Anda di halaman 1dari 21

BAB I

Pendahuluan

Dengue yang disebabkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia).


Selama dua dekade terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue
(dengue fever,DF), demam berdarah (dengue haemorrhagic fever, DHF), dan sindrom
syok dengue (dengue shock syndrome, DSS) menunjukkan peningkatan yang
dramatis di seluruh dunia, disertai dengan peningkatan insidensi penyakit tersebut.
The World Health Report 1996 menyatakan bahwa kemunculan kembali penyakit
infeksius merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah diraih sampai
sejauh ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia
belaka. Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa penyakit infeksius itu
berkisar dari penyakit yang terjadi di daerah tropis( seperti malaria dan DHF yang
sering terjadi di negara berkembang) hingga penyakit yang ditemukan di seluruh
dunia(seperti hepatitis dan penyakit menular seksual, termasuk HIV / AIDS) dan
penyakit yang disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar
penduduk dunia baik di negara miskin maupun kaya.
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit dengue serupa dengan DHF yang dicatat
pertama kali terjadi Australia tahun 1897. Penyakit perdarahan serupa juga berhasil
dicatat pada tahun 1928 saat terjadi epidemi di Yunani dan kemudian di Taiwan tahun
1931. Epidemi DHF pertama yang berhasil dipastikan, dicatat di Filipina antara tahun

1953-1954. Selanjutnya, KLB besar DHF yang mengakibatkan banyak kematian


yang terjadi di sebagian Negara Asia Tenggara, termasuk India, Indonesia, Maldives,
Myanmar, Sri Langka, dan Thailand, juga di Singapura, Kamboja, China, Laos,
Malaysia, Kaledonia Baru, Palau, Filipina, Tahiti, dan Vietnam di wilayah Pasifik
barat. Selama 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan yang tajam pada insidensi dan
penyebaran DHF secara geografis, dan di beberapa negara Asia Tenggara, sekarang
epidemi terjadi setiap tahun.
Di Indonesia penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) atau Demam
Haemorragic Fever (DHF) pertama kali ditemukan pada tahun 1986 di Surabaya dan
sekarang menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD
ditenggarai adanya korelasi antara lain strain dan genetic, tetapi akhir-akhir ini ada
tendensi agen penyebab DBD di setiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya
faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Infeksi virus dengue telah
menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan subtropis.
Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia (World Health Assembly- WHA)
yang ke 46 mengajukan suatu resolusi tentang pengendalian dan pencegahan dengue
yang menekankan bahwa pengokohan pencegahan dan pengendalian DF, DHF, DSS,
baik ditingkat lokal maupun nasional harus menjadi salah satu prioritas dari Negara
WHO tempat endemiknya penyakit.
Kejadian penyakit DBD semakin tahun semakin meningkat dengan
manifestasi klinik yang berbeda mulai dari yang ringan sampai berat. Manifestasi

klinis berat yang merupakan keadaan darurat yang dikenal dengan Dengue
Haemorragic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS). Manifestasi klinis
infeksi virus dengue termasuk di dalamnya demam berdarah dengue sangat
bervariasi, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik demam
berdarah dengue hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS).
Dalam praktek sehari-hari, pada saat pertama kali penderita masuk rumah sakit
tidaklah mudah untuk memprediksikan apakah penderita Demam Dengue tersebut
akan bermanifestasi ringan atau berat. Infeksi sekunder dengan serotype virus
Dengue yang berbeda dari sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya
manifestasi Demam Berdarah Dengue yang berat atau dengue Shock Syndrome
(DSS). Namun sampai saat ini mekanisme respon imun pada infeksi oleh virus
Dengue masih belum jelas, banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit
DBD antara lain factor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya sendiri.
Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan
laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim) kondisi demografi (kepadatan,
mobilitas, perilaku, adapt istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai
vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Penelitian terhadap epidemik Dengue
di Nicaragua tahun 1998. Menyimpulkan bahwa epidemiologi Dengue dapat berbeda
tergantung pada daerah geografi dan serotype virusnya. Untuk menegakkan diagnosa
infeksi virus Dengue diperlukan dua kriteria yaitu kriteria klinik dan kriteria
laboratorium

(WHO,1997).

Pengembangan

tekhnologi

laboratorium

untuk

mendiagnosa infeksi virus Dengue terus berlanjut hingga sensitivitas dan


spesifitasnya menjadi lebih bagus dengan waktu yang cepat pula. Ada empat jenis
pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu: uji serologi, isolasi virus, deteksi
antigen dan deteksi RNA / DNA menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction
(PCR).

BAB II
ISI

1. Pengertian DHF
DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan
oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty )

Gambar: nyamuk Aides aegepty


Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie
Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo
virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty (betina) (Seoparman , 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang


disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty
(Seoparman, 1996).

2. Struktur Virus

Virus demam berdarah


Klasifikasi ilmiah
Regnum: virus (belum dipeingkatkan) virus (+) ssRNA
Famili : Flaviviridae
Genus : Flavivirus

Spesies : virus Dengue

Virus dengue termasuk genus Flavivirus dari keluarga Flavivirida. Virus yang
berukuran kecil(50nm) ini mengandung RNA berantai tunggal. Virionnya
mengandung nukleokapsid berbentuk kubus yang terbungkus selubung lipoprotein.
Genom virus dengue berukuran panjang sekitar 11.000 pasangan basa dan terdiri dari
tiga gen protein struktural yang mengodekan nukleokapsid atau protein inti(core, C),
satu protein terikat membran (membrane, M), satu, protein menyelubung (envelope,
E), dan tujuan gen protein nonstruktural (nonstructural, NS). Selubung glikoprotein
berhubungan dengan hemaglutinasi virus dan aktivitas netralisasi.
Virus dengue membentuk kompleks yang khas di dalam genus Flavivirus
berdasarkan karakteristik antigenik dan biologisnya. Ada empat serotipe virus yang
kemudian dinyatakan sebagai DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi yang
terjadi dengan serotipe manapun akan memicu imunitas seumur hidup terhadap
serotipe tersebut. Walaupun secara antigenic serupa, keempat serotipe tersebut cukup
berbeda di dalam menghasilkan perlindungan silang selama beberapa bulan setelah
terinfeksi salah satunya.

Virus dengue dari ke empat serotipe tersebut juga dihubungkan dengan


kejadian epidemi demam dengue saat bukti yang ditemukan tentang DHF sangat
sedikit atau bahkan tidak ada. Keempat virus serotipe tersebut juga menyebabkan
epidemi DHF yang berkaitan dengan penyakit yang sangat berbahaya dan
mematikan.
3. Penyebab DHF
Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk
Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes aegepty ) yang menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan vektor.
4. Manifestasi penyakit
Sesudah masa tunas atau inkubasi selama 3 15hari orang yang tertular dapat
mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 berikut ini, yaitu:
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun
Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 7 hari, nyerinyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak
perdarahan di bawah kulit

Dengue Haemorragic Fever (Demam Berdarah Dengue / DBD) gejalanya


sama dengan Dengue Klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut,
dubur, dsb
Dengue Shock Syndrome, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan
shock / preshock pada bentuk ini sering terjadi kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan shock maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi, oleh karena ini setiap penderita yang diduga menderita
penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke
dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami shock /
kematian.

5. Patofisiologi DHF
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertamatama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).

Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virusantibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma
ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan
atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus.

10

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan


kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh
tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
6. Tanda dan Gejala DHF
Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
-

Meningkatnya suhu tubuh

Nyeri pada otot seluruh tubuh

Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita

11

Suara serak

Batuk

Epistaksis

Disuria

Nafsu makan menurun

Muntah

Ptekie

Ekimosis

Perdarahan gusi

Muntah darah

Hematuria masif

Melena

7. Diagnosa DHF
Diagnosa yang ditemukan pada pasien DHF (Christiante Effendy, 1995) yaitu :

12

1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).


2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
6) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh.
7) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
8 ) Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
9) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan
yang dialami pasien.
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

13

2) Manifestasi perdarahan :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekia,purpura,ekimosis
3) Epistaksis, perdarahan gusi
4) Hematemesis,melena.
3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
4) Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7
sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai
prognosis buruk.
5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
8. Klasifikasi DHF menurut WHO
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet
positif )
Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

14

Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmHg,
kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )
Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
Pemeriksaan Diagnostik
-

Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih )

Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )


-

Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )

Rontgen Thorac = Effusi Pleura

9. Pathways

15

10. Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :


1) Ig G dengue positif.
2) Trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat > 20 %.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.

16

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan
limfosit, monosit, dan basofil
1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
3) Waktu perdarahan memanjang.
4) Asidosis metabolik.
5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
Laboratoris
Trombositopenia (trombosit < 100.000 / ml darah)
Hemokonsentrasi (Ht > 20 %)
11. Pencegahan DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
-

Rumah selalu terang

Tidak menggantung pakaian

17

Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal

4 hari sekali
-

Kubur barang barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat

terkumpulnya air hujan


-

Tutup tempat penampungan air

Perencanaan pemulangan dan pendidikan kesehatan


-

Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak


-

Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping


Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus

dilakukan untuk mengatasi gejala


-

Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

BAB III
Kesimpulan Dan Saran

18

1. Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorragic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotype yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama
ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung
dari serotype virus dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negaranegara tropis dan subtropis. Di setiap negara penyakit DBD mempunyai
manifestasi klinik yang berbeda.
Penyakit ini ditunjukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba,
disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthragia)
dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai cirri-ciri merah terang, petekia
dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia
menyebar hingga menyelimuti hamper seluruh tubuh. Selain itu, radang perut
bias juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntahmuntahatau diare.

2. Saran
Supaya mata kuliah Virologi lebih menarik lagi bagi mahasiswa dalam
mempelajarinya mahasiswa lebih diutamakan mengembangkan daya kreativitas
dan mencari wawasan yang luas mengenai virologi dalam kehidupan dengan

19

membuat tugas-tugas makalah. Dan perpustakaan sebaiknya menyediakan


banyak buku tentang Virus dan yang lainnya mengenai mata kuliah Virologi.

Daftar Pustaka

Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam


Berdarah Dengue World Health Organization Regional Office for
South-East Asia New Delhi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

20

http://nursingbegin.com/askep-dhf/

http://www.dokterku.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=30&Itemid=1

21

Anda mungkin juga menyukai