Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah

: Kedokteran Islam

Dosen Pangampu

: dr. Affandi Ichsan, Sp PK, M.Ag

Kode

: AI

No. Telp

: 08122931567

Tempat, Tanggal

: Ruang Kuliah Lantai 3, 29 September 2015

Judul

: kebudayaan Anti Korupsi


Korupsi sudah di kenal sejak zaman dulu dan pemberantasannyapun

sudah di kenal sejak dahulu namun mengalami kegagalan, boleh di kenal sejak
sistem kkn dalam lingkup pemerintrahan tidak satupun departemen yang bebas
dari korupsi atau kkn, lebih lebih departermen agama.
Kasus korupsi dan penanganannya memang belum bisa diselesaikan,
legislatif, yudikatif,eksekutif, kkn. Pemimpin harus intelektual, moralitas, spiritual
tidak satupun manusia yang bebas dari kkn. Oleh karena itu majelis ulama
indonesia berusaha mengantisipasi daripada kersahan masyarakat dengan
legislatif, eksekutif, yudikatif. Mui memfatwakan dalam satu putusan yang
menjadi pedoman dan acuan kepada kita, misalnya amal sholih, taqwa, iman,
tapi itu semua berlaku hanya di masjid, pengajian pengajian, dan lain lain.
I.

Pengertian
1. Risywah adalah pemberian yang di berikan oleh seorang kepada orang
lain (pejabat,atasan dll), dengan maksud meluruskan suatu perbuatan
yang batil, atau membatilkan perbuatan yang hak. Pemberinya di sebut
rasyi, pemberiannya di sebut riswah, penerima disebut murtasyi.
2. Suap adalah uang pelicin, dapat dikategorikan sebagi risywah apabila
tujuannya untuk meluluskan semata-mata yang batil atau membatilkan
perbuatan yang baik.
3. Hadiah kepada pejabat adalah suatu pemberian dari seseorang dan atau
masyarakat yang di berikan kepada pejabat yang karna kedudukannya,
baik pejabat di lingkuan pemerintahan maupun lainnya.

4. Korupsi adalah tindakan pengambilan pengambilan sesuatu yang ada di


bawah kekuasaaannya dengan cara tidak benar menurut syariat islam.
II. Hukum
Hukum di dalam ini ada 3 bagian. Bagian tersebut,yaitu :
1. Memberikan risywah dan menerima risywah itu hukumnya adalah haram.
2. Melakukan korupsi hukumnya adalah haram.
3. Memberikan hadiah kepada pejabat, dalam hal ini ada 3 pembagian lagi,
yaitu sebagai berikut:
a) Jika pemberian hadiah itu pernah dilakukan sebelum pejabat itu
memegang kekuasaan, jabatan maka pemberian seperti itu hukumnya
halal. Demikian juga pejabat yang menerimanya hukumnya halal.
b) Jika pemberian hadiah itu tidak pernah dilakukan sbelum pejabat itu
memegang jabatan dan kekuasaan, maka hal ini ada tiga kemungkinan
a. Jika antara pemberi hadiah dan pejabat tidak ada urusan apa-apa,
maka memberikan dan menerima hadiah itu ( pemberi dan pejabat
itu) hukumnya halal.
b. Jika antara pemberi hadiah dan pejabat terdapat urusan atau
perkara, maka pejabat itu haram menerima hadiah tersebut,
sedangkan bagi pemberi haram memberikannya apabila di maksud
atau bertujuan untuk meluluskan, mengabulkan sesuatu yang batil.
c. Jika antara pemberi hadiah dan pejabat ada suatu urusan baik
sebelum maupun sesudah pemberian hadiah dan pemberiannya itu
tidakk bertujuan untuk sesuatu yang batil, maka halal
hukumnya( tidak haram) bagi pemberi hadiah tetapi bagi pejabat
haram hukumnya untuk menerimanya.

III. Seruan
Seruan semua lapisan masyarakat berkewajiban untuk memberantas dan
tidak terlbat dalam hal praktik kkn. Keputusan ini sejak tanggal 27 robbiul

awal 1421 hijriyah ditandatangani oleh dr.(hc).KH. Mohammad ahmad sahal


mahfudz dan din syamsuddin.
Dalil dalil yang mendasari keputusan
1. Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
diantara kamu dengan jalan batil. Dan janganlah kamu membawa urusan
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta
benda orang lain dengan cara berbuat dosa, padahal kamu mengetahui AlBaqarah ayat 188
2. Surat An-Nisa ayat 29 hai orang orang yang beriman jangan lah kami
saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil.
Dengan harapan jiwa semangat ini harus berada pada saudara.

Anda mungkin juga menyukai