ATMI Solo) menyatakan luas penampang sabuk A

ab
. t mm 2
2

27

Sularso dan Suga (1997: 170) menyatakan panjang sabuk

L 2C

d p D p 1 D p d p 2 (mm)
2
4C

Dimana:
L = panjang sabuk (mm)
C = jarak sumbu poros(mm)
dp = jari-jari pully penggerak (mm)
Dp = jari-jari pully yang digerakkan (mm)
Untuk Perhitungan ini perancang menyesuaikan panjang sabuk (belt) yang
ada dipasaran, sesuai dengan tabel panjang sabuk di tabel (Sularso dan Suga,
1991: 168)
Sularso

180 o

dan

Suga

(1991:

173)

menyatakan

sudut

kontak

(D P d p )
C

Dimana:
= sudut kontak (rad)
Dp= diameter Pully yang digerakkan (mm)
dp= diameter Pully penggerak (mm)
C= jarak sumbu poros (mm)
Khurmi (2005: 722) menyatakan berat sabuk
Dimana:
W= berat Sabuk(kg)
A= luas Sabuk(m2)
= massa jenis sabuk (kg/m3)

W A L (kg)

28

L= panjang sabuk(m)

Tabel ; 2.3 Panjang Sabuk V Standart.

29

(Sumber : Sularso dan Suga, 1991: 168)


Gaya-gaya yang Terjadi pada Sabuk
Dobrovolsky (tt: 252) menyatakan gaya keliling Prated

102.N
(kg)
v

Dimana; N = daya motor (KW)


Dobrovolsky (tt: 252) menyatakan gaya akibat beban lebih P .Prated
(kg)
Dimana: = faktor kontak (1,5)
Dobrovolsky (tt: 253) menyatakan tegangan maksimum sabuk

max 0

p
.v 2
h

Eb
(kg/cm2)
2.z.F 10.g
D

Dimana;
2
0 = tegangan awal sabuk V (12 kg/cm )

P = gaya aksial beban lebih (kg)


F = luas penampang sabuk (cm2)
z = jumlah sabuk (1)

= berat jenis sabuk (1,25 1,5), diambil 1,5


g = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/detik2)
Eb = modulus elastis bahan sabuk
= 8001000 kg/cm2, diambil 800 kg/cm2
H = tebal sabuk (0,9 cm)
T1

D = diameter pully penggerak (cm)


W

2
Khurmi (1980: 669) menyatakan gaya sentrifugal Fc g .v (kg)

T2

30

Dimana;

Gambar 2.8 Tegangan Gaya Sabuk (Khurmi, 1980: 670)


W= berat sabuk (kg)
g = grafitasi bumi (9,8 m/dt2
v = kecepatan sabuk (m/dt)
Gaya Maksimum Sabuk Kencang (T1)
Khurmi (1980: 670) menyatakan gaya maksimum sabuk kencang T1 =
T Fc (N) dan Tt2 = T2 + Fc (N)
Dimana: T = max . A
Khurmi (1980: 651) menyatakan koefisien gesek antara puli dengan
42,6

sabuk 0,54 152,6 v


Khurmi (1980: 666) menyatakan gaya maksimum sabuk kendor

2,3log

T1
. (N)
T2

Dimana;

= koefisien gesek antara puli dengan sabuk

31

= sudut kontak sabuk

Gaya yang bekerja pada sabuk terdiri dari gaya vertikal dan gaya
horisontal.
Khurmi (1980: 660) menyatakan gaya-gaya yang bekerja pada sabuk

Sin

r2 r1
x1

Dimana;
r1 = jari-jari puli penggerak (mm)
r2 = jari-jari puli yang digerakkan (mm)
x1 = C

= jarak antara kedua sumbu (mm)

Tv1

Tt1

Tv2

Tt2

Gambar 2.9 Gaya Vertikal Sabuk

Gaya Vertikal Sabuk:


Tv 1 Tt 1 .Cos

Fv Tv 1 Tv 2 Th1

Tt1

Th2

Tt2

32

Gambar 2.10 Gaya Horisontal Sabuk


Gaya Horisontal Sabuk
Th 1 Tt 1 .Sin
Fh Th 1 Th 2

Dobrovolsky (tt: 248) menyatakan umur sabuk

N base fat

H
3,600.u.X max

jam

Dimana :
7

Nbase= Dasar dari tes titik lelah diasumsikan 10 putaran


2

fat = Tegangan sabuk V- belt (9,3 kg/cm )


2

max = Tegangan maksimum sabuk (kg/cm )


X= Jumlah pully
m= V-belt (8)
H= Umur sabuk (jam)
2

V1= v/l (0,093 cm /det)


2

V2= v/l (0,103 cm /det)

33

2.9

Pemilihan Baut dan Mur


Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk

mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur sebagai
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapat ukuran yang
sesuai. Untuk mendapat ukuran baut dan mur, ada beberapa faktor yang harus
seperti gaya gaya yang bekerja pada baut, misalnya : beban geser, beban aksial
bersama dengan beban punter, dan beban tumbukan aksial.
Rumus Perhitungan Pada Perencanaan Ulir Pengikat
2.9.1 Gaya pengencang
Fa =

( kg ) (Hendarsih,1993: 77)

Dimana :
ds = Diameter bidang tumpu mu ( mm ).
dg = Diameter lebar baut ( mm ).
2.9.2 Momen puntir.
Ml =Fa.(0,16 + 0,58 .f.

) ( kg.mm ) (Hendarsih,1993: 76)

Dimana ;
f = Koefisien gesek.
p = Kisar ulir yang digunakan.
= Garis tengah sisi
2.9.3 Momen Pelepas Mur.
Ml =Fa + f .0,58 .
(Hendarsih,1993: 77).

- 0,16 .p (kg.mm)

Anda mungkin juga menyukai