CR Abi
CR Abi
Pembimbing:
dr. Wahdi Sdj, Sp.OG
Oleh
Gulbuddin Hikmatyar S. Ked
1518012124
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama
Umur
Suku/ Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Istri
Ny. Amalia Malini
23 thn
Jawa
Islam
SMP
Ibu Rumah Tangga
Gondang
Rejo,
Suami
Tn. Salam
26 thn
Jawa/ Indonesia
Islam
SMK
Security
Yosomulyo, Metro
Masuk
Pekalongan
19 Juli 2016
RSUD
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 19 Juli 2016 pukul 17.35 WIB
a. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
b. Keluhan tambahan
Nyeri pada perut, lemah badan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 4
hari yang lalu. Darah yang keluar berwarna merah, kental dan
menggumpal-gumpal. Keluhan perdarahan dirasakan setiap hari
semakin banyak. Tidak terdapat riwayat pekerjaan berat dan
hubungan badan sebelum terjadinya perdarahan. Keluhan disertai
nyeri pada perut bagian bawah dan lemah badan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
f.
Riwayat Menstruasi
g.
Menarche
: 16 tahun
Siklus haid
: 26 hari
Jumlah
Lama
: 8 hari
HPHT
: 2 Maret 2016
TP
: 12 Desember 2016
Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali
Hamil Usia
ke
1
Tahun
Jenis
JK
BB
kehamilan lahir
persalin
38 minggu 2003
an
Pervagi
Laki
nan
-laki
kg
Keadaan
Peno-
anak
long
Hidup
Bidan
spontan
h. Riwayat Obstetri (kehamilan, persalinan, nifas terdahulu)
Nifas
Dalam
batas
normal
i. Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi
j. Riwayat Operasi
Pasien belum pernah operasi sebelumnya
k. Riwayat ANC
Pasien control kehamilan satu kali selama kehamilan. 4 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien kontrol ke dokter dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir. Pasien dilakukan pemeriksaan
USG dan didiagnosa dengan abortus inklompitus. Pasien diberikan
terapi obat dan diminta untul kontrol kembali. Setelah dilakukan
pemeriksaan usg kembali, pasien dirujuk ke RSUD Ahmad Yani
karena masih mengalami perdarahan dan hasil USG masih
menunjukkan adanya hasil konsepsi yang tersisa.
l. Riwayat Ginekologi
Tidak ada
m. Kebiasaan Hidup
Normal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRESENT
a. Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
b. Status Emosional
:
Stabil
c. Tanda Vital
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 120/80mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Temperatur
: 36,7 0C
Labil
2. STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorax :
Mammae : Simetris,
membesar,
aerolar
mammae
hiperpigmentasi
Pulmo
Cor
Abdomen
Ekstremitas
Ekstremitas
3. STATUS OBSTETRI
Inspeksi
Palpasi
His
:-
Auskultasi :
Pemeriksaan Genitalia
Inspeksi
Vulva
darah (+)
Uretra
oedema (-)
Vaginal Toucher :
Dinding vagina dalam batas normal, massa (-), porsio
licin, teraba jaringan (+), nyeri goyang porsio (-),
korpus uteri antefleksi, , lunak. Ostium Uteri Eksternum
terbuka, PPV (+).
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hematologi
Leukosit
10,35 103/uL
Eritrosit
4,43 jt/ul
Hb
12,8 g/dL
Ht
36,5 %
MCV
79,7 fL
Trombosit :
318.000/ uL
Kimia Darah
GDS
115 mg/dl
USG
Massa hiperekoik intra cavum uteri sisa hasil konsepsi
5. RESUME
6. DIAGNOSIS
19 Juli 2016
P1A1, kehamilan 11-12
7. PROGNOSIS
Ibu
: Dubia ad Bonam
Antibiotika
Misoprostol
Follow up
Tanggal
19/7/2016
Ku/Kes: Baik/
G2P1A0 Umur
-Observasi
17.35
CM
23 tahun usia
TTV
perut
bagian
St. Generalis:
kehamilan
-IVFD RL 20
bawah,
lemah
T:
minggu
gtt/mnt
Abortus
-Skin test
badan
mmHg
120/80
11
N : 84 x/mnt
inkomplitus
S : 36,7 0 C
P : 20 x/mnt
St. Obstetri :
Perut tampak
datar, TFU 2
jari
diatas
simfisis
26/5/2016
Keluar
darah
Ku/Kes:
G2P1A0
TTS/CM
35
tahun
usia
nyeri
St. Generalis :
kehamilan
11
minggu
20 gtt/mnt
mmHg
Abortus
-Antibiotik
N : 80 x/mnt
inkomplitus
golongan
perut,
lemah badan
110/70
Umur
-Observasi
TTV
-IVFD
S : 36,3
sefalosporin
P : 20 x/menit
generasi ke-
St. Obstetri :
3 2x1 gr
Perut
tampak
datar, TFU
jari
diatas
simfisis
Tanggal
RL
21/7/2016
Ku / Kes :
lahir
Tampak baik /
sudah
berhenti
P3A1,
kehamilan 5
CM
-Observasi
TTV
- pemeriksa-
St. Generalis :
T : 110 / 70
mmHg
minggu, usia 23
tahun dengan
Missed
N : 80 x/mnt
Abortion
an USG
-Pasien
dipersiapkan
kuretase
S : 36,4
-obat Pulang
P : 20 x/mnt
St. Obstetri :
Antibiotik
Perut
tampak
Misoprostol
datar,
TFU
sulit dinilai
22/7/2016
Ku / Kes :
1, perdarahan (-)
Tampak baik /
P3A1,
kehamilan 5
CM
-Observasi
TTV
-Pasien
St. Generalis :
T : 100 / 80
mmHg
N : 86 x/mnt
minggu, usia 23
dipersiapka
tahun dengan
Missed
n pulang
Abortion
-obat Pulang
S : 36,9
Antibiotik
P : 20 x/mnt
Misoprostol
St. Obstetri :
Perut
tampak
datar,
TFU
sulit dinilai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel, disertai atau tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai
penghentian
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat janin kurang
dari 500 gram. Sedangkan, abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal
di dalam uterus (Wibowo, 2002).
2.2 Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian
disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secara
umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus
terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian
menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom
menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama,
kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada
trimester ketiga (Leveno, 2003).
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas
di samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden abortus
bertambah pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan (Stovall, 2002)
2.3 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak
selalu tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada
ovum atau zigot
atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga
disebabkan oleh penyakit dari ayahnya (Leveno, 2003).
1.
Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama
abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi
penyebab 70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah
12 minggu. Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal.
Gamet jantan berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme
yang dapt berkontribusi menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan
kromosom sperma, kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA,
peningkatan apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42%
2.
3.
10
serviks
untuk
c
d
fungsi ovarium.
Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden
abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi
dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.27,51
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor
autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi
antikardiolipin. Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai 70%.
Selain itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar
atau reseptor leptin menurun, terjadi aktivasi sitrokin proinflamasi, dan
11
besar
kemungkinanya
menjadi
predisposisi
meningkatnya
kemungkinan abortus.
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasus
yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling
banyak adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan
menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture uteri,
trauma janin langsung.
2.4. Faktor Risiko
Faktor risiko abortus yaitu:
1
12
pada usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 3539%; 51% usia 40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru
ini peningkatan usia ayah dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya
abortus. Suatu penelitian yang dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko
abortus tertinggi ditemukan pada pasangan dimana usia wanita 35 tahun
2
3
a
hari.
Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan
tetapi pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi
rahim
yang
gagal
mencegah
kehamilan
terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing
terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa
waktu.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin,
disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.
2.6. Gambaran Klinis
Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan
pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian
bawah, bahkan sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersamasama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah
usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila
plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan
cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus inkomplet.
Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering
pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga terjadi
hipovolemik berat.
2.7. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
melalui anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan
kemungkinan diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan
abdomen, inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus
inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan
penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.
14
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum
akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk
menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan
evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase
uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai.
2.7. Diagnosis Banding
Abortus inkomplit dapat di diagnosis banding dengan abortus iminens,
abortus insipien, abortus komplit, kehamilan ektopik tuba, dan abortus mola.14
2.8. Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan
diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik
pembedahan dapat terdiri dari dilatasi serviks yang diikuti dengan pengosongan
isi uterus baik dengan cara kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi,
maupun dilatasi dan ekstrasi, teknik induksi haid, dan laparotomi yang dapat
dilakukan dengan histerotomi maupun histerektomi. Induksi abortus dengan
tindakan medis menggunakan preparat antara lain : oksitosin intravenus, lamtan
hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin
Ez, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi
ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron RU 486 (meferiston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebut diatas.
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan
kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang
tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari
ostium ekstema yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep
cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus,
induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut
diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut.
15
16
dan pengalaman operator. Complete abortion rate aspirasi vakum berkisar antara
95 - 100%. Metode ini merupakan metode pilihan untuk mengatasi abortus
inkomplit.
Evakuasi jaringan sisa dapat dilakukan secara lengkap dalam waktu 3-10
menit5'3. Sebelum melakukan tindakan kuretase, pasien, tempat dan alat kuretase
disiapkan terlebih dahulu. Pada pasien yang mengalami syok, atasi syok terlebih
dahulu. Kosongkan kandung kencing, selanjutnya dapat diberikan anestesi (jika
diperlukan). Lakukan pemeriksaan ginekologik ulang untuk menentukan besar
dan bentuk uterus, kemudian lakukan tindakan antisepsis pada ginitalia ekstema,
vagina dan serviks. Spekulum vagina dipasang dan selanjutnya serviks
dipresentasikan dengan tenakulum. Uterus disoride dengan hati-hati untuk
menentukan besar dan arah uterus. Masukan kanula yang sesuai dengan dalam
kavum uteri melalui serviks yang telah berdilatasi (tersedia ukuran kanula dari 4
mm sampai 12 mm). Selanjutnya kanula dihubungkan dengan aspirator (60 Hg
pada aspirator listrik atau 0,6 atm pada syringe). Kanula digerakkan perlahanlahan dari atas kebawah dan sebaliknya, sambil diputar 360. Bila kavum uteri
sudah bersih dari jaringan konsepsi, akan terasa dan terdengar gesekan kanula
dengan miometrium yang kasar, sedangkan dalam botol penampung jaringan akan
timbul gelembung udara. Pasca tindakan tanda-tanda vital diawasi selama 15-30
menit tanpa anestesi dan selama 1 - 2 jam bila dengan anestesi umum.
Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan 1 - 2 minggu kemudian13.
17
2.10. Komplikasi
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat retensi sisa hasil
konsepsi yang lama didalam uterus5. Sinekia intrauterine dan infertilitas juga
merupakan komplikasi dari abortus.
Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan kuretase antara lain' :
1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardi
dan cardiac arrest.
2. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila
18
yang
biasanya
disebabkan
sisa
jaringan
konsepsi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dilaporkan pada kasus pasien ibu hamil gestasi 2 paritas 1 abortus 0
dengan usia kehamilan 5 minggu dan usia ibu 23 tahun datang ke RSUD
Ahmad Yani dengan keluhan perdarahan dari vagina. Keluhan dirasakan
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan disertai dengan rasa mules,
darah yang keluar berwarna merah kehitaman dengan sedikit
19
20
Salah satu cara induksi yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian
mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali
dengan jarak 6 jam. Dengan obat ini kan terjadi pengeluaran hasil konsepsi
atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi ataupun
kuretase
dapat
dikerjakan
untuk
mengosongkan
kavum
uteri.
21