Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus TBC

Nama : Jerry Berlianto Binti


Nim : 10 2009 100
Email: jerryberliantobinti@yahoo.co.id

Fakultas Kedokteran Universitas Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta


Barat 11210
Tu.fk@ukrida.ac.id
Blok 26 Community Medicine
Family Folder Kristen Krida Wacana

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian
akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia,
terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih
banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50
tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3
sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya
sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara
sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang sedang

berkembang.

Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:


1.
Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
2.
Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan
kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan
pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya).
3.
Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidakstandar, gagal
4.
5.

menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)


Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau

pergolakan masyarakat.
Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur
kependudukan.

Dampak pandemi HIV.

Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak
berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan
masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO
mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).
MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan permasalahan sebagai berikut:

TBC merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat di negara negara

berkembang.
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah
penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah

India dan Cina.


Adanya stigma masyarakat terhadap TBC yang mengakibatkan penderita dikucilkan.

Akibatnya khilangan pendapatan dan tidak bisa berobat.


Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit TBC baik secara langsung maupun
tidak langsung.

TUJUAN
Dengan melakukan kunjungan rumah pada pasien yang mengalami penyakit tuberkulosis,
diharapkan dapat melakukan analisa kasus penyakit tersebut dengan pendekatan kedokteran
keluarga. Hal-hal yang diperhatikan antara lain;

Meningkatkan kesadaran keluarga pasien mengenai pentingnya kesehatan. Sehingga


pengasuhan terhadap pasien yang masih pada masa bayi dapat dilakukan dengan baik. Dan

tercapai tumbuh kembang anak yang optimal.


Memantau perkembangan penyakit pasien apakah sering mengalami penyakit tersebut atau

tidak.
Memberikan penyuluhan mengenai faktor faktor yang dapat mempengaruhi penyakit TBC
Memberikan penyuluhan bagaimana seharusnya lingkungan yang baik bagi kesehatan pasien

dan keluarga agar tercapai kehidupan kesehatan yang optimal.


Usaha bersama dan kontinu antara dokter (puskesmas/RS) dengan pasien dan lingkungannya

(dirumah).
Pasien dapat menjalani kehidupan sehari-hari dalam tingkat optimal, terbebas dari serangan
akut yang dapat mengganggu masa-masa tumbuh kembangnya.

DIAGNOSIS KERJA
TBC Paru (Tuberkulosis Paru )

ETIOLOGI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu
batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh infeksi kuman (basil) Mikobakterium
tuberkulosis. Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang
organ tubuh lain.
Organisme ini termasuk ordo Actinomycetalis, familia Mycobacteriaceae dan genus
Mycobacterium. Genus Mycobacterium memiliki beberapa spesies diantaranya Mycobacterium
tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada manusia. Basil tuberkulosis berbentuk batang
ramping lurus, tapi kadang-kadang agak melengkung, dengan ukuran panjang 2m-4m dan
lebar 0,2m0,5m. Organisme ini tidak bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul,
bila diwarnai akan terlihat berbentuk manik-manik atau granuler. Kuman ini bersifat obligat
aerob dan pertumbuhannya lambat. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk mengganda dan
pertumbuhan

pada

media

kultur

biasa

dapat

dilihat

dalam

waktu

6-8

minggu.

Suhu optimal untuk untuk tumbuh pada 37 derajat Celcius dan pH 6,47,0. Jika dipanaskan pada
suhu 60 derajat Celcius akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan terhadap
sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet. Di samping itu organisme ini agak resisten terhadap
bahan-bahan kimia dan tahan terhadap pengeringan, sehingga memungkinkan untuk tetap hidup
dalam periode yang panjang didalam ruangan-ruangan, selimut dan kain yang ada di kamar
tidur, sputum. Dinding selnya 60% terdiri dari kompleks lemak seperti mycolic acid yang
menyebabkan kuman bersifat tahan asam, cord factor merupakan mikosida yang berhubungan
dengan virulansi. Kuman yang virulen mempunyai bentuk khas yang disebut serpentine cord,

Wax D yang berperan dalam immunogenitas dan phospatides yang berperan dalam proses
nekrosis kaseosa.
Basil tuberkulosis sulit untuk diwarnai tapi sekali diwarnai ia akan mengikat zat warna dengan
kuat yang tidak dapat dilepaskan dengan larutan asam alkohol seperti perwarnaan Ziehl Nielsen.
Organisme seperti ini di sebut tahan asam. Basil tuberkulosis juga dapat diwarnai dengan
pewarnaan fluoresens seperti pewarnaan auramin rhodamin.

Epidemiologi
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah
penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah
India dan Cina. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke
posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah
terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan
Indonesia (sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010)
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009
sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus
TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1978
adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps). Sementara itu,
untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2003 sampai tahun 2008 (dalam %), tahun 2003
(87%), tahun 2004 (90%), tahun 2005 sampai 2008 semuanya sama (91%).

Faktor Presdiposisi
Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksi
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar ( lebih besar
dari 100u ) dan kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil
tertahan diudara dan tertiup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular tuberculosis adalah sebagai berikut:

Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi
kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV ).

Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik.

Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik dan ras
minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda antara yang berusia 1544 tahun ).

Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi yeyunoileal ).

Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi ( Asia tenggara, Afrika, Amerika latin,
karibia ).

Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka panjang,
institusi psikiatrik, penjara ).

Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh.

Petugas kesehatan

Patologi
Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat
kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus.
Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik.
Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian
besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu
menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam
makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut.
Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN. Dari focus
primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe
regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran
ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe

(limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar
limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di
apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan
gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran
limfe yang meradang (limfangitis). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga
terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini
berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan
sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB biasanya
berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu.
Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 10 3-10 4, yaitu jumlah
yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.

Gejala Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai
dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik :
Gejala sistemik/umum:
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul
Penurunan nafsu makan dan berat badan
Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi
kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak
dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Pemeriksaan Diagnostik

Sputum Culture : Positif untuk mycobacterium tuberkulosa pada stadium aktif.

Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif untuk BTA.

Skin Test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area indurasi 10 mm atau
lebih, timbul 48 72 jam setelah injeksi antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan
adanya antibodi tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.

Chest X-Ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian paru-paru
bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada effusi. Perubahan
mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous.

Histologi atau Culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, biopsi kulit) :
positif untu mycobacterium tuberkulosa.

Needle Biopsi of Lung Tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang
mengindikasikan nekrosis.

Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi; misalnya
hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada TB paru kronik lanjut.

ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.

Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau


kerusakan paru karena TB.

Darah : lekositosis, LED meningkat.

Test Fungsi Paru : VC menurun, Dead Space meningkat, TLC meningkat dan menurunnya
saturasi oksigen yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenchim paru dan
penyakit pleura.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien hemoptisis bergantung dari beratnya perdarahan yang terjadi dan
keadaan klinis. Bila tidak/kurang massif dapat ditangani secara konservatif yang bertujuan
menghentikan perdarahan yang terjadi dan mengganti darah yang telah hilang dengan transfuse
atau pemberian cairan pengganti.
Hemoptisis masif:
Tujuan tatalaksana: mempertahankan jalan napas, proteksi paru yang sehat, menghentikan
perdarahan.

Istirahat baring dengan kepala direndahkan dan tubuh miring ke sisi yang sakit

Oksigen

Infus, bila perlu tranfusi darah

Medikamentosa : antibiotika, kodein, koreksi koagulopati

Bronkoskopi : diagnostik dan terapeutik topikal ( bilas air es, instilasi epinefrin)

Intubasi selektif pada bronkus, paru yang tidak berdarah (bila perlu)

Indikasi operasi pada pasien batuk darah masif:


1. Batuk darah 600cc/24jam, pada observasi tidak berhenti
2. Batuk darah 100-250cc/24jam Hb < 10g/dL, pada observasi tidak berhenti
3. Batuk darah 100-250cc/24jam Hb >10g/dL, pada observasi 48 jam tidak berhenti

Hemoptisis non masif:


Tujuan tatalaksana: mengendalikan penyakit dasar.
Tatalaksana konservatif sesuai penyakit dasar.
Pengobatan untuk penderita TB paru adalah obat anti TB (OAT) dan ada Directly Observed
Tretment Shortcourse (DOTS).

Pencegahan
Pencegahan bisa dilakukan dengan beberapa cara :
a. Memberikan vaksinasi BCG pada anak anak.
b. Pada penderita bisa dilakukan dengan menutup mulut sewatu batuk dan membang dahak tidak
di sembarang tempat.
c. Dengan memberikan penyuluhat tentang TBC yang meliputi gejala bahaya dan akibat yang
ditimbulkan.
d. Isolasi, pemeriksaan kepada orang orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TBC
e. Desinfeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang baik, perlu ventilasi rumah
dan sinar matahari yang cukup.
f. Imunisasi yang kontak dekat dengan penderita.

Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleuram empiema, laringitis usus, Poncets arthropathy
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas (sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), fibrosis paru,
cor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS).
MATERI

Substansi
Pengumpulan data
Puskesmas

: Puskesmas GROGOL I

Nomor register:

Data riwayat Keluarga


I. Identitas Pasien
a. Nama

: Saodah

b. Umur

: 53

c. Jenis kelamin : Perempuan


d. Pekerjaan

: kuli cuci

e. Pendidikan

: SD

f. Alamat

: Jl. Banjir Kanal no.19 RT10/RW01

II. Riwayat Biologis Keluarga :


a. Keadaan kesehatan sekarang : sedang
b. Kebersihan perorangan

: baik

c. Penyakit yang sering diderita : batuk - batuk


d. Penyakit keturunan

:-

e. Penyakit kronis / menular

: Tuberkulosis

f. Kecacatan anggota keluarga : g. Pola makan

: Baik

h. Pola istirahat

: Baik

i. Jumlah anggota keluarga

: 15 orang

III. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk

: meludah sembarang tampat

b. Pengambilan keputusan

: Bapak

c. Ketergantungan obat

:-

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: puskesmas


e. Pola rekreasi

: sedang

IV. Keadaan rumah / lingkungan


a. Jenis bangunan

: semi permanent

b. Lantai rumah

: keramik

c. Luas rumah

: 6 x 3 m2

d. Penerangan

: kurang

e. Kebersihan

: sedang

f. Ventilasi

: kurang

g. Dapur

: ada

h. Jamban keluarga

: ada

i. Sumber air minum

: ledeng

j. Sumber pencemaran air

: ada

k. Pemanfaatan pekarangan

: ada

l. System pembuangan air limbah

: ada

m. Tempat pembuangan sampah

: ada

n. Sanitasi lingkungan

: sedang

V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah

: baik

b. Keyakinan tentang kesehatan

: cukup

VI. Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan

: rendah

b. Hubungan antar anggota keluarga

: baik

c. Hubungan dengan orang lain

: baik

d. Kegiatan organisasi social

: baik

e. Keadaan ekonomi

: kurang

VII. Kultur Keluarga


a. Adat yang berpengaruh

:-

b. Lain lain

:-

VIII. Daftar Anggota Keluarga


Nama

Hub dgn umur

pendidika

pekerjaan

Agama

keadaa

imunisasi

KB

Nudin

KK
Suami

54

n
Tidak

Borong

Isalm

n
baik

Tidak

Nurlela

Adik

42

sekolah
SMEA

dagangan
Ibu rumah Islam

Baik

imunisasi
Lengkap

SMEA

tangga
Ojek

Baik

Lengkap

Agus

Adik
suami

59

Islam

Sanah ria

Anak 1

32

SMEA

Ibu rumah Islam

Baik

Lengkap

Siti hodijah
Dodi

Anak 2
Anak 3

30
28

SMEA
SMEA

tangga
Karyawan
Satpam

Islam
Islam

Baik
Baik

Lengkap
Lengkap

junaldi
Muhammad

Anak 4

24

SMP

kurir

Islam

baik

Lengkap

doni

IX. Keluhan utama

: batuk selama 2 minggu

X. Keluhan tambahan

:keringat malam, sesak nafas kalau duduk, demam


panas dingin

XI. Riwayat penyakit sekarang

: Tuberkulosis

XII. Riwayat penyakit dahulu

:-

XIII. Pemeriksaan fisik

: Tanda vital suhu= 36,6 C, TD=130/80, nafas= 17


x/menit

XIV. Diagnosis Penyakit

: Tuberkulosis

XV. Diagnosis keluarga

: Sehat

XVI. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit :


a) Promotif : Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan
berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang
berhasil.
b) Preventif : Pakai masker n95, jauhi asap rokok.
c) Kuratif : makan obat dengan teratur sesuai yang disarankan oleh dokter
d) Rehabilitatif : lakukan pemeriksaan sputum rutin tiap 2 minggu sekali
XVII. Prognosis
a) Penyakit :

b) Keluarga :
c) Masyarakat:

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
1. Fungsi-fungsi keluarga sudah cukup baik
2. Pengetahuan, sikap dan perilaku dari penderita serta keluarga cukup baik, khususnya
tentang pentingnya menghindari makan makanan manis dan mengandung karbohidrat serta
olahraga teratur.
3. Masalah lain yang timbul yang berhubungan dengan penyakit penderita adalah kurangnya
kesadaran untuk tidak meludah sembarang tempat dan tidak memeriksakan diri secara rutin
ke puskesmas.
II. SARAN
1. Mahasiswa
1) Memahami dan lebih mengerti dari kasus yang ada serta dapat mengambil manfaatnya.
Dapat membandingkan kasus yang diperoleh antara teori dan praktek serta dapat memberikan
solusinya bagi anggota keluarga penderita. Menimbulkan kesadaran pada pasien akan
pentingnya pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan.
2) Meningkatkan profesionalisme mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat.

2. Puskesmas
Puskesmas diharapkan tetap melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhanpenyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat khususnya penyakit
menular. Selain itu puskesmas bersama mahasiswa dapat selalu memantau kemajuan pasien
terutama mengenai pengobatan TBC pada penderita tersebut.

3. Penderita
1) Mencari informasi lebih lanjut tentang penyakit yang diderita
2) Mengusahakan mendapat pengetahuan tentang gizi untuk menentukan pola makan yang
sesuai bagi penderita TBC.
3)Mencoba membuat jadwal untuk kontrol minum obat, dan jadwal olahraga dan meminta
keluarga yang serumah untuk mengingatkan kegiatan tersebut.

Gambar1. Kondisi ruang depan rumah

Gambar 2. Tempat nyuci

Gambar 3. dapur

Gambar 4. Kamar mandi dan toilet

Gambar 4. Kamar tidur

Gambar 5. Tempat serba guna

Gambar 6. Rimfafisin

Gambar 7. Pirazinamid

Gambar 8. Saya beeserta ibu saodah dan bp. Nudin (suami)


DAFTAR PUSTAKA

1. International Standards for Tuberculosis care: Diagnosis, treatment, Public Health,


Tuberculosis Coalition for Technical Assistance (TBCTA). 2006
2. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama,
Departement Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
3. Widodo,djoko. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Penerbit : Fk UI. Jakarta.
2007.

4. Price. A, Wilson. L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis


Proses Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta : EGC, 2004 : 852-64.
5. Aditama, T.Y. Tuberkulosis Diagnosis, Terapi & Masalahnya. Edisi IV. Jakarta :
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), 2002.
6. Mansjoer.A, dkk. Tuberkulosis Paru. Dalam : Kapita Selekta kedokteran, ceakan ke
7, Jakarta : Media Aesculapicus, 2005 : 427 476.70

Anda mungkin juga menyukai