Nama
: Bella Rarantica
Bilal Teguh Prabowo
M. Akhsanil Auladi
Materi
: Hidrolisa Pati
Kelompok
: Kelompok 11 / Selasa
NIM : 21030113120102
NIM : 21030113130151
NIM : 21030113130158
Asisten Pengampu
Ihdina S.
RINGKASAN
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan banyak
digunakan pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan yang diproses, kertas,
makanan ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri nonpangan seperti tekstil, detergent,
kemasan dan sebagainya.Tujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari pengaruh variabel
suhu terhadap reaksi hidrolisa pati, menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menganalisa
pengaruh variabel suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi.
Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa.
Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis
murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, hidrolisis gabungan alkali dengan air
dan hidrolisis dengan katalis enzim. Sedangkan berdaasarkan fase reaksi yang terjadi
diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap. Hidrolisis pati terjadi
antara suatu reaktan pati dengan reaktan air.
Variabel yang digunakan pada praktikum ini adalah variabel suhu. Prosedur
praktikum hidrolisa yaitu melakukan perhitungan densitas pati, densitas H 2SO4 dan membuat
glukosa stnadar. Kemudian melakukan standarisasi larutan fehling untuk mendapatkan data
F. Kemudian membuat 2 campuran 39,149 gram tepung terigu, 0,653 ml, dan 421,263 ml
aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan dengan suhu 70 oC selama 1
jam dan kemudian dianalisa kadar glukosanya dan didapat data M sebagai kadar pati awal.
Kemudian mencampur kembali tepung terigu, H2SO4, dan aquadest dengan komposisi yang
sama, kemudian dihidrolisa selama 20 menit dan tiap 5 menit diambil 20ml, diencerkan dan
dianalisa kadar glukosanya. Analisa yang dilakukan yaitu dengan mencampur sampel+5ml
fehling A+5 ml fehling B dan +15 ml glukosa standart, dipanaskan hingga mendidih,
kemudian ditambahkan indikator methylen blue kemudian dititrasi hingga merah bata.
Hasil praktikum yang didapat yaitu semakin tinggi konsentrasi katalis maka konversi
reaksi hidrolisa pati semakin meningkat karena konversi pati menjadi glukosa semakin
banyak. Begitu juga dengan konstanta laju reaksi, semakin tinggi konsentrasi katalis maka
konstanta laju reaksi semakin meningkat, dimana hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius.
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu semakin tinggi konsentrasi maka konversi reaksi
hidrolisa pati semakin meningkat, dan juga semakin konsentrasi suhu maka konstanta laju
reaksi juga semakin meningkat. Saran dari praktikum ini yaitu sebaiknya saluran air
diperbaiki dan perlu adanya pengarahan lebih lanjut mengenai warna TAT.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Praktikum Proses Kimia dengan
materi Hidrolisa Pati.
Penyusunan laporan ini merupakan hasil usaha dan bimbingan dari berbagai pihak
yang membantu dalam menyusun proposal laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Siswo Sumardiono, ST. MT., selaku dosen pembimbing materi Hidrolisa
Pati
2. Laboran Laboratorium Proses Kimia
3. Asisten Laboratorium Proses Kimia
4. Serta teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini
Laporan ini berisi tentang proses hidrolisa pati dengan variabel konsentrasi katalis
H2SO4 yaitu 0,05 N dan 0,15 N. Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui pengaruh
variabel suhu terhadap konversi reaksi dan pengaruh variabel suhu terhadap konstanta laju
reaksi.
Penulis menyakini bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Mohon maaf apabila
terdapat kekurangan bahkan kesalahan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak berkaitan dengan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................ii
RINGKASAN........................................................................................................................iii
PRAKATA..............................................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
DAFTARGAMBAR..............................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................A-1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.2. Tujuan Percobaan............................................................................................................1
1.3. Manfaat Percobaan..........................................................................................................2
BAB II TINJAUANPUSTAKA.............................................................................................3
2.1.Pengertian Pati.................................................................................................................3
2.2.Hidrolisa Pati....................................................................................................................3
2.3. Modifikasi Pati................................................................................................................4
2.4. Variabel yang berpengaruh..............................................................................................5
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..............................................................................7
3.1. Rancangan Praktikum.....................................................................................................7
3.1.1. Skema Rancangan Percobaan......................................................................................7
3.1.2. Variabel Operasi...........................................................................................................7
3.2. Bahan dan Alat................................................................................................................7
3.3. Gambar Alat Utama........................................................................................................8
3.4.Prosedur Percobaan..........................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................11
4.1. Pengaruh Variabel Konsentrasi Katalis Terhadap Reaksi Hidrolisa Pati........................12
4.2. Pengaruh Variabel Konsentrasi Katalis Terhadap Konstanta Kecepatan Reaksi............13
4.3. Mekanisme Katalis..........................................................................................................13
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan banyak digunakan
pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan yang diproses, kertas, makanan
ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri nonpangan seperti tekstil, detergent, kemasan
dan sebagainya. Dalam industri makanan pembentuk gel dan encapsulating agent. Dalam
industri kertas digunakan sebagai zat aadtive seperti wet-end untuk surface size dan coating
binder, bahan perekat, dan glass fiber sizing. (Chiu & Solarek, 2009)
Berbagai varian pati didasarkan pada perbedaan struktural, kandungan amilosa,
amilopketin, protein dan lipid. Secara umum kandungan pati yang utama yaitu polimer
anhidroglukosa meliputi amilosa dan amilopketin, keduanya diikat dengan ikatan (1,4) dalam
segmen linear; serta ikatan (1,6) di titik percabangan. Amilopektin merupakan kandungan
utama pati, berkisar 70-80% dan berpengaruh pada physiochemical serta cita rasa pati (Dona,
Pages, & Kuchel, 2010)
Pada reaksi hidrolisa biasanya dilakukan dengan menggunakan katalisator asam seperti
HCl (asam klorida). Bahan yang digunakan untuk proses hidrolisis adalah pati. Di
indonesiabanyakdijumpaitanamanyangmenghasilkanpati.Tanaman-tanamanitu seperti seperti
padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian, aren dan sebagainya.
1.2. Rumusan Masalah
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel suhu terhadap reaksi
hidrolisa pati. Pada praktikum ini akan didapatkan konversi reaksi hidrolisa pati dan konstanta
laju reaksi sehingga dapat diketahui apa pengaruh variabel tersebut.
1.3. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari pengaruh variabel konsentrasi katalis H2SO4 terhadap reaksi hidrolisa
pati.
2. Menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menganalisa pengaruh variabel
konsentrasi katalis H2SO4 terhadap konstanta kecepatan reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pati
Pati termasuk dalam polisakaridayang merupakan polimer glukosa, yang terdiri atas
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan -(1,4) unit
glukosa yang meruapakan rantai linear . Derajat polimerisasi (DP) amilosa berkisar antara5006.000unitglukosa, bergantung pada sumbernya. Adapunamilopektin merupakan polimer (1,4) unit glukosa dengan rantai samping -(1,6) unit glukosa. Ikatan -(1,6) unit glukosa ini
jumlahnya sangat sedikit dalam suatu molekul pati, berkisar antara4-5%. Namun, jumlah
molekul dengan rantai cabang, yaitu amilopektin, sangat banyak dengan DP berkisar antara
105dan 3x106unit glukosa dan merupakan komponen utama yang dapat mempengaruhi
physiochemical dan cita rasa dari pati.
2.2. Hidrolisa Pati
Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa.
Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis
murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, hidrolisis gabungan alkali dengan air dan
hidrolisis dengan katalis enzim. Sedangkan berdasarkan fase reaksi yang terjadi
diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap.
Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah
orde satu, karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat
diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat dilakukan menggunakan katalisator H+ yang dapat
diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut :
(C6H10O5)x+ H2O xC6H12O6
Berdasarkan teori kecepatan reaksi :
-rA=k. C pati. C air
...(1)
karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air selama perubahan reaksi
sama dengan k', dengan besarnya k' :
k'= k . Cair
...(2)
sehingga persamaan 1 dapat ditulis sebagai berikut rA = k'. Cpati dari persamaan kecepatan
reaksi ini, reaksi hidroisis merupakan reaksi orde satu. Jika harga -rA= - dCA/dt maka
persamaan 2 menjadi :
...(3)
(4)
Apabila CA = CA0 (1-xA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1, CA0 dan t2: CA
akan diperoleh persamaan :
(5)
(6)
...(7)
Dimana xA = konversi reaksi setelah satu detik.
Persamaan 7 dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan regresi y = mx + c,
dengandanx = t2.
2.3. Modifikasi Pati
Pati asli pada umumnya memiliki struktur granular, tidak larut air, dan dalam bentuk
ini digunakan hanya dalam beberapa aplikasi spesifik yang terbatas. Modifikasi adalah pati
yang gugus hidroksinya telah mengalami perubahan. Pati memiliki sifat tidak dapat digunakan
secara langsung dan oleh karena itu harus dimodifikasi secara kimia atau fisik untuk
meningkatkan sifat positif dan mengurangi sifat yang tidak diinginkan. Pati biasanya
digunakan untuk produk makanan, bahan perekat dan glass fiber sizing. Selain itu juga
ditambahkan dalam plastik untuk mempercepat proses degradasi. Modifikasi secara kimia
umunya meliputi esterifikasi, etherifikasi, hidrolisis, oksidasi dan cross-linking (Chiu &
Solarek, 2009). Pati yang telah termodifikasiakan mengalami perubahan sifat yang dapat
disesuaikan untuk keperluan-keperluan tertentu. Akan tetapi sama seperti pati alami, pati
termodifikasi bersifat tidak larut dalam air dingin (Koswara, 2009).
Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya maka keseimbangan dapat
bergeser kearah kanan dengan baik. Oleh karena itu, suspensi pati yang kadarnya
rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang kadarnya tinggi. Bila
kadar suspensi pati diturunkan dari 40% menjadi 20% atau 1% maka konversi akan
bertambah dari 80% menjadi 87 atau 99 % (Groggis, 1958). Pada permukaan, kadar
suspensi pati yang tinggi sehingga molekul-molekul zat pereaksi akan sulit bergerak.
Untuk menghasilkan glukosa biasanya dipergunakan suspensi pati sekitar 20%.
BAB III
METODOLOG1 PERCOBAAN
0
2
b
k
u
h
g
n
M
T
j
1
m
e
p
l
o
d
H
s
a
r
t
i
5
3.1. Rancangan Praktikum
Variabel berubah
Variabel tetap
1.Glukosa anhidrit
5.Indikator MB
2.Tepung terigu
6.Fehling A
3.NaOH
7.Fehling B
4. H2SO4
8.Aquades
Alat
1.Gelas ukur
2.Termometer
3.Erlenmeyer
Prosedur Praktikum
1.
Persiapan awal
a.Menghitung densitas pati
Ke
dalam
dimasukkan
gelas
1,115
ukur, 5 ml
gram
aquades
pati,
catat
penambahan volume.
Catat volume titran (F) yang diperlukan, proses titrasi dilakukan dalam
keadaan mendidih (di atas kompor).
b. Penentuan kadar pati awal
Untuk variabel 1, sebanyak 39,142 gram pati, 0,653 ml katalis H2SO4 dan
421,263 ml aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan
hingga suhu 70oC, selama1 jam. Setelah itu larutan didinginkan, diencerkan
dengan aquadest sampai 500 ml lalu diambil 5 ml dan dinetralkan dengan
NaOH (PH=7). Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai 100 ml, diambil 5 ml.
Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan + 5 ml Fehling A + 5 ml
fehling B + 15 ml glukosa standard, kemudian dipanaskan sampai mendidih.
Lalu ditambahkan 2 tetes indikator MB. Kemudian larutan dititrasi dengan
glukosa standard sehingga berubah warna menjadi warna merah bata. Catat
volume titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan, proses titrasi
dilakukan dalam keadaan mendidih di atas kompor. Lakukan hal yang sama
untuk variabel lain.
c. Hidrolisa pati
Sebanyak 39,142 gram pati, 0,653 ml katalis H2SO4 dan 421,263 ml aquadest
o
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu 70 C,
Dimana:
kadar H2SO4 =
grek H2SO4 = 2
b)Menghitung kebutuhan pati
Dimana:
Prosedur titrasi
5 ml fehling A + 5 ml fehling B + 5 ml glukosa standar
(jika ada hasil hidrolisa, prosedur diatas ditambah 5 ml sampel hasil hidrolisa)
2 menit kemudian dititrasi dengan glukosa standar, catat volume titran (titrasi
dijalankan maks 1menit)
Catatan : titrasi dilakukan di atas kompor dalam keadaan mendidi
10
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL PERCOBAAN
1) Standarisasi Larutan Fehling
Volume titran (F) = 20 ml
2) Hidrolisa Pati
Tabel 4.1 Hidrolisa Pati variabel H2SO4 0,05 N
t
M (ml)
Xa
-ln(1-
(me
Xa
nit)
0
12,2
0,54848
)
0,7951
11,5
0,59767
4
0,9104
10
10,0
0,70314
8
1,2144
11
15
7,0
0,91408
9
2,4543
20
6,0
0,98439
4
2,0776
3
M (ml)
Xa
(me
Xa
nit)
0
-ln(1-
11,8
0,55661
)
0,8133
11,2
0,59734
1
0,9096
10
6,9
0,88925
6
2,2004
15
5,5
0,98425
8
4,1509
6,5
0,91640
1
2,4817
20
4.1. Pengaruh Variabel Konsentrasi Katalis terhadap Konversi Reaksi Hidrolisa Pati
12
1.2
1
Xa
f(x)
f(x) =
= 0.11x
0.12x +
+ 0.46
0.39
R
=
0.79
0.8 R = 0.95
H2SO4 0,05 N
0.6
H2SO4 0,15 N
0.4
0.2
Linear (H2SO4 0,15 N)
0
0
5
10
15
20
Waktu
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Konsentrasi Katalis H2SO4 dengan Reaksi Hidrolisa Pati
Berdasarkan gambar 4.1, konversi pati pada variabel II (konsentrasi katalis H2SO4 0,15
N) menghasilkan konversi yang lebih besar daripada variabel I (konsentrasi katalis H2SO4
0,05 N), hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi katalisator yang digunakan maka
glukosa yang dihasilkan meningkat seiring dengan waktu hidrolisis yang bertambah cepat.
Penambahan katalisator bertujuan untuk memperbesar kecepatan reaksi. Jadi semakin banyak
jumlah katalisator yang ditambahkan maka semakin cepat reaksi hidrolisis (Mastuti,2010).
Laju proses hidrolisis akan semakin bertambah oleh konsentasi asam yang tinggi.
Pada variabel II (konsentrasi katalis H2SO4 0,15 N) menghasilkan konversi yang lebih
besar daripada variabel I (konsentrasi katalis H2SO4 0,05 N), sesuai dengan persamaan,
dimana persamaan Arhenius yaitu :
k = A.e-Ea/RT
Persamaan ini menunjukkan bahwa konsentrasi katalisator mempengaruhi energi aktivasi,
apabila konsentrasi semakin besar maka energi aktivasi semakin kecil. Energi aktivasi reaksi
merupakan banyaknya energi minimum yang dibutuhkan oleh reaksi agar reaksi dapat
berlangsung. Semakin kecil energi aktivasi, semakin mudah suatu reaksi terjadi dan konstanta
kecepatan reaksi semakin besar.
Jadi semakin besar konsentrasi katalisator akan memperkecil energi aktivasi, sehingga
konstanta kecepatan reaksi semakin besar (Artanti, Enny Kriswiyanti dan Andik P.A. 2006).
13
H2SO4 0,15 N
15
20
Waktu (menit)
Gambar 4.2. Grafik Hubungan konsentrasi katalis H2SO4 dengan konstanta kecepatan reaksi
Berdasarkan gambar 4.2, dapat dilihat bahwa konstanta laju reaksi konsentrasi H2SO4
0,15 N lebih besar daripada konstanta laju reaksi konsentrasi H 2SO4 0,05. Konstanta laju
reaksi pada konsentrasi H2SO4 0,15 yaitu 0,0342, nilai ini didapat dari pendekatan linieritas
antara data ln(1-Xa) terhadap waktu, dimana nilai konstanta merupakan slope dari garis linier
tersebut. (Bej, et al, 2008). Nilai konstanta laju reaksi pada konsentrasi H2SO4 0,15 lebih besar
daripada konsentrasi H2SO4 0,15 karena semakin tinggi normalitas katalis yang digunakan
maka akan meningkatkan konstanta laju reaksi, karena konstanta bertujuan mempercepat laju
reaksi. Ini sesuai dengan persamaan Arhenius, yaitu k=A.e -Ea/RT, dimana nilai k akan
bertambah besar apabila energi aktivasi semakin kecil, sedangkan energi aktivasi dapat
diturunkan dengan bertambahnya konsentrasi (Lubis, 2012).
4.3. Mekanisme Katalis pada Hidrolisa Pati
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan
cara memperkecil energi aktivasi suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru.
Dengan menurunnya energi aktivasi maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung
lebih cepat. Katalis akan mempercepat reaksi karena katalis akan mencari jalan dengan energi
aktivasi yang lebih rendah sehingga reaksinya akan berlangsung lebih cepat (Indra, 2010).
Selain itu prinsip kerja katalis adalah katalis tetap ikut dalam jalannya reaksi, tetapi pada
kondisi akhir, katalis akan keluar lagi dalam bentuk yang sama. Sifat-sifat kimia katalis akan
14
sama sebelum dan sesudah mengkatalis suatu reaksi. Berikut adalah mekanisme kerja katalis
pada hidrolisa pati.
di dalam larutan terlalu kecil (<1%), maka endapan yang terjadi adalah endapan berwarna
hijau kekuningan. Selain itu, larutan yang akan ditirasi harus dinetralkan terlebih dahulu. Hal
ini disebabkan karena larutan hasil hidrolisa bersifat asam kuat, sedangkan reaksi
pembentukan endapan merah bata harus dalam suasana basa. Suasana basa nantinya berasal
dari pereaksi Fehling B yang mengandung NaOH. Selain itu, untuk membentuk endapan
merah bata juga diperlukan adanya pemanasan. Adanya pemanasan diperlukan sebagai katalis
yang akan mempercepat pembentukan endapan Cu2O berwarna merah bata. Berikut reaksi
yang terjadi :
2 Cu2+ + OH-
dipanaskan
Indikator yang digunakan adalah MB yang merupakan indikator pada reaksi reduksioksidasi. MB akan berperan mereduksi oksigen dan mengoksidasi glukosa. Penentuan titik
akhir titrasi pada saat terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah bata. Berikut
reaksinya:
Glukosa + Cu2+ + OH-
BAB V
16
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar variabel konsentrasi katalis H2SO4 maka konversi reaksi pati menjadi
glukosa akan semakin meningkat.
2. Semakin besar variabel konsentrasi katalis H2SO4 maka konstanta laju reaksi hidrolisa
pati akan semakin meningkat.
5.2. Saran
1. Untuk kedepannya sebaiknya peralatan hidrolisa pati lebih baik lagi dan saluran air
diperbaiki lagi.
2. Sebaiknya diberi pengarahan yang tepat untuk pengamatan warna TAT agar tidak
terjadi kesalahan karena pada metode ini kesalahan pengamatan TAT seringkali terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Khalaf, A.M., "Chemical Engineering Education", 28 (1), 48. 1994
17
Amsar dan Isbani.2012.Proses Pembuatan Tepung Tapioca dari Singkong (Ubi Kayu) di
PT.Sinar Karya Usaha. Kec. Paloh, Kab. Sambas. Laporan PKL. Malang: Fakultas
Teknik, Universitas Trihuwana Tunggadewi.
Bej, Barnali, R.K. Basu and S.N. Ash.2008.Journal of Scientific & Indusrtial Research
"Kinetic Studies On Acid Catalysed Hydrolysis Of Starch".Departement of Chemical
Engineering.University of Calcutta.
Charles,E.R,Harold,SMandThomasK.S.,"Applied Mathematics in Chemical Engineering" 2nd
end.,Mc. Graw Hill Book Ltd. 1987, New York
Chiu, C.-w., & Solarek, D. 2009. Modification of starch. Starch: Chemistry and Technology,
Third Edition ISBN: 978-0-12-746275-2.
Dinarsari, Astrinia Aurora dan Alfiana Adhitasari. 2013. Proses Hidrolisa Pati Talas Sente
(Alocasia macrorrhiza) Menjadi Glukosa : Studi Kinetika Reaksi. Jurnal Teknologi Kimia
dan Industri, Vol 2, No. 4, Tahun 2013, Halaman 253-260.
Dona, A. C., Pages, G., & Kuchel, P. W. 2010. Digestion of starch:In vivo andin vitro kinetic
models used to characterise. Carbohydrate Polymers 80 (2010) 599-617.
Hill, G.C., "An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and Reactor Design". 2nd
ed,John Willey, New York, N.Y, 1977
Jacobs, H. and J.A. Delcour. 1998. Hydrothermal modifications of granular starch, with
retention of the granular structure: a review. J. Agric. Food Chem. 46(8): 2895-2905.
Koswara, S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati. ebookpangan.com.
Levenspiel. O.,"Chemical Reaction Engineering" 2nd ed, Mc. Graw Hill Book Kogakusha
Ltd, Tokyo, 1970
Rusgiyono, Agus, dll. 2013. Pemetaan Produksi dan Komposisi Garam. Prosiding Seminar
Nasional Statistika Universitas Diponegoro 2013.
Wei, Benzi., et al. 2013. Effect on pHs on Dispersity of Maize Starch Nanocrystals in Aqueous
Medium. The State Key Laboratory of Food Science and Technology. China.
18
DAFTAR LAMPIRAN
1. Laporan Sementara
2. Lembar perhitungan
3. Refferensi
A-1
LEMBAR PERHITUNGAN
Densitas Pati
Massa pati = 1,115 gram
V = 0,8 ml
pati=
Densitas H2SO4
Massa picnometer kosong (m1) = 22,340 gr
Massa picnometer + H2SO4 (m2) = 65,828 gr
Volume picnometer (V) = 25 ml
H 2 SO 4=
m2m1 ( 65,82822,340 ) gr
=
=1,740 gr /ml
V
25 ml
N H 2 SO 4 BM H 2 SO 4 V larutan
H 2 SO 4 Kadar H 2 SO 4 1000 grek
V H 2 SO 4=
0,05 98 450
=0,653 ml
1,740 0,97 1000 2
Kebutuhan Pati
Volume Pati : Volume Air = 1:16
Volume pati=
1
( 4500,653 ) ml=28,084 ml
15
15
( 4500,653 ) ml=421,263 ml
16
N H 2 SO 4 BM H 2 SO 4 V larutan
H 2 SO 4 Kadar H 2 SO 4 1000 grek
V H 2 SO 4=
0,15 98 450
=1,96 ml
1,740 0,97 1000 2
Kebutuhan Pati
Volume Pati : Volume Air = 1:16
Volume pati=
1
( 4501,96 ) ml=28,0025 ml
16
15
( 4501,96 ) ml=420,0375 ml
16
( FM ) xNglukosax
X po=
500 100
x
x 0,9
450 5
500 100
x
x 0,9
450 5
=0,013078
39,149
( 207,2 ) x 0,002 x
X po=
( 206,7 ) x 0,002 x
X po=
Hidrolisa Pati
Perhitungan Pati terhidrolisa
( FM ) xNglukosax
X p=
100
x 0,9
5
W
Xa=
Xp
Xp0
t1
dC
dt A = k ' dt
C
t
AO
ln
dengan CA = CAo (1 - XA), maka :
ln
1
=kt+ c
( 1x A )
C A0
=k ( t 2t 1 )
CA
y=ln
1
( 1x A )
kt+c = mx+c
k=m
Variabel I (Konsentrasi H2SO4 0,05 N)
F = 20 ml
N glukosa = 0,002 g/ml
W pati = 39,149 gram
XPo = 0,013078
Xp untuk 0 menit
( 2012,2 ) x 0,002 x
X p=
Xa=
100
x 0,9
5
39,149
=0,0071726
Xp
=0,54848
Xp0
Xp untuk 5 menit
( 2011,5 ) x 0,002 x
X p=
Xa=
100
x 0,9
5
39,149
=0,0078163
Xp
=0,59767
Xp0
Xp untuk 10 menit
( 2010 ) x 0,002 x
X p=
Xa=
100
x 0,9
5
39,149
=0,0091956
Xp
=0,70314
Xp0
Xp untuk 15 menit
( 207,0 ) x 0,002 x
X p=
39,149
100
x 0,9
5
=0,0119543
Xa=
Xp
=0,91408
Xp0
Xp untuk 20 menit
( 206,0 ) x 0,002 x
X p=
Xa=
100
x 0,9
5
39,149
=0,0128739
Xp
=0,98439
Xp0
t (menit)
0
M (ml)
12,2
11,5
0,59767
0,91048
10
10,0
0,70314
1,21449
15
7,0
0,91408
2,45434
20
6,0
0,98439
2,07763
Xp untuk 0 menit
( 2011,8 ) x 0,002 x
X p=
Xa=
100
x 0,9
5
39,028
=0,0075638
Xp
=0,55661
Xp0
Xp untuk 5 menit
( 2011,2 ) x 0,002 x
X p=
39,028
100
x 0,9
5
=0,0081172
Xa
0,54848
-ln(1-Xa)
0,79514
Xa=
Xp
=0,59734
Xp0
Xp untuk 10 menit
( 206,9 ) x 0,002 x
X p=
Xa=
100
x 0,9
5
39,028
=0,012084
Xp
=0,88925
Xp0
Xp untuk 15 menit
( 205,5 ) x 0,002 x
X p=
Xa=
100
x 0,9
5
39,028
=0,013375
Xp
=0,98425
Xp0
Xp untuk 20 menit
( 206,5 ) x 0,002 x
X p=
Xa=
100
x 0,9
5
39,028
=0,012453
Xp
=0,91640
Xp0
t (menit)
0
M (ml)
11,8
Xa
0,55661
-ln(1-Xa)
0,81331
11,2
0,59734
0,90966
10
6,9
0,88925
2,20048
15
5,5
0,98425
4,15091
20
6,5
0,91640
2,48171
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9575-1405100039-Proceeding.pdf