Anda di halaman 1dari 52

Edisi 1

Tahun 2010

Edisi 1
Tahun 2010

15

Menpera Tidak Main-main


Tangani Perumahan Bagi Prajurit
Dalam menangani masalah perumahan bagi
prajurit, Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) berkomitmen untuk serius dan
tidak main-main.

20

27
DPW Kemenpera
ikuti Jalan Santai
Perumahan sebagai
Hak Asasi Manusia
Perumahan sebagai hak asasi manusia telah
tercantum dalam perundang-undangan namun
masih banyak yang belum menyadari

Dharma Wanita Persatuan Kementerian


Perumahan Rakyat mengikuti jalan santai
Kegiatan Damai Perempuan Bersatu yang
diselenggarakan, Dharma Wanita Pusat
bekerjasama dengan United Nations Millennium
Campaign, Minggu (25/4). Kegiatan ini
merupakan rangkaian peringatan Hari Kartini
2010.

Edisi 1
Tahun 2010

38

36

5 Tips Desain
Interior Rumah Idaman
Setiap orang memiliki impian tersendiri
atas rumah yang dihuni. Tentunya mereka
menginginkan rumah tersebut berasa nyaman
serta mempunyai tampilan desain interior yang
manis.

44
Menengok Lebih Dekat Taman Ayodya
Mari sejenak kita melepas penat setelah bekerja seharian atau mungkin lembur yang menyebabkan
kondisi tubuh menjadi kaku, terasa pegal dan mungkin saja menyebabkan keram otot.

30

31

Fakta
Jakarta, Indonesia

Kemenpera Kaji Lokasi

Pembangunan Rusunawa
di Pinggir Rel KA
Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) melakukan kajian mengenai
lokasi yang tepat untuk pembangunan
rumah susun sederhana sewa (Rusunawa)
untuk merelokasi warga yang tinggal di
pinggir rel kereta api (KA).

Info Buku
Buku saku Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014
Sub Bidang Perumahan dan Pemukiman (Pocket
Book National Mid-Term Development Plan Year
2010-2014, Housing and Settlement Sub Sector)

Populasi: 14 juta, luas: 1360 km2


Kepadatan: 10.500 jiwa/km2.
Pendapatan per kapita: $ 7.000
Peringkat kemakmuran: 46.
Lima puluh persen penduduk Jakarta
memiliki akses terhadap air bersih

47

REI Siap Dukung Pemerintah

33

Tingkatkan
Pembangunan Rumah
Ketua Umum REI, Teguh Satria
menjelaskan, REI ke depan akan terus
mendukung program perumahan
pemerintah. Untuk itu, pihaknya berharap
pemerintah dapat memberikan dukungan
serta kemudahan bagi para anggota REI
yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan
perumahan.

Agenda
Hari Air Dunia 2010
Setiap tanggal 22 Maret di seluruh dunia
diperingati sebagai Hari Air Dunia (World
Day of Water). Inisiatif peringatan ini di
umumkan pada Sidang Umum PBB ke 47
tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro,
Brasil.

Liputan Utama
Laporan
Utama

Sumber foto: kemenpera

Pembangunan Perumahan Rakyat

Memasuki Era Baru


Memang tjita-tjita itu tidak akan
tertjapai dalam setahoen doea
tahoen, tidak akan terselenggara
semoeanja dalam 10 ataoe 20
tahoen. Tetapi dalam 40 tahoen
ataoe setengah abad pasti dapat
ditjapai, apabila kita soenggoehsoenggoeh maoe dan beroesaha
dengan penoeh kepertjajaan
(Wakil Presiden,
Drs Moh. Hatta, Agustus 1950)

etika Bung Hatta mengucapkan


kalimat-kalimat di atas, mungkin
tidak terbayangkan bahwa
bahkan sampai 60 tahun kemudian
angka backlog perumahan masih
mencapai sekitar 8 juta rumah tangga.
Namun demikian tidak selayaknyalah
kita menyalahkan pihak lain terhadap
terjadinya kondisi ini. Melihat kedepan
adalah lebih baik. Untuk itu, menjadi
6

menarik kemudian melihat seperti apa


pembangunan perumahan paling tidak
5 tahun kedepan (2010-2014). Tulisan
berikut mencoba menggambarkan
arah pembangunan perumahan
sebagaimana yang telah dituangkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka
Meneng ah Nasional (RPJMN)
2010-2014 beserta Rencana Strategis
Kementerian Perumahan Rakyat
2010-2014.

Kondisi Obyektif
Terlepas dari pencapaian selama ini,
kita harus mengakui masih banyak
masalah yang dihadapi. Pertama-tama
tentunya jumlah backlog rumah yang
masih cukup besar, mencapai 7,4
juta unit pada tahun 2009. Pesatnya
pertumbuhan penduduk dan rumah
tangga menyebabkan kebutuhan
akan perumahan baru semakin
meningkat dari tahun ke tahun.
Sementara itu, dari sisi penyediaan,
jumlah rumah yang terbangun belum

mampu memenuhi pertumbuhan itu


sendiri.
Sepanjang periode 20052009,
pertambahan rumah tangga baru
mencapai 3,6 juta. Hal ini tidak
mampu diikuti dengan pembangunan
rumah baru yang hanya mencapai
2,5 juta unit. Kondisi tersebut masih
ditambah dengan adanya 555.000 unit
rumah dengan kondisi rusak berat yang
tidak dapat dihuni, sehingga kekurangan
rumah (backlog) diperkirakan meningkat
dari 5,8 juta unit pada tahun 2004
menjadi 7,4 juta pada akhir tahun 2009.
Peningkatan jumlah backlog tersebut
masih lebih rendah dibandingkan
prediksi pada RPJMN tahap pertama
yang memperkirakan pertumbuhan
backlog akan mencapai 11,6 juta pada
akhir 2009, apabila tidak dilakukan
penanganan.
Kedua, peningkatan jumlah rumah
tangga yang menempati rumah yang
tidak layak huni dan tidak didukung

Edisi 1
Tahun 2010

oleh prasarana, sarana lingkungan


dan utilitas umum yang memadai.
Pada tahun 2009, 4,8 juta unit rumah
diperkirakan dalam kondisi rusak
yakni rumah dengan dua dari tiga
struktur dasarnya (dinding, lantai, dan
atap) memerlukan perbaikan. Selain
itu, menurut Statistik Kesejahteraan
Rakyat Tahun 2008, sebanyak 13,8%
rumah tangga masih menghuni rumah
dengan lantai tanah, 12,4% dengan
dinding belum permanen, dan 1,2%
tinggal di rumah yang beratapkan
daun.
Selain masalah kondisi rumah,
kualitas suatu rumah juga diukur
dengan tingkat aksesibilitas terhadap
prasarana, sarana, dan utilitas (PSU),
seperti ketersediaan air bersih, listrik
dan jamban. Pada tahun 2007, Badan
Pusat Statistik mencatat bahwa
sebanyak 21,1% rumah tangga di
Indonesia belum dapat mengakses
air bersih, sebanyak 8,54% rumah
tangga masih belum mendapatkan
sambungan listrik dan sebanyak
22,85% rumah tangga tidak memiliki
akses terhadap jamban.
Ketiga. Permukiman kumuh yang
semakin meluas. Tekanan kebutuhan
pembangunan perumahan telah
bergeser ke wilayah perkotaan sebagai
dampak dari urbanisasi. Jumlah
penduduk perkotaan sudah mencapai
lebih dari 50% dari total penduduk
nasional
dengan
konsentrasi
pertumbuhan di kota-kota besar
d an metropol i tan. L u as l ahan
perkotaan yang terbatas tidak mampu
menampung desakan pertumbuhan
penduduk dan pada akhirnya kerap
memunculkan permukiman yang tidak
teratur, kumuh, dan tidak layak huni.
Penanganan permukiman kumuh yang
belum holistik menyebabkan kondisi
kekumuhan tidak dapat diatasi bahkan
cenderung mengalami peningkatan
luas. Hasil penelitian United Nation
Development Programme (UNDP)

mengindikasikan terjadinya perluasan


permukiman kumuh mencapai
1,37% setiap tahunnya, sehingga
pada tahun 2009 luas permukiman
kumuh diperkirakan menjadi 57.800
Ha dari kondisi sebelumnya yakni
54.000 Ha pada akhir tahun 2004.
Tentu saja kondisi di atas tidak
terjadi dengan sendirinya. Terdapat
beberapa faktor yang ditengarai
menjadi pencetusnya, diantaranya
(i) regulasi dan kebijakan yang belum
sepenuhnya mendukung terciptanya iklim
yang kondusif dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Sampai saat
ini masih banyak regulasi dan kebijakan pembangunan perumahan
dan permukiman yang perlu direvisi
dan dilengkapi agar selaras dengan
perkembangan lingkungan strategis dan kebijakan pembangunan
nasional, antara lain UU No. 4 Tahun
1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dan UU No. 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun. Khususnya
yang terkait dengan kebijakan otonomi daerah, masih banyak NSPK
(Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria) yang perlu dilengkapi dalam
rangka penerapan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Perumahan
Rakyat sesuai Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 22 Tahun
2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Di samping itu, regulasi
dan kebijakan yang diterbitkan oleh
instansi yang berbeda masih belum
terintegrasi dengan baik untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman
secara terpadu;
(ii) Keterbatasan akses masyarakat
berpenghasilan menengah-bawah terhadap
lahan. Tingginya laju pertumbuhan
penduduk di perkotaan, keterbatasan
lahan untuk pembangunan

perumahan dan permukiman serta


meningkatnya harga lahan telah
mempersulit akses masyarakat untuk
menempati hunian yang layak dan
terjangkau di perkotaan. Kondisi
tersebut menyebabkan masyarakat,
khususnya masyarakat berpenghasilan
mene ng ah-bawah, cend e r u ng
menempati hunian di pinggiran kota
yang jauh dari lokasi pekerjaan serta
menimbulkan permukiman liar di
daerah perkotaan;
(iii) lemahnya kepastian bermukim (secure
tenure). Pada akhir tahun 2007, masih
terdapat 22,06% rumah tangga yang
menempati rumah milik sendiri
namun belum didukung oleh bukti
hukum berupa sertiikat dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN), girik,
maupun akta jual beli. Tingginya
biaya proses pengurusan di lapangan
serta keterbatasan informasi terhadap
prosedur sertiikasi dan rencana
tata ruang mengakibatkan sebagian
masyarakat menempati rumah tanpa
memiliki bukti legalitas pemanfaatan
lahan dan bangunan. Kondisi
tersebut semakin diperparah dengan
ketidaksesuaian terhadap rencana
tata ruang sehingga rawan mengalami
penggusuran;
(iv) belum tersedia dana murah jangka
panjang untuk meningkatkan akses dan
daya beli masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah.
Sebagian
besar
masyarakat bekerja di sektor informal
dan tidak mempunyai penghasilan
tetap sehing ga kesulitan untuk
mengakses kredit perumahan yang
disediakan oleh perbankan. Di sisi
lain, sumber pendanaannya pun sangat
terbatas karena hanya mengandalkan
dana yang bersumber dari bank dan
pemerintah. Padahal masih banyak
alternatif sumber pembiayaan yang
dapat dikembangkan, antara lain
melalui tabungan perumahan nasional,
kerjasama pemerintah-swasta dan
sumber-sumber dana jangka panjang
7

Laporan Utama
seperti jamsostek, taspen, dana
pensiun dan tabungan perumahan
lainnya yang sejenis pemanfaatannya
masih terkendala oleh regulasi yang
mengatur pemanfaatan sumbersumber dana tersebut;
(v) belum eisiennya pasar primer dan
belum berkembangnya pasar sekunder
perumahan. Pembiayaan perumahan
yang berkelanjutan harus didukung
oleh pasar primer dan sekunder yang
sehat. Namun, saat ini kinerja pasar
primer masih belum eisien karena
masih ada komponen biaya tinggi
dalam pembangunan perumahan
khususnya dalam perijinan. Hal ini
menimbulkan ketidakeisienan pasar
perumahan karena biaya tersebut
akan diteruskan kepada konsumen
sehing g a semakin menjauhkan
keterjangkauan masyarakat terhadap
harga yang ditawarkan. Selain itu,
prosedur dan jenis perijinan yang
belum terstandarisasi semakin
menambah ketidakpastian bagi para
pelaku pembangunan perumahan dan
permukiman. Di samping itu, kendala
lainnya adalah sumber pendanaan
untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
masih bertumpu pada dana pihak
ketiga yang bersifat jangka pendek
sehingga terjadi ketidaksesuaian
antara sumber pendanaan dengan
pemanfaatan yang bersifat
jangka panjang. Untuk mengatasi
hal tersebut, Pemerintah telah
melembagakan pembiayaan sekunder
perumahan melalui pendirian PT.
Sarana Multigriya Finansial (PT.
SMF). Namun operasionalisasi PT.
SMF masih terkendala oleh regulasi
sehingga belum berjalan sebagaimana
yang diharapkan;
(vi) belum mantapnya kelembagaan
penyelenggaraan pembangunan perumahan
dan per mukiman. Peraturan
Pemerintah No. 38 Tahun 2007

tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota mengamanatkan
bahwa pembangunan perumahan
merupakan urusan wajib pemerintah
daerah. Namun hal ini belum disertai
deng an peningkatan kapasitas
kelembagaan di daerah baik dari
sisi kualitas sumber daya manusia
maupun perangkat org anisasi
untuk memenuhi standar pelayanan
minimal di bidang perumahan.
Selain itu, koordinasi antar lembaga,
baik di tingkat pusat maupun daerah
belum berjalan dengan baik;

Perumahan
merupakan
urusan wajib
pemerintah
daerah

Visi dan Misi


Visi Kementerian Perumahan Rakyat
Tahun 20102014 adalah Setiap
Keluarga Indonesia Menempati
Rumah yang Layak Huni. Untuk
mewujudkan visi tersebut, maka
ditetapkanlah misi kementerian
yaitu (i) meningkatkan iklim yang
kondusif dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan pembangunan perumahan
dan permukiman; (ii) meningkatkan
ketersediaan rumah layak huni dan
terjangkau dalam lingkungan yang
sehat dan aman serta didukung oleh
prasarana, sarana dan utilitas yang
memadai; (iii) meng embangkan
sistem pembiayaan perumahan jangka
panjang yang eisien, akuntabel dan
berkelanjutan; (iv) meningkatkan
pendayagunaan sumberdaya
per umahan dan per mukiman
secara optimal; (v) meningkatkan
peran pem eri ntah d aerah d an
pemangku kepenting an lainnya
dalam pembangunan perumahan dan
permukiman.

Tujuan
(vii) belum optimalnya pemanfaatan
sumber daya perumahan dan permukiman.
Pelaksanaanpembangunanperumahan
dan permukiman melibatkan berbagai
pemangku kepentingan termasuk
masyarakat dan swasta. Pembangunan
perumahan yang dilakukan oleh
masyarakat secara swadaya belum
disertai dengan pendampingan untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat
dalam
membangun/memperbaiki
rumah. Sedangkan partisipasi swasta
dalam pembangunan perumahan
masih harus ditingkatkan antara lain
melalui Corporate Social Responsibilities
(CSR). Selain itu, sumber daya lokal,
arsitektur dan teknologi serta hasil
penelitian di bidang perumahan dan
permukiman belum dimanfaatkan
secara optimal.

S ebag ai penj abaran v i s i d an


misi, ditetapkan se puluh tujuan
pembangunan perumahan rakyat
yaitu (i) meningkatkan pengembangan
kebijakan dan koordinasi pelaksanaan
ke b i j a k a n u n t u k m e n d o r o n g
terciptanya iklim yang kondusif
dalam pembangunan perumahan
dan permukiman; (ii) meningkatkan
akses masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah terhadap lahan
untuk pembangunan perumahan
dan permukiman; (iii) meningkatkan
pembangunan perumahan berbasis
kawasan yang serasi dengan tata
ruang, daya dukung lingkungan
dan penyediaan infrastruktur; (iv)
pemenuhan kebutuhan hunian yang
layak dan terjangkau serta didukung
dengan prasarana, sarana dan utilitas

Edisi 1
Tahun 2010

yang memadai; (v) mengurangi luas


lingkungan permukiman kumuh;
(vi) meningkatkan akses MBM
termasuk MBR terhadap pembiayaan
per umahan; (vii) meningkatkan
pendayagunaan sumber-sumber
pembiayaan untuk pembangunan
perumahan dan permukiman;
(viii) meningkatkan pemanfaatan
sumber daya pembangunan
perumahan dan permukiman; (ix)
mendorong peran dan meningkatkan
kapasitas pemerintah daerah dalam
pembangunan per umahan dan
permukiman; (x) menyelenggarakan
tugas dan fungsi Kementerian
Perumahan Rakyat dalam rangka
memberikan pelayanan di bidang
perumahan dan permukiman.

Arah Kebijakan dan Strategi

k awas an d an PS U pe r u mahan
swadaya; (d) penanganan lingkungan
perumahan dan permukiman kumuh;
(e) pembangunan rumah khusus,
termasuk rumah sederhana sewa dan
pasca bencana; (f) pengembangan
kawasan khusus, termasuk kawasan
perbatasan, daerah tertinggal dan pasca bencana; (g) fasilitasi pra sertiikasi dan pendampingan pasca sertiikasi
tanah bagi MBR; (iii) pengembangan
sistem pembiayaan perumahan dan
permukiman bagi MBM melalui: (a)
pengembangan pembiayaan perumahan melalui fasilitas likuiditas;
( b ) p e n g e m b a n g a n Ta b u n g a n
Perumahan Nasional; (c) peningkatan
pemanfaatan sumber-sumber
pembiayaan untuk pembangunan
pe r u mahan d an per mu k i man;
(d) peningkatan pendayagunaan

Untuk mewujudkan visi, misi,


dan tujuan Kementerian Perumahan Rakyat maka disusun
arah kebijakan dan strategi, yaitu
(i) pengembangan regulasi
dan kebijakan untuk menciptakan iklim yang kondusif,
serta koordinasi pelaksanaan
kebijakan di tingkat Pusat dan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Perumahan dan
Permukiman; (ii) peningkatan Sumber foto: Kemenpera
pemenuhan kebutuhan Rumah
sumberdaya pembangunan
Layak Huni (RLH) yang didukung
perumahan dan permukiman serta
dengan prasarana, sarana dan utilitas
pengembangan dan pemanfaatan ha(PSU) serta kepastian bermukim bagi
sil-hasil penelitian dan pengembangan
masyarakat berpenghasilan meneteknologi maupun sumber daya dan
ngah-bawah, melalui (a) Pembangunkearifan lokal; (v) peningkatan sinergi
an rumah layak huni (RLH) melalui
pusat-daerah dan pemberdayaan
pasar formal maupun secara swadaya
pemangku kepentingan lainnya
masyarakat baik untuk pembangunan
dalam pembangunan perumahan dan
baru maupun peningkatan kualitas;
permukiman.
(b) pembangunan r umah susun
sederhana (r usuna) baik sewa
Sementara strategi Kementerian
maupun milik; (c) penyediaan PSU
Perumahan Rakyat untuk memastikan
perumahan dan permukiman yang
tercapainya sasaran pembangunan
memadai untuk pengembangan
perumahan dan permukiman tahun

20102014 adalah (i) mengefektifkan


kewenangan perumusan kebijakan
dan regulasi untuk menciptakan
iklim yang kondusif bagi percepatan
pembangunan per umahan dan
permukiman melalui pengembangan
dan penyediaan produk-produk
p e n g a t u r a n yang memadai; (ii) memantapkan koordinasi antarpemangku kepentingan dan kelembagaan di
bidang perumahan dan permukiman
untuk me n d u k u n g p e n y e l e n g g a r a a n pem bang u nan per u m ahan dan permukiman yang lebih
terintegrasi; (iii) mengefektifkan
kewenangan operasionali sasi kebijakan untuk mendukung penyediaan perumahan d a n p e r mu k i m a n
k h u s u s n y a sebagai proyek-proyek
percontohan dan best practice di berbagai lokasi terpilih yang dapat direplikasi dan dikembangkan secara
lebih luas; (iv) mengoptimalkan
peran dan kapasitas para
pe mang k u ke penti ng an,
khususnya peran pemerintah
daerah dalam pembangunan
perumahan dan permukiman
melalui bimbing an/bantuan teknis, pendamping an
dan penyebarluasan informasi dan kebijakan nasional
pembangunan
perumahan
dan permukiman; (v) memanfaatkan dan mendayagunakan
sumberdaya perumahan dan permukiman, hasil penelitian dan pengembangan teknologi, serta kearifan lokal
untuk mendukung pembangunan
perumahan dan permukiman yang
berkelanjutan; (vi) mengoptimalkan
pemanfaatan sumber pembiayaan
perumahan dan permukiman yang
akuntabel dan berkelanjutan; (vii) memanfaatkan peluang kerjasama dan
kemitraan dengan berbagai pihak untuk meningkatkan ketersediaan dan
kualitas perumahan dan permukiman.
(sumber: Renstra Kemenpera 2010-2014).

terselesaikannya rancangan perubahan


UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman dan
UU Nomor 16 Tahun 1985 tentang
Rumah Susun, peningkatan peringkat
Laporan Akuntabilitas kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) menjadi 16 dari
74 instansi pusat (2007), selama tiga
tahun berturut-turut (2006-2008),
mendapat predikat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Misi 2. Pemberdayaan masyarakat,
kelembagaan dan para pelaku pembangunan
perumahan dan permukiman. Pencapaian
utamanya adalah penyediaan bantuan
stimulan bagi pembangunan baru dan
peningkatan kualitas, pemanfaatan
program Corporate Social Responsibility
(CSR).

elama periode tahun 2005


2009 Kementerian Perumahan
Rakyat telah melaksanakan
berbagai program pembangunan
perumahan dan permukiman sesuai
arahan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 20042009 yang
dijabarkan dalam Rencana Strategis
Kemenpera 20052009.
Secara ringkas, pencapaian program
pembangunan per umahan yang
dilaksanakan oleh Kementerian
Perumahan Rakyat selama tahun
20052009 mencakup
Misi 1. Penciptaan iklim yang kondusif
dalam pembangunan perumahan dan
permukiman.
Pencapaian utama diantaranya adalah

Misi 3. Meningkatkan pendayagunaan


sumber daya perumahan dan permukiman.
Pe n c a p a i a n u t a m a n y a a d a l a h
membaiknya penyerapan dana APBN
Kementerian Perumahan Rakyat
Misi 4. Meningkatkan pemenuhan
kebutuhan rumah yang layak huni serta
meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan dan permukiman. Pencapaian
utamanya adalah terealisasinya
pembangunan rumah baru layak
huni (RSH Bersubsidi, RSH, dan
RSH Non Subsidi, rumah khusus,
rumah pasca bencana) yang mencapai
sekitar 1,3 juta unit (109% dari target),
terealisasinya sebanyak 34 ribu unit
rusunawa (sekitar 57% dari target),
tercapainya peningkatan kualitas
rumah sebanyak 1,9 juta unit, dan
pembangunan rumah baru sebanyak
1,6 juta unit melalui skema swadaya.

Edisi 1
Tahun 2010

aktu berjalan demikian


cepat sehingga tidak
terasa waktu telah hampir
60 tahun sejak terlaksananya
Kongres Perumahan Rakyat Tahun
1950. Tidak perlu kita mencari
tahu kenapa demikian lama waktu
yang terbuang sebelum Kongres
Perumahan dan Permukiman II
terlaksana pada tanggal 18-20
Mei 2009. Hal terpenting adalah
kongres II berlangsung meriah
dengan hasil yang membanggakan.
Tidak hanya itu tetapi juga proses
persiapannya yang didahului oleh
kegiatan sarasehan, pra kongres,
baik di pusat maupun di daerah.
Selain itu, semua Keluarga Besar
Pe r u m a h a n d a n Pe r m u k i m a n

terlibat dalam kegiatan ini, yaitu


tokoh lintas generasi, lintas sektor,
dan lintas wilayah. Kongres ini juga
menyatukan berbag ai individu,
kelompok masyarakat, profesional,
pemerintah, pengembang, lembaga
keuangan, koperasi, lembaga
t a b u n g a n d a n a s u r a n s i w a j i b,
perguruan tinggi, pengamat, dan
organisasi nonpemerintah.
Setidaknya sebanyak 1.500 orang
terlibat dalam Kongres. Bahkan
bila dihitung dengan kegiatan
menjelang Kong res, setidaknya
2.500 orang terlibat, yang
semuanya berasal dari 33 provinsi
di Indonesia dan lebih kurang 334
kabupaten/kota.

Pemangku kepentingan yang terlibat


ini tumbuh dan berkembang setelah
tahu n 1 9 5 0 , mel al u i berbag ai
peristiwa seperti Lokakarya Nasional
Pe r u m a h a n d a n Pe r m u k i m a n
(1972, 1992), Semiloka Nasional
Perumahan dan Permukiman (2002),
perubahan konstelasi politik dan
ketatanegaraan dari era sentralisasi
ke desentralisasi, per ubahan
lingkungan strategis global dan
regional, terutama terkait dengan
isu lingkungan hidup (perubahan
iklim dan dunia yang semakin mengkota) dan investasi, serta terikatnya
Indonesia sebagai anggota organisasi
dunia untuk menjalankan Agenda
Global (Agenda Habitat, Agenda
21, Millenium Development Goals).

11

Laporan Utama
Kongres II berhasil mengeluarkan deklarasi yang ditandatangani pada tanggal 20 Mei 2009, yang diharapkan dapat
memiliki semangat kebangkitan nasional yang bersejarah itu. Deklarasi ditandatangani oleh 41 orang yang mewakili
delegasi pusat dan delegasi provinsi serta kabupaten/kota. Disamping itu, hasil Sidang Kongres Nasional Perumahan
dan Permukiman II Tahun 2009 yang berisi Rekomendasi Kebijakan dan Pelaksanaan merupakan bagian tak
terpisahkan dari Deklarasi.

Deklarasi Kongres Perumahan dan Permukiman II Tahun 2009


Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, hari ini kongres telah dapat diselesaikan dengan menyepakati berbagai
landasan menuju hari depan era baru pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih baik.
Kami: Peserta Kongres Nasional Perumahan dan Permukiman II, Tahun 2009, sebagai pewaris keputusan
Kongres Nasional Perumahan Rakyat Tahun 1950 yang telah meneguhkan perumahan sebagai urusan negara,
merasa bertanggung jawab atas pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen serta UndangUndang tentang HAM yang menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat;
Menyadari bahwa:
1. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, mewadahi penduduk yang berjumlah besar dengan
keanekaragaman budayanya, dan sedang mengalami proses urbanisasi serta menghadapi tantangan karena
kedudukannya terhadap berbagai potensi bencana alam;
2. Perkembangan kehidupan yang dinamis, perkembangan teknologi, globalisasi, dan perubahan iklim, menuntut
pengorganisasian pembangunan perumahan dan permukiman oleh Negara;
3. Seluruh pemangku kepentingan telah berupaya membantu pembangunan perumahan dan permukiman,
tetapi belum seluruh persoalan perumahan dan permukiman teratasi;
4. Desentralisasi dan otonomi daerah membawa konsekuensi baru pada upaya-upaya pembangunan perumahan
dan permukiman
Meneguhkan tekad untuk :
1. Melindungi dan menjamin hak akan tempat tinggal yang layak, yang berkaitan dengan kebutuhan dasar, hak
asasi manusia, dan jati diri, untuk menjadi tanggung jawab Negara;
2. Mengakui dan menghormati keragaman berbagai latar belakang budaya yang ada dan yang berkembang
dalam permukiman;
3. Menjamin keadilan dan kesetaraan pembangunan perumahan dan permukiman dalam menghadapi kendala
sumber daya yang terbatas terutama tanah, air, dan energi;
4. Meningkatkan kualitas kehidupan secara berkelanjutan dengan menjaga kelestarian fungsi lingkungan, dan
mengurangi risiko bencana;
5. Memberdayakan masyarakat tidak mampu dan berpenghasilan rendah melalui peningkatan akses dan subsidi
terhadap sumber daya dan pembiayaan perumahan;
6. Mengembangkan sistem kelembagaan dan menyelenggarakan tata kelola yang baik dalam pembangunan
perumahan dan permukiman dengan menerapkan kaidah partisipatif, transparansi, responsif, akuntabel dan
berorientasi pada kesepakatan para pihak;
7. Menyepakati untuk bermitra, berbagi manfaat dan beban untuk melaksanakan agenda perumahan dan
permukiman yang telah dihasilkan Kongres Nasional Perumahan dan Permukiman II, Tahun 2009, yang
merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari deklarasi ini;
8. Mengevaluasi pelaksanaannya, sekurang-kurangnya lima tahun sekali atas apa yang disepakati di dalam
menghadapi permasalahan pembangunan perumahan dan permukiman, dan memantaunya setiap satu
tahun sekali.

12

Edisi 1
Tahun 2010

Agenda Menyongsong Era Baru Perumahan dan Permukiman Indonesia


1. Rekomendasi Kebijakan dan Pelaksanaan Terpenuhinya Tempat Tinggal yang Layak bagi Semua Penduduk Indonesia
sebagai Hak Asasi
a. Mewujudkan pengakuan dan pelindungan hak seluruh anggota masyarakat dengan cara memenuhi kebutuhannya
akan tempat tinggal yang layak huni, dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum, dengan cara memberikan
kesempatan dan pilihan yang luas, pemberdayaan, serta menjamin kepastian bermukim
b. Meningkatkan komitmen seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan perumahan dan permukiman sebagai
unsur penting pengakuan dan pelindungan hak asasi manusia serta sebagai ukuran pembangunan manusia
sejahtera seutuhnya
c. Mewujudkan sistem penyelenggaraan perumahan sosial bagi masyarakat yang lemah dan tidak mampu
2. Rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan terwujudnya perumahan dan permukiman yang berbasis komunitas dan
kekeluargaan
a. Mendorong perwujudan pendekatan keluarga dan komunitas dalam pembangunan perumahan dan permukiman
b. Mendorong pengembangan sarana dan prasarana permukiman untuk memfasilitasi interaksi sosial bagi
terwujudnya komunitas yang sehat, kreatif, dan dinamis
c. Mewujudkan lingkungan permukiman yang mencerminkan keserasian hunian dan kecukupan prasarana dan
sarana yang berbasis komunitas
3. Rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan terpadunya proses sosial, ekonomi, dan kondisi l lingkungan untuk
perkembangan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan
a. Mengendalikan laju persebaran penduduk dan urbanisasi
b. Mewujudkan kawasan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari sistem pembangunan perkotaan dan
perdesaan yang berkelanjutan
c. Mendorong pengintegrasian perencanaan dan pembangunan perumahan dan pengembangan permukiman dengan
sistem transportasi, tempat kerja, dan prasarana, sarana lingkungan, dan utilitas umum serta menuangkannya ke
dalam perencanaan dan pengelolaan kota
d. Mewujudkan permukiman yang lebih ramah lingkungan, hemat energi, mengurangi risiko bencana alam ataupun
bencana akibat perbuatan manusia dan perubahan iklim melalui pembangunan perumahan dan penataan kembali
permukiman yang ada
e. Mendorong peningkatan pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam menggunakan sumber daya dalam
batasan daya dukung suatu ekosistem
f. Meningkatkan upaya konservasi sumber daya alam, terutama air, dan sumber daya buatan
g. Mendorong upaya mewujudkan perumahan dan permukiman berbasis nilai budaya lokal
h. Menargetkan tercapainya kota tanpa permukiman kumuh tahun 2025
i. Meningkatkan dan memperkuat penegakan hukum atas pelaksanaan rencana tata ruang dalam penyelenggaraan
perumahan dan permukiman yang melibatkan semua pemangku kepentingan
j. Meningkatkan dan mempermudah akses terhadap tanah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
k. Mengembangkan dan memobilisasi sumber-sumber pembiayaan bagi pengembangan perumahan dan permukiman
l. Meningkatkan peran pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
m. Memperkuat landasan hukum dan perundang-undangan pengembangan perumahan dan permukiman yang
sesuai dengan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara
n. Mendorong pengembangan model-model kemitraan dalam pembangunan perumahan dan permukiman pada
berbagai tingkatan
o. Mendorong penerapan tata kelola yang baik dan berkelanjutan dalam penyelenggaraan perumahan permukiman
di tingkat nasional dan daerah
p. Mewujudkan sistem kelembagaan perumahan dan permukiman yang kuat

13

Liputan Utama

Sumber foto : Humas Kemenpera

Suharso Monoarfa
Resmi Jabat Menpera 2009 2014

uharso Monoarfa resmi menjadi


Menteri Negara Perumahan
Rakyat Kabinet Indonesia
Bersatu II periode 2009-2014.
Suharso Monoarfa menggantikan
Mohammad Yusuf Asy'ari, yang
telah menyelesaikan masa jabatannya
pada tanggal 20 Oktober 2009 lalu.
Suharso Monoarfa dilantik sebagai
Menteri Negara Perumahan Rakyat
Kabinet Indonesia Bersatu II periode
2009-1014 oleh Presiden RI Susilo

14

Bambang Yudhoyono di Istana


Negara, Jakarta, Kamis (22/10).
Sedangkan serah terima jabatan
Menpera dilakukan secara langsung
oleh Mohammad Yusuf Asy'ari
kepada Suharso Monoarfa di Ruang
Prambanan, Kantor Kemenpera,
Jakarta, hari Kamis tanggal 22
Oktober 2010 sore. Hadir dalam
acara serah terima jabatan tersebut
pejabat di lingkungan kerja

Kementerian Negara Perumahan


Rakyat, perwakilan Komisi V DPR
RI, Perum Perumnas, Real Estat
Indonesia (REI), Apersi, Bapertarum
PNS, Jamsostek, kalangan perbankan
serta mitra kerja lainnya.
Dalam sambutannya, Suharso
menyatakan dirinya akan berupaya
melanjutkan program-program
serta kebijakan perumahan yang
menyentuh kalangan masyarakat

Edisi 1
Tahun 2010

menengah ke bawah. Saya akan


berusaha untuk bekerja sebaik
mungkin untuk perkembangan
perumahan Indonesia. Untuk
itu, segala bentuk hambatan baik
birokrasi maupun kebijakan yang
tidak mendukung pengembangan
perumahan rakyat harus
dihilangkan, ujarnya.
Untuk meningkatkan kinerja
Kemenpera ke depan, kata Suharso,
salah satu hal yang harus dilakukan
adalah memetakan pasar perumahan
serta hambatan yang ada. Selain
itu, melihat sejauh mana subsidi
perumahan yang dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat luas.
Kita akan petakan pasar seperti
apa, dari sudut mana, dan supply
demand. Kami ingin melihat proil
pasar dari mereka dan bagaimana
kita bisa membantunya supaya
efektif. Jangan sampai ketika sudah
diberikan subsidi atau bantuan
tertahan ditengah jalan, karena sudah
pensiun atau daya beli berkurang.
Jadi kontinuitas dari daya beli harus
dilihat, tandasnya.
Terkait permasalahan land banking
atau ketersediaan lahan, dirinya
menjelaskan bahwa hal itu perlu
mendapat perhatian khusus dari

pemerintah. Pasalnya, dengan


semakin meningkatnya harga
tanah, maka pemerintah ke depan
juga harus memiliki cadangan
tanah yang dapat diperuntukkan
untuk pembangunan perumahan.
Tidak mungkin di Jakarta yang
harga tanahnya mahal kita bangun
Rusunawa atau Rusunami untuk
orang-orang yang daya belinya
rendah. Karena itu harus ada
pencadangan tanah. Oleh karena
itu, mestinya semua daerah harus
mempunyai cadangan tanah untuk
perumahan, dan ini terkait dengan
perencanaan kota, terangnya.
Terkait masalah koordinasi lintas
sektoral, Suharso menegaskan,

Saya akan
berusaha
bekerja sebaik
mungkin untuk
perkembangan
perumahan
Indonesia

Sebelum menjabat sebagai Menpera, Suharso Monoarfa


pernah menjadi anggota DPR periode 2004-2009, fraksi PPP
daerah pemilihan Gorontalo, dan menjabat Wakil Ketua
Panitia Anggaran DPR RI. Selain itu, pria kelahiran Mataram
tanggal 31 Oktober 1954 ini juga menjadi Bendahara Umum
DPP PPP dan aktif dalam berbagai organisasi.
Untuk diketahui, pada era Kabinet Gotong Royong, urusan
perumahan ada pada Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah dan kemudian berubah menjadi
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Kemenpera ke depan akan


terus meningkatkan koordinasi
dengan berbagai departemen
lintas sektoral baik keuangan,
transportasi maupun lembagalembaga lainnya. Adapun terkait
permasalahan kepemilikan
asing, dirinya juga mendukung
kebijakan itu sebagai salah satu
upaya memajukan pasar kelas
menengah atas dan melancarkan
aksi korporasi perusahaan
sehingga bisa digunakan untuk
subsidi silang. Sebelumnya,
Mohammad Yusuf Asy'ari
menyatakan bahwa dirinya sangat
berterimakasih kepada seluruh
karyawan Kemenpera serta mitra
kerja lainnya atas dukungan dan
kerjasama dalam mendukung
program perumahan. Meskipun
demikian, dirinya juga meminta
maaf apabila selama dirinya
menjabat sebagai Menpera
masih ada kekurangan. Saya
mengucapkan terimakasih atas
dukungan dan kerjasama dari
seluruh karyawan serta mitra
kerja Kemenpera. Saya berharap
dengan kepemimpinan Menpera
yang baru akan ada semangat
baru dalam pengembangan
pembangunan perumahan ke
depan, harapnya.

Menteri Perumahan Rakyat


Republik Indonesia :
1. Cosmas Batubara (1978-1988)
2. Siswono Yudhohusodo (1988-1993)
3. Akbar Tandjung (1993-1998)
4. Theo L. Sambuaga (1998-1999)
5. Mohammad Yusuf Asy'ari (2004-2009)
6. Suharso Monoarfa (2009-2014)

15

Wawancara khusus

Lebih Dekat dengan


Menteri Negara Perumahan Rakyat

Suharso Monoarfa

lokasi dana perumahan pada Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014 meningkat
tajam. Hal ini menunjukkan perhatian pemerintah
terhadap pembangunan perumahan rakyat
semakin membaik. Untuk itu, menjadi menarik
mengetahui arah pembangunan perumahan
rakyat paling tidak lima tahun kedepan langsung
dari Menteri Negara Perumahan Rakyat,
Suharso Monoarfa, yang baru saja dilantik.
berkesempatan melakukan wawancara langsung
dengan beliau. Berikut petikan wawancaranya.

Sumber foto : Kemenpera

Perhatian pemerintah terhadap


pembangunan perumahan
saat ini telah menunjukkan
perubahan. Terlihat dari alokasi
dana bagi program perumahan
rakyat yang meningkat signiikan
pada periode 2010-2014 dibanding
2005-2009. Menurut Bapak apa
yang mendasari perubahan ini?
Yang pertama saya kira kita kan
ada persoalan di backlog, backlog
perumahan. Kemudian yang
kedua ternyata selama lima
tahun sebelumnya itu, kecepatan
pertambahan backlog itu melebihi
dibandingkan kemampuan kita
mengatasi backlog. Nah ini ingin di

16

shortcut. Diselesaikan dengan baik,


meskipun lagi-lagi kapasitas iskal
pemerintah terbatas, sehingga tidak
mungkin untuk mengembalikan
pada posisi yang semula. Jadi karena
itu diperlukan sebuah intervensi
negara dalam hal ini dengan
instrumennya adalah APBN.
Tapi meskipun terjadi pertambahan
yang signiikan, itu sesungguhnya
juga terjadi penghematan. Karena
pertambahan itu tidak semuanya
menjadi belanja tapi ada yang
dialihkan. Bahkan tahun 2010 ke
2014 sebesar Rp.21 trilyun itu kita
alihkan ke pembiayaan. Kalau
yang namanya pembiayaan itu,

kan seperti yang kita ketahui, pasti


ada pengeluaran yang diharapkan
akan menjadi penerimaan. Artinya
kembali lagi atau ada penerimaan
yang nanti akan dikeluarkan lagi.
Terus terjadi daur seperti itu.
Ketiga, adanya keinginan
dari pemerintah untuk ikut
menyukseskan MDGs. Dalam
rangka MDGs, kita antara lain
diminta untuk menurunkan luas
kekumuhan dan yang kita tahu
sekarang luas kumuh justru
bertambah dari 53.000an hektar
menjadi 57.000an hektar. Kita
berharap pada 2010 sampai 2014 ini
kita bisa menekan laju pertambahan

Edisi 1
Tahun 2010

Saya mau
organisasi di
tempat saya itu
yang cepat...harus
speed...speed...
speed...mereka
harus cepat
tanggap, harus
cepat mengambil
keputusan

kumuh itu, dan karenanya


diperlukan lagi pertambahan
anggaran yang signiikan.
Keempat, kita di dalam kenaikan
ini juga ada target-target isik yaitu
misalnya bagaimana memastikan
ketersediaan lokasi. Jadi bukan
lahannya, tetapi lokasi untuk
perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dengan
cara intervensi pemerintah di PSU
(Prasarana, Sarana dan Utilitas) dan
juga Dana Alokasi Khusus.
Bicara soal bertambahnya luas
kekumuhan bagaimana cara
mengukurnya dan apa yang
menyebabkan luas kekumuhan
itu bertambah?
Pertama, cara mengukur perluasan
kekumuhan itu sesungguhnya
didapat dari informasi yang
disediakan oleh pemerintah
daerah. Bagaimana cara mereka
mengukur luas kekumuhan itu
tentu akan dimulai dari apa yang
dimaksud dengan kekumuhan.
Kekumuhan ditandai dengan
menurunnya kualitas PSU (Prasana,
Sarana dan Utilitas). Kemudian
kenapa dia menurun, karena
PSU itu sudah tidak memadai
lagi akibat kepadatan penduduk
yang luar biasa atau kepadatan
penduduk yang meningkat. Lalu
karena pemeliharaan yang kurang,
kemudian kapasitasnya semakin
menurun secara isik dan adanya
pertambahan jumlah penduduk yang
menghuni di daerah itu secara liar.
Bagaimana mereka mengukur luas
seperti itu, saya kira tentu dari
luas cakupan-cakupan wilayah
yang dikuasai oleh kabupaten-kota
seluruh Indonesia.

Kemudian pada cakupan-cakupan


wilayah itu diukurlah wilayah-wilayah
mana yang mengalami penurunan
atau degradasi dari pelayanan publik
dan PSU.
Berarti PSU sangat berhubungan
dengan perumahan?
Oh iya. PSU sangat menentukan
tingkat kualitas pemukiman.
Bayangkan ada sebuah kompleks
perumahan yang tidak ada saluran
air bersih atau listriknya tidak hidup.
Dapat dibayangkan bagaimana
kualitas kehidupan di sana makin
lama akan makin menurun
dan orang akan menjadi acuh
dengan lingkungannya dan terjadi
penurunan kondisi isik dari waktu
ke waktu.
Peningkatan anggaran yang
signiikan tentunya juga memberi
beban yang cukup berat dalam
mencapai target yang tercantum
dalam Renstra Kemenpera.
Adakah target yang dipandang
cukup sulit untuk dicapai? Atau
membutuhkan perhatian khusus?
Bukan soal sulit atau tidak.
Bagaimana cara mencapainya (yang
penting). Pekerjaan itu kan harus
dibagi habis ke dalam struktur
organisasi. Siapa, bertanggung jawab
apa dan kemudian dilaksanakan
dengan cermat sesuai dengan
kaidah-kaidah pengelolaan
pemerintah yang baik.
Apa yang saya lakukan adalah
meminta kepada setiap penanggung
jawab di setiap jenjang struktur
organisasi ke bawah menyusun
DPI (Deep Performance Index).
Pengukurannya seperti apa.
Kemudian dari level itu ke level

17

Wawancara khusus

bawah juga menyusun DPI-nya


sehingga kita bisa lihat dari waktu
ke waktu seperti apa. Ini kan sudah
berjalan dan dari situ saya bisa tahu
berapa sebenarnya target-target yang
telah dicapai dan yang kemungkinan
dapat dicapai pada jangka waktu
yang dekat.
Sebab kita tidak bisa lagi membuat
pekerjaan itu dalam skala-skala
yang besar yang juga membuat
penugasan dan tanggung jawabnya
menjadi terlalu lebar. Tetapi
kita harus ke spesialisasi dengan
tanggung jawab yang spesiik yang
mudah diukur dan ownership dari
pekerjaan itu menjadi luas dan
orang akhirnya bisa take a role - bisa
mengambil peran. Saya kira itu
cara yang penting diantara caracara konvensional yang biasa kita
lakukan.
Sebenarnya apa saja isu utama
pembangunan perumahan rakyat
di Indonesia?
Kalau menurut saya hari ini yang
paling diperlukan buat Indonesia
adalah dari sudut pandang
pembiayaan - sumber pembiayaan
yang murah. Sebab kalau sumber
pembiayaan yang murah tidak
tersedia maka yang pertama akan
menjadi persoalan adalah mereka
yang sebenarnya bisa punya
kapasitas untuk membeli rumah
tidak terbantukan, tidak dapat
meraih kesempatan memiliki rumah.
Kemudian dari hari ke hari akibat
inlasi daya belinya justru turun
dengan harga rumah yang semakin
naik.

18

Jadi saya mau ambil dulu prioritas


memperbaiki dari sisi demand side-nya
untuk memastikan bahwa mereka
yang berpenghasilan menengah
ke bawah itu - low income people
ini benar-benar dapat memiliki
sebuah daya beli yang efektif untuk
penyediaan rumah mereka. Itu yang
pertama.
Apakah dari sisi produksi juga
diperlukan, saya kira iya. Yang
kedua, sebenarnya yang kita perlu
juga dorong adalah pembangunan
rumah secara swadaya oleh
masyarakat dimana masyarakat
sebenarnya sudah berusaha
maksimal dan tinggal memerlukan
dorongan-dorongan yang kuat dari
pemerintah termasuk penyediaan
PSU, penyediaan layanan publik
yang memadai di lingkungan
perumahan mereka. Jadi diperlukan
dorongan-dorongan yang kuat dari
sisi otoritas sebab dengan swadaya
ini juga akan meringankan kita
semua untuk mengatasi backlog
perumahan di Indonesia.
Bicara soal sumber pembiayaan,
Bapak menekankan bahwa
sebaiknya agar masyarakat
mampu membeli. Apakah
tersedia sebuah skema yang
ditawarkan kepada masyarakat
agar mereka mampu membeli
rumah?
Seperti yang saya sampaikan tadi,
di sisi pembiayaan ini kita tahu
dana yang tersedia di perbankan
itu adalah dana jangka pendek dan
mahal. Terjadi apa yang disebut
dengan miss match maturity, yaitu

dana yang tersedia berjangka pendek


dan mahal sementara keperluannya
adalah murah dan jangka panjang.
Sementara dana pemerintah itu
terbatas. Lalu tabungan masyarakat
dalam hal perumahan juga belum
melebar, belum meluas, belum
menjadi sesuatu yang sifatnya wajib.
Masih sifatnya voluntary, belum
sifatnya obligatory.
Maka ke depan yang mesti dilakukan
bagaimana pemerintah bisa
mengintervensi dari sisi pengadaan
dana itu yang murah dalam hal ini
yang saya sebut dengan Fasilitas
Likuiditas (FL). FL dimaksudkan
untuk mengatasi miss match maturity
dimana dana pemerintah relatif
lebih murah dan ini akan di-blended
dengan dana bank yang ditangkap
dari masyarakat yang relatif mahal.
Dilakukanlah sebuah inancial
engineering di sana sedemikian rupa
untuk kemudian menawarkan dana
yang tersedia secara murah dan
dengan jangka waktu semasa kredit
mereka.
Bagaimana dengan masyarakat
yang bekerja di sektor non
formal? Adakah skema khusus
untuk mereka?
Kalau yang non-bankable,
yang penting menurut saya
adalah bagaimana mereka bisa
dikelompokkan. Kalau ini problem
solving-nya ya. Dikelompokkan
kemudian dibantu dengan sebuah
supervisi kepada mereka, supaya
mereka menjadi bankable dengan
cara tanggung renteng. Karena
ada cara mekanisme itu. Lalu ada

Edisi 1
Tahun 2010

perkuatan organisasi diantara para


debitur itu, yang akan meyakinkan
bank.
Visi - Kemenpera adalah "Setiap
Keluarga Indonesia menghuni
Rumah yang layak huni",
bagaimana dengan kriteria layak
huni ini?
Pertama. Rumah yang layak huni
itu secara isik memenuhi rasio luas
per orang. Dalam hal ini setidaktidaknya 9 meter persegi. Luas
minimal 36 meter persegi karena
orientasinya adalah untuk 4 orang.
Itu sudah cukup bagus.
Kedua. Ada supporting-nya, dalam
hal ini adalah dengan tersedianya
koneksi rumah itu dengan PSU
di lingkungannya. Kemudian
koneksitasnya dengan infrastruktur
makro, ini dari sisi isik.
Ketiga. Memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Tidak mengancam
bahaya buat penghuninya termasuk
anak-anak.
Keempat. Sisi isik lain yang juga
perlu diperhatikan adalah dari
desain organisasi ruangnya, yang
memungkinkan ada sirkulasi udara
yang baik sehingga menyehatkan.
Kelima. Memenuhi kriteria tata
ruang dan zonasi sebuah daerah,
sehingga jika dibangun tidak
menjadi persoalan dikemudian hari.
Dari sisi non isik, rumah ini adalah
untuk dalam rangka membangun
sebuah keluarga. Keluarga yang
sejahtera, keluarga yang dimana

bisa menumbuhkan nilai-nilai


yang kemudian bisa membentuk
sebuah masyarakat dan akhirnya
terbentuklah sebuah bangsa. Jadi
janganlah rumah itu membuat orang
menjadi sumpek, sehingga orang

Saya lebih
menghargai
orang yang
cepat mengambil
keputusan dari pada
tidak mengambil
keputusan karena
takut salah

Saya lebih menghargai orang yang


cepat mengambil keputusan dari
pada tidak mengambil keputusan
karena takut salah. Lebih bagus
mengambil keputusan dengan cepat
sekalipun salah, sebab kalau dia
semakin cepat semakin tahu juga
kalau dia itu salah. Jadi semakin
cepat juga kita perbaiki, tapi kalau
sudah lama-lama salah pula...wah
runyam kita. Saya suka dengan
cepat...cepat...cepat.
Yang kedua, kalau sudah bisa
cepat tentu harus tepat, itu
menjadi efektif kecepatannya. Tapi
kalau cepat ternyata tidak tepat,
efektiitasnya agak berkurang
tetapi lebih jauh masih lebih bagus
dibandingkan lambat.

tidak bisa berkreasi, orang tidak bisa


belajar, orang tidak bisa respect satu
sama lain. Yang muncul itu adalah
kegaduhan, yang muncul adalah
hati yang panas - emosional, dan ini
tidak baik dalam rangka membentuk
sebuah bangsa. Itu kira-kira bentuk
mimpi saya yang disebut dengan
rumah yang sejahtera. Dari situlah
terbentuk keluarga, dibentuk anakanak yang sehat, anak-anak yang jadi
andalan bangsa di masa depan.

Yang ketiga mereka harus mau


belajar. Kita adalah learning
organization yang senantiasa
membuka diri, tidak merasa benar
sendiri, tidak merasa hebat sendiri,
tidak merasa dapat menyelesaikan
masalah sendiri. Pasti ada share
orang di sana, pasti ada saham
orang lain dalam menyelesaikan
masalah. Jadi jangan posesif. Posesif itu
nggak bagus. Yang bagus ownership...
ownership yang meluas bukan posesif
yang seperti itulah. Seperti itulah
yang saya inginkan.

Iklim organisasi apa yang


diinginkan dalam internal
Kemenpera untuk mendukung
pemikiran Bapak?

Yang terakhir apakah Bapak


pernah bercita-cita menjadi
seorang Menteri? Kalau boleh tau
apa cita-cita Bapak sebenarnya?

Saya mau organisasi di tempat saya


itu yang cepat...harus speed...speed...
speed...mereka harus cepat tanggap,
harus cepat mengambil keputusan.

Saya tidak pernah bermimpi menjadi


menteri dan sebenarnya saya ingin
jadi dokter...ha...ha...ha...

19

Wacana

Sekilas tentang
Perumahan sebagai Hak Asasi Manusia
Oleh Oswar Mungkasa*

embangunan perumahan di
Indonesia telah berlangsung
lama bahkan jauh sebelum

era kemerdekaan. Namun hasilnya


masih belum dapat menuntaskan
backlog, yang saat ini telah
mencapai sekitar 7,4 juta rumah
tangga yang belum menempati
rumah yang layak. Ditengarai salah
satu faktor penyebabnya adalah
masih kurangnya pemahaman
bahwa perumahan merupakan
bagian dari hak asasi manusia.
Tulisan ini merupakan bagian dari
upaya advokasi dengan mencoba
menjelaskan konsep perumahan
sebagai hak asasi manusia. Dimulai
dengan konsep hak asasi itu sendiri,
kemudian perumahan sebagai
bagian dari hak asasi. Dilengkapi
dengan sejauh mana internalisasinya
dalam peraturan di Indonesia.

Sumber foto : Kemenpera

Pengertian dan Ciri Pokok


Hakikat HAM
HAM dideinisikan sebagai hak-hak
dasar yang dimiliki oleh manusia,
sesuai dengan kodratnya, yang
diberikan langsung oleh Tuhan.
Jika hak tersebut terabaikan maka
manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia. Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999

20

tentang HAM disebutkan bahwa


Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada
hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap
orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat
manusia

Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia


terdiri atas dua hak dasar yang paling
fundamental, ialah hak persamaan
dan hak kebebasan. Dari kedua
hak dasar inilah lahir hak-hak asasi
lainnya atau tanpa kedua hak dasar
ini, hak asasi manusia lainnya sulit
akan ditegakkan.
Beberapa ciri pokok hakikat HAM
yaitu (i) HAM tidak perlu diberikan,
dibeli ataupun diwarisi. HAM

Edisi 1
Tahun 2010

adalah bagian dari manusia secara


otomatis; (ii) HAM berlaku untuk
semua orang tanpa memandang
jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul
sosial dan bangsa; (iii) HAM tidak
bisa dilanggar. Tidak seorangpun
mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain.
Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat
hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM (Mansyur Fakih,
2003).

HAM
tidak perlu
diberikan,
dibeli ataupun
diwarisi

Pengakuan Internasional
The International Covenant on
Economical and Social Rights (untuk
selanjutnya disingkat CESCR)
telah disusun dan disepakati
sebagai bagian dari Hukum HAM
Internasional (The International Bill
of Rights) dengan maksud tidak lain
adalah untuk melindungi hak-hak
asasi manusia sehingga manusia
dapat hidup sebagai manusia
seutuhnya, bebas, aman, terlindungi
dan hidup sehat. Hak untuk hidup
sebagai hak yang paling kodrati
tidak akan dapat pernah tercapai
kecuali semua hak-hak dasar yang
dibutuhkan ketika manusia hidup
seperti hak untuk bekerja, makan,
rumah, kesehatan, pendidikan, dan
budaya dapat tercukupi (adequately)
dan tersedia (available) bagi setiap
orang.
Pasal 11 Ayat (1) CESCR
menyatakan bahwa The States Parties
of the present Covenant recognize the
right of everyone to an adaquate standard
of living for himlself and his family,

including adequate food, clothing and


housing, and to the continous improvement
of living conditions. The State Parties
will take appropiate steps to ensure the
realization of this right, recognizing
to this effect essential importannce of
international co-operation based on free
consent. Terjemahan bebasnya adalah
negara-negara Pihak pada Kovenan
ini mengakui hak setiap orang atas
standar kehidupan yang layak untuk
dirinya sendiri dan keluarganya,
termasuk kecukupan pangan,
pakaian, perumahan yang layak dan
atas perbaikan kondisi penghidupan
yang bersifat terus menerus. Negaranegara Pihak akan mengambil
langkah-langkah yang layak untuk
memastikan perwujudan hak ini.
Implikasi dari ketentuan Pasal 11
Ayat (1) CESCR di atas adalah
bahwa bagi setiap negara yang
menjadi peserta atau meratiikasi
kovenan ini (termasuk Indonesia),
memiliki kewajiban untuk

mengakui hak setiap warga negara


atas standar hidup yang layak
yaitu meliputi kecukupan atas
makanan, pakaian dan perumahan
serta senantiasa meningkatkan
perbaikan kondisi penghidupan
secara terus-menerus. Bahwa kata
recognize atau mengakui atas
hak setiap warga negara untuk
mendapatkan standar hidup yang
layak baik kecukupan makanan,
pakaian, dan perumahan tersebut
memiliki makna membebani
kewajiban kepada negara yaitu
the obligation to respect (kewajiban
negara untuk menghormati), the
obligation to protect (kewajiban
untuk melindungi), the obligation
to promote (kewajiban untuk
menyosialisasikan), the obligation to
fullill (kewajiban untuk memenuhi)
hak-hak yang terkandung dalam
kovenan CESCR melalui langkahlangkah yang nyata (Cekli Setya
Pratiwi, 2009).

Konteks Indonesia
Sementara itu, untuk menunjukkan
penghargaan bangsa Indonesia
sebagai anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang mengemban
tanggungjawab moral dan hukum
untuk menjunjung tinggi dan
melaksanakan Deklarasi Universal
tentang Hak Asasi Manusia yang
ditetapkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa, serta berbagai
instrumen internasional lainnya
mengenai hak asasi manusia,
maka bangsa Indonesia secara
sadar bahkan telah mengeluarkan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor

21

Wacana

XVII/MPR/I998 tentang Hak


Asasi Manusia. Di samping itu,
pengaturan mengenai hak asasi
manusia pada dasarnya sudah
tercantum dalam berbagai peraturan
perundang-undangan, termasuk
undang-undang yang mengesahkan
berbagai konvensi internasional
mengenai hak asasi manusia.
Kita juga patut bersyukur bahwa
jauh sebelumnya, konsep hak
asasi manusia sebenarnya telah
tercantum dalam Undang Undang
Dasar Republik Indonesia mulai
dari UUD 1945 yang awal sampai
pada UUD 1945 amandemen.
Khusus pada Perubahan Kedua
UUD 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus Tahun
2000, terdapat beberapa pasal
terkait HAM yang mengalami
perubahan dan penambahan. Pada
perubahan kali ini, UUD 1945
dinilai lebih rinci dalam mengatur
dan menjamin perlindungan HAM
dibanding sebelumnya. Lebih
jelasnya terkait dengan hak atas
rumah, UUD 1945 khususnya Pasal
28H Ayat (1) disebutkan bahwa :
Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat,
berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Walaupun pemahaman
hak bertempat tinggal bisa saja
sedikit berbeda, lebih luas atau
lebih sempit, dibanding hak atas
perumahan, yang diterjemahkan
sebagai seseorang dapat saja
menghuni rumah meskipun dia
tidak memiliki rumah tersebut.
Dalam kondisi sosial masyarakat
yang komunal seperti di Indonesia,
masih banyak ditemui rumah
tangga yang tinggal bersama
dengan keluarga besarnya.

22

Konsep yang ada dalam UUD 1945


Pasal 28H tersebut sebenarnya
hanya mengulang ketentuan yang
ada dalam Pasal 9 UU Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang memang lebih
dulu dibuat (satu tahun sebelum
amandemen Pasal 28 dilakukan).
Dalam Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999, khususnya Bagian
Kesatu Hak Untuk Hidup Pasal
9 Ayat (1), (2), dan (3) dinyatakan
bahwa (1) Setiap orang berhak
untuk hidup, mempertahankan
hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya; (2) Setiap orang
berhak hidup tenteram, aman,
damai, bahagia sejahtera, lahir dan
batin; (3) Setiap orang berhak atas
lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Sementara yang mengacu
pada perumahan adalah pasal 40
yang menyatakan setiap orang
berhak untuk bertempat tinggal
serta berkehidupan yang layak.
Sebenarnya Undang Undang Nomor
4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman masih lebih maju.
Disebutkan bahwa setiap warga
negara mempunyai hak untuk
menempati dan/atau menikmati
dan/atau memiliki rumah yang
layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi dan teratur. Bahkan
diatur lebih jauh lagi tidak hanya
hak tetapi juga kewajibannya, yaitu
dalam ayat 2 disebut setiap warga
negara mempunyai kewajiban dan
tanggungjawab untuk berperan serta
dalam pembangunan perumahan
dan permukiman. Jelas bahwa
rumah yang layak menjadi hak setiap
warga negara Indonesia.
Bahkan sejalan dengan
perkembangan dunia internasional,
pemerintah Indonesia telah

meratiikasi kovenan internasional


tentang hak ekonomi, sosial, budaya
melalui UU Nomor 11 Tahun 2005
sehingga negara harus memenuhi
hak masyarakat termasuk kebutuhan
akan perumahan.

Tanggungjawab Pemerintah
Berdasar komentar umum Nomor
15 dari Komite PBB tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya bahwa
hak atas rumah sebagaimana hak
asasi lainnya menghasilkan tiga
tipe kewajiban bagi negara yaitu
kewajiban menghargai (to respect),
kewajiban melindungi (to protect), dan
kewajiban memenuhi (to fulil).
Kewajiban menghormati. Kewajiban
ini mengharuskan negara tidak
mengganggu baik langsung maupun
tidak langsung keberadaan hak
atas rumah. Kewajiban termasuk
misalnya tidak membatasi akses
kepada siapapun.
Kewajiban melindungi: mengatur pihak
ketiga. Kewajiban ini mengharuskan
negara untuk menghalangi campur
tangan pihak ketiga dengan cara
apapun keberadaan hak atas rumah.
Pihak ketiga termasuk individu,
kelompok, perusahaan dan institusi
yang dibawah kendali pemerintah.
Kewajiban termasuk mengadopsi
regulasi yang efektif.
Kewajiban memenuhi: fasilitasi,
promosi dan penyediaan.
Kewajiban ini mengharuskan
pemerintah mengambil langkah
untuk memenuhi hak atas rumah.
Hal ini sejalan dengan apa yang
tercantum dalam UUD 1945 Pasal
28I Ayat (4) bahwa pemenuhan
hak asasi manusia adalah
tanggungjawab negara khususnya

Edisi 1
Tahun 2010

pemerintah. Bagaimana bentuk


tanggungjawabnya?. Hal tersebut
diatur dalam pasal 27 Undang
Undang Nomor 4 tahun 1992, yang
menyebutkan bahwa pemerintah
memberikan bimbingan, bantuan,
dan kemudahan kepada masyarakat
baik dalam tahap perencanaan
maupun dalam pelaksanaan,
serta melakukan pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan
kualitas permukiman.
Bagaimana dengan pemerintah
daerah? Sebenarnya penentu utama
tercapainya hak atas rumah sebagai
hak asasi manusia berada ditangan
pemerintah daerah. Komentar
Umum PBB Nomor 15 menegaskan
bahwa pemerintah pusat harus
memastikan bahwa pemerintah
daerah mempunyai kapasitas baik
sumber daya keuangan maupun
sumber daya manusia. Hal ini juga
sejalan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota

Indikator Pemenuhan Hak


Komite Hak Ekonomi Sosial Budaya
memberikan penjelasan terhadap
ketentuan Pasal 11 CESCR tentang
apa yang dimaksud adequate
housing. The Committee has deined the
term adequate housing to the comprise
security of tenure, availability of services,
affortability, habitability, accessibility,
location and cultural adequacy.
Dengan demikian, terhadap
kewajiban negara khususnya
Pemerintah baik pemerintah
pusat maupun pemerintah
daerah dalam rangka menjamin

pemenuhan hak atas rumah


setidak-tidaknya dapat diukur
menggunakan 6 (enam) indikator
yaitu (1) sifat kepemilikan haknya
(security of tenure), (2) ketersediaan
pelayanannya (availability of services),
(3) keterjangkauan daya beli
masyarakatnya (affordability), (4)
kelayakan sebagai tempat tinggal
(habitability),(5) adanya peluang bagi
setiap orang (accessibility), serta (6)
kesiapan lokasi dan daya dukung
budaya (location and cultural adequacy).
Oleh karena itu, peraturan daerah
yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah dalam rangka pemenuhan
hak rumah atas warga daerahnya
tidak boleh sekedar memperhatikan
satu atau dua indikator saja dari
keenam indikator di atas, melainkan
seharusnya memperhatikan
pemenuhan semua indikator.

Tiga tipe kewajiban


negara yaitu
menghargai
( to respect),
melindungi
( to protect), dan
memenuhi (to fulfil)

Agenda ke Depan
Pada kenyataannya, tidak mudah
untuk memenuhi kewajiban
pemerintah tersebut. Sejumlah
faktor dibutuhkan untuk
memastikan rumah sebagai hak
asasi terpenuhi. Pertama, pemerintah
harus memiliki regulasi dan intitusi
yang efektif, termasuk otoritas
publik yang mempunyai mandat
jelas yang dibekali sumber dana dan

sumber daya manusia memadai.


Kedua, informasi dan pendidikan.
Ini dibutuhkan untuk memastikan
pembangunan perumahan yang
transparan dan bertanggungjawab.
Masyarakat harus mengetahui
dan memahami hak mereka.
Tentunya sebaliknya juga mereka
harus tahu kewajibannya. Di
lain pihak, otoritas publik juga
harus mengetahui kewajibannya.
Ketiga, dialog multi pihak.
Dialog ini melibatkan berbagai
pihak mulai dari swasta, LSM,
masyarakat miskin, yang dapat
berkontribusi dalam proses
perencanaan, pembangunan dan
pengelolaan perumahan. Hal ini
dapat menjadikan otoritas publik
lebih bertanggungjawab dan
transparan. Keempat, menjadikan
pemerintah daerah sebagai ujung
tombak. Seringkali aktor utama
dari pembangunan perumahan
terlupakan. Berdasarkan regulasi
yang ada, pemerintah daerah
lah yang saat ini menjadi pihak
yang bertanggungjawab. Menjadi
pertanyaan penting, sejauh mana
konsep rumah sebagai hak asasi
manusia telah dipahami oleh
pengambil keputusan di daerah.
Jika itu saja belum terlaksana,
jangan berharap banyak bahwa
resolusi PBB tersebut akan
berdampak bagi pengurangan
angka backlog di Indonesia.
Kelima, internalisasi konsep
rumah sebagai hak asasi manusia
kedalam dokumen perencanaan
pemerintah daerah, semisal rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). Secara eksplisit
dinyatakan dan dijadikan indikator
kinerja perumahan.
*bekerja di Direktorat Permukiman dan
Perumahan, Bappenas

23

Liputan

Kemenpera - BPKP

Jalin Kerjasama
Perkuat Tata Kelola Pemerintahan
Kementerian Perumahan
Rakyat (Kemenpera) dan Badan
Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) menjalin
kerjasama mengenai penguatan
tata kelola kepemerintahan
yang baik. Penandatanganan
nota kesepahaman kerjasama
itu ditandatangani oleh Menteri
Perumahan Rakyat (Menpera),
Suharso Monoarfa dan Plt.
Kepala BPKP, Kuswono Soeseno
di Ruang Prambanan, Kantor
Kemenpera, Jakarta, Selasa (23/2).

erjanjian kerjasama Nomor


01/SKB/M/2010 dan
Nomor MoU-136/K/
D2/2010 tersebut mengatur
tentang Penguatan Tata Kelola
Kepemerintahan yang Baik
di Lingkungan Kementerian
Perumahan Rakyat Republik
Indonesia. Hadir dalam kegiatan itu
sejumlah pejabat Eselon I, II, dan
III di lingkungan Kemenpera dan
BPKP.

Adanya jalinan kerjasama


ini diharapkan dapat menjadi
dasar komitmen bersama untuk
meningkatkan kuliatas penyelenggaraan

24

Adanya penghargaan
WTP jangan sampai
membuat Kemenpera
menjadi terlena.

Menpera menjelaskan, pernyataan


Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas
laporan keuangan yang diperoleh oleh
Kemenpera dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) merupakan salah
satu prestasi yang harus dipertahankan.
Untuk itu, Menpera berharap
seluruh jajaran pegawai di lingkungan
Kemenpera, khususnya satuan kerja
agar tidak khawatir atau takut dalam
bekerja selama pekerjaan dilakukan
sesuai aturan yang ada.

Adanya sejumlah kasus dugaan


penyimpangan dana subsidi perumahan
di Sulut dan Jawa Barat beberapa waktu
lalu, ungkap Menpera, membuat dirinya
merasa miris. Namun demikian, dirinya
berharap hal itu tidak mempengaruhi
kinerja Kementerian dalam program
penyediaan rumah yang layak bagi
masyarakat. Selain itu, Kemenpera akan
melakukan evaluasi mengenai kebijakan
penyaluran dan veriikasi pemberian
subsidi bagi masyarakat.

Lebih lanjut, Menpera menambahkan,


dirinya mengumpamakan penguatan
tata kelola kepemerintahan yang
baik dalam rangka mewujudkan good
governance ibarat aliran darah ke jantung.
Apabila ada hambatan tentu dapat
membuat aliran darah tidak lancar.

Veriikasi penerima subsidi nantinya


tidak akan dilakukan oleh pemerintah
melainkan oleh bank. Saya harap
dengan mekanisme kontrol intern dari
bank dan pengawasan dari Kemenpera
dapat membantu masyarakat sebagai
penerima subsidi, tandasnya.

Tentunya diperlukan sebuah


tindakan pencegahan sebelum muncul
hambatan itu. Saya berharap hal ini bisa
menguntungkan Kemenpera agar tetap
bisa mempertahankan prestasi yang
pernah diraih sebelumnya, harapnya.

Sumber foto : Kemenpera

Tujuan diadakannya penandatangan


nota kesepahaman kerjasama ini
adalah untuk memperkuat tata kelola
kepemerintahan yang baik (good
governance) di lingkungan Kemenpera,
khususnya bidang akuntabilitas
pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dalam
rangka peningkatan kinerja dan
pelayanan publik.

APBN dan menciptakan seluruh


kegiatan Kemenpera yang tepat jumlah,
tepat sasaran dan taat pada aturan,
ujar Menpera, Suharso Monoarfa
dalam sambutannya.

Sementara itu, Plt. Kepala


BPKP, Kuswono Soeseno
mengungkapkan, pihaknya berharap
Kemenpera bisa lebih meningkatkan
atau mempertahankan prestasi yang
telah diraih selama ini. Adanya
penghargaan WTP jangan sampai
membuat Kemenpera menjadi
terlena mengingat program yang
dilaksanakan banyak menyentuh
persoalan yang cukup penting bagi
masyarakat.

Edisi 1
Tahun 2010

Pemerintah Targetkan

2 JUTA

Rumah

Pemerintah melalui Kementerian Perumahan


Rakyat selama lima tahun ke depan menargetkan
pembangunan perumahan sebanyak 2 juta rumah
di Indonesia. Sebanyak 2 juta unit rumah yang
direncanakan terdiri dari bangunan rumah vertikal
atau rumah susun maupun rumah sederhana
sehat (RSh) dan diperuntukkan abagi masyarakat
berpenghasilan menengah (MBM) dan masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).

emerintah melalui Kementerian


Perumahan Rakyat selama lima
tahun ke depan menargetkan
pembangunan perumahan sebanyak
2 juta rumah di Indonesia. Sebanyak
2 juta unit rumah yang direncanakan
terdiri dari bangunan rumah
vertikal atau rumah susun maupun
rumah sederhana sehat (RSh) dan
diperuntukkan bagi masyarakat
berpenghasilan menengah (MBM) dan
masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR).
Pemerintah selama lima tahun
ke depan akan memastikan untuk
tersedianya rumah sebanyak 2 juta
unit, ujar Menteri Perumahan Rakyat,
Suharso Monoarfa saat melakukan
peninjauan ke lokasi pembangunan
perumahan RSh yang dibangun oleh
anggota Apersi di Perumahan Green
Hill, Gresik, beberapa waktu lalu.
Untuk memenuhi target pembangunan
itu, kata Menpera, pemerintah
mengajak para pemangku kepentingan
bidang perumahan seperti pengembang
maupun pemerintah daerah (Pemda)
untuk turut menyukseskan program
itu. Salah satunya adalah dengan
mengupayakan pembangunan rumah

yang layak huni dengan harga yang


terjangkau, khususnya masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) maupun
masyarakat berpenghasilan menengah
(MBM).
Lebih lanjut, Menpera menjelaskan,
jumlah kebutuhan rumah (backlog)
di Indonesia berdasarkan data dari
Bappenas adalah 7,4 juta. Adapun
jumlah pertambahan kebutuhan rumah
setiap tahunnya mencapai 710.000 unit.
Angka backlog perumahan itu tentunya
akan semakin bertambah setiap
tahunnya seiring dengan pertumbuhan
penduduk di Indonesia. Oleh karena
itu, saya berharap Pemda ke depan
juga memiliki program pembangunan
perumahan dan permukiman,
tandasnya.
Terkait dengan program pembangunan
RSh, Menpera menegaskan bahwa
Kementerian Perumahan Rakyat
meminta Pemda untuk turut
mengawasi proyek pembangunan itu.
Dengan demikian, calon penghuni
rumah mendapatkan informasi yang
jelas mengenai hunian yang mereka
beli. Selain itu, adanya pengembang
dan para penghuni diharapkan juga
mau melakukan penghijauan sehingga

lingkungan tempat tinggal akan


semakin asri dan rindang.
Isu perubahan iklim juga harus
mendapat perhatian dari masyarakat
maupun pengembang. Adanya
penghijauan di setiap rumah
diharapkan mampu menciptakan
lingkungan yang nyaman, harapnya.
Sementara itu, Ketua DPD Apersi
Jatim, Nurhadi mengungkapkan,
Apersi Jatim siap mendukung program
pemerintah dalam pemenuhan
perumahan bagi masyarakat. Namun
demikian, pihaknya juga meminta
Pemda untuk mempermudah proses
perijinan. Jumlah backlog perumahan di
Jatim saat ini mencapai sekitar 530.000
rumah. Untuk itu, Apersi berkomitmen
untuk tetap membantu pemerintah
dengan membangun RSh, terangnya.
Nurhadi yang juga menjadi
Direktur Graha Agung Kencana
Group menyatakan, pihaknya siap
membangun sekitar 200 rumah di atas
lahan yang ada. Dari sekitar 10 hektar
lahan yang dimilikinya, sekitar 2 hektar
digunakan untuk pembangunan RSh.
Sebelumnya, Kepala Badan
Penanaman Modal dan Perijinan
Kabupaten Gresik, Mohammad
Najih menjelaskan, Pemda Gresik
sudah mengakomodir kemudahan ijin
pengembangan maupun pembangunan
perumahan. Meskipun saat ini
investasi di Gresik masih didominasi
oleh pengembangan daerah kawasan
industri seperti industri pengolahan,
namun proyek properti juga
berkembang pesat.
Saat ini sudah banyak pengembang
yang berinvestasi di Gresik. Di daerah
Gresik Selatan jumlah pengembang
yang membangun proyek perumahan
mencapai 33 pegembang. Oleh karena
itu, kami berharap masyarakat Gresik ke
depan dapat memiliki rumah yang layak
sehingga kesejahteraan masyarakat pun
akan meningkat, tandasnya.

25

Liputan

Kami Akan Terus Intervensi


Pembangunan Perumahan Bagi MBR
Di seluruh dunia
tidak ada pemerintah
yang tidak melakukan
intervensi terhadap
program perumahan
bagi masyarakat. Untuk
itu, pemerintah akan
terus berupaya agar
terwujud pembangunan
perumahan dengan harga
murah atau low cost

housing,

emakin bertambahnya jumlah


penduduk sebuah negara
tentunya berdampak pula
pada peningkatan kebutuhan rumah
atau papan bagi masyarakatnya.
Pemerintah dalam hal ini tentunya
merupakan pihak yang bertanggung
jawab atas salah satu kebutuhan
dasar yakni papan selain sandang dan
pangan. Hal itu tentunya menjadi
sebuah tugas yang tidak mudah untuk
dilaksanakan. Diperlukan komitmen
serta kerjasama yang kuat dari para
pemangku kepentingan bidang
perumahan.

mewujudkan low cost housing yang


harganya terjangkau oleh masyarakat,
terang Menpera, maka pemerintah
berusaha agar pembangunan rumah
dapat dilakukan dengan biaya yang
murah juga

Kementerian Perumahan Rakyat


(Kemenpera) sebagai salah satu
lembaga yang mendapat tugas
dalam hal penyediaan rumah bagi
masyarakat akan terus melakukan
intervensi terhadap program
pembangunan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) maupun masyarakat
berpenghasilan menengah (MBM).
Hal itu perlu dilakukan agar
masyarakat yang ingin mendapatkan
rumah layak huni dan harga yang
terjangkau tidak masuk dalam
mekanisme pasar dimana harga
rumah serta suku bunga KPR yang
ada saat ini cukup tinggi.

Menpera mencontohkan,
pembangunan rumah di Singapura
sekitar 82 persen dilakukan oleh
Housing Development Board (HDB).
Sedangkan di Amerika Serikat,
intervensi pembangunan perumahan
dilaksanakan oleh Kementerian
Housing and Urban Development.

Menteri Perumahan Rakyat, Suharso


Monoarfa saat memberikan sambutan
pada acara Seminar Properti
bertemakan Strategi dan Solusi
Pembiayaan Properti dan perumahan
2010 yang diselenggarakan oleh
Majalah Property & Bank di
Auditorium Adhiyana, Wisma Antara,
Jakarta, mengungkapkan, untuk

26

Diseluruh dunia tidak ada


pemerintah yang tidak melakukan
intervensi terhadap program
perumahan bagi masyarakat. Untuk
itu, pemerintah akan terus berupaya
agar terwujud pembangunan
perumahan dengan harga murah atau
low cost housing, kata Menpera.

Lebih lanjut, Menpera menuturkan,


saat ini urusan perumahan pada
dasarnya merupakan urusan wajib
pemerintah daerah (Pemda). Namun
demikian, pemerintah pusat juga
terus melakukan koordinasi dengan
Pemda untuk menyinergikan
program pembangunan perumahan.
Sektor perumahan di Indonesia
memang belum memberikan
kontribusi yang terlalu besar terhadap
pembangunan. Untuk itu, saya
berharap perumahan ke depan tidak
hanya menjadi barang konsumsi
tapi menjadi barang investasi yang
memberikan manfaat bagi masyarakat
luas dan pembangunan negara,
tandasnya.

Edisi 1
Tahun 2010

DWP Kemenpera Ikuti Jalan Santai

Peringatan Hari Kartini 2010

Sumber Foto : Humas Kemenpera

harma Wanita Persatuan


Kementerian Perumahan
Rakyat mengikuti jalan
santai Kegiatan Damai Perempuan
Bersatu yang diselenggarakan,
Dharma Wanita Pusat bekerjasama
dengan United Nations Millennium
Campaign, Minggu (25/4).
Kegiatan ini merupakan rangkaian
peringatan Hari Kartini 2010.
Peringatan Hari Kartini tahun
ini mengambil tema Perempuan
Menatap Kedepan.

Linda Gumelar juga mengatakan


rangkaian kegiatan sebagai bagian
dari upaya menyerbarluaskan dan
meningkatkan pemberdayaan
perempuan di Indonesia, baik

Menteri Negara Pemberdayaan


Perempuan dan Perlindungan
Anak, Linda Gumelar dalam
sambutannya mengatakan
kegiatan ini merupakan
momentum yang tepat untuk
merevitalisasi semangat dan
komitmen kaum perempuan
Indonesia untuk mencapai tujuan
pembangunan bangsa di segala
bidang sebagaimana dijabarkan
dalam target Millenium Development
Goals (MDGs).

Menatap

Peringatan
Hari Kartini
mengambil tema
Perempuan
Kedepan
yang telah dilakukan selama ini,
maupun yang akan dikembangkan.
Kegiatan ini adalah kolaborasi
antarsemua elemen masyarakat,
khususnya perempuan, dalam
mendukung upaya-upaya
tercapainya suatu masyarakat
yang berpengetahuan, independen

dan sejahtera. Rangkaian kegiatan


ini juga diharapkan menjadi
momentum bagi penyusunan
dan implementasi dari programprogram kerja nyata yang
berkesinambungan dalam
mencapai tujuan
Kegiatan jalan sehat dalam
rangka peringatan Hari Kartini
2010 ini dihadiri oleh seluruh
Dharma Wanita Persatuan dari
Kementerian/Lembaga, yang
mengambil rute Monas hingga
Bundaran HI.
Dalam kesempatan yang sama
Dharma Wanita Persatuan (DWP)
Kementerian Perumahan Rakyat
juga melakukan pertemuan rutin
bulanan dan koordinasi yang
dihadiri oleh Penasihat DWP
Kemenpera Carolina Monoarfa
dan Ketua DWP Kemenpera Tuti
Iskandar Saleh beserta segenap
jajaran kepengurusan DWP
Kemenpera.

27

Liputan

Pemerintah Indonesia
menargetkan penyelesaian
masalah permukiman kumuh
akan selesai pada tahun 2019
mendatang. Oleh karena itu,
seluruh pemerintah daerah
diharapkan dapat berperan aktif
dalam melakukan perencanaan
dan pembangunan perumahan
layak huni untuk mengurangi
jumlah kawasan kumuh yang ada
di wilayahnya.
Sumber foto : Kemenpera

30 % Kota
Tanpa Permukiman Kumuh

2019, Indonesia Targetkan

Indonesia mentargetkan pada tahun


2019, 30 persen kota harus tanpa
permukiman kumuh, ujar Menteri
Negara Perumahan Rakyat, Suharso
Monoarfa saat menjadi pembicara
utama dalam Seminar Nasional
bertemakan Perencanaan Dalam
Era Demokrasi dan Otonomi
Daerah yang diselenggarakan oleh
ITB di Auditorium CC Timur ITB,
beberapa waktu lalu
Menpera menuturkan, salah satu
target MDGs pada tahun 2020
adalah perbaikan permukiman
kumuh dan penyediaan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Untuk itu, pemerintah
saat ini akan terus meningkatkan
program yang ada seperti urban
28

renewal di seluruh wilayah Indonesia.


Program itu juga akan menjadi
program prioritas dalam hal
pengembangan dan pembangunan
bagi kota-kota besar di tanah air.
Saya berharap pada saat
itu pemerintah daerah telah
menyelesaikan Perda Tata Ruang
yang pararel dengan perencanaan
pembangunan perumahan. Program
pembangunan perumahan itu juga
harus dilakukan secara konvergen
dengan target nasional tanpa
mengabaikan aspirasi, budaya dan
kearifan lokal, tandasnya.
Lebih lanjut, Menpera
menambahkan, dirinya juga optimis
sektor perumahan memiliki peluang

menjadi penggerak pertumbuhan


ekonomi di Indonesia. Meskipun
sampai tahun 2008 lalu kontribusi
sektor perumahan terhadap PDB
baru sebesar 1,3 triliun rupiah
atau sekitar 2,7 persen terhadap
PDB. Namun sektor perumahan
di Indonesia relatif tumbuh cukup
stabil dalam lima tahun trerakhir yang
rata-rata tumbuh sekitar 8,5 persen.
Kontribusi sektor perumahan
terhadap kesempatan kerja tidak
hanya terkait langsung, melainkan
pula mendorong permintaan tenaga
kerja di bidang lain. Dalam sebuah
penelitian disebutkan bahwa terdapat
tidak kurang dari 100 bidang dan
keahlian terkait sektor perumahan
dan permukiman, jelasnya.

Edisi 1
Tahun 2010

Kemenpera Akan Koreksi

Harga Jual Rumah


Kemenpera ke
depan juga akan
berupaya untuk
menurunkan
suku bunga KPR
dengan Program
Tabungan
Perumahan
(Taperum)

ementerian Negara
Perumahan Rakyat
(Kemenpera) akan
melakukan koreksi terhadap harga
jual rumah yang ada saat ini.
Salah satu upaya pengoreksian
harga jual, khususnya rumah
sederhana, dilakukan dengan Indeks
Kemahalan Konstruksi (IKK)
yang ada di setiap daerah. Hal
itu disampaikan Menteri Negara
Perumahan Rakyat (Menpera)
Suharso Monoarfa saat membuka
kegiatan Rapat Koordinasi Direktur
Pemasaran Bank Pembangunan
Daerah Seluruh Indonesia yang
diselenggarakan Kedeputian
Bidang Pembiayaan Kemenpera
bekerjasama dengan Asosiasi Bank
Pembangunan Daerah (Asbanda)
di Ballroom, Hotel Grand Flora
Kemang, Jakarta, Rabu (16/12).
Harga jual rumah ke depan akan
kami sesuaikan dengan Indeks
Kemahalan Konstruksi (IKK) yang
dikeluarkan oleh BPS. Jika saat ini
harga RSh di patok Rp 55 juta,
maka tidak tertutup kemungkinan
harganya disesuaikan, ujar Menpera.
Tampak hadir dalam kegiatan
itu, Deputi Menpera Bidang
Pembiayaan, Tito Murbaintoro
serta para pejabat di lingkungan
Kemenpera serta perwakilan dari 16
BPD.
Menpera menjelaskan, pemerintah
ke depan akan menyesuaikan harga
jual rumah sesuai dengan kondisi

yang ada di daerah. Pasalnya, harga


tanah serta bahan-bahan bangunan
antara satu daerah dengan daerah
lainnya terdapat perbedaan yang
cukup signiikan. Oleh karena itu,
tentunya harga jual rumah tidak
bisa disamakan. Adanya IKK, kata
Menpera, akan dijadikan sebagai
dasar berapa sebenarnya harga jual
rumah yang bisa dijangkau oleh
masyarakat.
Menpera mencontohkan, harga
tanah dan bahan bangunan di Papua
dan pulau Jawa tentunya berbeda.
Dan tidak tertutup kemungkinan
harga tanah dan bahan bangunan
lebih mahal dibandingkan dengan
yang ada di pulau Jawa. Lebih lanjut,
Menpera menuturkan, Kemenpera
ke depan juga akan berupaya
untuk menurunkan suku bunga
KPR dengan Program Tabungan
Perumahan (Taperum). Dalam hal
ini, Menpera mengajak pemerintah
daerah (Pemda) untuk menghimpun
dana dari masyarakat untuk
pembiayaan perumahan yang murah
dan terjangkau. Perumahan, kata
Menpera, merupakan lokomotif
pembangunan di daerah.
Untuk itu, melalui Taperum,
Pemda dapat menghimpun dana
untuk pembiayaan pembangunan
rumah bagi MBR. Misalnya saja
dengan menghimpun dana lauk
pauk dari PNS untuk disisihkan
sebagian untuk ditabung. Tentu
dalam jangka panjang, tabungan
tersebut dapat digunakan untuk
pembangunan rumah bagi PNS.
Dengan penghimpunan sekitar
Rp.10.000 dari dana lauk pauk para
PNS, Pemda dapat menghimpun
dana yang cukup besar. Tentunya
nanti tabungan para PNS itu harus
dikembalikan dengan pembiayaan
pembangunan rumah PNS. Dan
Taperum juga bisa dilakukan dengan
membuat Perda di masing-masing
daerah, terangnya.
29

Liputan

Dikaji, Pembangunan Rusunawa

di Pinggir Rel KA
Sumber foto : Kemenpera

Kementerian Perumahan
Rakyat (Kemenpera) sedang
melakukan kajian mengenai
lokasi yang tepat untuk
pembangunan rumah susun
sederhana sewa (Rusunawa)
untuk merelokasi warga
yang tinggal di pinggir rel
kereta api (KA). Untuk
itu, Kemenpera meminta
pemerintah daerah
(Pemda) DKI Jakarta
untuk menyediakan lahan
pembangunan Rusunawa
tersebut.
Kami tidak ingin pembangunan
Rusunawa di Jakarta yang telah dibangun
tidak digunakan atau dimanfaatkan
oleh masyarakat, ujar Menteri
Perumahan Rakyat (Menpera)
Suharso Monoarfa kepada sejumlah
wartawan sesuai melakukan
peninjauan lapangan terkait
program penataan kawasan kumuh
di sepanjang rel KA di Jakarta,
Kamis (25/3).
Dalam peninjauan tersebut, selain
Menpera tampak hadir pula Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat,
Agung Laksono, Menteri Pekerjaan
Umum Joko Kirmanto dan Menteri
Sosial Salim Segaf Aljufri, Wakil
Gubernur DKI Jakarta, Prijanto,
Deputi Menpera Bidang Perumahan
Swadaya, Kriya Arsjah serta para
pejabat dari Kementerian terkait
lainnya.
30

Menpera Suharso Monoarfa (kanan) bersama Menko Kesra Agung Laksono tiba di Stasiun Kota
setelah meninjau kawasan perumahan kumuh di sepanjang rel kereta api dengan menggunakan
Kereta Wijaya Kusuma.

Menurut Menpera, pihaknya ke


depan akan mengkaji lokasi yang
disiapkan oleh Pemda DKI Jakarta
untuk Rusunawa tempat relokasi
warga yang tinggal di pinggir rel.
Rusunawa itu diharapkan bisa
dibangun di lokasi yang strategis dan
dekat dengan aktiitas warga.
Menpera menjelaskan, tingginya
tingkat kepadatan penduduk
serta makin sulitnya lahan untuk
perumahan di Jakarta membuat
masyarakat banyak yang memilih
tinggal di kawasan kumuh. Mereka
bahkan membangun rumah di
pinggir rel sehingga laju kereta api
menjadi terhambat.
Lebih lanjut, Menpera menuturkan,
berdasarkan hasil peninjauan
kawasan kumuh bersama sejumlah
Menteri Kabinet Indonesia Bersatu
II dengan menggunakan kereta api

mulai dari Stasiun Tanjung Priuk ke


Stasiun Jakarta Kota, dirinya melihat
bahwa padatnya lingkungan di
pinggir rel KA membuat pemerintah
sulit merelokasi masyarakat.
Kalau melihat hasil peninjauan tadi
sepertinya sulit untuk membangun
Rusunawa di sekitar rel KA,
tandasnya.
Menpera menerangkan, pihaknya
tidak ingin Rusunawa yang telah
dibangun oleh pemerintah tidak
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Menpera mencontohkan, bangunan
Rusunawa di Marunda yang tidak
dimanfaatkan masyarakat karena
lokasinya jauh dari permukiman
dan tempat beraktiitas warga.
Sedangkan lokasi untuk
pembangunan Rusunawa minimal
harus memiliki luas sekitar 3.500
meter persegi.

Edisi 1
Tahun 2010

Menpera Tidak Main-main

Tangani Perumahan Bagi Prajurit


Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004,
kesejahteraan prajurit itu mutlak dan dijamin
oleh negara
Sumber foto : Kemenpera

alam menangani masalah


perumahan bagi prajurit,
Kementerian Perumahan
Rakyat (Kemenpera) berkomitmen
untuk serius dan tidak main-main
Hal tersebut diungkap Menteri
Perumahan Rakyat (Menpera),
Suharso Monoarfa dalam
sambutannya di acara peresmian
rusunawa (Komando Pasukan
Khusus) Kopassus di Cijantung,
Jakarta Timur, Senin (8/2).
Menpera didampingi Kepala Staf
Angkatan Darat George Toisutta
dan Komandan Jenderal Kopassus
Brigjen Lodewijk Freidrich Paulus
melaksanakan peresmian secara
simbolis dengan penandatanganan
prasasti dan pengguntingan pita di
halaman rusunawa.
Terkait acara peresmian rusunawa
ini, awalnya Menpera berharap
Menteri Pertahanan dapat ikut
menghadiri peresmian ini,
untuk menunjukkan komitmen
Kemenpera bahwa pengadaan
rumah bagi prajurit ini dilaksanakan
secara serius dan tidak mainmain. Setelah peresmian rusunawa
ini, Menpera menargetkan agar
rusunawa Kopassus di Kandang
Menjangan Surakarta pada tahun
ini dapat selesai, demikian juga
rusunawa di Ambon.

Dalam sambutannya, Menpera


menuturkan Presiden menugaskan
untuk mengatasi perumahan bagi
prajurit. Sebanyak 560 rusun yang
dianggarkan pada tahun 2010-2014
dan rencananya sebanyak 130 rusun
akan diperuntukkan bagi prajurit
TNI.
Menpera mengharap keluarga
TNI terutama anggota Kopassus
yang menghuni rusunawa ini dapat
menunjukkan nilai-nilai sosial yang
baik dalam bersosialisasi hidup
di rusun. Sehingga diharapkan
masyarakat dapat menjadikan contoh
dan pedoman dari pengalaman
keluarga Kopassus ini tentang
bagaimana menghuni rumah
susun yang baik. Mengenai konsep
Rusunawa di lingkungan Kopassus
ini, biaya sewa dan operasional
lain sepenuhnya diserahkan
untuk dikelola oleh Kopassus.
Pembangunan tersebut diselesaikan
dalam waktu 6 bulan dengan empat
tingkat bangunan yang diperuntukkan
bagi keluarga prajurit Kopassus yang
masih mengontrak di luar Kesatrian
Ahmad Yani Kopassus.
Sementara, Panglima TNI Djoko
Santoso dalam sambutannya yang
dibacakan oleh KSAD Jenderal
TNI George Toisutta, mengatakan
menyambut baik program dan

pembangunan rusunawa khusus TNI


yang dilakukan oleh pemerintah.
George mengatakan bahwa sesuai
dengan UU Nomor 34 Tahun 2004
tentang TNI, ada kaitan antara
kesejahteraan dan profesionalitas
prajurit.
"Salah satunya kebutuhan
papan, ini perhatian bersama
dan tantangan besar bagi TNI,
dengan mengusahakan rumah
sederhana, sehat, layak huni dan
tak jauh dr tempat kerja, semoga
ini meningkatkan kesejahteraan dan
profesionalitas TNI," jelas George.
Menurut Undang-undang Nomor
34 Tahun 2004, kesejahteraan
prajurit itu mutlak dan dijamin oleh
negara. Untuk itu, pembangunan
rusunawa Kopassus ini merupakan
salah satu bukti bahwa pemerintah
memperhatikan perumahan bagi
prajurit, tambah Suharso.
Masyarakat yang berpenghasilan
pas-pasan sulit untuk mendapatkan
rumah sendiri, dikarenakan cicilan
KPR terlalu tinggi. Kemenpera akan
mereformasi cara membantu ini
dengan berusaha mendapatkan suku
bunga yg murah bagi perumahan,
sehingga sejak awal konsumen akan
membayar cicilan dengan harga yang
sama. Hal ini juga akan diterapkan
untuk konsumen dari prajurit.
31

Liputan

Pentingnya Program Pengadaan Rumah

Bagi PNS
jangka waktu yang tidak terlalu
lama, Pemda dapat menghimpun
dana pembangunan yang cukup
besar. Dengan demikian, dari
Program Taperum suku bunga
KPR bisa diturunkan. Tahun
2010 pemerintah berencana untuk
menghapus subsidi suku bunga
KPR. Oleh karena itu, program
Taperum diharapkan menjadi salah
satu solusi untuk menurunkan suku
bunga KPR yang relatif masih
tinggi, terangnya.

Sumber foto : Kemenpera

emerintah daerah (Pemda) ke


depan diharapkan memiliki
program pengadaan rumah
bagi para pegawai negeri sipil
(PNS) di daerahnya masing-masing.
Pasalnya, hingga saat ini baru sekitar
10 persen dari jumlah Pemda di
seluruh Indonesia yang memiliki
komitmen untuk mengadakan
program pembangunan rumah
khusus bagi PNS.
Hal itu disampaikan Menteri
Perumahan Rakyat (Menpera)
Suharso Monoarfa saat menghadiri
peluncuran buku Bapertarum PNS
berjudul Siapa Bilang PNS Susah
Punya Rumah di Ruang Airlangga,
Hotel Bumi, Surabaya.
Dari seluruh Kabupaten/Kota
yang ada di seluruh Indonesia, baru
10 persen yang memiliki komitmen
32

untuk pengembangan program


pembangunan rumah bagi PNS,
katanya.
Menpera menuturkan, saat ini
masih banyak PNS yang belum
memiliki tempat tinggal sendiri.
Mereka kebanyakan tinggal
dengan mengontrak rumah sesuai
kemampuan masing-masing.
Guna mengatasi hal itu, Pemda
perlu memiliki serta mendorong
program Tabungan Perumahan
(Taperum) yang bisa digunakan
untuk pembangunan rumah bagi
masyarakat.
Lebih lanjut, Menpera menyatakan,
program Tabungan Perumahan
dapat disesuaikan dengan kondisi di
daerah. Meskipun dilakukan secara
sukarela, dengan menghimpun
dana dari masyarakat, namun dalam

Sementara itu, Kepala Sekretariat


Tetap Bapertarum PNS,
Alisjahbana, mengungkapkan dari
sekitar 4,4 juta PNS, baru sekitar
1,5 juta PNS yang memiliki rumah
sendiri. Padahal sekitar 75 persen
dari PNS secara nasional banyak
berada di daerah?. Diperlukan
komitmen Kepala daerah untuk
menyukseskan program pengadaan
rumah bagi PNS. Padahal jika
PNS telah memiliki rumah sendiri,
mereka lebih tenang dalam bekerja
dan tentunya berdampak pada
peningkatan kualitas kinerja Pemda.
Alisjahbana selanjutnya menjelaskan
Bapertarum PNS setidaknya
memiliki delapan kebijakan yang
dapat menjadi acuan bagi PNS
yang ingin mendapatkan rumah.
Kedelapan strategi itu antara lain,
revitalisasi program, menyiapkan
lembaga untuk melaksanakan
Kepres, Cek dan Ricek Iuran
PNS, veriikasi online, sms dan
call center, revitalisasi kehumasan,
pemberdayaan SDM dan apresiasi
terhadap stakeholder.

Edisi 1
Tahun 2010

REI Siap Dukung Pemerintah


Tingkatkan Pembangunan Rumah

etua Umum REI, Teguh


Satria menjelaskan, REI
ke depan akan terus
mendukung program perumahan
pemerintah. Untuk itu, pihaknya
berharap pemerintah dapat
memberikan dukungan serta
kemudahan bagi para anggota REI
yang ingin berpartisipasi dalam
kegiatan perumahan.
REI akan terus mendukung
program perumahan pemerintah.
Untuk itu kami juga berharap
pemerintah dapat mempermudah
perijinan pembangunan bagi para
pengembang, ujar Teguh Satria
pada kegiatan perayaan HUT REI
ke-38 yang diselenggarakan di Hotel
Gumaya, Semarang, Jumat (5/3).
Lebih lanjut, Teguh menyatakan,
dirinya juga berharap ke depan
anggota REI bisa lebih kompak
dalam menghadapi berbagai
tantangan yang ada dikemudian hari.
Hal itu diperlukan agar REI bisa
menunjukkan prestasi yang lebih
baik dari tahun ke tahun baik.
Tahun depan, imbuh Teguh, REI
mendapat kehormatan untuk
menjadi penyelenggara FIABCI
yang akan dilaksanakan di Hotel
Grand Hyatt Bali pada tanggal 24
hingga 28 Mei. Kami berharap
melalui kegiatan itu (FIABCI) REI
bisa lebih banyak menunjukkan
prestasi serta mengenalkan potensi
properti di Indonesia kepada pihak
asing, tandasnya.

Selain memaparkan tentang kesiapan


REI menjadi penyelenggara
FIABCI, dalam kegiatan itu DPP
REI juga membentuk Badan
Kehormatan REI. Pengukuhan
Badan Kehormatan REI itu
tercantum dalam SK DPP REI
Nomor 003/KPTS/DPP REI/
III/2010. Adapun ketua Badan
Kehormatan REI itu diketuai oleh
Edwin K serta sejumlah perwakilan
dari mitra kerja REI. Mantan
Menteri Perumahan Rakyat KIB
Jilid I, Mohammad Yusuf Asyari
bahkan juga menjadi salah satu
anggota Badan Kehormatan REI.
Pembentukan Badan kehormatan
REI itu dimaksudkan agar dapat
memberikan pertimbangan serta
rekomendasi serta tindakan
administratif bagi anggota REI.
Adapun penyelenggaraan HUT
REI ke-39 akan dilaksanakan di
Banjarmasin, Kalimantan Selatan,
terangnya
Sementara itu, Menteri Perumahan
Rakyat (Menpera) Suharso
Monoarfa berharap anggota REI
dapat menciptakan iklim bisnis
properti yang kondusif dan menjaga
kekompakan antar anggota sehingga
dapat mencapai target kinerja yang
telah diprogramkan.
Menpera menjelaskan, peran REI
dalam program pembangunan
perumahan di Indonesia sangatlah
penting. Selain kepengurusan REI,

Sumber foto : Kemenpera

yang tersebar di seluruh Indonesia,


program-program perumahan yang
dilaksanakan juga sesuai dengan
program pemerintah khususnya
Kementerian Perumahan Rakyat
Dalam kegiatan HUT REI ke-38
yang dipusatkan di Semarang itu
setidaknya hadir sekitar lebih dari
500 anggota REI yang tersebar
di seluruh Indonesia. Dirinya
juga berharap pengembang yang
tergabung dalam REI bisa terus
meningkatkan pembangunan rumah
bagi masyarakat Indonesia.
Saya juga mengucapkan selamat
HUT REI ke 38 serta terimakasih
atas dukungan yang diberikan oleh
anggota REI terhadap program
kerja Kementerian Perumahan
Rakyat. Saya harap ke depan REI
akan menjadi lebih baik lagi serta
melaksanakan program-program
perumahan bagi masyrakat,
harapnya.
33

Liputan

Kemenpera Capai Target

Program 100 Hari

Sumber foto: Kemenpera

Kedepan
pemerintah juga
akan mengubah
pola pembiayaan
yang tadinya
berupa pinjaman
uang muka dan
selisih bunga
menjadi fasilitas
likuiditas sehingga
diharapkan suku
bunga turun dan
harga rumah
menjadi lebih
terjangkau

34

Selama 100 hari masa kerja pada


Kabinet Indonesia Bersatu II,
Kementerian Perumahan Rakyat
telah berhasil melaksanakan
rencana kerja yang telah
ditetapkan sebelumnya. Berbagai
pencapaian kinerja tersebut
diantaranya meningkatkan tingkat
hunian Rumah Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa) yang sudah
dibangun oleh pemerintah
dalam lima tahun terakhir dan
melakukan evaluasi terhadap
efektiitas dan peningkatan
fungsi keberadaan Rusunawa
dan Rusunami sebagai solusi atas
permasalah penyediaan kebutuhan
rumah di perkotaan.
Menpera Suharso Monoarfa mengatakan, untuk meningkatkan
kinerja dari kementerian yang
dipimpinnya itu, dirinya bersama dengan jajaran pimpinan di
Kementerian Perumahan Rakyat
juga berupaya untuk melakukan
reformasi di bidang pembiayaan
perumahan melalui mekanisme
fasilitas likuiditas, serta terobosan
kebijakan pertanahan dan perijinan.
Kedepan pemerintah juga akan
mengubah pola pembiayaan yang
tadinya berupa pinjaman uang
muka dan selisih bunga menjadi
fasilitas likuiditas sehingga
diharapkan suku bunga turun
dan harga rumah menjadi lebih
terjangkau, ungkapnya.

Lebih lanjut Menpera Suharso


Monoarfa mengatakan pemerintah juga berusaha mengurangi
biaya perijinan agar biaya
produksi rumah dapat turun dan
keterjangkauan masyarakat akan
semakin tinggi, sehingga tercapai
rumah murah dengan bunga
murah. Untuk mendukung rencana
kerja tersebut, dalam waktu dekat
pemerintah bersama DPR RI juga
akan membuat suatu UndangUndang tentang perumahan dan
permukiman
Sementara itu Ketua Umum
DPP REI Teguh Satria berharap
Undang-Undang tersebut dapat
mengakomodir konsep tabungan
perumahan nasional sehingga
selama jangka panjang tersedia
dana yang murah, sehingga akan
lebih banyak masyarakat yang dapat
mengakses rumah layak huni
Hal yang sama dikatakan oleh
Direktur Kredit BTN Purwadi,
BTN sebagai bank penyalur KPR
mendukung kebijakan fasilitas
likuiditas yang akan diterapkan
pemerintah. Purwadi mengatakan
dengan adanya bunga murah
maka masyarakat akan lebih dapat
menjangkau dan bank pun akan
lebih banyak menyalurkan KPR.
Jika suku bunga dapat ditekan
lebih rendah, maka bank akan lebih
bergairah karena jika bunga ditekan
masyarakat akan semakin mampu
untuk mengangsur, katanya.

Edisi 1
Tahun 2010

Intermezzo

5 Tips Desain
Interior Rumah Idaman
Sumber foto : Istimewa

etiap orang memiliki


impian tersendiri atas
rumah yang dihuni.

Tentunya mereka menginginkan


rumah tersebut berasa nyaman
serta mempunyai tampilan
desain interior yang manis.
Namun demikian, banyak
orang berpikiran untuk bisa
mewujudkan rumah yang nyaman

Berikut beberapa tips praktis untuk


mendesain rumah idaman :

Buatlah rumah Anda senyaman


mungkin dengan dekorasi yang
tidak berlebihan. Aneka dekorasi
ruang yang berlebih akan membuat rumah
Anda terlihat sempit dan kurang nyaman
untuk ditinggali. Pilihlah dekorasi berupa
furnitur yang sesuai dengan pemanfaatan
ruang yang ada.
Gambar di bawah adalah contoh desain
interior modern.

memerlukan biaya yang mahal.


Padahal dengan mendesain

Buatlah detail-detail tentang


asal usul keluarga besar Anda.
Mungkin bisa berupa foto-foto
keluarga, serta barang-barang yang
sekiranya dapat membuat Anda teringat
akan kampung halaman.

Tanamlah
tanaman-tanaman
sebagai penghijauan di sekitar
rumah. Jika rumah Anda tidak
terlalu luas, maka tanaman dalam pot-pot
kecil yang diatur sedemikian rupa akan
menambah asri kondisi rumah. Selain
itu, tanaman penghijauan tentunya dapat
menciptakan kesegaran di rumah Anda.

interior rumah, baik itu rumah


berukuran besar maupun kecil,

berdasarkan keinginan Anda


dan keluarga tercinta dengan
budget keuangan serta bahanbahan yang sederhana akan
menciptakan rumah idaman
yang dapat membahagiakan
kehidupan Anda.

Sumber foto : Istimewa

Pilihlah warna cat tembok


kesukaan Anda serta anggota
keluarga lainnya. Adakan diskusi
dengan seluruh anggota kelurga di rumah
tentang warna ruang yang ada. Sesuaikan
ruang dengan warna cat tembok sehingga
Anda dan anggota keluarga yang lain
dapat menikmati dan lebih bersemangat
dalam beraktiitas.

Ajak anggota keluarga Anda


yang lain untuk ikut memberikan
masukan tentang dekorasi yang
mereka inginkan. Biarlah anak-anak
Anda berkreasi di kamar mereka masingmasing. Kreasi mereka nantinya juga
dapat membuat mereka ikut bertanggung
jawab dan menjaga dekorasi yang dibuat.
Hubungan yang harmonis antara Anda
dan anggota keluarga merupakan desain
terbaik bagi rumah idaman.
Selamat berkreasi.
Salam

35

Intermezzo

Menengok Lebih Dekat Taman Ayodya

Sumber foto : Arief Darmawan

ari sejenak kita melepas


penat setelah bekerja
seharian atau mungkin
lembur yang menyebabkan kondisi
tubuh menjadi kaku, terasa pegal
dan mungkin saja menyebabkan
keram otot.
Pertanyaannya sekarang adalah
kemanakah kita akan pergi untuk
merilekskan badan kita dan
menyegarkan pikiran kita agar bisa
menghasilkan kembali ide-ide yang
gemilang.
Ya, jangan khawatir karena kami
akan mengajak anda menuju sebuah
taman. Sebagai kota Megapolitan

36

yang hampir sebagian besar


wilayahnya dibangun gedung
pencakar langit untuk lahan bisnis
maupun perkantoran, masalah
polusi yang mengganggu, dan juga
masalah yang lainnya, kita masih
bisa mendapati sebuah ruang
terbuka hijau di kota yang sangat
padat penduduknya ini.
Taman Ayodya, itulah nama ruang
terbuka hijau itu. Dimanakah letak
Taman Ayodya? Tidak jauh dari
Blok M, di Jalan Barito, Jakarta
Selatan. Di seberang Taman Ayodya
terdapat Gereja Katolik Santo
Yohanes. Agak lebih jauh lagi dari

Taman Ayodya yang dibangun pada


lahan seluas 7.000 meter persegi
itu berderet toko, bank, restaurant,
tempat karaoke, dan caf.
Patut kita acungi jempol upaya
pemerintah kota DKI untuk
membuka ruang terbuka hijau
walaupun penuh dilema karena
harus merelokasi warga yang telah
lama menguasai tempat itu. Tempat
bagi mereka mencari nafkah hidup
dari berjualan ikan dan bunga.
Keberadaan fasilitas taman
terlihat sudah memadai dengan
adanya toilet dan tempat sampah.
Keragaman tanamannya sendiri

Edisi 1
Tahun 2010

sudah cukup memadai. Misalnya


ada pohon sikat botol merah, kalau
kita menggosokkan daunnya akan
tercium wanginya seperti minyak
kayu putih, ada pohon ketapang
yang daunnya hijau rimbun, pohon
cemara, kelapa gading, bunga
kertas/bougainville, lidah mertua/
Sansevieri yang mampu bertahan
hidup pada rentang waktu suhu
dan cahaya yang sangat luas, sangat
resisten terhadap polutan, dan
mampu menyerap 107 jenis polutan
di daerah padat lalu lintas dan
ruangan yang penuh asap rokok,
ada tanaman lili paris/Chlorophytum
comusum yang bisa menyerap segala
jenis racun, pohon Palem, kelapa
Gading dan banyak jenis lainnya.
Kepedulian Masyarakat
Masih Kurang
Walaupun sepertinya pembuatan
Taman Ayodya didasarkan kepada
amanat undang-undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (UUPR) yang mengharuskan
setiap kawasan perkotaan memiliki
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30 persen, namun tidak dapat
diabaikan upaya perawatannya.
Tanpa perawatan yang baik, Taman
Ayodya lambat laun cepat rusak.
Namun demikian, berdasar
pengamatan Inforum, pada waktu
tertentu terlihat banyak sampah
berserakan terutama sampah makanan dan minuman. Kondisi ini
sangat mengurangi kenyamanan
dan keindahan taman. Niat dari
Pemerintah Kota untuk menciptakan Taman ini sangatlah baik,
semua orang bisa menikmatinya
akan tetapi kesadaran masyarakat
untuk menjaga kebersihan sangat kurang. Ujar Pak Bejo, salah
seorang pengunjung, yang ditemui
Inforum. Pernyataan Pak Bejo diperkuat oleh salah seorang petugas dari

Dinas Pertamanan yang mengatakan bahwa pada hari minggu


sampah di Taman Ayodya mencapai
dua kali lipat sampah pada hari-hari
biasa. Hal ini dikarenakan pada
Sabtu malam atau malam Minggu
ramai dikunjungi kawula muda.
Begitu pula para pedagang yang
tidak mau kalah meramaikan malam
minggu untuk mengais rejeki. Jadi,
tak heran apabila sampah-sampah
pada Minggu paginya berserakan
dimana-mana. Sampah-sampah
yang berasal dari Taman Ayodya
ini dibuang ke TPA di Srengseng,
demikian penuturan dari petugas
Dinas Kebersihan DKI jakarta.
Tidak hanya soal kebersihan,
ternyata berdasar pengamatan
Inforum, terlihat beberapa tanaman
yang rusak diinjak oleh para
pengunjung taman. Apabila
dibiarkan bisa jadi tanaman itu
tidak akan tumbuh dengan baik.
Pengaturan dan Sanksi
yang Jelas
Telah menjadi kelaziman bahwa

keberadaan dari sebuah taman


bisa mendatangkan manfaat
untuk semua orang. Terlebih lagi
penduduk Kota jakarta yang ingin
mencari Ruang Terbuka Hijau.
Keberadaan Taman ini bagi saya
tepatnya merupakan sarana,
demikian tutur Lasimin seorang
pedagang yang telah berjualan
selama 18 tahun di jakarta.
Keberadaan pedagang ini pun
telah diatur pemerintah daerah.
Sebagaimana penuturan Lasimin
bahwa para pedagang tidak boleh
berjualan lebih dari dua jam di
Taman Ayodya ini dan itu pun
hanya boleh dilakukan pada pagi
hari dan kalau berjualan lebih dari
dua jam akan diusir oleh Satpol PP.
Namun sepertinya aturan tinggal
aturan. Penegakannya terlihat
kurang konsekuen. Perlu penerapan sanksi yang tegas sehingga
kenyamanan dan kebersihan taman
dapat tetap terjaga. Kalau tidak,
Taman Ayodhya akan menjadi
sejarah dalam waktu tidak terlalu
lama. (Sri)

Sumber foto : Kemenpera

37

Pengelolaan Pengetahuan

Info Buku
Buku Saku Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014
Sub Bidang Perumahan dan Pemukiman (Pocket
Book National Mid-Term Development Plan Year
2010-2014, Housing and Settlement Sub Sector)
Penerbit :
Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas
Tebal : 88 Halaman
Jakarta 2010

PJMN 2010-2014
merupakan tahap kedua
dari pelaksanaan RPJPN
2005-2025 yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2007. RPJMN ini
selanjutnya menjadi pedoman
bagi Kementerian/Lembaga
(K/L) dalam menyusun Rencana
Strategis K/L dan menjadi bahan
pertimbangan pemerintah daerah

dalam menyusun/menyesuaikan
rencana pembangunan daerahnya
masing-masing dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan
nasional. Pembangunan subbidang
perumahan dan permukiman
tercantum dalam prioritas 3 dan
prioritas 6 dari 11 prioritas nasional
Sebagai upaya menyebarluaskan
kebijakan pemerintah terkait

perumahan dan permukiman baik


di kalangan pemerintah sendiri
maupun non-pemerintah, Direktorat
Permukiman dan Perumahan
Bappenas berinsiatif memperbanyak
materi RPJMN 2010-2014
subbidang perumahan dan
permukiman. Buku ini merupakan
buku saku yang disajikan dalam dua
bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan
Inggris.

Rencana Strategis
Kementerian Perumahan Rakyat
Tahun 2010-2014
Penerbit :
Biro Perencanaan dan Anggaran
Kementerian Perumahan Rakyat
Tebal : 26 Halaman
Jakarta 2010

uku ini merupakan dokumen


perencanaan Kementerian
Perumahan Rakyat untuk
periode 5 tahun terhitung sejak
tahun 2010 sampai dengan 2014.
Rencana strategis Kementerian
Perumahan Rakyat, merupakan
penjabaran dari rencana
pembangunan jangka menengah
nasional tahun 2010-2014 bidang
perumahan dan permukiman
yang diharapkan dapat menjadi
kerangka acuan dan pedoman
dalam penyusunan kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan
38

perumahan dan permukiman yang


bersifat multisektor dan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan
baik pemerintah di tingkat pusat dan
daerah, swasta dan masyarakat.
Dalam buku ini tergambar grand
design Kementerian Perumahan
Rakyat dalam pembangunan
perumahan dan permukiman 5
tahun ke depan yang berisi kondisi
umum pembangunan perumahan
dan permukiman dewasa ini serta
potensi dan permasalahannya. Selain
itu buku ini juga berbicara mengenai
visi dan misi pembangunan

perumahan dan permukiman ke


depan serta arah kebijakan dan
strategi nasional. Selanjutnya
buku ini menjelaskan target dan
kebutuhan pendanaan pembangunan
perumahan dan permukiman
Tahun 2010-2014. Buku ini sangat
bermanfaat tidak hanya bagi Unit
kerja di Kementerian Perumahan
Rakyat tetapi juga Pemerintah
daerah sebagai acuan dalam
penyusunan dokumen perencanaan
bidang perumahan dan permukiman
di unit kerjanya. Termasuk juga
pemangku kepentingan lainnya.

Edisi 1
Tahun 2010

Info CD
Bahan TOT Tenaga Pendamping Gempa Jabar-Jateng 2009
Kementerian Perumahan Rakyat, 2009

empa bumi telah mengguncang wilayah Provinsi


Jawa Barat dan sekitarnya pada hari Rabu, 2
September 2009, jam 14:55 WIB. Sesuai informasi
dari BMKG, pusat gempa berada 142 km baratdaya
Tasikmalaya pada koordinat 8,24 LS 107,32 BT, pada
kedalaman 30 km di bawah permukaan laut. USGS
(United States Geological Survey) mencatat
kekuatan gempa tersebut dengan magnitude
7,3 SR pada kedalaman 60 km di bawah
permukaan laut, yang berdampak pada
kerusakan perumahan dan permukiman.
Tercatat di 15 Kabupaten/Kota di Jawa
Barat kerusakan rumah sebanyak 262.765
dengan rincian 44.620 rusak berat; 93.997
rusak sedang; 124.148 rusak ringan.
Rehabilitasi dan rekonstruksi rumah penduduk
korban gempa dilaksanakan melalui pendekatan
Pembangunan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
(Community Based Development) dengan menyiapkan
tenaga Pendamping (Fasilitator Kelompok), baik teknis
maupun sosial dalam jumlah besar dalam waktu yang
bersamaan.

Sesuai dengan kesepakatan bersama dengan Badan Nasional


Penanggulangan Bencana (BNPB) pendekatan yang akan
dipakai untuk pemulihan dan rekonstruksi di Jawa Barat
adalah pola penanggulangan Yogya, yang artinya masyarakat
korban bencana didorong untuk bangkit mengembalikan
penghidupannya lebih baik, lebih tahan terhadap
bencana dengan memanfaatkan dukungan
dari seluruh stakeholer dan pendampingan
dari fasilitator. Untuk itu, dipersiapkan
tenaga pendamping mahasiswa yang akan
memfasilitasi seluruh proses pemulihan secara
berkelompok untuk membangun rumah bagi
Kepala Keluarga dengan menggunakan pola
Dasawisma.
CD ini berisi bahan-bahan materi dan Buku
panduan pembangunan Rumah tahan gempa yang
dilsusun oleh Kementerian Perumahan Rakyat dalam
acara Kegiatan Pelatihan Pembangunan Rumah Tahan Gempa
yang ditujukan untuk para Fasilitator. CD ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat secara umum yang terlibat dalam advokasi
masyarakat terkait antisipasi bencana gempa bumi. Materi dan
modul-modul didalamnya mudah dipahami dan memberikan
banyak solusi alternatif antisipasi gempa bumi.

Rapat Koordinasi Perumahan Rakyat Tahun 2010


Kementerian Perumahan Rakyat, 2010
Rumah merupakan kebutuhan yang paling mendasar setelah
sandang dan pangan. Rumah dengan lingkungannya yang
layak dan sehat merupakan hak dasar bagi setiap Warga
Negara Indonesia sebagaimana telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 urusan perumahan telah menjadi salah
satu urusan wajib Pemerintah Daerah.
Meskipun demikian, Pemerintah tetap
memberikan prioritas tinggi sebagaimana
disebutkan dalam RPJPN 20052025 dan
RPJMN 20102014. Ditargetkan dalam
kurun waktu 20102014 dapat dibangun
1.500.000 unit rumah baru. Pemenuhan target
ini sudah barang tentu menjadi tanggung jawab
bersama, Pemerintah PusatPemerintah DaerahPelaku
yang bergiat dalam pembangunan perumahan.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka kedepan
perlu digali kembali masukan-masukan dari semua

pemangku kepentingan dalam rangka pencapaian sasaran


RPJMN 20102014 bidang perumahan rakyat, khususnya
Program Tahun 2011.
Dalam rangka membangun Sinergi Pusat-Daerah-Pelaku
guna percepatan pembangunan perumahan rakyat,
Kementerian Perumahan Rakyat merasa perlu
untuk memfasilitasi pertemuan pemangku
kepentingan penyelenggara pembangunan
perumahan dalam skala nasional, sebagai sarana
penyampaian informasi dan perumusan langkah
terobosan pemecahan masalah pembangunan
nasional bidang perumahan rakyat.
CD ini berisi tentang bahan-bahan Rapat
Koordinasi Perumahan Rakyat Tahun 2010, yang
mengangkat tema: Percepatan Pembangunan Perumahan
Rakyat Melalui Sinergi Pusat-Daerah-Pelaku. CD ini sangat
berguna terutama bagi para pengambil kebijakan di daerah agar
dapat memahami pentingnya bersinergi dalam pembangunan.

39

Pengelolaan Pengetahuan
Info Regulasi

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999


Tentang Hak Asasi Manusia

U Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi
Manusia merupakan
undang-undang yang sangat penting
di Indonesia yang menegaskan
kewajiban menghormati hak asasi
manusia. Hal tersebut tercermin
dari teradopsinya Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam
keseluruhan pasal dalam batang
tubuh undang-undang ini, terutama
berkaitan dengan persamaan
kedudukan warga negara dalam
hukum dan pemerintahan, hak
atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak, kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, hak untuk
mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan, kebebasan memeluk
agama dan untuk beribadat sesuai
dengan agama dan kepercayaannya
itu, dan hak untuk memperoleh
pendidikan dan pengajaran
Dalam Undang-undang ini,
pengaturan mengenai hak asasi
manusia ditentukan dengan
berpedoman pada Deklarasi
Hak Asasi Manusia Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Wanita,
Konvensi Perserikatan BangsaBangsa tentang Hak-hak Anak, dan
berbagai instrumen internasional
lain yang mengatur mengenai hak
asasi manusia. Materi undangundang ini disesuaikan juga dengan
kebutuhan hukum masyarakat dan
40

setiap orang
berhak atas
lingkungan hidup
yang baik dan
sehat
pembangunan hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
Undang-undang ini secara rinci
mengatur mengenai hak untuk
hidup dan hak untuk tidak
dihilangkan paksa dan/atau tidak
dihilangkan nyawa, hak berkeluarga
dan melanjutkan keturunan,
hak mengembangkan diri, hak
memperoleh keadilan, hak atas
kebebasan pribadi, hak atas rasa
aman, hak atas kesejahteraan, hak
turut serta dalam pemerintahan,
hak wanita, hak anak, dan hak
atas kebebasan beragama. Selain
mengatur hak asasi manusia, diatur
pula mengenai kewajiban dasar,
serta tugas dan tanggung jawab
pemerintah dalam penegakan hak
asasi manusia.
Disamping itu, undang-undang ini
mengatur mengenai pembentukan
Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia sebagai lembaga mandiri


yang mempunyai fungsi, tugas,
wewenang, dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan,
pemantauan, dan mediasi tentang
hak asasi manusia.
Dalam Undang-undang ini, diatur
pula tentang partisipasi masyarakat
berupa pengaduan dan/atau
gugatan atas pelanggaran hak
asasi manusia, pengajuan usulan
mengenai perumusan kebijakan
yang berkaitan dengan hak asasi
manusia kepada Komnas HAM,
penelitian, pendidikan, dan
penyebarluasan informasi mengenai
hak asasi manusia.
Terkait dengan pembangunan
perumahan, undang-undang ini
secara implisit menyatakan dalam
pasal 9 ayat 3 bahwa setiap orang
berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Sementara
pernyataan yang eksplisit dapat
ditemui pada pasal 40 bahwa setiap
orang berhak untuk bertempat
tinggal serta berkehidupan yang
layak.
Undang-undang tentang Hak Asasi
Manusia ini adalah merupakan
payung dari seluruh peraturan
perundang-undangan tentang hak
asasi manusia. Disahkan di Jakarta
23 September 1999 pada jaman
pemerintahan B. J. Habibie, terdiri
dari 11 bab dan 106 pasal.

Edisi 1
Tahun 2010

Info Situs
Institut Penelitian Perkotaan
dan Perumahan di Australia
http://ahuri.edu.au/

Ahuri (Australian Housing


and Urban Research Institute)
merupakan sebuah Institut yang bersifat nasional
dan nirlaba yang melakukan penelitian tentang
perumahan, tunawisma
dan perkotaan serta untuk
menginformasikan kebijakan
sektor pemerintah, industri dan komunitas serta

untuk menstimulasi
perdebatan komunitas
Australia yang lebih
luas. Melalui situs ini
kita bisa mengetahui
tentang beberapa hasil
penelitian perumahan
di Australia maupun
kondisi perumahan
yang ada di Australia
dan bagaimana mereka
mengatasi kendala di
bidang perumahan.
Hal ini bisa dijadikan referensi bagi
pemerintah Indonesia
dalam menghadapi
permasalahan perumahan dan perkotaan.

Pemerintah Negara
Bagian Victoria,
Australia
http://www.housing.vic.gov.au/

Situs milik pemerintah


negara bagian Victoria yang
mengkhususkan diri pada
bidang perumahan dan
pembangunan komunitas. Situs ini memberikan
informasi tentang penyediaan perumahan dan juga
dukungan untuk tunawisma.
Situs ini memberikan

pelayanan langsung
secara online untuk dapat
memiliki rumah. Pada
situs ini semua peraturan
yang mengatur tentang
kepemilikan dipaparkan
secara jelas termasuk
prosedur cara pengajuan,
waktu tunggu, hingga
tata cara penolakan
terhadap sebuah keputusan yang dikeluarkan.
Situs ini dapat dijadikan
refensi oleh pemerintah
Indonesia dalam melayani
masyarakat.

Kebijakan Perumahan

Pemerintah Irlandia

http://www.housingpolicy.org/

http://www.environ.ie/en/
evelopmentandHousing/Housing/
HousingPolicy/

Situs ini dikelola oleh


Center for Housing Policy yang
merupakan ailiasi dari
National Housing Conference.
Situs ini bertujuan untuk
mengumpulkan dan
menyediakan berbagai
macam solusi yang telah
dibuktikan di lapangan
untuk penyediaan rumah

bagi keluarga yang


telah bekerja dan
komunitas lainnya.
Situs mencakup
informasi yang mudah
diakses terkait berbagai
alat kebijakan negara
dan pemerintah daerah,
serta panduan tentang
cara memadukannya
untuk membentuk
strategi perumahan
yang komprehensif dan
efektif. Tersedia juga
forum interaktif

Situs milik pemerintah


ini menitik beratkan pada
penjelasan mengenai
peraturan-peraturan yang
berlaku secara detail.
Diantara beberapa peraturan
yang diatur dan dipaparkan
dalam situs ini adalah

sertiikasi luasan lantai.


Luasan lantai sengaja
diatur secara ketat
mengingat ketersedian
lahan yang makin terbatas
sehingga pemerintah
merasa perlu untuk
membatasi beberapa
luasan lantai yang dapat
dijual secara bebas. Hal
ini juga mengikat para
pengembang untuk tidak
melakukan monopoli
seenaknya.

41

Pengelolaan Pengetahuan
Modul

Buku

Modul Pemberdayaan Masyarakat untuk Mendukung


Penyelenggaraan Perumahan
dan Permukiman
Buku 1 Untuk Pokja, Buku 2 untuk
Relawan, Buku 3 untuk Fasilitator
Junior, dan Buku 4 untuk Fasilitator
Senior

Panduan

Penerbit :
Asisten Deputi Penguatan Kerjasama
Kelembagaan, Deputi Bidang
Perumahan Swadaya, 2010

Panduan Perencanaan
dan Pelaksanaan
Rumah Sederhana
Sehat Tahan Gempa
Penerbit :
Deputi Bidang Perumahan
Formal
Kementerian Perumahan Rakyat,
2008

42

Rumah & Lingkungan


Permukiman Sehat
Penerbit :
Dirjen Perumahan dan Permukiman,
Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah

Himpunan Peraturan
Perundang-undangan di
Bidang Perumahan dan
Pemukiman.
Seri 01 Undang-undang,
Seri 02 Peraturan Pemerintah dan
Keputusan Presiden

Penerbit :
Sekretariat Kementerian
Perumahan Rakyat, 2005

Membangun Tiada
Henti, Penilaian Kinerja
Pemerintah Daerah 2007
Penerbit :
Departemen Pekerjaan Umum,
2007

Pustaka Perumahan dan Pemukiman


Peraturan

Edisi 1
Tahun 2010

Leaflet

Info Rusunawa
Departemen
Pekerjaan Umum,
Dirjen Cipta Karya, 2008

Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2008
Tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Peraturan Menteri
Negara Perumahan
Rakyat Nomor :
05/PERMEN/M/2009
Tentang Pedoman Pelaksanaan
PNPM Mandiri Perumahan
dan Permukiman

Info Keterpaduan
Prasarana
Kawasan

43

Fakta

Keberagaman Kota
1. Tokyo, Jepang
Populasi: 33 juta
Luas: 6.993 km2
Kepadatan: 4.750 jiwa/km2
Pendapatan per kapita: $ 36.000
Peringkat kemakmuran: 1
Empat puluh persen dari kota
dibangun di atas landill (tempat
pembuangan sampah)

Populasi penduduk dunia meningkat dengan pesat,


namun pertumbuhan penduduk perkotaan meningkat
lebih pesat lagi. Proporsi penduduk perkotaan dunia kini
juga mulai bergeser, dari hanya 40 persen pada tahun
1980 menjadi diperkirakan sebesar 60 persen pada tahun
2020 dan 70 persen pada 2030. Jumlah penduduk dunia
yang tinggal di perkotaan sebesar tiga milyar penduduk
dengan 1 milyar diantaranya tinggal di kawasan kumuh.

2. Jakarta, Indonesia

Sumber foto: http://milkcratenyc.com

3. Mumbai, India
Populasi: 14 juta
Luas: 484 km2
Kepadatan: 30.000 jiwa/km2
Pendapatan per kapita: $ 10.500
Peringkat kemakmuran: 37
Lima puluh persen penduduk
Mumbai tidak punya akses
terhadap sanitasi
Sumber foto: http://photoatlas.com

4. Istanbul, Turki

Sumber foto: http://parasolholidays.com

Populasi: 9-12 juta jiwa


Luas: 1.166 km2
Kepadatan: 7.700 jiwa/km2
Pendapatan per kapita: $ 14.800
Peringkat kemakmuran: 34
Lima puluh persen penduduk
Istanbul tinggal di gecekondus,
bangunan liar yang dibangun
dalam semalam

5. Paris, Perancis

Sumber foto: http://daramutiara.blogspot.com

44

Populasi: 14 juta
Luas: 1360 km2
Kepadatan: 10.500 jiwa/km2
Pendapatan per kapita: $ 7.000
Peringkat kemakmuran: 46
Hanya lima puluh persen penduduk Jakarta memiliki
akses terhadap air bersih

Populasi: 10 juta jiwa


Luas: 2.723 km2
Kepadatan: 3.550 jiwa/km2
Pendapatan per kapita: $ 46.000
Peringkat kemakmuran: 5
Paris merupakan kota di dunia
yang paling sering dikunjungi,
paling tidak ada 30 juta orang
mengunjungi Paris setiap
tahunnya

6. Sao Paulo, Brazil

Sumber foto: http://echnbiz.blogspot.com

Sumber foto: http://fps.aprian.net

Populasi: 18 juta jiwa


Luas: 1.968 km2
Kepadatan: 9.000 jiwa/km2
Pendapatan per kapita: $ 12.500
Peringkat kemakmuran: 19
Sao Paulo merupakan kota
dengan penduduk Jepang
paling besar di luar Jepang,
kota dengan penduduk
Lebanon paling besar di luar
Lebanon, dan kota dengan
penduduk Spanyol paling
besar di luar Spanyol.

7. Lagos, Nigeria

Sumber foto: http://www.howwedrive.com

Populasi: 13 juta jiwa


Luas: 738 km2
Kepadatan: 18.150 jiwa/km2
Pendapatan per kapita: $
2.300
Peringkat kemakmuran: 118
Tingkat pertumbuhan
penduduk Lagos per tahun
adalah 5%, ini ekuivalen
dengan 74 penduduk baru
per jamnya

8. Los Angeles,
Amerika Serikat

Sumber foto: http://sightseeing-orangesmile.com

Populasi: 12 juta jiwa


Luas: 4.320 km2
Kepadatan: 2.750 jiwa/km2
Pendapatan per kapita: $ 53.300
Peringkat kemakmuran: 3
Dua puluh persen penduduk
hidup dalam kemiskinan

Edisi 1
Tahun 2010

Praktek Unggulan

Manajemen Pengetahuan

Kota Wina (Austria)

egera setelah Konperensi


HABITAT II tahun
1996, kota Wina telah
mengadopsi salah satu rekomendasi
utama Agenda Habitat yaitu
mengembangkan model praktek
unggulan (best practices) untuk
memastikan terciptanya sebuah
proses perencanaan perkotaan
berkelanjutan. Untuk itu, Pusat
Praktek Unggulan di Wina, sebagai
bagian dari Program Kepemimpinan
Lokal dan Praktek Unggulan
diresmikan pada tahun 1999. Ini
merupakan upaya pengumpulan
informasi tentang inovasi
dalam desain dan perencanaan
perkotaan berkelanjutan, program
lingkungan dan sosial, termasuk
juga perumahan. Tidak lupa juga
penyebarluasan dari pengalaman
dan pembelajaran yang diperoleh.
Ide utama dari Pusat Praktek
Unggulan Wina adalah
mengumpulkan, memantau dan
mengevaluasi praktek unggulan
tidak untuk kepentingan sesaat
tetapi dalam konteks membentuk
jejaring pengetahuan, sehingga
dapat dimanfaatkan oleh seluruh
institusi baik skala lokal maupun
internasional. Pusat ini selain
berfungsi sebagai pusat skala
kota Wina, tetapi juga untuk skala
yang lebih besar, regional (Eropa)
dan dunia. Khusus untuk skala
dunia, pusat ini bekerja sama
melalui jejaring pengetahuan
dengan mitranya di seluruh dunia.

Pusat Praktek Unggulan Wina


merupakan sebuah model solidaritas
internasional, memberi masukan
setiap saat bagi kota dan komunitas
yang membutuhkan, tidak hanya
kota Wina, tetapi juga memberi
masukan kepada Agenda Habitat
dan MDGs.
Salah satu hal yang menarik dari
keberadaan pusat ini adalah bahwa
kegiatannya berlangsung setiap hari
dan beragam. Mulai dari pameran,
konperensi, pelatihan, lokakarya,
penerbitan majalah, situs internet
dan konferensi jarak jauh. Telah
banyak modul dan material yang
dihasilkan.
Keuntungan dari keberadaan pusat
ini tentunya adalah kota Wina dapat
belajar dari berbagai sumber dari
seluruh dunia. Bahkan tenaga ahli
berpengalaman banyak yang datang
berkunjung dan berbagi pengalaman
dengan aparat pemerintahan kota
Wina. Kedatangan tenaga ahli
internasional ini dimanfaatkan oleh
tenaga ahli lokal untuk saling bertukar
pengalaman.
Perkembangan Pusat Praktek Unggulan
yang demikian maju ditunjang oleh
kerjasama dengan UN-Habitat yang
diresmikan melalui penandatanganan
MOU. Disamping tentunya dukungan
dari pemerintah kota. Walaupun
kemudian perkembangan tersebut
mengakibatkan pemerintah kota kurang
dapat mengakomodasi kebutuhannya
sehingga pusat ini didorong untuk
bekerjasama dengan pihak swasta.

Sumber foto: http://www.matanews.com

Pembelajaran bagi Indonesia


Pembangunan perumahan dan
permukiman telah berlangsung lama
di Indonesia tetapi kita masih sulit
mendapatkan informasi tentang
apa saja yang telah dilakukan dan
bagaimana hasilnya. Setiap kali
kita harus memulai dari awal, dan
tersandung berkali-kali untuk hal
yang mungkin juga telah dilakukan
sebelumnya. Isunya hanya satu,
yaitu tidak tersedia suatu pusat
(hub) informasi yang dapat menjadi
tempat memperoleh informasi,
bertanya, berdiskusi, bertukar
informasi bahkan berbagi substansi/
material. Sebenarnya kita punya
peluang dengan mengoptimalkan
keberadaan Sekretariat Nasional
Habitat, yang memang salah satu
fungsinya mengelola pengetahuan
(knowledge management). Sebenarnya
upaya kearah situ sudah mulai
dirintis dalam bentuk tersedianya
situs internet yang dikelola Seknas
Habitat. Jadi belum terlambat untuk
mulai. Tunggu apalagi.

45

Galeri Foto

Menteri Negara Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa


melakukan kunjungan ke media.

yaksikan
Menteri Negara Perumahan Rakyat men
aan Musyawarah
buk
pem
a
pad
RSI
penyerahan panji APE
Nasional APERSI III.

Penanda tanganan dokumen serah terima jabatan Ketua Dharma Wanita


Persatuan Kemenpera oleh Penasehat DWP Kemenpera Ibu Carolina Suharso
Monoarfa.

Sambutan dari Mantan Menteri Negara Perumahan Rakyat dalam Rangka Lepas
Sambut Menteri Negara Perumahan Rakyat.
Foto-foto: Kemenpera

46

Edisi 1
Tahun 2010

Agenda

Hari Air Dunia 2010


Air Bersih Untuk Dunia Yang Lebih Sehat

umi kita, 75%-nya terdiri


dari air, tapi hanya kurang
dari 1% yang merupakan
air yang siap digunakan untuk
seluruh penduduk bumi yang
berjumlah 6,7 milyar orang (tahun
2008) (Grafik 1). Pemanfaatan
air yang kurang bijak kemudian
mengakibatkan terjadinya krisis
air bersih, yang bahkan sudah
melanda berbagai belahan dunia,
tidak terkecuali di Indonesia.
Kondisi ini kemudian mendorong
berbagai pihak untuk menemukan
cara agar penduduk dunia sadar
akan keadaan ini. Untuk itu,
kemudian setiap tanggal 22 Maret
di seluruh dunia diperingati
sebagai Hari Air Dunia (World
Day of Water). Inisiatif peringatan
ini di umumkan pada Sidang
Umum PBB ke 47 tanggal
22 Desember 1992 di Rio de
Janeiro, Brasil. Secara resmi,
tujuan dari peringatan ini adalah
menyadarkan kita akan pentingnya
air bersih dan usaha untuk
menyadarkan tentang pengelolaan
air bersih yang berkelanjutan.
Mungkin pada saat ini kita masih
bisa menikmati air bersih dengan
cuma-cuma. Tapi bagaimana kondisi
kita saat 20 tahun lagi atau 50
tahun lagi. Apakah kita masih bisa
memperoleh air bersih lagi.

Grafik 1

fakta berikut bisa turut membantu


menyadarkan kita semua. Jumlah air
yang ada di bumi ini saat ini relatif
sama dengan jumlah total air saat
bumi tercipta. Jumlahnya memang
sama tapi yang berubah adalah
bentuknya. Jadi bisa disamakan
air yang kita pakai untuk minum
saat ini mungkin sama dengan air
yang diminum nenek moyang kita.
(Grafik 2).
Menurut data, 75% permukaan
bumi kita adalah air, akan tetapi
dari semua air itu 97 % adalah

air asin dan sisanya 3% adalah


air tawar. Proporsi air tawar tadi
masih dibagi dengan es (68,7%),
air tanah (30,1%), air permukaan
(0,3%) dan uap air (0,9%). Air
permukaan terdiri dari danau
(87%), rawa (11%), dan sungai
(2%). Selain itu, tidak semua air
tawar layak untuk diminum. Itu
juga belum termasuk air yang
tercemar oleh manusia. Dan
tidak semua daerah di dunia
ini mendapatkan porsi air yang
cukup.
BMN (Tabel 1)
Lalu berapa liter
kebutuhan air kita?
Fungsi air bagi kehidupan manusia
memang vital, dimulai dari sebuah
daur hidup sederhana, bangun
tidur di pagi hari hingga kembali
tidur di malam hari, manusia tidak
terlepas dari kebutuhan akan air.
Kebutuhan air yang paling dasar
untuk minum misalnya dapat
dihitung menggunakan rumus
sederhana seperti dalam boks.

Berapa volume air yang bisa


diminum di dunia ini?
Kita mungkin beranggapan bahwa
air yang kita pakai akan tersedia
terus-menerus dari sumbernya,
seakan tidak pernah habis. Mungkin
Grafik 2

47

Agenda

Kebutuhan Air untuk minum (per hari dalam ml) = {(60 + (Berat Badan - 20)} x 24
contoh; untuk orang dengan berat badan 70 kg
Kebutuhan Air = {(60 + (70 - 20)} x 24 = (60 + 50) x 24 = 2640 ml = 2,6 liter/hari.

Sedangkan untuk kebutuhan Tabel 1


keseluruhan seorang manusia
rata-rata jika ditelaah lebih
Sumber Air
dalam sebagai berikut:
kebutuhan untuk minum
Samudera, Laut & Teluk
dan mengolah makanan
Gunung Es, Gletser & Salju Abadi
adalah 5 liter/hari, mandi dan Air Tanah
membersihkan diri (termasuk
Bersih
wudhu) 25 - 30 liter/hari,
Mengandung Garam
mencuci dan membersihkan
Kelembaban Tanah
peralatan 25 - 30 liter/hari,
Es & Permafrost
sanitasi 6 - 7 liter, sehingga
Danau
total kebutuhan akan air
Bersih
setiap orang mencapai 60
Mengandung Garam
- 70 liter/hari. Jadi setiap
Atmosir
orang di muka bumi ini akan
Air Rawa
menghabiskan 25.550 liter
Sungai
dalam 1 tahun.

Estimasi Distribusi Air Dunia

Bagaimana keadaan
kualitas air di planet
kita?

Persentase
Jumlah Air
96,5
1,74
1,7
0,76

0,05
0,86
0,26

0,94
0,001
0,022
0,013
0,007

Bagaimana pengaruh
perubahan iklim
terhadap kualitas air?

0,006
0,04
0,001
0,03
0,0008
0,006
0,0002
Air Buatan
0,003
0,0001
Total
100
Sumber : Igor Shiklomanov's chapter "Wolrd Fresh Water Resources" in Peter
H. Gleick (editor), 1993, Water in Crisis: A Guide to the World's Fresh
Water Resources (Oxford University Press, New York)

Kualitas air dunia secara


menyeluruh menurun terutama
akibat aktivitas manusia. Peningkatan
pertumbuhan penduduk, urbanisasi
yang cepat, pencemaran bahan
kimia dari industri merupakan faktor
utama yang berkontribusi terhadap
penurunan kualitas air. Selain itu,
perubahan iklim lebih lanjut akan
mempengaruhi kualitas air.
Bagaimana pertumbuhan
penduduk, urbanisasi
dan produksi industri
mempengaruhi kualitas air?

48

Persentase
Air Bersih
68,7
30,1

air limbah muncul sebagai


tantangan global yang
utama. Di samping itu,
hasil produksi pertanian
dan industri merupakan
masalah polusi baru yang
telah menjadi salah satu
tantangan terbesar yang
dihadapi sumber daya air di
berbagai belahan dunia.

Penurunan kualitas air terjadi ketika


kota dan industri pengolahan air dan
atau prasarana sanitasi kelebihan
beban atau infrastruktur terkait
tidak tersedia atau ketinggalan
jaman serta limbah dan air limbah
dibuang langsung ke lingkungan
sehingga dapat langsung mencemari
permukaan atau air tanah.
Meningkatkan dan memperluas
infrastruktur bisa sangat mahal dan
oleh karena itu pada umumnya tidak
dapat bersaing dengan perkembangan
permukiman yang pesat. Pengelolaan

Perubahan iklim dan


peningkatan suhu
tertentu serta perubahan
pola hidrologis seperti
kekeringan dan banjir akan
mempengaruhi kualitas
air dan memperburuk
pencemaran air dari
sedimen, nutrisi, karbon
organik terlarut, patogen, pestisida
dan garam, serta pencemaran termal.
Selanjutnya, permukaan laut naik
diproyeksikan akan memperluas
wilayah salinisasi air tanah dan
dengan demikian mempengaruhi
ketersediaan air tawar bagi manusia
dan ekosistem di daerah pesisir.
Selamat Hari Air Sedunia
Mari Hemat Air mulai saat ini.

Edisi 1
Tahun 2010

Hari Bumi 22 April

ari Bumi diperingati pada


tanggal 22 April setiap
tahun. Sebuah tradisi yang
dimulai pada tanggal yang sama
tahun 1970
Perayaan hari Bumi di bulan April
diperkenalkan oleh seorang senator
Amerika bernama Gaylord Nelson
dari Wisconsin. Menurutnya, ide
hari bumi dimulai sekitar 7 tahun
sebelumnya, yaitu tahun 1962. Telah
lama timbul kesadaran pada sang
senator akan kaondisi buruknya
lingkungan yang ternyata tidak
menjadi isu di negerinya. Akhirnya,
pada Nopember 1962 tiba-tiba
saja muncul ide untuk menjadikan
isu lingkungan sebagai bagian
dari isu politik. Idenya adalah
membujuk Presiden Kennedy untuk
menggunakan isu ini dalam tur
konservasi nasional. Sang senator
kemudian menemui Jaksa Agung,
saudara kandung presiden yaitu
Robert Kennedy, yang ternyata
menyukai ide ini. Demikian juga
ternyata dengan sang presiden.
Presiden memulai lima hari turnya
mengunjungi sebelas negara bagian
pada September 1963. Ternyata
tur tersebut gagal mengangkat isu
lingkungan kedalam agenda politik

Mari selamatkan bumi (Kompasiana)

49

Agenda
nasional. Walaupun, upaya ini
kemudian memicu ide Hari Bumi.
Bulan September 1969, Gaylord
menghadiri sebuah konperensi
di Seattle, Washington, ketika
kemudian Gaylord mengumumkan
keputusannya mengorganisasikan
demonstrasi akar rumput terkait isu
lingkungan pada tahun berikutnya.
Ia mengundang semua pihak
berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Melalui dukungan yang luar biasa
dari media massa, keputusan
Gaylord memperoleh tanggapan
yang diluar perkiraan. Menurut
Gaylor, masyarakat Amerika
akhirnya mempunyai forum
mengungkapkan kepeduliannya
tentang kerusakan lahan, sungai,
danau, dan udara.
Pada 22 April 1970, sekitar 20 juta
orang Amerika mengambil bagian
dalam demonstrasi Hari Bumi untuk
pertama kalinya dengan tujuan
mempertahankan lingkungan yang
sehat dan berkelanjutan. Hari Bumi
pertama kalinya dirayakan oleh
ribuan sekolah, perguruan tinggi,
dengan tujuan mencegah degradasi
lingkungan, yang disebabkan oleh
tumpahan minyak, pencemaran
Sumber foto: Pokja AMPL

50

Sejak tiga
tahun terakhir,
Hari Bumi
diperingati
dengan cara
mematikan lampu
selama satu
jam

pabrik, pembuangan sampah


sembarangan, dan penggundulan
hutan
Hari Bumi yang pertama pada tahun
1970 membuktikan keberhasilan
yang spektakuler. Ini menandakan
mulainya gerakan lingkungan
modern, mengangkat status isu
lingkungan ke kancah dunia.
Selanjutnya, Hari Bumi 1990
memberikan dorongan besar bagi
upaya daur ulang seluruh dunia
dan memberi jalan bagi Pertemuan

Puncak Bumi PBB di Rio de Janeiro.


Dimulainya abad baru memunculkan
dua isu utama yaitu pemanasan
global dan energi bersih.
Pada tahun 1990, peringatan Hari
Bumi mulai berkembang secara
global. Sekitar 200 juta orang dari
141 negara di dunia tergerak untuk
mengangkat isu lingkungan dalam
skala global. Hari Bumi 1990 pun
menjadi titik tolak terlaksananya
KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro.
Tahun 2000 Hari Bumi mendapat
bantuan dengan adanya internet
untuk menghubungkan para aktivis
di seluruh dunia. Pada tanggal 22
April 2008, sekitar 5000 kelompok
pemerhati lingkungan di seluruh
dunia merangkul ratusan juta
penduduk di 184 negara yang
menjadi rekor baru untuk Hari Bumi
Sejak tiga tahun terakhir, Hari
Bumi diperingati dengan cara
mematikan lampu selama satu
jam pada pukul 20.30-21.30 waktu
setempat. Awalnya, Jam Bumi
adalah inisiatif dari WWF, dimulai
pada 2007 di Sydney, Australia,
saat dua juta warga mematikan
lampu mereka selama sejam. Pada
2008, jumlah peserta yang terlibat
sudah melompat menjadi 50 juta
orang di seluruh dunia. Pada 2009,
ratusan juta orang berpartisipasi
dari 88 negara, di mana lebih dari
4.000 kota mematikan lampu. Pada
tahun 2010, berbagai kota dari 92
negara turut serta untuk mematikan
lampu selama sejam saja untuk
memperingati Hari Bumi dan
mendukung gerakan penyelamatan
lingkungan terhadap perubahan
iklim. Tidak ada salahnya kita juga
turut serta mematikan lampu dan
berharap dengan demikian kita bisa
lebih menghargai dan menghemat
listrik. Jangan lupa salah satu kendala
pembangunan perumahan adalah
ketiadaan listrik. Jadi hematlah.

Edisi 1
Tahun 2010

SETIAP KELUARGA INDONESIA


MENEMPATI RUMAH YANG LAYAK HUNI

51

Asia Pasific
Ministerial Conference
on Housing
and Urban Development
(APMCHUD)

52

Anda mungkin juga menyukai