Rencana Penelitian
Rencana Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
obat
meninggalkan
efek
yang
tidak
diinginkan
apabila
selama bulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
administrasi
umum
dan
keuangan
demam
berdarah
jika
terindikasi
secara
klinis.
3. Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif.
Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan,
terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan,
penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum
jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan
secara medik. Kombinasi antara manajemen secara medik dan
alternatif tetap harus dipertimbangkan
4. Epidemologi
Wabah
pertama
terjadi
pada
tahun
1780-an
secara
dengan
menguras
dan
menyikat
tempat-tempat
saat
tersebut,
virus
memperbanyak
diri
dan
10
Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh
sindrom shock dengue karena perubahan yang tiba-tiba. Muka
penderita pun menjadi memerah atau facial flush. Biasanya,
penderita juga mengalami sakit pada kepala, tubuh bagian
belakang, otot, tulang dan perut (antara pusar dan ulu hati). Tidak
jarang diikuti dengan muntah yang berlanjut dan suhu dingin dan
lembab pada ujung jari serta kaki.
Penanganan yang benar pada fase tersebut sangat
ditekankan agar penderita bisa melewati masa kritisnya dengan
baik. Caranya dengan banyak memberikan asupan cairan kepada
penderita sebagai pengganti plasma darah. Hal ini dikarenakan
banyaknya cairan tubuh yang hilang dengan cepat akibat
merembesnya plasma darah yang keluar dari pembuluh darah.
Pemberian infus diberikan apabila penderita dalam kondisi
muntah terus, tidak bisa makan dan minum, menderita kejang,
kesadaran menurun atau derajat kebocoran plasma darahnya
tinggi, yang biasa terjadi pada fase kritis. Begitu pula dengan
transfusi trambosit yang akan diberikan jika trambosit penderita di
bawah 100.000 dengan pendarahan yang cukup banyak. Bila masa
kritis itu bisa dilewati dengan baik maka pada hari keenam dan
ketujuh kondisi penderita akan berangsur membaik dan kembali
normal pada hari ketujuh atau kedelapan.
11
umum
terdapat
beberapa
jenis
obat
golongan
12
budesonida,
diflukortolon
valerat,
dexamethasone,
fludrokortisone
desoximetason,
acetat,
fluokortolon
flutikason
propionate,
halsinonida,
hydrocortisone,
13
14
kortikosteroid
sintetis
sama
dengan
berbagai
efek
fisiologis,
termasuk
regulasi
mempengaruhi
metabolisme
15
Kortisol
glukokortikoid
yang
merupakan
berasal
hormon
dari
steroid
kolesterol.
golongan
Hormon
tsb
16
Indikasi
Terdapat beberapa pengaruh kortikosteroid terhadap
fungsi dan organ tubuh yaitu sebagai berikut:
a. Metabolisme karbohidrat dan protein
Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah
sehingga merangsang pelepasan insulin dan menghambat
masuknya glukosa ke dalam sel otot. Glukokortikoid juga
merangsang lipase yang sensitive dan menyebabkan lipolisis.
Peningkatan kadar insulin merangsang lipogenesis dan sedikit
menghambat
lipolisis
sehingga
hasil
akhirnya
adalah
otot
17
melepas
asam
18
hiponatremia,
hiperkalemia,
volume
cairan
ekstrasel
dapat
mempengaruhi
sistem
akan
timbul
hipotensi
dan
akhirnya
kolaps
tunggal
besar
kortikosteroid
umumnya
tidak
insufisiensi
adrenal,
penggunaan
kortikosteroid
19
hari
belum
terlihat
efeknya,
dosis
dapat
dilipatgandakan.
e. Untuk keadaan yang tidak mengancam jiwa pasien,
kortikosteroid dosis besar dapat diberikan untuk waktu
singkat selama tidak ada kontraindikasi spesifik.
f. Untuk mengurangi efek supresi hipofisis-adrenal ini, dapat
dilakukan modifikasi cara pemberian obat, misalnya dosis
tunggal selang 1 atau 2 hari, tetapi cara ini tidak dapat
diterapkan untuk semua penyakit.
7. Penggunaan preparat kortikosteroid
Beberapa kasus penggunaan preparat kortikosteroid yaitu:
a. Fungsi paru pada fetus. Penyempurnaan fungsi paru fetus
dipengaruhi sekresi kortisol pada fetus. Betametason atau
deksametason selama 2 hari diberikan pada minggu ke 27-
20
disebabkan
lupus
eritematus
21
a.
1.
2.
Banyak ekimosis
3.
Kulit tipis
4. Retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan di
tungkai
5.
6.
7.
Supresi adrenal
Supresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka
lama dan bertahan beberapa tahun setelah pengobatan
dihentikan.
Pengurangan
dosis
yang
tiba-tiba
setelah
22
23
kekebalan
tubuh
atau
imunosupresan
pada
seseorang
dengan
efek
glukokortikoid
dapat
pertumbuhan
pada
pemakaian
24
6. Osteoporosis
Pengguanaan kortikosteroid secara terus menerus
akan meningkatkan penguraian protein sehingga mengurangi
pembentukan protein, termasuk protein yang diperlukan untuk
pembentukan tulang. Akibatnya terjadi osteoporosis atau
keropos tulang, karena matriks protein tulang menyusut.
7. Psikosis
Psikosis
adalah
ketidakmampuan
untuk
menilai
Oleh
karena
itu,
penggunaan
obat
golongan
Hipokalemia
Kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon
25
dan
keamanannya.
c. Tepat penggunaan obat yaitu pasien mendapat informasi
yang relevan, penting dan jelas mengenai kondisinya dan
obat yang diberikan, misal aturan pakai, cara pemberian.
d. Tepat pasien yaitu tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan
efek samping yang tidak diinginkan
e. Tepat monitoring artinya efek obat diketahui dan yang tidak
diketahui dipantau dengan baik (Santoso dkk, 2003).
Penulisan resep yang tidak rasional selain menambah biaya,
kemungkinan juga dapat menimbulkan efek samping yang semakin
besar serta dapat menghambat mutu pelayanan. Pengobatan yang
irasional adalah pengobatan yang tidak sesuai atau tidak tepat dengan
26
BAB III
27
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian noneksperimental
(observasional), deskriptif dengan data retrospektif. Inklusi data
meliputi semua dokumen medik kesehatan penderita
berdarah
dengue
di
RSUD
Lanto
Dg
Pasewang
demam
Kabupaten
Jeneponto.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Rencana penelitian ini akan dilakukan di RSUD Lanto Dg
27
28
E. Pengumpulan data
Data diperoleh dari catatan rekam medik pasien demam
Analisis Data
Mengingat jenis penelitian ini adalah deskriptif, maka data
yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan
evaluasi menghitung prosentasenya.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1.
No.
Bulan
1.
Januari
2.
Februari
3.
Maret
4.
April
12
5.
Mei
10
6.
Juni
Obat
Kortikosteroid
Inj.deksametaso
n
Inj.deksametaso
n
Inj.deksametaso
n
Inj.deksametaso
n
Jumlah
48
16
Sumber Data : RSUD Lanto Daeng Pasewang
Keterangan :
A : Jumlah Resep yang ditulis oleh dokter
B : Jumlah Resep yang mengandung obat kortikosteroid.
29
30
B. Pembahasan
Dalam bidang farmasi, obat-obat yang disintesis sehingga
memiliki efek seperti hormon kortikosteroid pasti memiliki manfaat
yang sangat penting. Misalnya obat-obat golongan kortikosteroid yang
mempunyai efek sebagai antiinflamasi, antihistamin, asma, hepatitis,
dermatitis, sistemic lupus erythematosus, sarcoidosis dan digunakan
pada keadaan-keadaan yang memerlukan
terapi
kortikosteroid.
Manfaat dari preparat ini cukup luas tetapi efek samping yang
ditimbulkan
dalam penggunaannya
efek
samping
obat
kortikosteroid
dapat
31
dengan menghentikan produksi kortikosteroid alami. Jika sewaktuwaktu konsumsi obat kortikosteroid dihentikan, tubuh akan segera
kekurangan kortikosteroid (tubuh kita perlu waktu untuk memproduksi
kortikosteroid alami). Akibatnya, metabolisme tubuh akan kacau balau
(rebound phenomenon). Bahkan pada beberapa kasus dapat berakhir
dengan kematian (Wahl, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah pasien DBD yang
berobat dirumah sakit tersebut sebanyak 48 orang selama periode
Januari sampai Juni 2011. Sedangkan pasien yang menerima obat
kortikosteroid sebanyak 16 orang dan mendapatkan terapi injeksi
dexametason.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan obat kortikosteroid pada pasien
demam berdarah dengue rawat inap Di Rumah Sakit Umum Daerah
Lanto Daeng Pasewang selama periode Januari sampai Juni 2011
yaitu injeksi deksametason.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek samping
penggunaan obat kortikosteroid pada penderita demam berdarah
dengue.
33
DAFTAR PUSTAKA
Asih Y, 1999, Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan dan Pengendalian, Edisi 2, Jakarta, EGC
Djamhuri, A., 1990, Sinopsis Farmakologi Dengan Terapan Khusus di
Klinik dan Perawatan, Hipokrates, Jakarta, 123 129.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta
Sirgar Charles J.P, 2003, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan,
Penerbit EGC Kedokteran, Jakarta 22, 89
Muchtar, A. (1985), Farmakologi Klinik Dan Penggunaan Obat Yang
Rasional, Majalah Farmakologi Indonesia Dan Terapi
Nanizar Z.J.,2001, Ars Prescribendi Resep yang Rasional, Edisi 2,
Penerbit Airlangga University Press, Surabaya.
Tjay T.H., dan Rahardja K., 2002, Obat Obat Penting, Edisi Ke IV,
Direktur Jenderal Obat dan Makanan, Departeman Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Quick, J.D.1997, Managing Drug Supply, 2nd Ed., bab III D.28. 422437,
Kumarian Press, West Hartford
Wikipedia,
2007,
cara-mengobati-Demam
Berdarah
Dengue,http://www.medicastore.com/stroke/, diakses tanggal 08
April 2011
Medistro, 2009, Penyakit DBD, http://medicastore.com/, diakses tgl 08
April 2011
Neal M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi V, Jakarta,
Erlangga 72-73
Sunarto dan Sutaryo., 1991, Penatalaksanaan Demam Berdarah,
http://www.i-lib.ugm.ac.idjurnaldownload.phpdataId=7456.pdf,
diakses tanggal 28 Mei 2011
34
Pengumpulan Data
Analisa Data
Pembahasan
Kesimpulan
Gambar
1.
Kerja