Oleh :
PRADILA DEFRIATI
1301718/2013
PENDIDIKAN KIMIA
Dosen :
1. Dra. Syamsi Aini, M. Si, Ph.D
2. Dr. Fajriah Azra, S.Pd, M.Si
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
ABSTRACK
Nanoteknologi
telah
menjadi
salah
satu
topik
yang
ramai
metoda
sol-gel
memiliki
peranan
dalam
menentukan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Peranan
Metoda
Sol-Gel
dalam
Menentukan
Kehomogenan
Ukuran
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
ABSRACK.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Batasan Masalah...................................................................................3
D. Tujuan Penulisan...................................................................................3
E. Manfaat Penulisan................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
A. Titanium Dioksida (TiO2).....................................................................4
B. Metoda Metoda Sintesis Nanopartikel..................................................6
1. Metoda Sonokimia..........................................................................6
2. Metoda Hidrotermal........................................................................6
3. Metoda Sol-Gel...............................................................................7
C. XRD......................................................................................................9
D. SEM....................................................................................................11
E. UV-VIS...............................................................................................12
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................14
BAB IV PENUTUP.......................................................................................24
A. Kesimpulan.........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ii
Diabad 21, nanoteknologi telah menjadi salah satu topik yang ramai
diperbincangakan didunia sains dan teknologi. Nanoteknologi diprediksi
akan mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan dan juga
mempunyai potensi untuk melahirkan terobosan-terobosan dalam dunia
IPTEK. Melalui nanoteknologi, telah berhasil dikembangkan berbagai
material berukuran nanopartikel yang aplikasinya juga sangat luas
diberbagai bidang.
Material nanopartikel yang berdimensi 1 sampai 100 nanometer
telah menarik perhatian para ilmuwan diberbagai bidang karena sifat-sifat
kimia, fisik, dan mekaniknya. Ukuran partikel yang seragam dan homogen
dalam skala nano sangat penting, baik dalam bidang sains maupun dalam
aplikasi industri, seperti: katalis, pigmen, farmasi, (Zawrah et al, 2009),
obat-obatan, kosmetik, dan makanan (Nabeshi et al, 2011). Salah satunya
yaitu bahan titanium dioksida yang sebagian besar digunakan untuk
aplikasi teknik (Lee, 2005).
Titanium dioksida (TiO2) merupakan bahan semikonduktor yang
digunakan sebagai fotokatalis, sel surya, sensor biologis dan gas, serta
pigmen cat. Diantara semikonduktor yang ada, TiO2 merupakan
semikonduktor yang banyak digunakan karena tidak beracun (non toxic),
memiliki stabilitas termal cukup tinggi, tahan korosi, dan ketersediaan di
alam melimpah, sehingga harganya relatif murah. Sebagai bahan
fotokatalis, TiO2 anatase telah memperlihatkan kinerja yang baik dalam
mendegradasi berbagai polutan organik dalam air seperti pestisida dan
pelarut organik, zat pewarna tekstil, bahkan dapat digunakan untuk
membunuh mikroba dalam air (N. Bharat,2010).
Ada beberapa metode pembuatan TiO2, diantaranya adalah metode
sonokimia, hidrotermal, dan sol gel. Pada sintesis TiO2 dengan metode
sonokimia, TiO2 yang diperoleh memiliki ukuran partikel sekitar 20 nm.
Kelemahan metode sonokimia ini adalah distribusi ukuran partikelnya
tidak merata. Sedangkan sintesis TiO2 anatase dengan metode hidrotermal
telah dilakukan dengan cara melakukan kalsinasi TiO 2 rutile (ukuran
mikrometer) pada suhu tinggi (500oC hingga 800oC). Hasil yang diperoleh
ii
adalah TiO2 anatase dengan ukuran partikel 380 nm hingga 565 nm.
Metode hidrotermal ini biayanya relative mahal karena diperlukan
pemanasan lama (50 jam) dan ukuran partikel yang dihasilkan masih
terlalu besar.
Diantara dua metode tersebut, sol gel merupakan metode yang
lebih baik karena selain prosesnya sederhana dan murah, TiO 2 yang
dihasilkan dapat berukuran nanometer (Valencia, 2010). Sintesis
nanopartikel TiO2 secara sol gel dengan precursor (IV) isoproxide (TTIP)
menghasilkan nanokristalin TiO2, yang terbentuk setelah dilakukan
kalsinasi pada suhu 450oC selama 2 jam.
Metoda solgel merupakan suatu proses kimiawi basah yang
merupakan perubahan suatu sistem dari suspensi koloidal (fasa sol)
menjadi padatan atau semi-padatan (fasa gel). Sol-gel merupakan metoda
yang paling banyak dilakukan. Hal ini disebabkan karena beberapa
keunggulannya, antara lain: proses berlangsung pada temperatur rendah,
prosesnya relatif lebih mudah, bisa diaplikasikan dalam segala kondisi
(versatile), menghasilkan produk dengan kemurnian dan kehomogenan
yang tinggi (Zawrah et al, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas
tentang Peranan Metode Sol-Gel dalam Menentukan Kehomogenan
Ukuran Nanopartikel TiO2.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah Bagaimana peranan metode Sol-Gel dalam
menentukan kehomogenan ukuran nanopartikel TiO2?
C. Batasan Masalah
Dari perumusan masalah di atas, maka ruang lingkup penelitian
ini dibatasi pada:
1. Prekursor yang digunakan adalah Titanium Isopropoksida
2. Metoda yang di gunakan adalah metoda sol-gel.
3. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan XRD, UV-VIS, dan SEM
ii
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui peranan metode SolGel dalam menentukan kehomogenan ukuran nanopartikel TiO2.
E. Manfaat Penulisan
Dari makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
ilmu pengetahuan dalam bidang sintesis material nanopartikel khususnya
nanopartikel TiO2 dan di harapkan dapat di aplikasikan dalam berbagai
bidang.
ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DSFTP
ueoid
pgtDnl
Oerods
r
e
d
n
e
a
arkoS
Hdaru
yatr
dsaGy
rPla
ois
pls
uh
it
in
g
k
k
n
a
o
m
l
i
p
H
o
i
s
i
i
d
s
r
i
o
A
e
i
al
c
Gambar 2.1 Aplikasi TiO2
Di alam umumnya TiO2 mempunyai tiga fasa yaitu rutile, anatase,
n
,
Fasa rutile dari TiO2 adalah fasa yang umum dan merupakan fasa yang
disintesis dari mineral ilmenite melalui proses Becher. Pada proses Becher,
oksida besi yang terkandung dalam ilmenite dipisahkan dengan temperatur
tinggi dan juga dengan bantuan gas sulfat atau klor sehingga menghasilkan
TiO2 rutile dengan kemurnian 91-93%. Titania pada fasa anatase umumnya
stabil pada ukuran partikel kurang dari 11 nm, fasa brookite pada ukuran
partikel 11 35 nm, dan fasa rutile diatas 35 nm (Zhang,2000).
Karakteristik dari fasa-fasa titania ini ditunjukkan pada Tabel 1.1.
ii
yang
merupakan
salah
satu
kelebihan
dari
metoda
solvotermal/hidrotermal.
3. Metoda Sol-Gel
Metoda Sol-Gel dikenal sebagai salah satu metode sintesis
nanopartikel yang cukup sederhana dan mudah. Metode ini merupakan
salah satu wet method karena pada prosesnya melibatkan larutan
sebagai medianya. Pada metode Sol-Gel, sesuai dengan namanya larutan
mengalami perubahan fase menjadi sol (koloid yang mempunyai padatan
tersuspensi dalam larutannya) dan kemudian menjadi gel (koloid tetapi
mempunyai fraksi solid yang lebih besar dari pada sol). Metoda sintesis
menggunakan
sol-gel
untuk
material
berbasis
oksida
berbeda-beda
bergantung prekursor dan bentuk produk akhir, baik itu powder, film,
aerogel, atau serat.
Tahapan Proses Sol-Gel
Metoda sol gel sendiri meliputi hidrolisis, kondensasi, pematangan,
dan pengeringan, berikut ini merupakan tahapan dariproses sol-gel :
1. Hidrolisis
Pada tahap pertama logam prekursor (alkoksida) dilarutkan dalam
alkohol dan terhidrolisis dengan penambahan air pada kondisi asam, basa
atau netral menghasilkan sol koloid.
2. Kondensasi
Setelah mengalami reaksi hidrolisis, maka reaksi kondensasi akan
berlangsung. Produk dari reaksi intermediet hasil reaksi hidrolisis sangat
ii
berperan dalam proses reaksi kondensasi. Pada tahap ini terjadi perubahan
sol menjadi gel.
3. Pematangan (Ageing)
Setelah reaksi hidrolisis dan kondensasi, dilanjutkan dengan proses
pematangan gel yang terbentuk. Proses ini lebih dikenal dengan proses
ageing. Pada proses pematangan ini, terjadi reaksi pembentukan jaringan
gel yang lebih kaku, kuat, dan menyusut didalam larutan.
4. Pengeringan
Tahapan terakhir adalah proses penguapan larutan dan cairan yang
tidak diinginkan untuk mendapatkan struktur sol gel yang memiliki luas
permukaan yang tinggi.Tahapan preparasi material menggunakan metoda
sol-gel ditampilkan pada Gambar 2.
mengalami
diubah menjadi energi foton sehingga energinya besar (lebih besar dari
ii
pada energi sinar UV-Vis) dan tidak mengalami pembelokkan pada medan
magnet.
Diffraktometer sinar-X atau biasa disebut XRD adalah salah satu alat
yang digunakan untuk mengetahui pengaturan atom-atom dalam sebuah
tingkat molekul. Pengaturan atom-atom tersebut dapat diinterpretasikan
melalui analisa d spasing dari data diffraksi sinar-X. Selain nilai d spasing,
observasi tingkat kristalinitas bahan dan perubahan struktur mesopori dapat
pula diketahui melalui data XRD. Puncak yang melebar menunjukkan
kristalinitas rendah (amorf), sedangkan puncak yang meruncing menunjukkan
kristalinitas yang lebih baik.
Nilai d spasing tidak dapat digunakan untuk menentukan jarak
interplanar atau antar bidang, namun dapat digunakan untuk merefleksikan
jarak interplanar atau jarak interlayer antar kisi-kisi atom dalam satu material.
Nilai d spasing sangat tergantung pada pengaturan atom dan struktur jaringan
polimer dalam material. Jarak antar interplanar atau interlayer dapat
dikalkulasikan melalui persamaan Braggs (Park, et al, 2004), dinyatakan
dengan persamaan :
Keterangan :
Ukuran kisi kristal juga dapat ditentukan dari difraksi sinar-X yaitu
dengan menggunakan persamaan Scherrer (Manorama, et al., 2002) :
Keterangan :
D
ii
= Konstanta ( ~ 1 )
= sudut Bragg.
elektron) agar elektron yang menumpuk dapat dialirkan. Untuk obyek yang
tidak konduktif hal ini dapat diatasi dengan melapisi permukaan obyek
tersebut dengan karbon, emas atau platina setipis mungkin (Waskitoaji, 2000)
ii
dipakai
untuk
analisis
kuantitatif
dibandingkan
kualitatif.
ii
BAB III
PEMBAHASAN
Metode sol-gel merupakan metode pengendapan hidrolitik dari titanium
alkoksida atau garam titanium. Titanium isopropoksida merupakan yang umum
dilakukan sebagai prekursor. TTIP merupakan suatu cairan berwarna jerami yang
memiliki titik didih 238oC pada suhu kamar (STP).
Titanium
isopropoksida,
juga
sering
disebut
sebagai
titanium
Gambar 1. Alur Proses Sol-Gel pada Pembentukan Bubuk Oksida Metal (N.
Bharat, 2010).
ii
Pada reaksi ini terjadi pertukaran ion dari gugus OH- yang bermuatan
negatif kemetal gugus bermuatan positif (M+). Kemudian terjadi transfer
proton kepada gugus alkoxy bersamaan dengan eliminasi C3H7-OH.
ii
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisis adalah rasio air.
Dimana jika rasio airnya banyak maka proses hidrolisis berjalan sempurna
dimana jarak antar partikel jauh sehingga terjadinya tumbukan sedikit sehingga
ukuran partikel yang dihasilkan kecil dan begitu jugg sebaliknya jika rasio air
yang digunakan sedikit maka tidak semuanya terhidrolisis dimana jarak antar
partikel akan dekat sehingga tumbukan yang terjadi banyak sehingga ukuran
partikel besar.
Katalis yang digunakan pada proses hidrolisis adalah jenis katalis asam
asetat. Dengan adanya katalis maka proses hidrolisis akan berlangsung lebih
cepat dan konversi menjadi lebih tinggi.
2. Kondensasi
Kondensasi terjadi ketika senyawa hidrolisis saling bereaksi satu sama lain
dan melepaskan molekul air atau senyawa yang terhidrolisis bereaksi dengan
senyawa yang tak terhidrolisis dan melepaskan molekul alkohol (Skandan and
Singhal, 2006).
Pada proses kondensasi ini yang sangat mempengaruhi adalah konsentrasi.
Jika konsentrasinya besar maka jarak antar partikelnya dekat sehingga
tumbukan yang terjadi banyak sehingga ukuran partikel besar. Dan jika
kosentrasiya kecil maka jarak antar partikel jauh sehingga tumbukan yang
terjadi sedikit maka ukuran partikel kecil.
ii
Kondensasi air:
Reaksi (2)
Kedua sub reaksi 1 dan 2 sama-sama akan menghasilkan jembatan Ti-OTi degan melepaskan molekul H2O dan C3H7-OH. Reaksi 1 dan 2 akan saling
berikatan dengan melepaskan ROH. Sehingga menghasilkan reaksi sebagai
berikut.
3. Pematangan (Aging)
ii
Pada tahapan pematangan, gel yang telah terbentuk akan akan didiamkan
menjadi lebih kaku, kuat dan menyusut didalam larutan. Proses ini lebih
dikenal dengan nama proses aging.
4. Pengeringan
Proses penguapan larutan dan cairan yang tidak diinginkan untuk
mendapatkan struktur sol-gel yang memiliki luas permukaan tinggi. Dimana
temperaturnya sangat berpengaruh untuk menghasilkan ukuran nanopartikel.
Temperatur yang tinggi akan menghasilkan ukuran nanopartikel yang
besar dan jika temperatur yang rendah akan menghasilkan ukuran nanopatikel
yang kecil. Proses pengeringan akan melepaskan 4 molekul H 2O sehingga akan
terbentuk TiO2 dengan perbandingan Ti : O = 8:4 = 1:2
ii
ii
Spektrofotometri UV-Vis
Perhitungan energy band gap mengunakan rumus E= hv .Dimana h adalah
tetepan planks, v=
c
, dimana c adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa
ii
ii
ii
ii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metoda sol-gel dapat digunakan untuk menghasilkan partikel titanium
dalam skala nanometer dengan memperhatikan parameter-parameter reaksi
seperti: konsentrasi prekursor, konsentrasi katalis, jenis pelarut, lama
pematangan.
Proses sintesis nanopartikel TiO2 meliputi 4 tahap yaitu tahap hidrolisis,
kondensasi, pematangan (ageing), pengeringan . Dimana setiap tahapan
tesebut harus diperhatikan agar nanopartikel TiO2 yang diperoleh dapat
berukuran nano dan homogen.
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisis adalah rasio
air. Dimana jika rasio airnya banyak maka proses hidrolisis berjalan
sempurna dimana jarak antar partikel jauh sehinga terjadinya tumbukan
sedikit sehingga ukuran partikel yang dihasilkan kecil dan begitu juga
sebaliknya.
Pada proses kondensasi ini yang sangat mempengaruhi adalah
konsentrasi prekusor. Jika konsentrasinya besar maka jarak antar partikelnya
dekat sehingga tumbukan yang terjadi banyak sehingga ukuran partikel besar.
Setelah didapatkan bubuk nanopartikel TiO2 maka akan dilakukan
karaterisasi dengan menggunakan analisa dengan intrumen XRD, SEM, dan
UV-Vis .
ii
DAFTAR PUSTAKA
ii
ii